Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini
diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang lain, seperti
pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam. Definisi CAM
(Complementary and Alternative Madacine) suatu bentuk penyembuhan yang bersumber
pada berbagai system, modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan
kepercayaan (Hamijoyo, 2003)
Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (Medis) ke
pengobatan komplementer, meskipun pemgobatan modern juga sangat popular di
perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak masyarakat yang memilih
mengobati keluarga mereka yang patah tulang ke pelayanan non medis (sangkal putung) dari
pada mengobati ke Rumah Sakit ahli tulang. Sakit adalah suatu alasan yang paling umum
untuk mencari pengobatan demi memperoleh kesembuhan. Hal ini dibuktikan di salah satu
Negara modern (Israel), dimana dalam subuah penelitian tentang penggunaan klinik
pengobatan komplementer untuk pengobatan nyeri. Di negara tersebut ada 395% terlihat
warga yang mengunjungi klinik pengobatan komplementer, 69 pasien (46,6%) dengan nyeri
punggung, nyeri lutut 65 (43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai (Peleg, 2011).
Menurut World Health Organization dalam Lusiana (2006), Negara-negara di
Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan
primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika sebanyak 80% dari populasi menggunakan
obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Bahkan (WHO) merekomendasikan
penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat,
pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit
degenerative, dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan
keamanan dan khasiat dari obat tradisional.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 – 80%
dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-konvensional. Beberapa
rumah sakit di Indonesia, pengobatan komplementer ini sudah mulai diterapkan sebagai

1
terapi penunjang atau sebagai terapi pengganti bagi pasien yang menolak pengobatan
konvensional. Terapi komplementer dapat dilakukan atas permintaan pasien sendiri ataupun
atas rujukan dokter. Diharapkan dengan penggabungan pengobatan konvensional
komplementer bisa didapatkan hasil terapi yang lebih baik. Di Indonesia, Rumah Sakit
Kanker “Dharmais “Jakarta merupakan salah satu dari 12 rumah sakit yang telah ditunjuk
oleh Departemen Kesehatan untuk melaksanakan dan mengembangkan pengobatan
komplementer ini dan 12 rumah sakit lainnya adalah Rumah Sakit Persahabatan Jakarta,
Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya, Rumah Sakit Kandou Manado, RSUP Sanglah
Denpasar, RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar, RS TNI AL Mintoharjo 3 Jakarta,
RSUD Dr. Pringadi Medan, RSUD Saiful Anwar Malang, RS Orthopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Solo, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten
(Kemenkes, 2011).
Diantara banyaknya masyarakat yang memilih menggunakan pengobatan
komplementer saat ini, ada beberapa alasan yang menyebabkan mereka takut untuk
menggunakan pengobatan komplementer ialah pengalaman berobat di kedokteran yang tidak
kunjung sembuh, banyaknya pengobatan modern yang gagal, pengobatan komplementer
lebih murah dibandingkan dengan pengobatan modern. Kepercayaan terhadap pengobatan
komplementer bahkan budaya juga dapat mempengaruhi anggapan tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari keperawatan komplementer?
2. Bagaimana pengkajian keperawatan komplementer?
3. Bagaimana diagnosa keperawatan dalam keperawatan komplementer?
4. Bagaimana perencanaan dan implementasi dalam keperawatan komplementer?
5. Bagaimana evaluasi dalam keperawatan komplementer?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari keperawatan komplementer
2. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan komplementer
3. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan dalam keperawatan komplementer
4. Untuk mengetahui perencanaan dan implementasi dalam keperawatan komplementer

