Anda di halaman 1dari 20

1. Buatlah skema sistem pengaliran air bersih pada PDAM!

(buat penjelasannya)

Air baku dari PDAM yang berasal dari sumber air tidak semerta-merta
dapat langsung digunakan untuk kebutuhan air bersih di dalam bangunan. Air
tersebut terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas dan
kontinuitas. Untuk menjaga kualitas dari air baku tersebut, biasanya air akan
mengalami proses pengolahan. Pengolahan ini secara umum dapat dilakukan
dengan 3 cara: fisika, kimia dan biologi. Pengolahan secara fisika biasanya
dilakukan dengan memanfaatkan sifat makanis dari air tanpa tambahan zat kimia.
Contoh penerapannya adalah pengendapan, adsorbsi, filtrasi, dll. Pengolahan
secara kimiawi tentu saja dengan penambahan zat kimia seperti tawas, klor, dll
yang biasanya untuk menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam air.
Sedangkan pengolahan secara biologi dengan memanfaatkan mikroorganisme
tertentu yang dapat membantu menjernihkan air.
PDAM di Indonesia umumnya menggunakan instalasi pengolahan air (IPA) secara
fisika dan kimiawi. Pada dasarnya, pengolahan air tersebut dibagi menjadi 3
bagian yaitu:
1. Bangunan Intake
Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari
sumber air. Pada umumnya, sumber air untuk pengolahan air bersih, diambil dari
sungai. Pada bangunan intake ini biasanya terdapat bar screen yang berfungsi
untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya, air
akan masuk ke dalam sebuah bak yang nantinya akan dipompa ke bangunan
selanjutnya, yaitu WTP – Water Treatment Plant.
2. Water Treatment Plant
Water Treatment Plant atau lebih populer dengan akronim WTP adalah bangunan
utama pengolahan air bersih. Biasanya bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu :
bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi. Nah, sekarang kita
bahas satu per satu bagian-bagian ini.
a. Koagulasi
Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini. Apa yang terjadi
dalam bak ini..?? pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel
koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk
koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung di dalamnya.
Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa
tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan rapid mixing (pengadukan cepat),
hidrolis (terjunan atau hydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan
batang pengaduk). Biasanya pada WTP dilakukan dengan cara hidrolis
berupa hydrolic jump. Lamanya proses adalah 30 – 90 detik.
Proses Koagulasi Secara Mekanis dengan mesin pemutar
b. Flokulasi
Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit flokulasi.
Unit ini ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok. Teknisnya adalah
dengan dilakukan pengadukan lambat (slow mixing).

Proses Flokulasi Partikel Koloid


c. Sedimentasi
Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi dan
unit flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk ke dalam unit sedimentasi.
Unit ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah
didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip berat jenis.
Berat jenis partikel koloid (biasanya berupa lumpur) akan lebih besar daripada
berat jenis air. Dalam bak sedimentasi, akan terpisah antara air dan lumpur.
Proses Sedimentasi Gabungan unit koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi disebut
unit aselator

Unit Aselator pada Water Treatment Plant


d. Filtrasi
Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi ini,
sesuai dengan namanya, adalah untuk menyaring dengan media berbutir. Media
berbutir ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica, dan kerikil silica denga
ketebalan berbeda. Dilakukan secara grafitasi.

Unit Filtrasi
Selesailah sudah proses pengolahan air bersih. Biasanya untuk proses tambahan,
dilakukan disinfeksi berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dan
lain-lain sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yaitu reservoir.
3. Reservoir
Setelah dari WTP dan berupa clear water, sebelum didistribusikan, air masuk ke
dalam reservoir. Reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara
air bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara grafitasi. Karena
kebanyakan distribusi di kita menggunakan grafitasi, maka reservoir ini biasanya
diletakkan di tempat dengan eleveasi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang
menjadi sasaran distribusi. Biasanya terletak diatas bukit, atau gunung.

