Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil.

Sebagian besar kehamilan ini berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15%

menderita komplikasi berat dengan sepertiganya mengancam nyawa ibu.

Komplikasi yang terjadi pada kehamilan mengakibatkan kematian lebih dari

setengah juta ibu setiap tahun. Dari jumlah yang diperkirakan terjadi 90%

terjadi di Asia dan Afrika subsahara, 10 % di negara berkembang lainnya, dan

kurang dari 1% di negara maju (Prawirohardjo, 2014).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SKDI tahun

2013, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000

kelahiran hidup angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SKDI

tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit

menurun walaupun tidak signifikan (Kemenkes, 2014).

Secara global 80% kematian penyebab kematian ibu tergolong pada

kematian ibu secara langsung. Artinya kematian ibu yang terjadi akibat

komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas dan segala intervensi atau

penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Komplikasi penyebab

langsung yaitu perdarahan (28% biasanya perdarahan pasca persalinan),

preeklamsia dan eklamsia (13%), infeksi pada kehamilan (10%) partus macet

(8%) dan sebab-sebab lain (8%) (Prawirohardjo, 2014).


Preeklampsia merupakan salah satu keadaan hipertensi yang bisa

terjadi pada ibu hamil. Preeklamsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang

ditandai oleh hipertensi, edema, dan proteinuria (Dorlan, 2012).

Preeklampsia adalah keadaan di mana terjadinya hipoperfusi ke organ

akibat vasospasme dan aktivasi endotel yang ditandai dengan hipertensi,

proteinuria dan edema (Karima, 2015). Menurut WHO angka kejadian pre-

eklamsia di negara berkembang adalah 16%, 9% kejadian di Asia dan Africa,

dan sebanyak 26% di Amerika Latin dan Karibia (Arun Jeyabalan, 2013).

Angka kejadian preeklampsia di Indonesia adalah 7-10%. (Hadijono, 2009)

Faktor predisposisi dari preeklampsia yaitu usia, paritas, status sosial

ekonomi, genetik, komplikasi obtsetrik dan kondisi medis yang sudah ada

sebelumnya (Yogi dkk, 2014). Menurut penelitian usia ibu saat hamil dapat

mempengaruhi kehamilan maupun persalinan. Usia ibu terlalu muda dan usia

ibu terlalu tua akan memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terjadi

komplikasi pada kehamilan (Kurniasari dkk, 2015).

Berdasakan data tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil kasus

dengan judul ”Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Dengan Preeklamsia Ringan Di

Puskesmas Klandasan Ilir Balikpapan Tahun 2020 ”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu menerapan asuhan kebidanan pada ibu hamil

dengan preeklampsia ringan di puskesmas dengan menggunakan


manajemen asuhan kebidanan menurut Varney dan pendokumentasian

secara SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakuan pengumpulan data pada ibu hamil dengan

pre eklampsia ringan.

b. Mahasiswa mampu melakuan dalam menginterprestasikan data pada

Ny. S dengan pre eklampsia ringan.

c. Mahasiswa dapat mengantisipasi diagnosa dan masalah potensial pada

Ny. S dengan pre eklampsia ringan .

d. Mahasiswa dapat mengidentifikasikan hubungan akan tindakan segera

atau kolaborasi pada kasus Ny. S dengan preeklampsia ringan.

e. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh pada Ny. S

dengan pre eklampsia ringan

f. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan yang sesuai dengan

pemecahan pada Ny. S dengan pre eklampsia ringan

g. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari asuhan kebidanan pada Ny.

S dengan pre eklampsia ringan.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat teoritis:

Penulisan laporan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

mengenai preeklampsia.
2. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi penulis

1) Sebagai laporan tugas asuhan kebidanan yang telah dilakukan

penulis.

2) Menambah pengetahuan tentang hubungan antara usia ibu hamil

risiko tinggi dengan kejadian preeklampsia.

b. Manfaat bagi pasien

Dapat memberikan informasi kepada pasien bahwa usia ibu hamil risiko

tinggi merupakan faktor risiko dari preeklampsia.

c. Manfaat bagi ilmu pengetahuan

Dengan adanya laporan asuhan ini, diharapkan dapat memberikan

informasi baru mengenai hubungan usia ibu hamil resiko tinggi pada

kejadian preeklampsia berat serta memberikan kontribusi dalam

perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kebidanan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kehamilan

1. Pengertian

Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh

ibu, yang diawali dengan proses pembuahan, yaitu pertemuan sperma dan

sel telur di dalam tuba fallopi, yang kemudian tertanam di dalam uterus dan

diakhiri dengan proses persalinan (Fathonah, 2016).

2. Tahap Trimester Kehamilan

Menurut Fathonah (2016) proses kehamilan yang normal berjalan

selama 38-40 minggu, yang dibagi menjadi tiga fase, yaitu : Trimester

Pertama yang berlangsung pada 1-12 minggu, Trimester Kedua yang

berlangsung selama 13-24 minggu dan Trimester ketiga yang berlangsung

selama 25 minggu sampai proses persalinan.

3. Tanda Kehamilan

Menurut Harni, dkk (2009) ada tiga tanda-tanda kehamilan diantaranya

adalah : tanda tidak pasti, tanda kemungkinan dan tanda pasti hamil.

Pertama, tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologis yang

dapat dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil. Tanda

– tanda kehamilan antara lain


a. Amenoera (berhentinya menstruasi), mual (nausea) dan muntah

(emesis), pingsan kelelahan, payudara tegang, sering buang air kecil,

konstipasi, pigmentasi kulit dan varises.

b. Tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat

diketahui dari pemeriksaan fisik kepada wanita hamil. Tandanya

adalah : pembesaran perut, tanda hegar, tanda goodel, tanda

chadwicks, tanda piscaseck, kontraksi Braxton-hicks, teraba

ballottement dan pemeriksaan biologis kehamilan positif.

c. Tanda pasti hamil adalah tanda yang menunjukan langsung keberadaan

janin yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tandanya adalah

: gerakan janin, denyut jantung janin, bagian-bagian janin, terlihat

bentuk janin pada pemeriksaan USG dan keluhan normal yang biasa

terjadi pada kehamilan.