2
5. Untuk mengetahui evaluasi dalam keperawatan komplementer

D. MANFAAT
1. Manfaat teoritis dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa dan pembaca memperoleh
pengetahuan tambahan dan dapat mengembangkan wawasan mengenai aplikasi proses
keperawatan dalam keperawatan komplementer.
2. Manfaat praktis dari penyusunan makalah ini agar para pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat menerapkannya asuhan keperawatan komplementer yang baik dan
benar.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Proses keperawatan adalah aktivitas yang mempunyai maksud yaitu praktik
keperawatan yang dilakukan dengan cara yang sistematik. Selama melaksanakan proses
keperawatan, perawat menggunakan dasar pengetahuan yang komprehensif untuk mengkaji
status kesehatan klien, membuat penilaian yang bijaksana dan mendiagnosa,
mengidentifikasi hasil akhir kesehatan klien dan merencanakan, menerapkan dan
mengevaluasi tindakan keperawatan yang tepat guna mencapai hasil akhir tersebut
(Dermawan, 2012).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit.
Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan. Pengobatan
komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis konvensional dan
bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia.
Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia. Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam
sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak
menjadi bagian dari pengobatan konvensional (Zulfa dkk, 2018)
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan Komplementer
tradisional-alternatif adalah pengobatan non konvensional yang di tunjukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotiv, preventive, kuratif,
dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan,
dan evektivitas yang tinggi berandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima
dalam kedokteran konvensional (Zulfa dkk, 2018).
Pada prinsipnya, dokumentasi keperawatan komplementer tidak jauh berbeda
dengan dokumentasi asuhan keperawatan pada umumnya, yang meliputi: proses pengkajian,
diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4
B. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien (Setiadi, 2012). Pengkajian adalah pemikiran dasar
dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang
pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, 2012).
Tujuan pengkajian menurut Dermawan (2012) adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya.
Tipe data menurut Setiadi (2012) adalah sebagai berikut:
1. Data subjektif
Data subjektif adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah kesehatannya. Data
subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk persepsi pasien, perasaan dan ide
tentang status kesehatannya. Sumber data lain dapat diperoleh dari keluarga, konsultan
dan tenaga kesehatan lainnya.
2. Data objektif
Data objektif adalah hasil observasi atau pengukuran dari status kesehatan pasien.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengkajian menurut Dermawan (2012) adalah
sebagai berikut:
1. Data yang dikumpulkan harus menyeluruh meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual.
2. Menggunakan berbagai sumber yang ada relevansinya dengan masalah pasien dan
menggunakan cara-cara pengumpulan data yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. Dilakukan secara sistematis dan terus menerus.
4. Dicatat dalam catatan keperawatan secara sistematis dan terus menerus.
5. Dikelompokkan menurut kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual.
6. Dianalisis dengan dukungan pengetahuan yang relevan
Untuk pengkajian keperawatan komplementer meliputi:
1. Identitas pasien

5
2. Keluhan utama
3. Keluhan tambahan
4. Riwayat keluhan utama dan keluhan tambahan
5. Riwayat menggunakan perawatan/pengobatan komplementer
6. Riwayat alergi
7. Data focus masalah pemenuhan kebutuhan dasar
8. Data focus pemeriksaan fisik
9. Data penunjang (lab, USG,X-ray, MRI)
10. Data pemeriksaan komplementer
a. Nama titik yang bermasalah
b. Lokasi titik bermasalah

C. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan adalah suatu kesimpulan yang dihasilkan dari analisa data
(Carpenito, 2009). Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
atau potensia. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilhan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat menurut North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA) (1990, dalam Allen, 1998). Diagnosa
keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan yang menggambarkan penilaian
klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat terhadap
permasalahan kesehatan baik aktual maupun potensial. Dimana perawat mempunyai lisensi
dan kompetensi untuk mengtasinya ( Sumijatun, 2010 ). Kriteria diagnosa keperawatan
antara lain sebagai berikut ( Nursalam, 2015 ) :
1. Status kesehatan dibandingkan dengan standar untuk menentukan kesenjangan.
2. Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan
kebutuhan pasien.
3. Diagnosa keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang.
4. Komponen diagnosa terdiri atas PE/PES.
5. Pengkajian ulang dan revisi terhadap diagnosis berdasarkan data terbaru.
Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi sebagai berikut:

6
1. Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.
2. Faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah.
3. Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
4. Mengkomunikasikan masalah klien pada tim kesehatan.
5. Mendemonstrasikan tanggung jawab dalam indentifikasi masalah klien.
6. Mengidentifikasi masalah utama untuk perkembangan intervensi keperawatan.
Di dalam diagnose NANDA, terdapat 3 tipe diagnose yaitu:
1. Diagnosa aktual
Dengan format penulisan: PES (P berhubungan dengan E ditandai dengan S)
2. Diagnosa risiko
Dengan format penulisan: P dengan adanya faktor risiko N
3. Promosi Kesehatan
Dengan format penulisan: P ditandai dengan defining karakteristik (batasan
karakteristik)
Untuk diagnosa keperawatan komplementer disesuaikan dengan diagnosa pada NANDA

D. INTERVENSI DAN IMPLEMETASI


Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang
merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan,
kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan,
2012). Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis yang
menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-tindakan
keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik (Manurung, 2011). Perencanaan
keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai
pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan,
memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan pasien (Setiadi, 2012).
Langkah – langkah perencanaan keperawatan menurut Manurung (2011) adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan prioritas masalah.
Prioritas keperawatan adalah penyusunan diagnose keperawatan atau masalah pasien
dengan menggunakan tingkat kedaruratan atau kepentingan untuk memperoleh tahapan

7
intervensi keperawatan yang dibutuhkan. Saat menentukan prioritas diagnosa
keperawatan digunakan standar prioritas kebutuhan dari Maslow, sebagai berikut :
Prioritas 1 : masalah yang berhubungan dengan kebutuhan fisiologis seperti respirasi,
sirkulasi, nutrisi, hidrasi, eliminasi, suhu dan kesenjangan fisik.
Prioritas 2 : masalah yang berpengaruh pada keselamatan dan keamanan.
Prioritas 3 : masalah yang berpengaruh terhadap cinta dan rasa memiliki. Prioritas 4 :
masalah yang berpengaruh pada rasa harga diri.
Prioritas 5 : masalah yang berpengaruh pada kemampuan mencapai sasaran pribadi atau
aktualisasi diri. Pengurutan prioritas akan dipengaruhi oleh faktorfaktor persepsi pasien
terhadap prioritas, untuk itu menanyakan kepada pasien tentang apa yang dirasakannya
merupakan hal yang penting.
2. Menuliskan tujuan dan kriteria hasil.
Tujuan perawatan adalah hasil yang diinginkan dari asuhan keperawatan yang
diharapkan dapat dicapai bersama pasien serta direncanakan untuk mengurangi masalah
yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan (Manurung, 2011). Saat
merumuskan tujuan, ada beberapa petunjuk umum yang perlu diperhatikan menurut
Manurung (2011), yaitu :
a. Tujuan dinyatakan dengan istilah hasil yang ingin dicapai, bukan tindakan
keperawatannya.
b. Tujuan keperawatan harus menggambarkan perilaku pasien yang dapat diamati dan
diukur.
c. Tujuan harus realistis, mencerminkan kemampuan dan keterlibatan pasien.
d. Setiap tujuan berdasarkan dari satu diagnosis keperawatan.
Kriteria hasil mempunyai ciri-ciri menurut Dermawan (2012) yaitu setiap kriteria hasil
berhubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, hasil yang ditetapkan dalam kriteria
hasil, memungkinkan untuk dicapai, setiap kriteria hasil adalah pernyataan satu hal yang
spesifik, kriteria harus sekonkrit mungkin untuk memudahkan pengukuran, kriteria
cukup besar atau dapat diukur, kriteria menggunakan kata-kata positif bukan
menggunakan kata negatif. Pedoman penulisan kriteria hasil menurut Setiadi (2012)
adalah berfokus pada pasien, singkat dan jelas, dapat diobservasi dan dapat diukur, ada
batas waktu, ditentukan oleh perawat dan pasien.

8
3. Memilih rencana tindakan atau intervensi keperawatan.
a. Tindakan keperawatan harus aman bagi pasien.
b. Tindakan keperawatan harus sejalan dengan tindakan pengobatan.
c. Tindakan keperawatan harus didasari prinsip dan pengetahuan yang digabungkan
dari pendidikan dan pengalaman sebelumnya.
d. Tulis sekumpulan tindakan keperawatan untuk mencapai setiap tujuan.
e. Pilih satu kumpulan tindakan keperawatan yang kiranya cocok dengan sikap yang
disebutkan dalam pernyataan tujuan.
f. Tindakan keperawatan harus realistis.
g. Tindakan keperawatan harus penting bagi peningkatan kesehatan pasien dan sejalan
dengan tujuan serta nilai perseorangan pasien.
h. Gunakan pasien sebagai sumber-sumber dalam memilih tindakan keperawatan.
i. Tulis tindakan keperawatn secara berurutan
Contoh intervensi keperawatan komplementer :
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Nyeri akut b/d NOC : NIC :
dengan agens Comfort Status : Accupresure
cidera biologis Physical 1. Perhatikan kontraindikasi 1. Mencegah hal-
d/d dengan pasien Setelah dilakukan tindakan acupressure hal yg tidak
mengatakan nyeri tindakan terhadap pasien diinginkan
pada kepala keperawatan 2. Putuskan aplikasi 2. Membantu
bagian samping, selama 1 x 30 akupresure untk mempercepat
dirasakan seperti menit, diharapkan pengobatan proses
di tusuk – tusuk nyeri akut pasien penyembuhan
sejak bangun berkurang dengan 3. Tentukan kenyamanan 3. Memberikan
tidur, nyeri timbul kriteria hasil : pasien secara psikologis kenyamanan
setiap saat dengan - Pasien tidak lagi dengan sentuhan untuk pasien
skala nyeri 4 ( 0- mengeluh nyeri/ 4. Tentukan accupoint yang 4. Mengetahui
10 ) terdapat nyeri nyeri yg ada akan distimulasi letak accupoint
tekan pada titik sudah yg bermasalah
DU20 / GV20, berkurang 5. Lakukan stimulasi di titik- 5. Membantu