Reservoir air bersih


Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA – Instalasi Pengolahan Air.
Untuk menghemat biaya pembangunan, biasanya Intake, WTP, dan Reservoir
dibangun dalam satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi, sehingga
tidak diperlukan pumping station dengan kapasitas pompa dorong yang besar
untuk menyalurkan air dari WTP ke reservoir. Barulah, setelah dari reservoir, air
bersih siap untuk didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke
tiap daerah distribusi.
Proses Pengolahan Air Bersih

1. Buatlah sistem pengolahan air baku menjadi air minum pada air si ulang!

Ada berbagai macam proses penyaringan isi ulang yang ada dipasaran dari yang
sederhana hingga yang berteknologi terkini. Namun secara umum teknologi yang
sederhana seperti gambar dibawah ini telah memenuhi kualitas standard.
Keterangan dari gambar :
a) Pompa semi jet : dianjurkan penggunaan stainless steel.
b) Filter Media : umumnya pasir silika bangka akan lebih baik penggunaan
antracite atau ferro.
c) Filter Media : karbon aktif lebih baik menggunakan karbon yang
berkualitas baik
d) Filter catridge : banyak isi ulang menggunakan lebih dari 4 buah,
akantetapi kesemuanya tergantung kualitas dari catridge itu.
e) Ozone processor
f) Pipa foodgrade : lebih baik jangan menggunakan pipa PVC yang tidak
foodgrade karena akan menjadi sarang bakteri pada sambungan pipa yang
terkena lem, gunakan hanya pipa tanpa lem dan pergunakan siku secara
minimal.
g) Ultra violet : sesuaikan UV dengan flow pompa agar bakteri tidak lolos.
h) Sistem pengisian : selalu tertutup rapat agar mencegah kotoran dan bakteri
udara menyebar, bila memungkinkan gunakan UV Ruang tapi radiasinya
berbahaya terkena kulit dan mata.
i) Sistem pencucian galon dan pembilasan galon : gunakan bahan kimia yang
aman untuk dikonsumsi sehingga tidak terjadi efek samping.
Untuk proses di atas dapat dikembangkan misalkan filter media menggunakan 3
tabung atau filter media menggunakan
stainless steel (untuk penampilan) tetapi gunakan ss tabung 304 karena stainless
bukan selamanya lebih baik dari tabung FRP. Anggapan bahwa semakin banyak
filter media yang digunakan akan semakin baik, tetapi lebih diperhatikan kualitas
dari media tersebut ini yang akan sangat membantu dari rasa air minum.
Atau catridge filer menggunakan kualitas yang bagus dan juga dapat
dipergunakan dalam jumlah lebih banyak bahkan sistem tersebut dapat
dikembangkan juga menggunakan sistem Ultra Filtrasi 0.01 mikron sehingga
kualitas lebih baik.
Pemasangan ozone juga harus disesuaikan dengan kapasitas pompa, banyaknya
ozone yang sering ditemui di tempat-tempat isi ulang tidak sesuai dengan
kapasitas pompa yang digunakan jadi hanya sekedar ada ozone tetapi manfatnya
tidak maksimal.
UV (ultra violet) sebagai proses sterilisasi merupakan hal paling penting dalam
proses sederhana ini karena ini adalah jantung kedua setelah ozone jadi
kapasitas/kemampuan UV tersebut harus diperhatikan dan disesuaikan dengan
pompa.
Contoh proses penyaringan pada “Pure It”
Tahap 1 : Saringan Serat Mikro – menghilangkan semua kotoran yang terlihat.
Tahapan pertama adalah filtrasi air lewat penyaring serat mikro untuk
menghilangkan kotoran yang terlihat.
Tahap 2 : Filter Karbon Aktif – menghilangkan pestisida dan parasit berbahaya.
Tahapan kedua adalah melewatkan air pada lapisan karbon aktif yang akan
menghilangkan pestisida dan parasit berbahaya.
Tahap 3 : Prosesor Pembunuh Kuman – menghilangkan bakteri dan virus
berbahaya dalam air. Tahapan ketiga adalah tahapan yang paling penting, di mana
semua virus dan bakteri dibasmi oleh sebuah teknologi bernama programmed
disinfection technology .
Tahap 4 : Penjernih – menghasilkan air yang jernih, tidak berbau, dengan rasa
yang alami. Sedangkan tahapan terakhir adalah proses penjernihan yang
memungkinkan air menjadi tak berbau dan tak berwarna.
Keseluruhan tahapan itu dilakukan dalam alat yang berukuran seperti dispenser.
Dalam produk keluaran dari Unilever ini, terdapat bagian yang paling penting
untuk proses sterilisasi, disebut germkill kit . Bagian ini mampu berfungsi
maksimal selama kurang lebih delapan bulan dengan pemakaian normal, atau
