Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

Manusia secara historis telah menggunakan tanah dan batuan sebagai bahan

untuk pengendalian banjir, irigasi, tempat pemakaman, membangun pondasi, dan

bahan konstruksi untuk bangunan. Kegiatan pertama, terkait dengan irigrasi

dan pengendalian banjir , dibuktikan dengan adanya jejak tanggul, bendungan

dan kanal yang berasal setidaknya sejak tahun 2000 SM yang ditemukan di

Mesir kuno, Mesopotamia, serta sekitar pemukiman awal Mahenjo Daro dan

Harappa di lembah Indus (Kerisel, 1985). Hingga pertengahan tahun 1700-an

manusia belum menggunakan ilmu rekayasa geoteknik dalam kegiatan

konstrusi karena tidak ada dasar teoritis untuk ilmu tersebut. Ilmu rekayasa

geoteknik sendiri baru mulai berkembang pada awal abad ke-1. Sekarang ini

rekayasa geoteknik sudah sering digunakan pada perusahaan geoteknik ataupun

pertambangan.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Dasar Mekanika Batuan dan Tanah

1. Gaya

Gaya merupakan suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah

pergerakan suatu benda. Gaya dapat bekerja secara seimbang terhadap

suatu benda (seperti gaya gravitasi dan elektromagnetik) atau bekerja

hanya pada bagian tertentu dari suatu benda (misalnya gaya-gaya yang

bekerja di sepanjang suatu sesar di permukaan bumi). Satu gaya dapat

diurai menjadi 2 komponen gaya yang bekerja dengan arah tertentu,

dimana diagonalnya mewakili jumlah gaya tersebut. Gaya yang bekerja

diatas permukaan dapat dibagi menjadi 2 komponen yaitu: satu tegak lurus

dengan bidang permukaan dan satu lagi searah dengan permukaan. Pada

kondisi 3-dimensi, setiap komponen gaya dapat dibagi lagi menjadi dua

komponen membentuk sudut tegak lurus antara satu dengan lainnya.

Setiap gaya, dapat dipisahkan menjadi tiga komponen gaya, yaitu

komponen gaya X, Y dan Z.

2. Tekanan

Tekanan yang terjadi pada suatu benda yang berada di dalam air

dikenal sebagai tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik yang dialami oleh

suatu benda yang berada di dalam air adalah berbanding lurus dengan

berat volume air yang bergerak ke atas atau volume air yang

dipindahkannya. Sebagaimana tekanan hidrostatik suatu benda yang


berada di dalam air, maka batuan yang terdapat di dalam bumi juga

mendapat tekanan yang sama seperti benda yang berada dalam air, akan

tetapi tekanannya jauh lebih besar ketimbang benda yang ada di dalam air,

dan hal ini disebabkan karena batuan yang berada di dalam bumi mendapat

tekanan yang sangat besar yang dikenal dengan tekanan litostatik. Tekanan

litostatik ini menekan kesegala arah dan akan meningkat ke arah dalam

bumi.

3. Efek Gaya

 Perubahan (bentuk, volume)

Gaya menyebabkan suatu benda berubah bentuk dan berubah volume.

 Perpindahan

Gaya menyebabkan benda diam menjadi bergerak dan benda diam

jadi bergerak.

 Kecepatan

Gaya memnyebabkan kecepatan sebuah benda dari yang bergerak

cepat menjadi bergerak lambat dan begitupun sebaliknya.

 Percepatan

Gaya daya menyebabkan percepatan dan perlambatan suatu benda.

2.2 Aplikasi Geoteknik

1. Dalam Teknik Sipil

   Di dalam dunia teknik sipil ini, ilmu geoteknik merupakan hal

pokok yang sangat krusial dalam pembangunan suatu infrastruktur. Tanpa

ilmu ini, dapat dipastikan bahwa suatu infrastruktur tidak dapat berdiri
dengan kokoh, karena geoteknik merupakan cabang ilmu teknik sipil yang

mempelajari ilmu tanah dimana didalam ilmu ini akan dipelajari

kemampuan tanah menahan beban yang ada diatasnya, sehingga

pembangunan infrastruktur dapat direncanakan sebaik mungkin agar dapat

berdiri kokoh sesuai umur rencana. Pada dasarnya ilmu ini merupakan

ilmu yang tua yang implementasinya berjalan bersamaan dengan tingkat

peradaban manusia, mulai dari pembangunan di jaman sebelum masehi

seperti pembangunan pyramid dan percandian hingga jaman yang modern

seperti yang sekarang ini dengan adanya pembangunan gedung-gedung

pencakar langit (Agustian, 2012).

Pada dasarnya, geoteknik adalah suatu alat dalam perencanaan atau

design sebuah bangunan. Data geoteknik sendiri harus digunakan secara

benar dan sangat teliti dengan asumsi serta batasan yang sudah ada dan

dipergunakan untuk dapat mencapai hasil yang kita inginkan (Wijaya,

2012). Seseorang yang ahli dalam ilmu geoteknik biasa disebut Engineer

Geotek. Pekerjaan penting yang harus dilakukan oleh seorang engineer

geotek yaitu memberikan panduan-panduan mengenai potensi geoteknik

yang akan terjadi bila dilakukan secara asal-asalan kepada pihak terkait.

Salah satu akibat dari ketidak hati-hatian dalam penggunaan asumsi dan

batasan yang telah ada adalah Menara Pizza di Italia yang disebabkan

karena kurangnya kekuatan dukung tanah terhadap menara tersebut

(Agustian, 2012).Secara keilmuan, bidang teknik sipil ini mempelajari


lebih mendalam ilmu Mekanika Tanah, Rekayasa pondasi, dan Struktur

bawah Tanah.