9
EX HN 3, EX HN - Pasien tidak titik accupoint mempercepat
5, dan GB 43 tampak proses
menahan nyeri penyembuhan
- Skala nyeri 2 6. Anjurkan pasien untuk 6. Agar pasien
rileks/tenang merasa nyaman
7. Berikan terapi knee chest 7. Untuk
meningkatkan
NIC : tekanan darah
Massage
1. Perhatikan kontraindikasi
terhadap tindakan massage 1. untuk mencegah
yang akan dilakukan pada hal yang tidak
pasien diinginkan
2. Putuskan aplikasi massage
untuk pengobatan 2. untuk
mempercepat
proses
3. Tentukan letak / area yg penyembuhan
akan di massage 3. agar area yang
akan di massage
tepat pada titik
4. Gunakan minyak atau yg bermasalah
lotion untuk massage 4. untuk
kecuali area kepala mengurangi
5. Lakukan massage di area gesekan yang
yg sudah ditentukan kasar
dengan memijat terus 5. untuk
menerus, rata, pukulan membantu
yang lama, meremas dan proses
getaran penyembuhan
6. Anjurkan pasien unutk 6. agar pasien

10
rileks/tenang tetap rileks dan
7. Berikan pasien terapi nyaman
herbal 7. Membantu
proses
penyembuhan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan
pasien (Riyadi, 2010). Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
Pedoman implementasi keperawatan menurut Dermawan (2012) sebagai berikut:
a. Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan setelah
memvalidasi rencana. Validasi menentukan apakah rencana masih relevan, masalah
mendesak, berdasar pada rasional yang baik dan diindividualisasikan. Perawat
memastikan bahwa tindakan yang sedang diimplementasikan, baik oleh pasien,
perawat atau yang lain, berorientasi pada tujuan dan hasil. Tindakan selama
implementasi diarahkan untuk mencapai tujuan.
b. Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan dengan kompeten dan
efisien di lingkungan yang sesuai. Perawat harus kompeten dan mampu
melaksanakan keterampilan ini secara efisien guna menjalankan rencana. Kesadaran
diri dan kekuatan serta keterbatasan perawat menunjang pemberian asuhan yang
kompeten dan efisien sekaligus memerankan peran keperawatan profesional.
c. Keamanan fisik dan psikologis pasien dilindungi. Selama melaksanakan
implementasi, keamanan fisik dan psikologis dipastikan dengan mempersiapkan
pasien secara adekuat, melakukan asuhan keperawatan dengan terampil dan efisien,
menerapkan prinsip yang baik, mengindividualisasikan tindakan dan mendukung
pasien selama tindakan tersebut.
d. Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan dalam catatan perawatan
kesehatan dan rencana asuhan. Dokumentasi dalam catatan perawatan kesehatan
terdiri atas deskripsi tindakan yang diimplementasikan dan respon pasien terhadap
tindakan tersebut. Tindakan yang tidak diimplementasikan juga dicatat disertai
alasan. Dokumentasi rencana asuhan untuk meningkatkan kesinambungan asuhan
dan untuk mencatat perkembangan pasien guna mencapai kriteria hasil.