sebanyak kurang lebih 80 liter. Dalam bagian tersebut, terdapat lapisan karbon,
pembunuh bakteri, dan penjernih. Air terlindungi dari kuman berbahaya penyebab
penyakit dengan menggunakan standar terketat EPA ( Environmental
Protection Agency ) USA yang menghilangkan log 6 bacteria, log 4 virus, dan log
3 parasites.
2. Jelaskan dan gambarkan siklus hidrologi!
 Apa yang dimaksud dengan evatranspirasi dan komponen apa saja yang
diperlukan untuk menghitung evatranspirasi potensial
 Metode perencanaan penam modifikasi
Pengertian Siklus Hidrologi
Pengertian siklus hidrologi adalah sebuah proses sirkulasi air yang mana
proses tersebut tidak pernah berhenti. Siklus ini dimulai dari atmosfer ke bumi
dan kembali lagi ke atmosfer melalui proses tahap-tahap yang dikenal sebagai
kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan juga transpirasi.
Dalam proses ini sendiri ada beberapa proses yang harus Anda ketahui.
Untuk membentuk suatu siklus hidrologi tersebut terdapat beberapa komponen
yang harus menjadi bagian dari siklus yang tidak pernah berhenti. Untuk lebih
jelasnya seperti yang sudah disebutkan, ada juga beberapa proses lainnya yang
termasuk dalam siklus hidrologi seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
Komponen Siklus Hidrologi
Dalam siklus hidrologi sendiri terdapat beberapa proses yang menjadi bagian dari
keseluruhan siklus hidrologi yang menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Beberapa komponen tersebut prestisipasi, evaporasi, transpirasi, evatranspirasi,
intersepsi, infiltrasi dan juga perkolasi.
Untuk masing-masing komponen tersebut berbeda antara satu dengan yang
lainnya di mana kita harus memahami bahwa siklus tersebut cukup beragam dan
tidak banyak yang tahu mengenai hal tersebut bahkan pengertian dari masing-
masing komponen tersebut yang dijelaskan secara rinci.
Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut untuk masing-masing komponen
tersebut yang akan menjelaskan setiap proses yang ada pada sebuah siklus
hidrologi.
1. Prestisipasi
Untuk proses ini sendiri sebenarnya dapat dikatakan sebagai salah satu proses
yang berada di tengah-tengah siklus hidrologi. Kita mungkin akan lebih familiar
dengan istilah hujan. Proses inilah yang terjadi ketika awan yang juga dikenal
sebagai bentuk uap dari air yang biasa kita lihat di langit.
Proses ini terjadi ketika uap air yang terkandung dalam awan tersebut terkena
suhu yang tinggi sehingga uang air berada pada keadaan jenuh yang akhirnya
berubah menjadi titik-titik air yang jatuh ke bumi.
2. Evaporasi
Pada proses ini sendiri sebenarnya terjadi karena adanya penguapan air yang
berasal dari permukaan bumi. Air-air tersebut bisa berasal dari laut, danau, sungai,
sawah, sungai dan berbagai tempat yang terdapat air.
Air yang menguap karena panas matahari tersebut akan naik dan nantinya akan
menjadi awan. Pada dasarnya, semakin tinggi suhu matahari terutama pada musim
kemarau maka semakin banyak juga air yang menjadi uap.
3. Intersepsi
Pada proses ini memang jarang disebutkan dalam sebuah siklus hidrologi karena
pada prosesnya proses intersepsi ini terjadi karena adanya peran tanaman yang
menyebabkan proses presipitasi tidak langsung membuat air jatuh ke tanah,
namun terlebih dahulu jatuh atau diintersepsi oleh tanaman yang pada akhirnya
membuat air hujan dari proses presipitasi tidak langsung jatuh ke tanah.
4. Infiltrasi/Perkolasi
Selain itu ada juga proses yang disebut dengan istilah infiltrasi di mana pada
proses ini sendiri air hujan atau siklus air setelah presipitasi tidak kembali lagi ke
permukaan tanah atau laut atau permukaan di bumi lainnya yang bisa langsung
kembali ikut dalam siklus hidrologi yaitu evaporasi.
Sebagian kecil air juga masuk meresap ke pori-pori tanah dan akan menjadi air
tanah sebelum akhirnya kembali lagi ke laut untuk kembali mengalami siklus
hidrologi yaitu evaporasi.
Hal ini juga sebenarnya cukup serupa dengan proses perkolasi namun dengan
penjelasan yang cukup berbeda di mana perkolasi sendiri merupakan suatu proses
di mana air mengalir ke bawah yang disebabkan oleh gravitasi yang bergerak
semakin ke bawah lapisan demi lapisan sampai ke titik jenuh dimana air
berkumpul di bawah tanah.
Macam-Macam Siklus Hidrologi