B. Konsep Pre Eklamsia

1. Pengertian

Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah

lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,

2008) Periode pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak

bayi lahir sampai organ- organ reproduksi kembali ke keadaan normal

sebelum hamil (Bobak, 2010). Post partum (nifas) secara harfiah adalah

sebagai masa persalinan dan segera setelah kelahiran, masa pada waktu

saluran reproduktif kembali ke keadaan semula (tidak hamil). Puerperium /


nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu (Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal,2010).

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita

hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria

tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi

sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan

berumur 28 minggu atau lebih. (Nanda, 2012)

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

kehamilan disertai dengan proteinuria (Prawirohardjo, 2008). Preeklamsia

adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat

kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer

dkk, 2010).

2. Etiologi

Penyebab preeklamsia sampai sekarang belum di ketahui secara

pasti,tapi pada penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat

perubahan yang khas pada berbagai alat.Tapi kelainan yang menyertai

penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air dan coogulasi

intravaskulaer.

Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab primer

penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai

gejala yang menyertai preeklamsi. Sebab pre eklamasi belum diketahui,


a. Vasospasmus menyebabkan :

1) Hypertensi

2) Pada otak (sakit kepala, kejang)

3) Pada placenta (solution placentae, kematian janin)

4) Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)

5) Pada hati (icterus)

6) Pada retina (amourose)

b. Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab

preeklamsia yaitu :

1) Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda,

hidramnion, dan molahidatidosa

2) Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan

3) Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian

janin dalam uterus

4) Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma. c.

Factor Perdisposisi Preeklamsi

5) Molahidatidosa

6) Diabetes melitus

7) Kehamilan ganda

8) Hidrocepalus

9) Obesitas

10) Umur yang lebih dari 35 tahun


3. Patofisiologi

Menurut Cunningham, dkk (2009) semua teori yang memuat tentang

preeklamsi harus dapat menjelaskan pengamatan bahwa hipertensi pada

kehamilan jauh lebih besar, wanita yang kemungkinan terkena hipertensi:

a. Terpapar virus korion untuk pertama kali

b. Terpapar virus korion dalam jumlah sangat besar, seperti pada

kehamilan kembar atau mola hidatidosa.

c. Sudah mengidap penyakit vascular.

d. Secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil

Walaupun esensial, virus korion tidak harus menunjang janin atau

terletak di dalam uterus.

Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi

peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke

organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar

dari timbulnya proses preeklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan

resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat

diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors.

Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang

lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan

pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin

Growth Retardatio.
4. Faktor Predisposisi

Penyebab preeklampsia belum diketahui secara jelas. Penyakit ini

dianggap sebagai “mal adaptation syndrome” akibat penyempitan

pembuluh darah secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta

sehingga berakibat kekurangan pasokan darah yang membawa nutrisi ke

janin (Anwar Indra, 2010).

Penyebab pasti dari kehamilan ini masih belum diketahui, namun

beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat

menunjang terjadinya preeklampsia. Faktor-factor tersebut antara lain, gizi

buruk , kegemukan, dan gangguan aliran darah ke rahim (Ummi, 2009).

Ada empat fakor berperan penting dalam terjadinya pre eklampsia,

antara lain :

a. Iskemia plasenta ( plasenta kekurangan oksigen ).

b. Kekurangan protein.

c. Maladaptasi imunologi, ketidakmampuan (maladaptasi) sitem imunitas

terhadap perubahan yang terjadi akibat proses kehamilan.

d. Kelainan genetik.

Kejadian pre – klampsia bervariasi, dijumpai berbagai faktor yang

mempengaruhi diantaranya :

a. Distensi rahim yang berlebihan : hidramnion, hamil ganda, mola

hidatidosa.

b. Penyakit yang menyertai hamil : diabetes militus, kegemukan.


c. Jumlah umur ibu di atas 35 tahun (Ummi, 2009).

5. Klasifikasi

Preeklampsia digolongkan menjadi dua yaitu :

a. Preeklampsia ringan.

1) TD sebesar 140/90 mmHg atau +30 / +15 di atas nilai dasar, pada

dua kesempatan terpisah sedikitnya 6 jam.

2) Edema: Edema lokal tidak dimasukkan kedalam kriteria preeklamsi

kecuali edema pada lengan, muka dan perit, edema generalisata.

3) Protein urine: ≥ 300mg/24 jam atau ≥1 +dipstik (Sarwono, 2013)

b. Preeklampsia berat

1) TD sebesar 160 / 110 mmHg pada dua kesempatan terpisah sekitar

6 jam, yang didapat saat ibu dalam keadaan berbaring.

2) Proteinuria > 5 g dalam 24 jam ( 3+ sampai 4+ pada dipstick ).

3) Oliguria ( pengeluaran urine < 400 mL / 24 jam ).

4) Kenaikan kadar kreatin plasma

5) Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala,

skotoma dan pandangan kabur

6) Nyeri episgatrum atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen

(Akibat terengganggnya kapsula glisson)

7) Edema paru dan sianosis.

8) Hemolisis mikroangiopatik.

9) Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trobosit

dengan cepat
10) Gangguan funsi hepar : peningkatan kadar alanin dan asparte

aminotransferase

11) Pertumbuhan janin yang terhambat (Sarwono, 2013)

6. Prognosa

Prognosis untuk anak juga berkurang,tetapi bergantung pada saat

preeklamsi menjelma dan pada beratnya preeklamsi. Kematian perinatal

kurang lebih 20%. Kematian perinatal ini sangat dipengaruhi oleh

prematuritas.

Ada ahli yang berpendapat bahwa preeklamsi dapat menyebabkan

hipertensi yang menetap, terutama jika preeklamsi berlangsung lama atau

dengan kata lain sudah akut.