11
E. EVALUASI
Menurut (Nursalam, 2001), Evaluasi adalah langkah akhir dari proses perawatan.
Tugas selama tahap ini termasuk pencatatan pernyataan evaluasi dan revisi rencana tindakan
keperawatan dan intervensi jika perlu. Lebih lanjut, pernyataan evaluasi memberikan
informasi yang penting tentang pengaruh intervensi yang direncanakan pada keadaan
kesehatan klien. Evaluasi merupakan fase pengkajian proses keperawatan, menilai
keefektifan tindakan keperawatan dan mengindikasi kemajuan klien terhadap tujuan
pencapaian.
Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan seberapa efektifnya tindakan keperawatan
itu untuk mencegah atau mengobati respon manusia terhadap prosedur, kesehatan.
Sedangkan komponen evaluasi dicatat untuk (Nursalam, 2001) :
1. Mengkomunikasikan status klien dan hasilnya berhubungan dengan semua arti umum
untuk semua perawat.
2. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk memutuskan apakah mengawali,
melanjutkan, memodifikasi atau menghentikan tindakan keperawatan.
3. Memberikan bukti revisi untuk perencanaan perawatan yang berdasarkan pada catatan
penilaian ulang atau reformulasi diagnosa perawatan.
4. Standar dokumentasi untuk terus mencatat pernyataan evaluasi perawatan yang
merefleksikan keefektifan asuhan keperawatan, respon klien untuk intervensi perawatan,
dan revisi rencana keperawatan.
Tipe-tipe Pernyataan Evaluasi
1. Pernyataan evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat/setelah
dilakukan tindakan keperawatan dan ditulis pada catatan perawatan.
Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien dapat duduk selama 30 menit tanpa
pusing.
2. Pernyataan evaluasi sumatif
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu
pada tujuan dan ditulis pada catatan perkembangan.

12
Pada format Evaluasi juga terdapat identitas yang juga harus diisi oleh perawat nama ,
nomor kamar ,nomor register, umur, kelas,Identitas yang terdapat diatas berguna agar
mempermudah perawat dalam mencari data pasien dan jelas,serta agar tidak tertukar dengan
pasien lain. Ditable Evaluasi juga terdapat:
1. Tanggal dan Waktu ditulis berdasarkan kapan perawat melakukan tindakan keperwatan
terhadap pasien. Berfungsi agar jelas dalam pendokumentasiannya serta terperinci.
2. Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakukan terhadap pasien. Pada tahap
evaluasi dibagi menjadi 4 tahap yaitu SOAP atau SOAPIER:
S: Subyektif: Hasil pemeriksaan terakhir yang dikeluhkan oleh pasien biasanya data ini
berhubungan dengan criteria hasil
O: Obyektif: Hasil pemeriksaan terkhir yang dilakukan oleh perawat biasanya data ini
juga berhubungan dengan criteria hasil.
A: Analisa: Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah kebutuhan pasien telah terpenuhi
atau tidak
P: Plan of Care: Dijelaskan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan terhadap pasien.
Paraf harus disertai nama jelas, tujuannya untuk pembuktian dan pertanggung gugat bagi
perawat jika suatu saat kondisi pasien memburuk atau sampai berada ditangan hukum.

BAB III
PENUTUP

13
A. KESIMPULAN
Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk didalamnya orang
yang terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya profesional kesehatan dan
terapis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini dapat
meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang dapat
memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi dalam
terapi komplementer. Peran perawat dalam meberikan asuhan keperawatan komplementer
harus sesuai dengan proses keperawatan dengan memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosial
dan spiritual. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk
meningkatkan peran perawat dalam terapi komplementer karena pada kenyataannya,
beberapa terapi keperawatan yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.

B. SARAN
Dengan penyusunan makalah ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi
mahasiswa keperawatan. Penulis berharap agar para pembaca dapat lebih memahami
mengenai aplikasi proses keperawatan dalam keperawatan komplementer sehingga ilmu
yang didapatkan bermanfaat di masa yang akan datang dan dapat diterapkan dalam
memberikan asuhan keperawatan komplementer yang efektif dan efesien.

DAFTAR PUSTAKA

14
Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja (1st ed.).
Yogyakarta: Gosyen Publishing

Hamijoyo, L. (2003). Complementary medicine in Reumatology. http://medikaholistik.com.


Diakses pada tanggal 21 November 2019

Kemenkes RI, 2011, Modul Penggunaan Obat Rasional, Bina Pelayanan Kefarmasian, Jakarta.

Manurung, S. (2011). Buku ajar keperawatan maternitas asuham keperawatan intranatal.


Jakarta : Trans Info Media

Nursalam.  2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik edisi  1. Jakarta :
Salemba Medika.

Peleg, R. (2011). Patients Visiting the Complementary Clinic for Pain : a Cross Sectional Study.
http://www.biomedcentral.com/1472-6882/11/36. BMC. Diakses pada tanggal 21
November 2019

Riyadi, S. Suharsono, 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Yogyakarta : G Osyen

Setiadi. 2012. Konsep&Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik.


Yogyakarta : Graha Ilmu

Sumijatun. (2010). Konsep dasar menuju keperawatan profesional. Jakarta: TIM

Zulfa, dkk, 2018. Terapi Komplementer, Mojokerto : STIKes Majapahit Mojokerto

15

Anda mungkin juga menyukai