Berikut ini adalah macam macam siklus hidrologi, diantaranya:


1. Siklus Hidrologi Pendek
Dalam siklus hidrologi terdapat beberapa jenis siklus yang berbeda yang
dibedakan berdasarkan panjangnya siklus hidrologi yaitu siklus pendek, sedang
dan juga panjang.
Untuk siklus pendek dimulai dari air laut yang menguap menjadi gas yang
disebabkan oleh panas matahari. Selanjutnya gas tersebut mengalami kondensasi
dan membentuk awan. Untuk siklus pendek ini diakhiri dengan terjadinya hujan
ke atas permukaan laut.
2. Siklus Hidrologi Sedang
Untuk siklus sedang terjadi ketika air laut mulai menguap dan menjadi gas yang
disebabkan oleh panas matahari. Selanjutnya uap tersebut mengalami proses
evaporasi di mana uap karena proses ini tertiup oleh angin ke atas daratan dan
akhirnya membentuk awan. Selanjutnya dari awan tersebut turunlah hujan ke
permukaan daratan di mana air ini nantinya mengalir ke laut.
3. Siklus Hidrologi Panjang
Hampir sama dengan siklus sedang, untuk siklus panjang ini juga diawali dengan
proses penguapan air laut menjadi gas yang disebabkan oleh matahari.
Selanjutnya uap tersebut mengalami proses sublimasi. Dari proses tersebut,
terbentuklah awan yang di dalamnya mengandung kristal es.
Selanjutnya awan tersebut akan bergerak ke darat karena tiupan angin. Proses
yang terjadi selanjutnya adalah awan tersebut akan mengalami presipitasi dan
awan tersebut akan turun sebagai salju. Untuk selanjutnya salju tersebut menjadi
gletser karena akumulasi yang pada akhir gletser itu nantinya akan mencari dan
menjadi aliran sungai yang akan mengalir kembali ke laut.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Hidrologi
Selain beberapa hal di atas, ada juga beberapa faktor yang akan mempengaruhi
siklus hidrologi. Terkadang mungkin sebuah area atau lokasi terlihat tidak
mengalami siklus hidrologi yang sempurna.
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti salah satunya adalah jarak dari
sumber air yang juga akan mempengaruhi bagaimana di sebuah tempat mungkin
tidak turun hujan untuk waktu yang lama.
Hal ini misalnya dipengaruhi oleh jarak dari sumber air. Misalnya jarak daratan
seperti di Afrika cukup jauh dari laut yang menyebabkan daerah tersebut sering
mengalami kekeringan karena selama perjalanan awan yang tertiup angin tersebut,
air akan menguap dan tidak tersisa untuk terjadinya presipitasi.
Faktor lainnya juga disebabkan oleh adanya deretan pegunungan menyebabkan
awan tidak dapat melewati daerah tersebut karena harus terus naik agar bisa
melewati pegunungan tersebut. Hal ini sangat penting untuk diketahui dan juga
dapat menjelaskan mengapa di beberapa daerah siklus hidrologi tampaknya tidak
terjadi dengan sempurna.
Ternyata ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan memungkinkan tidak
terjadinya siklus hidrologi seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya.
EVAPORASI
Evaporasi Adalah proses pertukaran melalui molekul air di atmosfer atau
peristiwa berubahnya air atau es menjadi uap di udara. Penguapan terjadi pada