7. Diagnosa

Diagnosa preeklamsi didasarkan atas adanya 2 dari trias tanda utama

preeklamsia yaitu kenaikan berat badan atau edema (edema lokal tidak

dimasukkan dalam kriketeria preeklamsia kecuali edema pada lengan, muka

dan perut edema generalisata), kenaikan tekanan darah, proteinuria.

Walaupun terjadinya preeklamsi sulit di cegah namun preeklamsi berat dan

eklampsia dapat dihindarkan dengan pengenalan secara dini penyakit itu

dan dengan penanganan secara sempurna (Manuaba, 2010)

8. Pemeriksaan Penunjang
Selain anamneses dan pemeriksaan fisik , pada kecurigaan adanya

preeklamsia sebaiknya diperiksa juga

a. Pemeriksaan darah rutin serta darah kimia: Urium kreatin, SGOT, LDH,

Bilirubin

b. Pemeriksaan uriene, protein urine, reduksi, bilirubin sedimen

c. Kemungkinsn adanyan pertumbuhan janin terhambat dengan

konfirmasi USG (bila tersedia)

d. Kardiotografi umtuk menilai kesejahteraan janin(Anik dan

Yulianingsih, 2009)

9. Penatalaksanaan

1) Preeklampsia Ringan.

1) Jika kehamilan < 37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan,

lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :

a) Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin.

b) Lebih banyak istirahat.

c) Diet biasa.

d) Tidak perlu diberi obat-obatan

2) Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :

a) Diet biasa

b) Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteinuria 1 x sehari.

c) Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,

dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut.


3) Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat

dipulangkan :

a) Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda

preeklampsia berat

b) Kontrol 2 kali seminggu.

c) Jika tekanan diastolik naik lagi → rawat kembali.

d) Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan → rawat kembali.

e) Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan → tetap dirawat

f) Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat,

pertimbangkan terminasi kehamilan.

 Jika protenuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia

berat.

 Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi

 Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 iu

dalam 500 ml dektrose IV 10 tetes / menit atau dengan

prostaglandin.

 Jika serviks belum matang, berikan prostagladin,

misoprostol atau kateter Foley, atau terminasi dengan seksio

sesarea. (Ladewig Patricia W. 2010)

2) Preeklampsia Berat Dan Eklampsia

1) Penanganan Umum

a) Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antipertensi, sampai

tekanan diastolik di antara 90-100 mmHg.


b) Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau

>)

c) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.

d) Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteunuria.

e) Jika jumlah urin < 30 ml per jam :

 Infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam

 Pantau kemungkinan edema paru

f) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi

dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.

g) Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin

setiap jam.

h) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru.

Krepitasi merupakan tanda edema paru. Jika ada edema paru,

stop pemberian cairan, dan berikan diuretik mislanya

furosemide 40 mg IV.

i) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika

pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat

koagulopati.

2) Perawatan Aktif (Agresif)

Adalah perawatan dimana sambil memberi pengobatan kehamilan

diakhiri. Indikasi perawatan aktif adalah :

a) Ibu

- Umur kehamilan ≥ 37 minggu


- Adanya tanda-tanda gejala impending eklamsia

- Kegagalan terapi pada perawatan konservatif

- Diduga terjadi solusio plasenta

- Timbul onset persalinan, ketuban pecah atau perdarahan

b) Janin

- Adanya tanda-tanda fetal distress

- Adanya tanda tanda IUGR

- NST non reaktif dengan profil biofisik abnormal

- Terjadinya Oligohidroamnion

- Laboratorik

- Adanya tanda sindrome HELLP (Sarwono, 2013)

c) Pengobatan medicinal

- Segera rawat di ruangan yang terang dan tenang,

- Terpasang infuse D5/RL,

- Total bed rest dalam posisi lateral decubitus

- Dianjurkan tirah baring ke satu sisi (kiri)

- Diet cukup protein, rendah KH- lemak, dan garam

- Dipasang foley cateter untuk mengukur pengeluaran urine.

- Antasida

- Anti kejang
3) Perawatan Konservatif

Perawatan konservatif kehamilan pre term < 37 minggu tanpa disertai

tanda-tanda impending eklampsia, dengan keadaan janin baik.

Perawatan tersebut terdiri dari:

a) Loading dose, IM saja

b) Maintenance dose, diberikan 6 jam setelah loading dose secara IM

4gr/MgSO4 40% 6 jam, bergiliran pada gluteus kanan dan kiri.

- MgSO4 dihentikan bila sudah mencapai tanda PER, selambat-

lambatnya dalam waktu 24 jam

- Dianggap gagal jika > 24 jam tidak ada perbaikan, harus

dilakukan terminasi

- Px boleh pulang, jika dalam 3 hari perwatan setelah penderita

menunjukkan tanda-tanda PER keadaan penderita tetap baik dan

stabil (Sarwono, 2013)

10. Penanganan Kejang

a) Beri obat antikonvulsan.

b) Perlengkapan untuk penanganan kejang (janin nifas, sedotan, masker

oksigen, oksigen).

c) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma

d) Aspirasi mulut dan tenggorokan.

e) Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi

resiko aspirasi.

f) Beri O2 4-6 liter / menit.


g) Antikonvulsan

Obat anti kejang yang menjadi pilihan utama adalah magnesium Sulfat, Bila

dengan obat jenis ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis

lain, Misalnya Tiopental. Diazepam bisa dipakai menjadi alternatif pilihan,

namun mengingat dosis yang diperlukan sangat tinggi pemberian

diazepamhanya dilakukan oleh mereka yang telah berpengalaman. Resiko

yang dapat terjadi karena pemeberian diazepam adalah depresi neonatal.

11. Antihipertensi

a. Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg IV pelan-pelan

selama 5 menit sampai tekanan darah turun.

b. Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 mg

IM setiap 2 jam.

c. Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan :

- Nifedralazin 5 mg sublingual. Jika respons tidak baik setelah 10

menit, beri tambahan 5 mg sublingual.