2. Dalam Pertambangan

Maksud dan tujuan dari belajar Geoteknik Tambang adalah

memberikan pengetahuan teori dan praktek bagi tenaga di bidang

pertambangan baik dari perencana maupun pelaksana bahwa kondisi

geoteknik dan mampu mengubah desain dan jadwal penambangan yang

ditargetkan. Dengan demikian pelaksana langsung dilapangan dapat

memberikan informasi yang akurat kepada perencana setiap adanya

perubahan geoteknik yang dapat mempengaruhi penambangan. Geoteknik

atau dikenal sebagai engineering geology Merupakan bagian dari rekayasa

sipil yang didasarkan pada pengetahuan yang terkumpul selama sejarah

penambangan. Seorang ahli sipil yang merancang terowongan, jalan raya,

bendungan atau lainya memerlukan suatu estimasi bagaimana tanah dan

batuan merespon tegangan, sehingga dalam hal ini penyelidikan geoteknik

merupakan bagian dari uji lokasi dan merupakan dasar untuk pemilihan

lokasi. Bagian dari ilmu geoteknik yang berhubungan dengan respon

material alami terhadap gejala deformasi disebut dengan geomekanika.

     Geoteknik merupakan salah satu dari banyak alat dalam

perencanaan atau design tambang. Data geoteknik harus digunakan secara

benar dengan kewaspadaan dan asumsi-asumsi serta batasan-batasab yang

ada untuk dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan. Dalam urutan

kegiatan pertambangan , eksplorasi merupakan proses evaluasi teknis untk


mendapatkan model badan bijih. Model cadangan suatu badan bijih yang

diinterpretasikan dari hasil eksplorasi langsung maupun tak langsung.

Sebelum ditentukan cara penambanganya apakah dengan open pit maupun

underground mining harus dianalisis secara geoteknik.

     Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut adalah

ketidakselarasan struktur geologi. Pola-pola dari patahan, rekahan, dan

bidang perlapisan mendominasi perilaku batuan dalam tambang terbuka

kareana terdapat gaya penahan yang kecil untuk mencegah terjadinya

luncuran dan adanya gaya tekan ke atas dari permukaan air yang terdapat

dari rekahan (tekanan air pori).

2.3 Permasalahan Geoteknik

Kegagalan daya dukung tanah/pondasi menyebabkan jalanan ambruk.

Kegagalan daya dukung ini bisa disebabkan karena berbagai hal:

 Pengurangan daya dukung tanah akibat perubahan geometri timbunan

tanah akibat erosi/abrasi;

 Pengurangan daya dukung tanah akibat beban cyclic kendaraan yg

melintas di atasnya selama 20-th sebelumnya. Fenomena ini hanya

terjadi pada soft clay;

 Pengurangan daya dukung akibat berkurangnya tekanan air di bagian

kaki timbunan saat permukaan air laut pada elevasi terendah (low-tide).

 Beban cyclic pasang surut air, menyebabkan tanah2 pasir dan lanau ikut

terbawa saat air surut, yg mengakibatkan rongga dibawah ruas jalan. Ini

sangat lumrah terjadi di pelabuhan2.


 Adanya tanah lunak di bawah ruas jalan ini, yang memberikan stabilitas

timbunan yg marginal sejak jalan ini dibangun.

Akibatnya akan terjadi pergerakan perlahan (creeping) akibat

tingginya tegangan geser yg bekerja pada pondasi tanah. Ini pernah

terjadi pada salah satu proyek pelabuhan yg saya tangani di

Queensland, dimana pier-nya bergerak dan mengakibatkan keretakan yg

cukup parah pada deck pelabuhan. Kombinasi ke-5 hal tsb diatas

menyebabkan berkurangnya angka faktor keamanan terhadap longsor.

Selain itu, sebelumnya, sekalipun faktor keamanan thd kelongsorannya

sangat minim (sekitar 1.00),

 Kegagalan struktur.

Tampaknya perkerasan jalannya hanya didisain utk menahan

beban traffic dan bukan utk menahan beban geoteknik, sehingga saat

timbunan dibawahnya longsor, perkerasan betonnya ikut longsor.

Penyebab longsornya jalan kemungkinan besar adalah kombinasi

tergerusnya kaki timbunan, pengaruh pengurangan daya dukung tanah

akibat beban traffic, adanya lapisan tanah lunak di bawah ruas jalan ini,

dan akibat pasang surut air. Kemungkinan mekanisma keruntuhan

longsor ini di tempat lain di ruas jalan sepanjang Martadinata cukup

besar dan sudah seharusnya tim geoteknik yg handal (siapapun itu)

harus dilibatkan dalam menangani kasus ini.


2.4 Elemen Dalam Geomekanika Modern

Empat unsur dalam geomekanika modern:

1. Tanah

Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas

mineral dan bahan organik.Tanah merupakan salah satu penunjang yang

membantu kehidupan semua mahluk hidup yang ada di bumi.


2. Batuan

Batuan adalah kumpulan-kumpulan atau agregat dari mineral-mineral

yang sudah dalam kedaan membeku/keras. Batuan adalah salah satu

elemen kulit bumi yang menyediakan mineral-mineral anorganik melalui

pelapukan yang selanjutnya menghasilkan tanah

3. Air dan Tegangan

Air atau (Dihidrogen monoksida) adalah senyawa yang penting bagi

semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi, tetapi

tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi. Terdapat

1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di Bumi sedangkan

Tegangan dalam mekanika kontinuum adalah besaran yang menunjukan

gaya internal antar partikel dari suatu bahan terhadap partikel

lainnya. ... Tegangan dapat terjadi tanpa adanya gaya dari luar, yang

disebut dengan built-in stress atautegangan dari dalam seperti pada

manufaktur beton pracetak dan kaca tempa.