tiap keadaan suhu sampai udara di permukaan tanah menjadi jenuh dengan uap
air.
Proses evaporasi terdiri dari dua peristiwa yang berlangsung :
1.Interface evaporation, yaitu transformasi air menjadi uap air di permukaan
tanah. Nilai ini tergantung dari tenaga yang tersimpan.
2.Vertikal vapour transfers, yaitu perpindahan lapisan yang kenyang dengan uap
air dari interface ke uap (atmosfer bebas).
Bentuk persaman neraca air suatu danau atau reservoir:
Perolehan (inflow) = Kehilangan (outflow) .................................... (2.1a)
Qi + Qg + P - ΔS = Qo + SQ + Eo ......................................................... (2.1b)
Qin – Qout = ΔS ............................................................................. (2.1c) dimana:
Qi = masukan air/ direct run-off (inflow)
Qg = base flow (inflow)
Qo = outflow
P = presipitasi
SQ = perembesan
E = evaporasi air permukaan bebas
ΔS = perubahan dalam cadangan
t1 = muka air setelah kehilangan
t2 = muka air sebelum kehilangan
EVAPOTRANSPIRASI
Evapotranspirasi (ET) adalah jumlah total air yang kembali lagi ke
atmosfer dari permukaan tanah, permukaan air, dan vegetasi oleh adanya
pengaruh faktor-faktor iklim dan fisiologis vegetasi. Evapotranspirasi merupakan
gabungan antara proses evaporasi, intersepsi dan transpirasi.
Evaporasi adalah peristiwa penguapan yaitu berubahnya air menjadi uap,
bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara atau semua bentuk
permukaan selain vegetasi. Sedang transpirasi adalah perjalanan air dalam
jaringan vegetasi (proses fisiologi) dari akar tanaman ke permukaan daun dan
akhirnya menguap ke atmosfer. Intersepsi adalah penguapan air dari permukaan
vegetasi ketika berlangsung hujan. Besarnya laju evaporasi dan tranpirasi kurang
lebih sama apabila pori-pori daun terbuka.(Wanielista, 1990)
Untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap evapotranspirasi
perlu dibedakan menjadi Evapotranspirasi Potensial (EP) dan Evapotranspirasi
Terbatas (ET). Evapotranspirasi potensial adalah kemampuan atmosfer untuk
menghapus air dari permukaan melalui proses evapotranspirasi. Evapotranspirasi
terbatas adalah evapotranspirasi aktual dengan mempertimbangkan kondisi
vegetasi dan permukaan tanah serta curah hujan.
EP lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi, sementara ET lebih
dipengaruhi oleh faktor fisiologi tanaman dan unsur tanah. Faktor dominan yang
mempengaruhi EP adalah radiasi matahari, suhu, kelembaban atmosfer,
kecepatan angin, secara umum besarnya EP akan meningkat ketika suhu, radiasi
matahari, kelembaban udara dan kecepatan angin bertambah besar.
Dalam perhitungan dengan metode F.J Mock, Ep dan ET dihitung dengan rumus:
Eo = Ep x 0,75 ........................................................ (2.7)
ET = EP – E ..................................................... (2.8)
EP = ........................................................... (2.9)
E = EP*(m/20)*(18-n) .................................................. (2.10)
dimana: ET = evapotranspirasi terbatas/ limmited evapotranspirasi (mm)