- Labetotol 10 mg IV, yang jika respons tidak baik setelah 10 menit,

diberikan lagi labetolol 20 mg IV.

12. Persalinan

a. Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedang

pada eklampsia dalam 12 jam sejak eklampsia timbul.

b. Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12

jam (pada eklampsia) lakukan seksio sesarea.

c. Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa :


- Tidak terdapat koagulopati.

- Anestesia yang aman / terpilih adalah anestesia umum. Jangan

lakukan anestesi lokal, sedang anestesi spinal berhubungan dengan

resiko hipotensi.

d. Jika anestesia yang umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm terlalu

kecil, lakukan persalinan pervaginam. Jika serviks matang, lakukan

induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml dektrose 10 tetes/menit

atau dengan prostagladin.

13. Perawatan postpartum

a. Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang

terakhir.

b. Teruskan terapi antihipertensi jika tekanan diastolik masih > 110

mmHg.

c. Pantau urin.

14. Rujukan

Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap jika :

a. Terdapat oliguria (< 400 ml/ 24 jam)

b. Terdapat sindrom HELLP

c. Koma berlanjut lebih dari 24 jam sesudah kejang. (Sarwono, 2013)

15. Komplikasi

a. Pada Ibu :

1) Atonia uteri.

2) Sindrom HELLP.
Sindroma HELLP ialah preeklamsia-eklamsia disertai timbulnya

hemolisis, peningkatan enzim, disfungsihepar, dan trombositipenia.

H : Hemolisis

EL : Elevated Liver Enzym

LP : Low Platelets Count

3) Ablasi retina.

4) KID ( koagulasi intravaskulas diseminata ).

5) Gagal ginjal.

6) Perdarahan otak.

7) Nekrosis hati.

b. Pada bayi :

1) Pertumbuhan janin terhambat.

2) Persalinan premature. ( Sarwono, 2013)

16. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklamsi

a. Hubungan Umur dengan Kejadian Preeklamsia

Umur merupakan bagian dari status reproduksi yang penting.Umur

berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga

mempengaruhi status kesehatan seseorang.Umur yang paling aman dan

baik untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun. Sedangkan wanita

usia remaja yang hamil untuk pertama kali dan wanita yang hamil pada

usia > 35 tahun akan mempunyai resiko yang sangat tinggi untuk

mengalami preeklampsia. Wanita hamil tanpa hipertensi yang beresiko


mengalami preeklamsi adalah wanita yang berumur > 35 tahun.

Kelompok umur > 35 tahun memiliki hubungan yang bermakna

dengan kejadian preeklamsi. Demikian pula variabel umur terhadap

kejadian hipertensi (Situmorang, 2016).

b. Hubungan Paritas dengan Kejadian Preeklamsia

Ibu yang memiliki paritas >3 beresiko mengalami preeklampsia

dibandingkan ibu yang memiliki paritas 1-3. Pada multi paritas

lingkungan endometrium disekitar tempat implantasi kurang sempurna

dan tidak siap menerima hasil konsepsi, sehingga pemberian nutrisi dan

oksigenisasi kepada hasil konsepsi kurang sempurna dan

mengakibatkan pertumbuhan hasil konsepsi akan terganggu sehingga

dapat menambah resiko terjadinya preeklampsia (Novita, 2015).

c. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Preeklams

Ibu hamil mengatakan bahwa pengetahuan tentang kehamilan dan

masalah kehamilan sangat penting, karena dengan memiliki

pengetahuan tentang kesehatan merika dapat mengetahui dan

mengatasi tanda dan gejala serta cara mengatasi masalah kesehatan

yang menyertai kehamilannya, sehingga mereka tidak cemas dalam

menghadapi kehamilan dan segera melaporkan ke petugas kesehatan

jika ada masalah kesehatan yang menyertai kehamilannya. Menurut

Manuaba (2010), pengetahuan ibu tentang preeklampsia dan eklampsia

sangatlah penting karena hampir 50% kematian ibu dan janin

disebabkan oleh preeklampsia dan eklampsia, sehingga merupakan hal


yang penting bagi ibu hamil untuk mengetahui tentang preeklampsia

sedini mungkin (Situmorang, 2016).

Bahwa pengetahuan sangat penting bagi kehidupan kita, dan

pengetahuan tentang kesehatan dan masalah kesehatan sangat

berpengaruh bagi ibu hamil terutama masalah preeklampsia karna

preeklampsia dapat mempengaruhi ibu dan janin sehingga

dibutuhkan sosialisasi dan informasi mengenai tanda dan gejala

preeklampsia agar ibu hami dapat mendeteksi sedini mungkin.

d. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Preeklamsi

Preeklampsia pada hipertensi kronik yaitu preeklampsia yang terjadi

pada perempuan hamil yang telah menderita hipertensi sebelum hamil.

Selain itu diabetes, penyakit ginjal, dan obesitas juga dapat

menyebabkan preeklampsia. Kenaikan berat badan edema yang

disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan

intertisial belum diketahui penyebabnya, mungkin karena retensi air dan

garam (Novita, 2015)

e. Hubungan ANC dengan Kejadian Preeklamsi

Perawatan antenatal umumnya dianggap metode yang efektif untuk

meningkatkan hasil kehamilan, tetapi efektivitas spesifik program

perawatan antenatal sebagai sarana untuk mengurangi kematian bayi

dalam kelompok sosioekonomi kurang beruntung dan rentan perempuan

belum dievaluasi secara mendalam (Situmorang, 2016).


