BEHAVIORISM1 Revisi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

BEHAVIORISME

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Bimbingan
dan Konseling Yang Diampu Oleh Aam Imaddudin, M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 8
Daffa Ikhsan C1986201126

Ri Amelina C1986201086

Rizky T C1986201003

Kelas BK1C

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta alam karena
berkat izin dan kehendak-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang sederhana
ini pada tepat waktu.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Filsafat Ilmu Bimbingan dan Konseling”. Adapun masalah yang di bahas dalam
makalah ini yaitu mengenai “Behaviorisme” .
Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan
dikarenakan kurangnya ilmu pengetahuan penulisan mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan makalah ini. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada pihak yang telah membantu penyelesaian makalah sederhana
ini.
Kami sadar akan kemampuan menulis yang masih sederhana. Tapi dalam
makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi kami yakin bahwa
penulisan makalah ini masih banyak memimiliki kekurangan, Oleh karena itu kami
mengucapkan mohon maaf.
Akhir kata, harapan kami sebagai penulis semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Meskipun makalah ini memiliki kekurangan dan
kelebihan, namun penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Terima kasih.

Tasikmalaya, Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .....................................................................................


B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Behaviorisme .....................................................................


B. Tokoh-tokoh Behaviorisme ..................................................................
C. Implikasi Behaviorisme dalam Bimbingan dan Konseling ..................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu psikologi yang
mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran
dalam lingkungan pendidikan. Tujuan psikologi pendidikan adalah
memberikan pengetahuan tentang riset yang dapat secara efektif
diaplikasikan untuk situasi mengajar karena mengajar merupakan hal yang
kompleks.
Untuk mengajar yang efektif dalam situasi murid yang bervariasi,
maka diperlukan beragam perspektif dan strategi yang harus diaplikasikan
secara fleksibel. Hal utama yang dibutuhkan adalah pngetahuan dan
keahlian profesional serta komitmen dan motivasi.
Dalam ilmu psikologi terdapat beberapa aliran, diantaranya adalah
aliran psikologi behavioristik. Behaviorisme adalah sebuah pandangan yang
menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalamann yang
dapat diamati, bukan dengan proses mental. Artinya, menurut aliran ini
perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan bisa diihat secara
langsung, misalnya anak membuat foster, guru tersenyum pada anak, murid
mengganggu murid lainnya, dan sebagainya. Namun, pemikiran, perasaan,
dan motif yang dialami yang tidak bisa dilihat oleh orang lain bukan subjek
yang tepat untuk ilmu perilaku karena tidak bisa diobservasi secara
langsung.
Oleh karena itu, kita perlu membahas dan mempelajarinya sehingga
kita bisa memahami dan membandingkan antara pandangan aliran psikologi
behavioristik dengan pandangan aliran yang lain serta dapat diterapkan
dalam dunia pendidikan nantinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan Behaviorisme?
2. Siapa saja tokoh-tokoh dari Behaviorisme?
3. Apa implikasi Behaviorisme dalam Bimbingan dan
Konseling?
D. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas adalah untuk mengetahui dan
memahami :
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Behaviorisme
2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh dalam teori
Behaviorisme
3. Untuk mengetahui apa implikasi dari Behaviorisme
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Behaviorisme
Teori Behaviorisme adalah teori yang mempelajari tingkah laku manusia.
Menurut Desmita (2009:44) teori ini merupakan teori yang mempelajari
tingkah laku manusia dengan menggunakan pendekatan objektif,
mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri
seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian. Dengan kata lain,
mempelajari tingkah laku manusia harus melalui pengujian dan pengamatan
atas tingkah laku yang terlihat, bukan dengan cara mengamati bagian-
bagian dalam tubuh. Teori ini mengutamakan pengamatan, karena dengan
pengamatan kita dapat mengetahui apakah ada atau tidak adanya perubahan
dalam tingkah laku tersebut.
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Adanya aliran
ini disebabkan oleh adanya rasa tidak puas terhadap teori psikologi daya
dan teori mental state. Hal ini karena aliran-aliran yang terdahulu hanya
menekankan pada aspek kesadaran saja.
Menurut teori ini, tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau
penguatan dari lingkungan. Dengan demikian tingkah laku belajar terdapat
jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioristik dengan stimulusnya.
Menurut teori ini juga dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respons. Proses yang terjadi antara
stimulus dan respons tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat
diamati dan tidak dapat diukur. Oleh karena itu, apa yang diberikan oleh
guru dan apa yang diterima harus dapat diamati dan diukur. Hal ini menurut
Sujanto (2009:118), teori belajar behaviorisme objek ilmu jiwa harus
terlihat, dapat di indera, dan dapat diobservasi. Metode yang dipakai yaitu
mengamati serta menyimpulkan.
Dalam buku TEORI KEPRIBADIAN, bagian “Teori Kepribadian
Behvioristik” disebutkan bahwa Behavioristik merupakan orientasi teoritis
yang didasarkan pada premis bahwa psikologi ilmiah harus berdasarkan
studi tingkah laku yang teramati (observeable behavior).
B. Tokoh-Tokoh Teori Behaviorisme
1. Ivan P. Pavlov
Pavlov adalah ahli fisiologi ternama Rusia yang mendapatkan
penghargaan Nobel (dalam penelitian tentang pencernaan). Dia seorang
ilmuan yang penuh dedikasi, yang terobsesi dengan penelitiannya.
Melalui paradigma Kondisioning Klasiknya, Pavlov memperlihatkan
bahwa anjing dapat dilatih mengeluarkan air liur bukan terhadap
rangsang semula (makanan) akan tetapi terhadap rangsang bunyi. Hal
ini terjadi pada waktu memperlihatkan makanan kepada anjing sebagai
rangsang yang akan menimbulkan air liur, dilanjutkan dengan
membunyikan lonceng atau bel berkali-kali, akhirnya anjing akan
mengeliuarkan air liur apabila mendengar bunyi lonceng atau bel
walaupun makanan yang tadi tidak diperlihatkan atau tidak diberikan.
Dari hal tersebut terlihat bahwa rangsang yang semula terdapat pada
makanan kini telah berpindah pada bunyi untuk memperlihatkan
jawaban yang sama, yakni si anjing mengeluarkan air liur. Paradigma
Konditioning Klasikal ini menjadi paradigma bermacam-macam
pembentukan tingkah laku yang merupakan rangkaian dari satu pada
yang lain. Kondisoning Klasikal ini juga berhubungan dengan susunan
syaraf tak sadar serta otot-ototnya. Dengan demikian emosional
merupakan sesuatu yang terbentuk melalui Kondisioning Klasikal.
2. B.F. Skinner
Burrhus Frederic Skinner dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1904 di
Susquehanna, Pennsylvania, Amerika Serikat. Ayahnya adalah seorang
pengacara. Skinner mengenang masa kanak-kanaknya sebagai
kehidupan yang penuh kehangatan namun cukup ketat dalam disiplin.
Sebagai anak yang kreatif, Skinner kecil banyak menghabiskan
waktunya untuk merancang dan membuat berbagai alat permainan
seperti gerobak, sumpit, layang-layang, dan model-model pesawat
terbang. Di kemudian haru kreativitas masa kanak-kanak ini oleh Skinnr
dilanjutkan dengan menciptakan berbagai alat percobaan sehubungan
dengan penyelidikan-penyelidikannya mengenai tingkah laku.
Di sekolah menengah Skinner berusaha mencari uang sendiri dengan
berbagai cara, antara lain dengan membuat iklan pertunjukan-
pertunjukan, bermain jazz band, dan bersama temannya mengorganisasi
pertunjukan musik. Di samping kegiatan-kegiatannya itu Skinner tekun
belajar, dan dia terutama tertarik kepada kesusastraan yang
membawanya masuk Hamiltn Collage, New York. Dari situ Skinner
meraih sarjana muda dalam sastra Inggris pada tahun 1926. Skinner
mencatat bahwa pada masa di Hamilton Collage itu ia tidak sepenuhnya
mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan mahasiswa. Karenanya
Skinner berhenti kuliah dan mencoba menulis karya-karya sastra. Tetapi
kegiatan menulisnya ini pun tidak memuaskan dirinya sehingga ia
berhenti menulis, dan kemudian menjalani kehidupan sebagai seorang
bohemian di Greenwich Village New York. Pada tahun 1928 Skinner
memasuki kuliah psokologi di Universitas Harvard dengan
mengkhususkan diri pada bidang tingkah laku hewan, dan meraih doktor
pada tahun 1931. Pada masa itu Skinner bekerja di bawah bimbingan
Edwin G. Boring, Carroll Pratt, W.J. Crozier dan Henry Alexander
Murray.
Dari tahun 1931 sampai tahun 1936 Skinner bekerja di Harvard dengan
dukungan National Research of Fellowship dan menjadi anggota
Harvard Society of Fellows. Penelitian yang dikerjakannya difokuskan
kepada penelitian mengenai sistem saraf hewan. Dari tahun 1936 sampai
1945 Skinner menjalani karir sebagai pengajar di Universitas
Minnesota. Periode ini ditandai oleh produktivitas Skinner yang
membawanya tampil sebagai salah seorang pemimpin behaviorisme
yang terkemuka di Amerika Serikat. Antara tahun 1942 sampai tahun
1943 Skinner melibatkan diri dalam kegiatan penelitian mengenai
perang yang disponsori oleh General Mills, dan menjadi anggota
Guggenheim. Mulai tahun 1945 ia menerima jabatan sebagai dekan
Fakultas Psikologi Universitas Indiana, yang dipegangnya sampai tahun
1947. Setelah itu Skinner kembali ke Universitas Harvard untuk
menerima jabatan sebagai guru besar psikologi.
Di samping jabatan-jabatan akademisnya, Skinner juga menjadi anggota
sejumlah perhimpunan profsional serta menerima banyak medali
penghormatan antara lain Warren Medali dari perhimpunan para ahli
psikologi eksperimen pada tahun 1942, Distingushed Scietific
Contribution Award dari American Psychologycal Association (APA)
tahun1958, Medali presiden untuk ilmu pengetahuan,dan medali emas
dari APA pada tahun 1971.
Minat utama Skinner adalah pada analisis eksperimental atas tingkah
laku. Ia melakukan penyelidikan terutama pada organisme infrahuman,
biasanya tikus atau merpati. Di samping itu Skinner juga menerapkan
prinsip-prinsip pengondisian opean (operant conditioning) pada
penyelidikan tentang psikotik orang-orang dewasa, anak autistik,
analisis bahasa, dan perancangan mesin-mesin pengajaran. dengan
peralatan yang dirancangnya, satu diantaranya yang paling terkenal
adalah kotak Skinner (Skinner Box), Skinner telah memberikan
sumbangan yang berarti kepada pemahaman tingkahlaku, khususnya
yang menyangkut belajar.
3. John B. Watson
Behavioristik adalah aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia
yang dikembangkan oelh John B. Watson, seorang ahli psikolog
Amerika pada tahun 1930, sebagai reaksi attas teori psikodinamika.
Persektif behavioristik berfokus pada peran dari belajar dan
menjelaskan tingkah laku manusia. Asumsi dasar mengenai tingkah
laku menurut teori ini bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh
aturan-aturan yang diramalkan dan dikendalikan. Menurut Watson dan
para ahli lainnya meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil
dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan atau situasional.
Tingka laku dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan yang tidak rasional.
Hal ini didasari dari hasil pengaruh lingkungan yang membentuk dan
memanipulasi tingkah laku.
Manusia adalah makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh
faktor-faktor berasal dari luar. Salah satu faktor tersebut yaitu faktor
lingkungan yang menjadi penentu dari tingkah laku manusia.
Berdasarkan pemahaman ini, kepribadian individu dapat dikembalikan
kepada hubungan antara individu dan lingkungannya. Hal-hal yang
mempengaruhi perkembangan kepribadian individu semata-mata
bergantung pada lingkungan. Menurut teori ini, orang yang terlibat di
dalam tingkah laku karena telah mempelajarinya memlalui pengalaman-
pengalaman terdahulu, menghubungkn tingkah laku tersebut dengan
hadiah-hadiah. Orang menghentikan tingkah laku, karena belum diberi
hadiah atau telah mendapatkan hukuman. Semua tingkah laku, baik
bermanfaat atau merusak merupakan tingkah laku yang dipelajari oleh
manusia.
Menurut Watson (dalam Putrayasa 2013:46), belajar sebagai proses
interaksi antara stimulus dan respons, stimulus dan respons yang
dimaksud harus dapat diamati dan dapat diukur. Oleh sebab itu
seseorang mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri
selama proses belajar. Seseorang menganggap faktor tersebut sebagai
hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson
adalah seorang behavioris murni, kajiannya tentang belajar disejajarkan
dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat
berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh yang
diamati dan diukur. Watson berasusmi bahwa hanya dengan cara
demikianlah akan dapat diramalkan perubahan-perubahan yang terjadi
setelah seseorang melakukan tindak belajar.
C. Implikasi Behaviorisme Dalam Bimbingan dan Konseling

Implikasi dari Behaviorisme dalam Bimbingan dan Konseling adalah


Behaviorisme dapat dijadikan teknik-teknik dalam konseling. Teknik Konseling
behavioral ini terdiri dari dua jenis, yaitu teknik untuk meningkatkan tingkah laku
dan untuk menurunkan tingkah laku. Teknik untuk meningkatkan tingkah laku
antara lain: penguatan positif, token economy, pembentukan tingkah laku(shaping),
pembuatan kontrak (contigency contracting), sedangkan teknik konseling untuk
menurunkan tingkah laku adalah: penghapusan (extinction), time-out, pembanjiran
(flooding), penjenuhan (satiation), hukuman (punishment), terapi aversi (aversive
therapy), dan disensitisasi sistematis.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori belajar behavioristk adalah teori belajar yang menekankan
pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus
dan respon. Teori belajar behavioristik berpengaruh terhadap
perkembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal dengan
aliran-aliran behavioristik, Teori belajar behavioristik dengan model
hubungan stimulus-respons mendudukan siswa yang belajar sebagai
individu yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan. Menurut aliran-aliran
behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi
antara kesan yang ditangkap panca indera dengan kecenderungan untuk
bertindak atau hubungan antara stimulus dan respons.
Tokoh-tokoh dari teori ini diantaranya ada B.F Skinner, Ivan Pavlov,
John B. Watson, dan lain lain.
Implikasi dari teori ini bagi Bimbingan dan Konseling yaitu dapat
dijadikan teknik-teknik dalam konseling.
DAFTAR PUSTAKA

Irwan, Nahar. 2016. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses


Pembelajaran.(Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial). Volume 1 Hal. 65-66 dan 68-70.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. 2012. Teori Kepribadian. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Komalasari, Gantina dan Eka Wahyuni dan Karsih. 2014. Teori dan Teknik
Konseling. Jakarta Barat: Permata Putri Media.

Anda mungkin juga menyukai