EP = evapotranspirasi potensial (mm)
Ep = Evaporasi panci (data pengamatan)
E = selisih antara Ep dengan ET (mm)
m = singkapan lahan (Exposed surface (%))
n = jumlah hari hujan dalam sebulan
e = Evapotranspirasi potensial bulanan (cm/bulan)
I = Jumlah suhu rata-rata bulanan dari 12 bulan dibagi 5 pangkat 1,514
t = suhu rata-rata bulanan (ºC)
a = 0,000000675.I³ – 0,0000771.I² + 0,017921 + 0,49239
Exposed surface (m%), ditaksir berdasarkan peta tata guna lahan, atau
dengan asumsi:
m = 0 % untuk lahan dengan hutan lebat
m = 0 % pada akhir musim hujan dan bertambah 10% setiap bulan kering untuk
lahan sekunder.
m = 10 % - 40 % untuk lahan yang tererosi
m = 20 % - 50 % untuk lahan pertanian yang diolah
Evapotranspirasi adalah kombinasi proses kehilangan air dari suatu lahan
bertanaman melalui evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses dimana
air diubah menjadi uap air (vaporasi, vaporization) dan selanjutnya uap air
tersebut dipindahkan dari permukaan bidang penguapan ke atmosfer (vapor
removal). Evaporai terjadi pada berbagai jenis permukaan seperti danau, sungai
lahan pertanian, tanah, maupun dari vegetasi yang basah. Transpirasi adalah
vaporisasi di dalam jaringan tanaman dan selanjutnya uap air tersebut
dipindahkan dari permukaan tanaman ke atmosfer (vapor removal). Pada
transpirasi, vaporisasi terjadi terutama di ruang antar sel daun dan selanjutnya
melalui stomata uap air akan lepas ke atmosfer. Hamper semua air yang diambil
tanaman dari media tanam (tanah) akan ditranspirasikan, dan hanya sebagian
kecil yang dimanfaatkan tanaman (Allen et al. 1998).
Major Climatic Factor Influencing Corp Water Need
Evapotranspirasi terbagi atas beberapa jenis, yaitu Evapotranspirasi
Potensial, Evapotranspirasi standar, Evapotranspirasi Tanaman, Evapotranspirasi
actual. Biasanya untuk menganalisa debit andalan untuk mengetahui ketersediaan
air, dipengaruhi oleh evapotranspirasi potensial. Adapun metode yng digunakan
untuk mencari nilai evapotranspirasi potensial adalah metode penman yang telah
dimodifikasi dan metode blaney cridle
Metode Penman Modifikasi
Perhitungan ETo berdasarkan rumus Penmann yang telah dimodifikasi untuk
perhitungan pada daerah-daerah di Indonesia adalah sebagai berikut :
ETo = ETo* . c
ETo* = W(0,7Rs – Rn1) + (1 – W).f(u).(ea-ed)
Data terukur yang diperlukan adalah :
t = suhu bulanan rata-rata (C)
RH = kelembaban relatif bulanan rata-rata (%)
n/N = kecerahan matahari bulanan (%)
u = kecepatan angin bulanan rata-rata (m/dt) LL = letak lintang daerah yang
ditinjau
c = angka koreksi
Data terukur tambahan yang dibutuhkan untuk perhitungan menggunakan rumus
Penmann modifikasi adalah :
W = faktor yang berhubungan dengan suhu dan elevasi
Rs = radiasi gelombang pendek, dalam setahun evaporasi ekivalen
(mm/hari) = (0,25 + 0,54 n/N).Ra
R = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfer atau
angka angot (mm/hari)
Rn1 = radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari)
= f(t).f(ed).f(n/N)