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY. S G₃P₂₀₀₂


DENGAN PREEKLAMSIA RINGAN

Hari/Tanggal : Kamis, 02 Januari 2020

Tempat : PKM Klandasan Ilir

Pukul : 09.00 WITA

Nama : Sri Rusweni

NIM : PO7224319073

A. Subjektif

1. Identitas

Istri

Nama : Ny. S

Umur : 42 tahun

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Mayjen Sutoyo RT 043 No 64 Kel. Klandasan

Ilir
Suami

Nama : Tn. M

Umur : 39 tahun

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Mayjen Sutoyo RT 043 No 64 Kel. Klandasan

Ilir

2. Keluhan Utama

Sakit kepala bagian tengkuk

3. Riwayat Perkawinan

Ibu kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 32 tahun, dengan suami sekarang

sudah 10 tahun

4. Riwayat Haid

a. Menarche umur :13 tahun

b. Siklus : 28 hari

c. Teratur/tidak : Teratur

d. Lamanya : 3-4 hari

e. Bayaknya : 2-3 kali ganti pembalut / hari

f. Dismenorhoe : Tidak

g. HPHT : 21-04-2019

h. Taksiran Partus : 28-01-2020


i. Usia kehamilan : 36-37 minggu

5. Riwayat Obstetri

G3P2002
Kehamilan P e r s a l i n a n N i f a s
N o Tahun Penyulit Nifas K E T
U K Penyulit Penolong Cara Tempat Pe n y u l i t B B PB Seks Keadaan
Normal 49 cm L k
1 2 0 1 0 39 mg -
Bidan- - - R S - -3000 gr - - H i d u p -
B id a n Normal R S P E 3000 gr 50 cm L K H i d u p -
2 2 0 1 1 40 mg -

P E B
3 2 0 1 9 36-37 mg

6. Riwayat Keluarga Berencana

a. Jenis : KB Suntik 3 bulan

b. Lama : ± 4 tahun

c. Masalah : Tidak ada

7. Riwayat Kesehatan

a. Ibu

Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis,

penyakit menular seksual seperti sifilis, HIV/AIDS, penyakit keturunan

seperti asma, hipertensi, jantung dan diabetes mellitus

b. Keluarga

Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, Hepatitis,

penyakit menular seksual seperti sifilis, HIV/AIDS, penyakit keturunan

seperti asma, hipertensi, jantung dan diabetes mellitus


8. Riwayat Kehamilan Sekarang

G3P2002

a. ANC Trimester I

1) Frekuensi : 2 kali

2) Tempat : BPM

3) Umur kehamilan : 11-12 Minggu

4) Imunisasi : Belum diberikan

5) Pergerakan anak : Belum teraba

6) Nasehat : Makan- makanan yang bergizi dan

istirahat

yang cukup

7) Pengobatan : Vit B, kalk

8) Masalah : Mual muntah dan pusing, serta mudah

lelah

b. ANC Trimester II

1) Frekuensi : 5 kali

2) Tempat : BPM

3) Umur kehamilan : 15, 18, 21,25,28 minggu

4) Imunisasi : Sudah (14,18 minggu)

5) Pergerakan anak : (+) positif

6) Nasehat : Makan-makanan bergizi, personal hygiene

dan perhatikan tanda bahaya kehamilan.

7) Pengobatan : Sf, kalk


8) Masalah : Gejala preeklampsia ringan

c. ANC Trimester III

1) Frekuensi : 4 kali

2) Tempat : BPM

3) Umur kehamilan : 32,34,36,37 minggu

4) Imunisasi : Belum

5) Pergerakan anak : (+) positif

6) Nasehat : Makan-makanan bergizi dan diet rendah \

lemak serta cukup protein, personal

hygiene dan tanda bahaya kehamilan.

7) Pengobatan : etabion

8) Masalah : Preeklampsi berat

9. Pola Kebutuhan Nutrisi

a. Nutrisi

1) Sebelum hamil

a) Makanan

- Jenis yang dikonsumsi : Nasi, sayur seperti timun, labu,

wortel, daun kangkung, daun singkong, ayam, ikan, telur,

pepaya, pisang, semangka, nanas

- Frekuensi : 3x sehari

- Porsi : 1-2 piring

- Pantangan : Tidak ada

- Masalah : Tidak ada


b) Minuman

- Jenis yang dikonsumsi : Air putih, sirup, susu ibu hamil,

teh, kopi

- Frekuensi : 6x sehari

- Porsi : 1 gelas

- Pantangan : Tidak ada

- Masalah : Tidak ada

2) Saat hamil

a) Makanan

- Jenis yang dikonsumsi : Nasi, sayur timun, labu, wortel,

daun singkong, ditambah daun katuk, telur rebus, ikan,

ayam, pepaya, pisang, semangka, nanas

- Frekuensi : 3x sehari

- Porsi : ± 1-2 piring

- Pantangan : Tidak ada

- Masalah : Tidak ada

b) Minuman

- Jenis yang dikonsumsi: Air putih, sirup,susu ibu hamil, teh

- Frekuensi : ± 6x sehari

- Porsi : 1 gelas

- Pantangan : Tidak ada

- Masalah : Tidak ada


b. Eliminasi

1) Sebelum hamil

a) BAB

- Frekuensi : 1x sehari

- Konsistensi : Lembek

- Warna : Kuning kecoklatan

b) BAK

- Frekuensi : 4-6x sehari

- Warna : Kuning jernih

- Bau : Khas (pesing)

2) Saat hamil

a) BAB

- Frekuensi : 1x sehari

- Konsistensi : Lembek

- Warna : Kuning kecoklatan

b) BAK

- Frekuensi : 4-6x sehari

- Warna : Kuning jernih

- Bau : Khas (pesing)