2.5 Konsep Beban, Tegangan dan Regangan

Mengenal dan menafsirkan tentang asal-usul dan mekanisme

pembentukan suatu struktur geologi akan menjadi lebih mudah apabila kita

memahami prinsip-prinsip dasar mekanika batuan, yaitu tentang konsep gaya

(force), tegangan (stress), regangan (strain) dan faktor-faktor lainnya yang

mempengaruhi karakter suatu materi atau bahan.

1.   Tegangan (Stress)


Tegangan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari

suatu benda. Tegangan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang

terjadi pada batuan sebagai respon dari gaya-gaya yang berasal dari luar. Ada

3 macam tegangan sebelum massa batuan mengalami gangguan, antara lain :

a.   Tegangan gravitasi

b.   Tegangan tektonik

c.   Tegangan sisa

Tegangan (stress) dan tegangan tarik (strain stress) adalah gaya-gaya

yang bekerja di seluruh tempat dimuka bumi. Salah satu jenis tegangan yang

biasa kita kenal adalah tegangan yang bersifat seragam (uniform-stress) dan

dikenal sebagai tekanan (pressure). Tegangan seragam adalah suatu gaya

yang bekerja secara seimbang kesemua arah. Tekanan yang terjadi di bumi

yang berkaitan dengan beban yang menutupi batuan adalah tegangan yang

bersifat seragam. Jika tegangan ke segala arah tidak sama (tidak seragam)

maka tegangan yang demikian dikenal sebagai tegangan diferensial.

Tegangan diferensial dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu :

a.   Tegangan tensional (tegasan extensional) adalah tegasan yang dapat

mengakibatkan batuan mengalami peregangan atau mengencang.

b.   Tegangan kompresional adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan

mengalami penekanan.

c.   Tegangan geser adalah tegasan yang dapat berakibat pada tergesernya dan

berpindahnya batuan.
Nilai kuat tekan uniaksial dari percontoh batuan merupakan tegangan

yang terjadi pada saat percontoh batuan tersebut mengalami keruntuhan

(failure) akibat pembebanan, dan nilai dapat diperoleh dari persamaan

2. Regangan (Strain)

Ketika batuan terdeformasi maka batuan mengalami regangan.

Regangan akan merubah bentuk, ukuran, atau volume dari suatu batuan.

Tahapan deformasi terjadi ketika suatu batuan mengalami peningkatan

regangan yang melampaui 3 tahapan pada deformasi batuan. Bentuk regangan

dan deformasi keduanya menunjukkan perubahan dimensi. Sebuah benda

yang mendapat gaya tarik atau tekan akan mengalami perubahan panjang.

Benda akan mulur (bertambah panjang) dengan gaya tarik dan mengkerut

(memendek) dengan gaya tekan. Regangan terbagi atas 3 macam, yaitu :

a.   Regangan aksial (єa), merupakan regangan yang terjadi karena

adanya perubahan bentuk arah aksial terhadap

tinggi.                                                        

b.   Regangan lateral (єl), merupakan regangan yang terjadi karena

adanya perubahan bentuk arah lateral terhadap

diameter.                                               

c.   Regangan volumetrik (єv), merupakan regangan yang terjadi

karena adanya perubahan bentuk secara volumet             

Kita dapat membagi material menjadi 2 (dua) kelas

didasarkan atas sifat perilaku dari materialketika dikenakan gaya

tegangan padanya, yaitu :


a.    Material yang bersifat retas (brittle material), yaitu apabila

sebagian kecil atau sebagian besar bersifat elastis tetapi hanya

sebagian kecil bersifat lentur sebelum material tersebut retak.

b.    Material yang bersifat lentur (ductile material) jika sebagian

kecil bersifat elastis dan sebagian besar bersifat lentur sebelum

terjadi peretakan atau fracture (Anonim, 2013).

Dengan demikian, Setiap materi/benda memiliki karakter berbeda-beda.

 Benda yang dikenai beban (load) akannmengalami tegangan (stress). 

Apabila “kekuatan menahan tegangan” terlampaui, benda akan

meregang (strain).

 Apabila “batas kemampuan meregang” terlampaui, benda akan “patah”

(failure).

 “Karakter kemampuan menahan regangan itu disebut “elastisitas” 

Tipe beban : beban statik, beban dinamik, beban tergantung-waktu

(time-dependent).

 Tipe tegangan : tegangan tarik (tensile stress), tegangan tekan

(compressive stress), tegangan geser (shear stress).

 Tipe regangan : regangan tarik, regangan tekan, regangan geser.

2.6 Kondisi Alamiah Batuan

 Heterogen (Jenis material, ukuran dan bentuk partikel/butir, serta

ukuran, bentuk dan penyebaran void) berbeda di dalam batuan tidak

seragam.
 Diskontinu Massa batuan di alam tidak kontinu (diskontinu) karena

adanya bidang-bidang lemah (crack, joint, fault, fissure) .

 Anisotrop Reaksi batuan terhadap gaya dalam berbagai arah tidak sama.
2.7 Sifat Fisik Batuan

Adapun pengujian yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu, pengujian

sifat fisik dan mekanik batuan, meliputi :

1.   Uji Kuat Tekan (Unconfined Compression Test)

Uji ini menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk

menekan contoh batu yang berbentuk silinder, balok atau prisma dari satu

arah (uniaxial). Penyebaran tegangan di dalam contoh batu secara teoritis

adalah searah dengan gaya dikenakan pada contoh tersebut. Tetapi dalam

kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan gaya yang dikenakan pada

contoh tersebut karena ada pengaruh dari plat penekan mesin tekan yang

menghimpit contoh. Sehingga bentuk pecahan tidak berbentuk bidang pecah

yang searah dengan gaya melainkan berbentuk kerucut.

Perbandingan antara tinggi dan diameter percontoh (l/D)

mempengaruhi  nilai kuat tekan batuan. Untuk perbandingan l/D = 1, kondisi

tegangan triaxial saling bertemu sehingga akan memperbesar nilai kuat tekan

batuan. Untuk pengujian kuat tekan digunakan yaitu 2 < l/D < 2,5. 

2.   Uji Kuat Tarik Tak Langsung (Indirect Tensile Strength Test)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari

contoh batu berbentuk silinder secara tak langsung. Uji ini dikenal sebagai uji

tarik Brazil (Brazilian Test). Alat yang digunakan adalah mesin tekan seperti

pada uji kuat tekan. Rumus kuat tarik yang digunakan adalah Uji Kuat Tekan

Uniaksial ( UCS )
Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan selinder merupakan uji

sifat mekanik yang paling umum digunakan. Uji kuat tekan uniaksial

dilakukan untuk menentukan kuat tekan batuan (σt ), Modulus Young (E),

Nisbah Poisson (v) , dan kurva tegangan-regangan. Contoh batuan berbentuk

silinder ditekan atau dibebani sampai runtuh. Perbandingan antara tinggi dan

diameter contoh silinder yang umum digunakan adalah 2 sampai 2,5 dengan

luas permukaan pembebanan yang datar, halus dan paralel tegak lurus

terhadap sumbu aksis contoh batuan. Dari hasil pengujian akan didapat

beberapa data seperti:

1. Kuat Tekan Batuan (σc)

Tujuan utama uji kuat tekan uniaksial adalah untuk mendapatkan nilai

kuat tekan dari contoh batuan. Harga tegangan pada saat contoh batuan

hancur didefinisikan sebagai kuat tekan uniaksial batuan dan diberikan oleh

hubungan :

σc = F

Keterangan :

σc = Kuat tekan uniaksial batuan (MPa)

F   = Gaya yang bekerja pada saat contoh batuan hancur (kN)

A   = Luas penampang awal contoh batuan yang tegak lurus arah gaya

(mm)
2. Modulus Young ( E )

Modulus Young atau modulus elastisitas merupakan faktor penting

dalam mengevaluasi deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang

bervariasi. Nilai modulus elastisitas batuan bervariasi dari satu contoh batuan

dari satu daerah geologi ke daerah geologi lainnya karena adanya perbedaan

dalam hal formasi batuan dan genesa atau mineral pembentuknya. Modulus

elastisitas dipengaruhi oleh tipe batuan, porositas, ukuran partikel, dan

kandungan air. Modulus elastisitas akan lebih besar nilainya apabila diukur

tegak lurus perlapisan daripada diukur sejajar arah perlapisan (Jumikis, 1979).

Modulus elastisitas dihitung dari perbandingan antara tegangan aksial

dengan

regangan aksial. Modul elastisitas dapat ditentukan berdasarkan

persamaan :

Е= Δσ

Δεa

Keterangan:     E    = Modulus elastisitas (MPa)

Δσ.    = Perubahan tegangan (MPa)

Δεa = Perubahan regangan aksial (%)

Terdapat tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan nilai

modulus elastisitas

yaitu :
1. Tangent Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan

aksial dengan regangan aksial yang dihitung pada persentase tetap dari nilai

kuat tekan. Umumnya diambil 50% dari nilai kuat tekan uniaksial.

2. Average Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan

aksial dengan regangan aksial yang dihitung pada bagian linier dari kurva

tegangan- tegangan.

3. Secant Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan

aksial dengan regangan aksial yang dihitung dengan membuat garis lurus dari

tegangan nol ke suatu titik pada kurva regangan-tegangan pada persentase

yang tetap dari nilai kuat tekan. Umumnya diambil 50% dari nilai kuat tekan

uniaksial.

3. Nisbah Poisson ( Poisson Ratio )

Nisbah Poisson didefinisikan sebagai perbandingan negatif antara

regangan lateral dan regangan aksial. Nisbah Poisson menunjukkan adanya

pemanjangan ke arah lateral (lateral expansion) akibat adanya tegangan dalam

arah aksial. Sifat mekanik ini dapat ditentukan dengan persamaan :

V = – εl

εa

Keterangan:

V  = Nisbah Poisson

ε l = regangan lateral (%)

εa= regangan aksial (%)


Pada uji kuat tekan uniaksial terdapat tipe pecah suatu contoh batuan

pada saat runtuh. Tipe pecah contoh batuan bergantung pada tingkat

ketahanan contoh batuan dan kualitas permukaan contoh batuan yang

bersentuhan langsung dengan permukaan alat penekan saat pembebanan.

Kramadibrata (1991) mengatakan bahwa uji kuat tekan uniaksial

menghasilkan tujuh tipe pecah, yaitu :

a. Cataclasis

b. Belahan arah aksial (axial splitting)

c. Hancuran kerucut (cone runtuh)

d. Hancuran geser (homogeneous shear)

e. Hancuran geser dari sudut ke sudut (homogeneous shear corner to

corner).

f. Kombinasi  belahan aksial dan geser (combination axial dan local

shear).

g. Serpihan mengulit bawang dan menekuk (splintery union-leaves and

buckling).

2.8 Sifat Massa Batuan

Massa batuan, karena proses terjadinya secara alamiah. Memiliki sifat

yang cenderung unik (tidak ada kembarannya). Meskipun secara deskriptif

namanya sama misalnya andesit, tetapi antara andesit satu dengan yang lain

hampir pasti tidak sama persis. Oleh karena itulah maka sifat massa batuan di

alam adalah heterogen, anisotrop dan diskontinu.

1.   Heterogen, artinya :


a.   Mineralogis, yaitu jenis mineral pembentuk batuan berbeda-beda.

b.   Butiran padatan, yaitu ukuran dan bentuknya berbeda-beda.

c.   Void, yaitu ukuran bentuk dan penyebarannya berbeda-beda.

2.      Anisotrop, artinya mempunyai sifat-sifat yang berbeda pada arah

yang berbeda.

3.      Diskontinu, artinya  massa batuan selalu mengandung unsur

struktur geologi yang mengakibatkannya tidak kontinu seperti karena kekar,

sesar, retakan, fissure, bidang perlapisan. Struktur geologi ini cenderung

“memperlemah” kondisi massa bantuan.

Kondisi di atas apabila diperlakukan sebagaimana adanya tidak

memungkinkan dilakukan solusi dengan pendekatan logik-matematik. Oleh

karena itu perlu penyederhanaan dengan asumsi, yang semula heterogen-

anisotrop-diskontinu menjadi homogen-isotrop-kontinu (Anonim, 2013).

2.9 Pengujian Sifat Batuan

Dalam mekanika batuan, sifat-sifat batuan yang penting diketahui

adalah :

1.      Sifat fisik batuan seperti bobot isi, porositas, kandungan air, absorpsi

dan angka pori.

2.      Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan uniaksial, kuat tarik,

modulus elastisitas, Poisson Ratio, sudut geser dalam dan kohesi.

3.      Sifat Dinamik seperti cepat rambat gelombang primer, cepat rambat

gelombang skunder, modulus rigit dinamik, dinamik Young’s

Modulus, konstanta Lame dan Bulk Modulus.


4.      Sifat Abrasivitas seperti Schimazek F Value (Schimazek & Knats,

1987) dan Cerchar Abrasivity Index (Valantine, 1973).

Penentuan sifat-sifat batuan tersebut dapat dilakukan di laboratorium

dan di lapangan (in-situ). Dalam penuntun praktikum ini akan diuraikan

penentuan sifat fisik dan sifat mekanik batuan. Pengujian sifat fisik dan

mekanik batuan di laboratorium pada umumnya dilakukan terhadap

percontoh (sample) yang diambil di lapangan. Satu percontoh dapat

digunakan untuk menentukan kedua sifat batuan tersebut. Pertama-tama

adalah penentuan sifat fisik batuan yang merupakan pengujian tak merusak

(non destructive test), kemudian dilanjutkan dengan pengujian sifat mekanik

yang merupakan pengujian merusak (destructive test) sehinggga batuan

percontoh hancur.

Pengujian terhadap percontoh batuan yang dapat dilakukan di laboratorium

mekanika batuan meliputi :

1.      Uji Sifat Fisik, untuk menentukan :

-          Bobot isi asli (gnat)

-          Bobot isi kering (gdry)

-          Bobot isi jenuh (gsat)

-          Berat jenis murni (rtr)

-          Berat jenis semu (rapp)

-          Kandungan air asli (Wnat)

-          Kandungan air jenuh (Wsat)

-          Derajat kejenuhan (S)


-          Porositas (n) dan

-          Angka pori (e)

2.      Uji Kuat Tekan (Uniaxial Compressive Strength), untuk menentukan :

-          Kuat tekan (sc)

-          Batas elastik (se)

-          Modulus elastisitas (E)

-          Poisson’s Ratio (n)

3.      Uji Triaksial (Triaxial Test), untuk menentukan :

-          Selubung kekuatan (strength envelope)

-          Kuat geser (t)

-          Sudut geser dalam (f)

-          Kohesi (c)

4.      Uji Geser Langsung (Direct Shears Test), untuk menentukan :

-          Garis “Coulomb’s shear strength”

-          Kuat geser (t)

-          Sudut geser dalam (f)

-          Kohesi (c)

5.      Uji Kuat Tarik Tidak Langsung (Brazillian Test), untuk menentukan

kuat tarik tidak langsung (st).

6.      Uji Schimidt Hammer, untuk menentukan kuat tekan berdasarkan

jumlah rebound.

7.      Uji Beban Titik (Point Load Test), untuk menentukan kuat tekan secara

tidak langsung melalui nilai Index Franklin.


Percontoh batuan untuk diuji berupa inti bore (core) dari hasil

pemboran inti di lapangan atau dapat dibuat di laboratorium. Pembuatan

percontoh di lapangan yaitu dengan melakukan pemboran inti (core drillling)

langsung ke dalam batuan yang akan diselidiki di lapangan, sehingga

diperoleh inti yang berbentuk silinder. Inti tersebut langsung dapat digunakan

untuk pengujian di laboratorium dengan syarat tinggi percontoh dua kali

diameternya.

Pembuatan percontoh di laboratorium dapat dibuat dari blok batuan

yang diambil di lapangan kemudian di bor dengan pengintian di laboratorium.

Hasil percontoh  yang diperoleh  umumnya berbentuk silinder dengan

diameter  50 – 70 mm, kemudian dipotong dengan mesin potong batu untuk

mendapatkan ukuran tinggi percontoh dua kali diameternya. Ukuran

percontoh dapat lebih kecil maupun lebih besar dari ukuran tersebut di atas

tergantung dari maksud dan tujuan pengujian.

Pembuatan percontoh di laboratorium dapat juga dilakukan dengan

membuat model fisik percontoh dengan tujuan untuk memenuhi kompetensi

praktikum mahasiswa. Model fisik percontoh batuan dapat dibuat dari

campuran krikil, pasir dan semen. Perbandingan campuran ini disesuaikan

dengan kebutuhan. Semakin besar campuran semennya maka percontoh akan

semakin kuat. Campuran ini kemudian diaduk dan dimasukkan ke dalam pipa

paralon dengan ukuran diameter 50 – 70 mm dan tinggi dua kali diameternya,

selanjutnya dibiarkan dengan jangka waktu 7 sampai 27 hari. Pengujian


percontoh sebaiknya dilakukan setelah jangka waktu selama 27 percontoh

model fisik tersebut dibuat.

Peralatan yang dipakai untuk pengujian sifat fisik adalah :

1.      Neraca listrik dengan ketelitian 0,1 gram

2.      Eksikator dan pompa vakum, dipakai pada saat penjenuhan.

3.      Oven, dipakai untuk pengeringan percontoh setelah penjenuhan.

2.10 Tambang Bawah Tanah

Ketidakmantapan Terowongan (Hoek dan Brown,1980) disebabkan oleh:

1. struktur geologi yang tidak mendukung (adverse).

2. perubahan besar tegangan yang berlebihan.

3. pelapukan.

4. tekanan dan debit air tanah yang besar.

Distribusi Tegangan :

 Sebelum penggalian, massa batuan berada dalam kondisi setimbang

 Sesudah penggalian, kesetimbangan menjadi terganggu dan terjadi

redistribusi tegangan.

Tegangan Awal

 Tegangan gravitasi; terjadi karena berat dari tanah atau batuan yang berada

di atasnya (overburden).

 Tegangan tektonik; terjadi akibat geserangeseran pada kulit bumi pada

waktu lampau maupun saat ini.

 Tegangan sisa; tegangan yang masih tersisa walaupun penyebab tegangan

sudah hilang.
Kemantapan Lubang Bukaan Berdasarkan pada:

 Kriteria keruntuhan

 Kriteria perpindahan

 Kriteria kecepatan kritis

 Pemodelan numerik

Kriteria Keruntuhan (Failure) :

 Hubungan antara tegangan dan regangan yang memberi sifat terjadinya

keruntuhan batuan.

 Metode analitik: Mohr, Mohr-Coulomb, dll.

 Metode empiris: Bieniawski, Hoek & Brown, dll.

Kriteria Perpindahan :

1. Besar perpindahan (Cording, 1974) a. tidak stabil: perpindahan yang teramati

lebih besar dari perpindahan yang diperkirakan dari teori elastic b. loosening:

perpindahan yang teramati tiga kali lebih besar dari perpindahan elastic c. Jika

perpindahan tersebut melebihi perhitungan perpindahan elastik sebesar lima

sampai sepuluh kali, maka prosedur penggalian dan penyanggaan harus

dimodifikasi untuk menghindari perpindahan yang lebih besar.

2. Kecepatan Perpindahan

Catatan Zhenxiang:

 Lebar terowongan 6 m

 Penyanggaan setelah penggalian dengan shortcrete tebal 5 cm,

dikombinasi dengan baut-batuan panjang 2 m, spasi 1 m.

Kecepatan Kritis :
Ghosh dan Ghose (1995) menggunakan kecepatan konvergensi (convergency

velocity) sebagai indikator stabilitas lubang bukaan di tambang bawah tanah,

dengan menyatakan hubungan antara kecepatan kritis dan kecepatan konvergensi

maksimum terhadap Rock Mass Rating (Bieniawski, 1984).

 Kecepatan kritis dapat dianggap sebagai peringatan pertama

ketidakmantapan lubang bukaan, apabila kecepatan konvergensi mencapai

nilai di atas nilai kritis maka atap perlu disangga untuk mencegah atap

runtuh.

 Jika kecepatan konvergensi lebih kecil daripada nilai kecepatan kritis

maka atap dapat dianggap dalam kondisi aman.

 Jadi kecepatan kritis adalah batas bawah dimana ketidakmantapan mulai

terjadi, sedangkan batas atasnya adalah kecepatan maksimum yang jika

kecepatan konvergensi telah mencapai batas ini maka atap akan segera

runtuh.

Permodelan Numerik :

 Dari model dapat ditentukan σ1 dan σ3 (tegangan yang bekerja).

 Dari pengujian dapat ditentukan kohesi dan sudut geser dalam (kekuatan

massa batuan).

 Berdasarkan pada kriteria Mohr-Coulomb dapat dihitung faktor keamanan

lubang bukaan.

Pemantauan (Monitoring) :
 Pengukuran perpindahan merupakan hal yang sangat penting di dalam

pemantauan perilaku massa batuan pada proses konstruksi lubang bukaan

bawah tanah.

 Pemantauan insitu sangat penting baik dalam pembuatan lubang bukaan

bawah tanah, karena massa batuan pada kondisi alamiah sangat kompleks.

 Tujuan utama pemantauan insitu adalah untuk menentukan kondisi

stabilitas lubang bukaan bawah tanah dengan cara memberikan data

kuantitatif mengenai kondisi perilaku massa batuan dan penyanggaan.

Pemantauan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kegiatan mekanika

batuan modern dan telah dikembangkan sejak 40 – 50 tahun yang lalu, baik

dilakukan secara visual maupun dengan bantuan peralatan. Lubang bukaan atau

terowongan yang sudah dirancang berdasarkan penyelidikan yang lengkap belum

berarti telah bebas dari semua resiko kegagalan struktur. Oleh karena itu mulai

tahap penggalian sampai operasional diperlukan suatu prosedur atau program

pemantauan (monitoring) dengan tujuan utama mengendalikan stabilitas struktur

bukaan dengan mengetahui deformasi yang terjadi danmengetahui perilaku massa

batuan berdasarkan karakteristik perpindahan. Pemantauan merupakan pemetaan

struktur secara visual atau dengan bantuan instrumen.

Tujuan Pemantauan :

 Menjaga kegiatan operasional yang aman, melindungi manusia dan

peralatan.
 Memberi peringatan awal mengenai ketidakstabilan sehingga

memungkinkan adanya modifikasi rencana penggalian untuk

meminimalkan dampak ketidakstabilan.

 Memberikan informasi geoteknis untuk menganalisis mekanisme runtuh

dan melakukan rancangan kembali.

Adanya penggalian pada massa batuan mengakibatkan terjadinya perubahan

distribusi tegangan yang dapat menimbulkan deformasi pada daerah di sekitar

penggalian mulai dari pergerakan yang kecil sampai terjadinya runtuhnya batuan.

Metode Pemantauan.

Pengukuran optis, Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode levelling

dan triangulasi untuk menentukan perpindahan absolut dari suatu titik.

Metode ini hanya dapat dilakukan pada kondisi titik pengukuran yang baik,

seperti kondisi jalan masuk dan landasan untuk menempatkan alat. Pengukuran ini

mudah dilakukan karena alat dan sumber daya manusia biasanya tersedia di

lapangan tetapi memerlukan waktu yang lama sehingga mengganggu pekerjaan

utama seorang surveyor.

Metode Pemantauan :

 Konvergen, biasanya dilakukan dengan menggunakan pita atau batang

ekstensometer untuk mengukur jarak antara titik pengamatan yang

dipasang pada dinding dan atap lubang bukaan.


 Ekstensometer, digunakan untuk mengukur perpindahan di dalam massa

batuan pada lubang bukaan bawah tanah. Alat ini terdiri dari batang yang

bisa bergeser atau kawat tegang, diikat dengan jangkar dengan jarak-jarak

tertentu di dalam lubang bor.


BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Kestabilan Tambang Bawah Tanah Berdasarkan Data

Konvergenmeter.

Lokasi Dan Instrumen Pemantauan :

 Tambang Emas Pongkor Pada Lokasi South Ramp Up Ciurug Pada

Elevasi 570 M, Berjarak ± 3.000 M Dari Portal Dengan Kedalaman

Sekitar 300 M Dari Permukaan Tanah, Menggunakan Konvergenmeter

Interfels Type Km-15.

 Tambang Emas Cibaliung Pada Lokasi Cikoneng Decline, Yaitu Di Ch

381, Elevasi 144 M, Berjarak 381 M Dari Portal Dan Kedalaman

Sekitar 66 M Dari Permukaan Tanah, Menggunakan Ealey Digital Tape

Extensometer.

Properties Massa Batuan :

Lokasi Qcm Em v Qv RMR Klas


Pongkor 21,92 7,75 0,22 4,26 59 sedang
Cibaliung 0,63 1,27 0,25 9,00 34 jelek
Data hasil pemantauan :

Lokasi Ev Eh Lebar Perpindahan

Bukaan (m) elastik


Pongkor 0,55x10-3 0,12x10-3 4,0 0,48
Cibaliung 7,09x10-3 1,77x10-3 4,2 7,43

Lokasi Pongkor :

 Kondisi lubang bukaan masih dalam kategori aman, karena besar

perpindahan yang terukur lebih kecil dari perpindahan elastik..


 Perpindahan maksimal yang terukur adalah 0,12 mm < perpindahan

elastik (0,48 mm).

 Sedangkan berdasarkan pada kecepatan perpindahan, juga masih dalam

kategori aman. Kecepatan perpindahan rata-rata adalah 0,001 mm/hari,

sesuai dengan criteria Cording (1974) yang membatasi kecepatan

perpindahan 0,001 mm/hari dalam kategori aman.

Lokasi Cibaliung :

 Dalam 70 hari pertama terlihat adanya perpindahan 47,56 mm dengan

kecepatan perpindahan rata-rata 0,96 mm/hari

 Berdasarkan kriteria besar perpindahan, maka perpindahan yang terjadi

tersebut (47,56 mm) sudah melebihi 5 kali perpindahan elastik (5 x 7,43

mm = 37,15 mm)

 Menurut Cording (1974), agar perpindahan tidak semakin besar maka

harus dilakukan evaluasi terhadap metode penyanggaan.

 Kecepatan perpindahan rata-rata yang terjadi dalam 70 hari pertama

mencapai 0,96 mm/hari. Kecepatan perpindahan ini sudah masuk dalam

klasifikasi besar (Cording,1974 dan Zhenxiang, 1984) .

 Berdasarkan hasil pemantauan tersebut, maka sekitar station

pengukuran Ch. 381 telah dipasang penambahan penyangga berupa

cable bolt panjang 6 m Hasil pemantauan setelah pemasangan cable

bolt, terjadi penurunan perpindahan yang signifikan, yaitu selama 55

hari berikutnya besar perpindahan menjadi 12,11 mm dengan kecepatan

perpindahan rata-rata 0,40 mm/hari.


 Kecepatan perpindahan ini diperkirakan akan terus menurun hingga ke

batas aman seiring dengan perbaikan metode penyanggaan yang

dilakukan.

Hasil Analisis :

 Dengan melihat kondisi massa batuan dan data perpindahan dari hasil

pengukuran konvergenmeter maka untuk analisis kestabilan lubang

bukaan bawah tanah di lokasi Pongkor cocok dengan menggunakan

kriteria Cording (1974), sedangkan lokasi Cibaliung menggunakan kriteria

Zhenxiang (1984).

 Berdasarkan pada hasil pemantauan, pemasangan cable bolt sebagai

penyangga tambahan di lokasi Cibaliung terbukti mampu mengurangi

besar perpindahan maupun kecepatan perpindahan.

Tantangan Pemantauan Tambang Bawah Tanah :

 Lokasi semakin lama semakin jauh, pandangan dan udara terbatas,

gelap, air bawah tanah.

 Belum dapat melakukan pemantauan secara real time dan kontinyu 24

jam per hari.

 Instrumentasi belum secanggih seperti yang dilakukan di tambang

terbuka (misalnya radar atau satelit) ada usulan menggunakan CCTV.

 Menentukan klasifikasi besar dan kecepatan perpindahan yang aman,

waspada dan bahaya kajian dan analisis balik.

 Seringkali data pemantauan hanya dijadikan koleksi saja tanpa ada

analisis lanjutan terhadap data tersebut.


 Ground Control Management Plan (GCMP) belum dibuat sehingga

tidak ada rujukan dalam pemantauan dan penanganan batuan dalam

antisipasi kedaruratan tambang bawah tanah.

Rekomendasi (TIM INDEPENDEN INVESTIGASI KECELAKAAN

Runtuhnya Batuan di PT. Freeport Indonesia)

1. PT. Freeport Indonesia:

PTFI harus menyediakan dan memasang peralatan pemantauan

ketidakstabilan massa batuan di seluruh area non produksi serta

mengupayakan teknologi yang lebih akurat (tidak hanya secara visual) untuk

menghasilkan data kuantitatif, serta mengevaluasi datanya.

2. PT. Nusa Halmahera Mineral:

 Sudah ada GCMP (Ground Condition Management Plan) yang

memuat akuntabilitas dan kompetensi, kajian risiko geoteknik dan

disain/spesifikasi ground control, penggalian dan stabilisasi, jaminan

kualitas, dan manajemen perubahan.

 Inspeksi rutin dilakukan, yang mencakup : inspeksi tempat kerja

sebelum mulai kerja dan inspeksi tempat kerja harian oleh pengawas

shift, inspeksi geoteknik 2 harian terhadap area kerja aktif oleh

geotechnical engineer, Inspeksi mingguan pada seluruh area oleh tim

gabungan, inspeksi 3 bulanan terhadap area infrastruktur.

 Alat pemantauan yang digunakan saat ini adalah convergence meter.


 Sudah ada rencana untuk pemasangan sistem pemantauan 3D

convergen monitoring yang dikembangkan (joint research and

development project) bersama CSIRO.

 Belum ada sistem pemantauan getaran peledakan pada fix facility

3. PT. Natarang Mining:

 Pemutahiran sistem pemantauan perlu segera dilaksanakan.

 Perencanaan Manajemen Pengendalian Massa Batuan (Ground

Control Management Plan) perlu dibuat sebagai sebuah dokumen

yang wajib dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam

perencanaan dan operasi tambang bawah tanah.

4. PT Aneka Tambang (Persero) Tbk - UBPE Pongkor:

Perencanaan Manajemen Pengendalian Massa Batuan perlu dibuat sebagai

sebuah dokumen yang wajib dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam

perencanaan dan operasi tambang bawah tanah.

5. PT. Cibaliung Sumberdaya:

Perlu dipastikan bahwa dokumen Perencanaan Manajemen Pengendalian

Massa Batuan yang sudah ada senantiasa diperbaharui secara berkala.


BAB IV

PENUTUP

Kepmen PE No. 555.K/26/M.PE/1995 Pasal 362 ayat (2):

“Dilarang memperkerjakan pekerja tambang pada tempat yang kondisi

lapisan batuan atap, samping dan dinding, yang karena ketinggiannya tidak

dapat diperiksa”.
DAFTAR PUSTAKA

Bowles, Joseph E. 1984. Sifat-Sifat Fisis Dan Geoteknis Tanah

(Mekanika Tanah). Terjemahan oleh Johan Kelanaputra H. 1986.

Jakarta: Erlangga.

Brenner, R. P. & Brand, E. W. 1977. Geotechnical Aspects of Soft Clays.

Bangkok: Asian Institute of Technology.

Buku Petunjuk Praktikum Penyelidikan Tanah, Yogyakarta: UAJY.

Chen, F.H. 1975. Foundation on Expansive Soils, Elsevier Scientific

Publishing Company. New York: 1975.

Christady, H. 2002. Mekanika Tanah 1. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Das, Braja M. 1985. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa

Geoteknis). Terjemahan oleh Noor Endah M. & Indrasurya B. M.

1998. Jakarta: Erlangga.

Dunn, Irving S., Anderson, Loren R., & Kiefer, Fred W. 1980. DasarDasar

Analisis Geoteknik. Terjemahan oleh Achmad Toekiman.

1992. Semarang: IKIP Semarang Press.

Gunawan, Sumiyati, 2008. Catatan kuliah Mekanika Tanah I.

Anda mungkin juga menyukai