f(t) = fungsi suhu =  . Ta4


f(n/N) = 0,1 + 0,9n/N
f(u) = fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2,00m (m/dt)
= 0,27 (1+0,864.u)
Ea = perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap sebenarnya ed =
ea.RH
RH = kelembaban udara relatif (%)
Setelah harga ETo* didapat, besar harga evapotranpirasi potensial (ETo) dapat
dihitung dari :
Eto = Eto* . c
dengan :
c = angka koreksi Penmann yang besarnya mempertimbangkan
perbedaan kecepatan angin (u) siang dan malam.
Prosedur perhitungan ETo berdasarkan rumus Penmann adalah sebagai berikut :
1. Mencari data suhu bulanan rata-rata (t)
2. Mencari besaran (ea), (W), (1-W) dan f(t) dari tabel PN.1, berdasarkan
nilai suhu rerata bulanan (t)
3. Mencari data kelembaban relatif (RH)
4. Mencari besaran (ed) berdasar nilai (ea) dan (RH)
5. Mencari besaran (ea-ed)
6. Mencari besaran f(ed) berdasarkan nilai ed
7. Mencari data letak lintang daerah yang ditinjau
8. Mencari besaran (Ra) dari tabel PN.2, berdasarkan data letak lintang
9. Mencari data kecerahan matahari(n/N)
10. Mencari besaran (Rs) dari perhitungan, berdasarkan (Ra) dan (n/N)
11. Mencari besaran f(n/N) berdasarkan nilai (n/N)
12. Mencari data kecepatan angin rata-rata bulanan (u)
13. Mencari besaran f(u) berdasar nilai u
14. Menghitung besar Rn1 = f(t). f(ed). f(n/N)
15. Mencari besar angka koreksi (c) dari tabel PN.3
16. Menghitung besar ETo*
ETo* = W(0,75 Rs-Rn1) + (1-W).f(u).(ea-ed)
17. Menghitung ETo = c.Eto
Contoh Perhitungan Evapotranspirasi Metode Penmann
Prosedur perhitungan Eto sebagai contoh perhitungan pada bulan
Januari berdasarkan rumus Penmann :
Data yang diketahui :
Perbedaan siang dan malam (u) = 4.70

1. Letak Lintang (LL) = 9o LS


2. Kelembaban Relatif (RH) = 67,25 %
3. Kecerahan matahari (n/N) = 72,00
Perhitungan :
1. Suhu rerata didapat sebesar 26,43
2. Dari tabel PN. 1 diperoleh :
Ea = 34,493
W = 0,755
1-W = 0,245 f(t) = 15,986
3. Menghitung nilai ed dari ea x RH
Ed = 34,493 x 0,6725
= 23,197 mbar

4. Mencari f(ed) = 0,34 – 0,044 x (ed)0,5

F(ed) = 0,34 – 0,044 x 23,1970,5


= 0,319 mbar
5. L etak lintang didapat harga Ra = 16,25
6. Mencari harga Rs = (0,25 + (0,54 x n/N))x Ra
Rs = (0,25 + (0,54 x 0,72)) x 16,25
= 10,381 mbar
7. Mencari besaran f(n/N) dari tabel Penmann 3.5.k. atau dengan rumus:
F(n/N) = 0,1 + (0,9 x n/N)
= 0,1 + (0,9 x 0.72)
= 0,649
8. Mencari besar f(u) berdasarkan harga u :
F(u) = 0,27 x (1+(0,864 x u))
= 0,27 x (1+ (0,864 x 4,70))
= 1,366
9. Menghitung besarnya Rn1 dengan rumus :
Rn1 = f(t) x f(ed) x f(n/N)
= 15,986 x 0,319 x 0,649 = 3,308 mm/hari
10. Menghitung ETo*
ETo* = (W x ((0,75 x Rs)-Rn1)) + ((1-W) x f(u) x (ea-ed))
= 0,755 x (0,75 x 10,381 – 3,308) + (0,245 x 1,366 x 11,269)
= 6,352 mm/hari
11. Menghitung ET = ETo* x c
Eto = 6,352 x 1,09
= 6,898
Jadi nilai evapotranspirasi potensial metode penman modifikasi adalah 6,898
cm
DAFTAR PUSTAKA

http://dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/4215211001152238913830March2018.
pdf
https://aryansah.wordpress.com/2010/12/03/instalasi-pengolahan-air-bersih/
https://harjoshrian.blogspot.com/2013/11/evaporasitranspirasievapotranspirasi.ht
ml

Anda mungkin juga menyukai