c. Personal Hygiene

1) Sebelum hamil

a) Frekuensi mandi : 2x sehari

b) Frekuensi Gosok gigi : 3x sehari


c) Frekuensi ganti pakaian : Ibu mengganti celana dalam apabila

merasa lembab atau basah

2) Saat hamil

a) Frekuensi mandi : 2x sehari

b) Frekuensi Gosok gigi : 3x sehari

c) Frekuensi ganti pakaian: Ibu mengganti celana dalam apabila

merasa lembab atau basah

d. Aktifitas

1) Sebelum hamil

Ibu masih bisa melakukan pekerjaan rumah seperti biasa

memasak, mencuci dan menyapu

2) Saat hamil

Ibu masih mulai sulit untuk melakukan pekerjaan rumah seperti

biasa memasak, mencuci dan menyapu serta ibu mengurangi

pekerjaan yang berat-berat

e. Tidur dan Istirahat

1) Sebelum hamil

a) Siang hari : ±1 jam

b) Malam hari : ±7-8 jam

c) Masalah : ±Tidak ada

2) Saat hamil

a) Siang hari : ±1 jam

b) Malam hari : ±7-8 jam


c) Masalah : Tidak ada

f. Pola Seksual

1) Sebelum hamil

a) Frekuensi : Tidak tentu

b) Masalah : Tidak ada

2) Saat hamil

a) Frekuensi : Tidak tentu

b) Masalah : Tidak ada

10. Data Psikososial dan Spiritual

a. Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya saja : Ibu baik-baik saja

b. Tanggapan ibu terhadap kehamilannya : Ibu merasa senang

c. Ketaatan ibu beribadah : Ibu taat beribadah

d. Pengetahuan ibu terhadap kehamilannya : Orang tua dan bidan

e. Lingkungan yang berpengaruh

Ibu tinggal bersama : Suami

Hewan Peliharaan : Tidak ada

f. Penentu pengambil keputusan dalam keluarga : Suami

g. Jumlah penghasilan keluarga : Cukup

h. Yang menanggung biaya ANC dan persalinan : Suami


B. Objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Compos mentis

c. Berat badan

Sebelum hamil : 63 kg

Saat hamil : 74 kg

d. Tinggi badan : 153 cm

e. LILA : 31 cm

f. Tanda-tanda vital

1) TD : 150/100 mmHg

2) Nadi : 88 x/m

3) Suhu : 36,50c

4) Respirasi : 20 x/menit

2. Pemeriksaan khusus

a. Inspeksi

1) Kepala : Pertumbuhan rambut tampak merata, warna

rambut tampak hitam kulit kepala tampak

bersih

dan tidak tampak berketombe

2) Muka : Tampak tidak pucat, tidak tampak chloasma

gravidarum, tidak tampak oedem

3) Mata : Bentuk tampak simetris, konjungtiva tidak


tampak pucat, dan sklera tidak tampak kuning

4) Telinga : Telinga tampak simetris, tidak tampak serumen

dan peradangan

5) Hidung : Hidung tampak bersih, tidak tampak sumbatan

jalan nafas seperti polip dan tidak tampak

pernafasan cuping hidung

6) Mulut : Tidak tampak sariawan, lidah tampak bersih

dan gigi ada tampak caries

7) Leher : Tidak tampak pelebaran/penyempitan vena

jugularis dan kelenjar tiroid

8) Dada : Tampak simetris pada saat inspirasi dan

ekspirasi

9) Mamae : Bentuk tampak simetris, puting susu tampak

menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada areola

dan tidak tampak benjolan abnormal

10) Perut : Tidak terdapat jaringan parut, terdapat linea

nigra dan tidak ada bekas operasi

11) Tungkai : Tidak tampak varises dan terdapat oedema

b. Palpasi

1) Leher : Tidak teraba pembengkakan vena jugularis dan

kelenjar tyroid

2) Mamae : Tidak teraba benjolan abnormal


3) Abdomen

a) Leopold I : TFU teraba 2 jari bawah simfisis, teraba bulat,

keras dan melenting

b) Leopold II : Pada bagian kiri perut ibu teraba keras (PU-

KI) dan pada bagian kiri ibu teraba bagian

terkecil janin

c) Leopold III : Pada bagian terbawah janin teraba bagian

bulat, keras, melenting ( pres-kep)

d) Leopold IV : Pada bagian terbawah janin belum masuk

PAP (konvergen)

4) TFU : 31 cm

5) TBJ : TFU(31cm) -12 x 153 = 2907 gram

6) Tungkai : Tidak teraba varises dan terdapat oedema

c. Auskultasi

DJJ (+) , terdengar jelas dan irama teratur, frekuensi 149x/menit

d. Perkusi

1) Refleks Patella : Kiri / Kanan , (+) / (+)

2) Cek ginjal : Kiri / Kanan, (-) / (-)

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium : 10,5 g/dL

b. Golongan darah : O

c. Protein uria : Negatif

d. Reduksi : Negatif
C. Analisa

1. Diagnosa Kebidanan : G3P₂₀₀₂ hamil 36-37 minggu dengan PEB

2. Masalah : Tidak ada

3. Kebutuhan : KIE dan health education, edukasi PEB

D. Penatalaksanaan

1. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan keadaan umum dan

didapat hasil sebagai berikut yaitu, keadaan umum: baik, kesadaran:

compos mentis, tanda-tanda vital : TD: 150/100 mmHg, nadi: 88 x/,

suhu: 36,50c, Respirasi: 20 x/menit, BB sebelum hamil: 63 kg, BB saat

hamil: 74 kg, tinggi badan:153 cm, LILA: 31 cm.

Usia kehamilan 36-37 minggu, taksiran persalinan 28 Januari 2020

“ Ibu mengetahui hasil pemeriksaan”

2. Menjelaskan bahwa keluhan yang dirasakannya yaitu sakit kepala di

bagian tengkuk adalah gejala untuk pre eklampsia berat. Ibu dijelaskan

bahwa pertolongan persalinan tidak bisa dilakukan di rumah ibu

maupun di BPM, ibu akan dijelaskan prosdur persalinan di rumah sakit.

Bidan melakukan perencanaan persalinan ibu dirumah sakit.

"Ibu mengerti dan akan melakukan saran bidan"

3. Menganjurkan ibu agar menjaga pola makan serta asupan nutrisi yang

dikonsumsinya. Ibu dianjurkan untuk diet cukup protein, rendah

karbohidrat dan lemak. Ibu dianjurkan untuk mengurangi konsumsi

makanan yang digoreng.


"Ibu mengerti dan akan mengikuti anjuran bidan"

4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan dirinya seperti

mengganti celana dalam setiap kali merasa lembab atau basah. Mandi

2x sehari, gosok gigi dan keramas.

“Ibu bersedia mengikuti anjuran yang diberikan ”

5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, siang hari kurang lebih 2

jam dan pada malam hari kurang lebih 8 jam agar kondisi dan stamina

ibu tetap terjaga.

“ Ibu bersedia mengikuti anjuran yang diberikan ”

6. Memberitahukan ibu tanda-tanda bahaya kehamilan yaitu

a. Perdarahan pervaginam

b. Sakit kepala yang hebat

c. Pandangan kabur

d. Bengkak pada wajah, tangan dan kaki

e. Nyeri perut yang hebat

Apabila mengalami tanda-tanda diatas, segera datang ketempat tenaga

kesehatan terdekat.

“ Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan ”

7. Memberitahukan ibu tanda-tanda persalinan yaitu :

a. Keluarnya lendir bercampur darah

b. Nyeri perut sampai kepinggang

c. Mengalami kontraksi yang teratur

d. Air ketuban yang merembes melalui vagina


Apabila mengalami tanda-tanda seperti diatas, segera datang ketempat

tenaga kesehatan terdekat

“ Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan ”

8. Memberitahu ibu untuk dirujuk ke Poli Penyakit Dalam di RS

Bhayangkara Balikpapan:

a. Tekanan darah yang tinggi

b. Sakit kepala di bagian tengkuk

c. Nafas terasa sesak

Apabila mengalami tanda-tanda seperti di atas, segera dirujuk ke

dokter Spesialis Penyakit Dalam, agar masalah dapat teratasi segera

“Ibu mengerti atas penjelasan yang diberikan dan rasa cemas berkurang”

9. Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan P4K (Program Perencanaan

Persalinana dan Pencegahan Komplikasi), yaitu berisi:

a. Nama ibu

b. Taksiran persalinan

c. Penolong persalinan

d. Tempat persalinan

e. Pendamping persalinan

f. Transportasi

g. Calon pendonor darah


“Ibu mengerti dan akan mengikuti ajuran bidan”

10.Memberikan terapi:

a. Nifedipin 2 x 1 tab

“ Ibu bersedia mengkonsumsi obat yang diberikan”

11.Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan seminggu lagi atau

apabila ada keluhan maka segera kontrol ke dokter spesialis penyakit

dalam.

“ Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang ”


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Riwayat Pre Eklampsia Keluarga

Setelah melihat dari tinjauan teori dan hasil penelitian bahwa riwayat

preeklampsia keluarga termasuk penyebab preeklampsia pada Ny. S. Didalam

teori dijelaskan bahwa riwayat preeklampsia adalah suatu penyakit yang

diderita oleh keluarga yang ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah,

tidak ada oedema dan tidak ditemukannya proteinuria. Ternyata riwayat

preeklampsia keluarga menjadi faktor penyebab terhadap Ny. S, karena Ny. S

dan keluarga mempunyai riwayat preeklampsia.

B. Wanita dengan Obesitas

Setelah melihat dari tinjauan teori dan hasil penelitian bahwa Obesitas

dapat menyebabkan terjadinya preeklamsia pada Ny. S. Karena Ny. S tidak

dapat mengatur pola makan, sehingga mengalami obesitas yang termasuk dalam

kategori level II.

C. Wanita yang Mengalami Kehamilan Ganda

Dalam teori menjelaskan bahwa wanita yang mengalami kehamilan ganda

yaitu bila proses fertilasi menghasikan janin lebih dari satu dan setelah dilakuan

Palpasi : uterus terab besar, teraba tiga bagian, teraba 2 bagian, dan 2 punggung,
teraba bagian-bagian kecil yang banyak. Kemudian dilakukan Inspeksi : perut

yang lebih besar, dan membuncit kadang-kadang terlihat dikaki dibeberapa

tempatdan dilakukan pemeriksaan Auskultasi : DDJ terdengar di dua tempat.

Wanita yang mengalami kehamilan ganda bukan menjadi faktor penyebab pre

eklampsia pada Ny. S, karena telah dilakukan palpasi dan janin 31minggu.

Setelah melihat dari tinjauan teori dan hasil penelitian ternyata ibu tidak

mengalami kehamilan ganda. Jadi faktor wanita yang mengalami kehamilan

ganda bukan menjadi faktor penyebab terjadinya preeklampsia pada Ny. S.

D. Molahidatidosa

Setelah melihat dari tinjauan teori dan hasil penelitian ternyata ibu tidak

mengalami kehamilan dengan molahidatidosa, jadi molahidatidosa bukan

menjadi faktor penyebab preeklamsia pada Ny. S. Didalam teori dijelaskan

bahwa molahidatidosa adalah suatu kehamilan yang tidak berkembang secara

wajar dimana tidak ditemukan janin yang hampir seluruh villikorialis

mengalami perubahan hidrofil, dan setelah dilakukan pemeriksaan auskultasi

hanya ada bising usus, molahidatidosa bukan menjadi faktor penyebab pada Ny.

S, karena Ny. S tidak mengalami kehamilan dengan molahidatidosa.

E. Faktor Nutrisi

Setelah melihat tinjauan teori dan hasil penelitian bahwa faktor nutrisi Ny.

S kurang baik sehingga nutrisi yang menyebabkan terjadinya pre eklampsia

ringan pada Ny. S.


Didalam teori dijelaskan bahwa sejumlah besar garam yang masuk

kedalam darah dapat menyebabkan volume darah bertambah. Akibatnya,

jantung bekerja lebih kaut dan tekanan darah pun meningkat. Jadi aturlah menu

makanan dengan kecukupan gizi seimbang dan protein tinggi.

Faktor nitrisi Ny.S kurang baik sehingga timbulnya pre eklampsia

disebabkan oleh pola makanan Ny. S yang mengkonsumsi makanan yang

mengandung kadar garam tinggi terlalu banyak karena setelah dilakukan

anamnesa dan menganjurkan Ny. S untuk mengurangi makan dengan kadar

garam tinggi.

F. Faktor Umur

Setelah melihat tinjauan teori dan hasil penelitian faktor umur Ny. S

dikategorikan beresiko. Dimana ibu berusia 42 tahun, maka hal ini sesuai

dengan teori dimana umur >35tahun dikategorikan beresiko. Dimana teori

dijelaskan bahwa jika usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun dikategorikan beresiko

mengalami preeklamsia

G. Kesehatan Fisik

Setelah melihat dari tinjauan teori hasil penelitian faktor Fisik Ny. KS

kurang baik. Didalam teori dijelaskan bahwa kesehatan fisik ibu hamil dengan

pre eklampsia ringan ditandai dengan kenaikan tekanan darah atau kenaikan

darah 140/90 mmHg atau lebih, odema umum dijari tengah kaki dan muka,

kenaikan berat badan 1 kg atau lebih, protein urine 0,3 gram / liter atau kualitatif
+ 1 sampai 2 para urine kateter. Kesehatan fisik Ny. S yang kurang, karena itu

berpantangan dengan tidur siang.

H. Kondisi Psikologis

Setelah melihat dari tinjauan teori dan hasil penelitian, bahawa kondisi

psikologi Ny. S mengalami kecemasan ringan. Didalam teori dijelaskan bahwa

untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan,

sedang, berat atau berat sekali.

Faktor penyebab yang mempengaruhi terjadinya faktor preeklampsia

biasa mempengaruhi kondisi psikologi terhadap penderita yang mengalami

kehamilan dengan preeklampsia.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Preeklampsia adalah penyakit pada kehamilan yang ditandai dengan

hipertensi, proteinuria, dan edema yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu,

yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil, penyakit ini ditandai dengan

tekanan darah yang meninggi diikuti oleh peningkatan kadar protein dalam

urine, dan dapat menyebabkan gangguan peredaran darah pada plasenta. Hal ini

menyebabkan berat badan bayi yang akan dilahirkan relatif kecil, si ibu akan

melahirkan secara premature.

Wanita yang terkena pre eklampsia juga sering mengalami peningkatan

TD, gagal ginjal, kejang-kejang dan dapat menyebabkanm koma, atau bahkan

kematian baik sebelum atau setelah melahirkan.

Preeklampsia yang terjadi pada Ny. S adalah preeklampsia ringan yang

terjadi pada trimester ke III, penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus ini

yaitu pemantauan terhadap tanda-tanda preeklampsia berat sehingga persalinan

lancar dan tidak menjadi preeklampsia berat.

Hasil usaha yang diberikan pada Ny. S menunjukkan bahwa ANC yang

teratur merupakan tindakan yang tepat dilakukan oleh ibu sehingga kasus yang

dialami dapat di antisipasi agartidak terjadi keterlambatan penanganan kasus.


B. Saran

1. Tenaga kesehatan dapat memberikan antenatal care sesuai dengan standar

pelayanan kesehatan ibu hamil.

2. Tenaga kesehatan dapat memberitahukan sesering mungkin tentang tanda

bahaya pada kehamilan TM3.

3. Tenaga kesehatandapat memberikan pengertian kepada ibu hamil dan

keluarganya akan pentingnya pemeriksaan antenatal care.

4. Ibu hamil dan keluarganya bersedia berdiskusi, mendengarkan saran atau

nasihat dari tenaga kesehatan (dokter atau bidan), dan melakukan antenatal

care untuk kebaikan dirinya.


DAFTAR PUSTAKA

Arun Jeyabalan. 2013. Epidemiology of preeclampsia: Impact of obesity.


Department of Obstetrics, Gynecology and Reproductive Sciences.

Cunninggham, dkk (2009). Obstetri Williams (Edisi 20. vol. 2 ed.). Jakarta: EGC.

Dorland, W.A. Newman. 2012. Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 28. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Fathonah, (2016). Gizi & Kesehatan Untuk Ibu Hamil. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hadijono (2009). Kadar D-dimer pada ibu hamil dengan preeklampsia berat dan
normotensi di RSUP Dr. Kariadi. Vol 33, No 2.
Hani, Ummi, dkk (2010). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Penerbit
: SalembaMedika EGC 2010. Jakarta
Karima. (2015). Hubungan Faktor Risiko dengan kejadian Pre-eklamsia Berat di
RSUP Dr. M . Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Profil Kesehatan. Diakses Pada


tanggal 26 Januari 2020. http://www.depkes.go.id/resources/download /
pusdatin /profil-kesehatan- indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2014. Pdf

Kurniasari. 2015. Hubungan Usia, Paritas Dan Diabetes Mellitus Pada Kehamilan
Dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas
Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014. jurnal kesehatan holistik.

Ladwig, Patricia W. 2010. Buku Saku Ibu dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC

Mansjoer, dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV Jakarta : Media


Auscalapius

Manuaba. 2010. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & KB (2 ed.). Jakarta:


EGC.
Novita, Lusiana. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Preeklampsia Pada Ibu Bersalin Di Ruangan Camar II RSUD Arifi Provinsi
Riau Tahun 2014. Jurnal Kesehatan Komunitas.

Nanda (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi (terjemahan


Sumarwati, Made & Subekti. B Nike). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
EGC.
Prawirohardjo, Sarwono (2013). Ilmu Kebidanan (Ke-4 ed.). Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta : YBP-SP

Tigor H. Situmorang. (2016). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di Poli KIA RSU Anutapura Palu.
Jurnal Kesehatan Tadulako.
Yogi, dkk (2014). Hubungan Antara Usia Dengan Preeklamsia Pada Ibu Hamil do
POLI KIA RSUD Kefamenanu Kabupaten Timor Tengah Utara. Jurnal
Delima Harapan, vol 3. no 2
Yulianingsih. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta :
Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai