Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker tiroid merupakan penyakit keganasan yang tidak jarang

ditemukan. Sebagian besar pertumbuhan dan perjalanan penyakit lambat,

sehingga morbiditas dan mortalitasnya rendah namun ada yang

pertumbuhannya sangat cepat dengan prognosa yang fatal(Pasaribu, 2009).

Kanker tiroid merupakan kelenjar tiroid yang berada pada bagian

depan leher sedikit di bawah laring berbentuk kupukupu. Terjadi 0,85% dan

2,5% dari seluruh keganasan kanker tiroid pada laki-laki dan perempuan

dengan perbandingan 1:3. Dengan kata lain kanker tiroid lebih sering terjadi

pada perempuan. Umumnya, kanker tiroid paling sering muncul pada usia 20-

50 tahun, namun kanker ini dapat terjadi pada semua usia(Handayani,2014).

Angka kejadian karsinoma tiroid menurut data American Cancer

Society diperkirakan mencapai 44.670 kasus baru pada tahun 2010. Dan data

terbaru dari penderita kanker tiroid di Amerika Serikat pada tahun 2014

berjumlah 62.980 kasus baru dan terdapat 1.890 kematian diakibatkan karena

kanker tiroid (American Cancer Society, 2014). Di Indonesia dari registrasi

Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia didapatkan kanker tiroid

menempati urutan ke 9 dari 10 kanker terbanyak (4,43%) (Oktahermoniza

dkk, 2013). Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, termasuk

urutan yang ke lima setelah keganasan jenis lainnya (Tjindarbumi, 2013).

1
Berdasarkan gambaran histopatologi karsinoma tiroid dibagi menjadi

4 tipe beserta dengan angka kejadian yang bervariasi, yaitu: tipe papilar 60%,

tipe folikular 20-30%, tipe medular 5-10%, tipe anaplastic 5-10%.8. Sifat

kanker tiroid umumnya berupa nodul tunggal, keras, tidak rata, sedangkan

fungsinya kurang baik jika dibandingkan dengan fungsi jaringan tiroid di

sekitarnya(Adiputra, 2015). Terdapat dua klasifikasi tipe kanker tiroid

berdasarkan tingkat keganasannya yaitu jinak dan ganas. Kanker tiroid yang

jinak tidak akan mengganggu aktivitas maupun fungsi bagian tubuh lainya,

sedangkan pada kanker tiroid yang ganas sel kanker tersebut akan

mengganggu fungsi tubuh dan akan menyebar keseluruh tubuh secara

sporadik sehingga dapat menyebabkan kematian (Handayani, 2014).

Sifat kanker tiroid pada umumnya berupa nodul tunggal, keras, tidak

rata, sedangkan fungsinya kurang baik jika dibandingkan dengan fungsi

jaringan tiroid sekitarnya (Djokomoeljanto, 2011).Nodul tiroid amat sering

ditemukan pada pasien, yang umumnya benigna. Kurang dari 5% bersifat

maligna. Sebagian besar nodul-nodul (90% sampai 95%) adalah jinak (non

kanker). Ada beberapa faktor dianggap mempunyai peranan yang terkait

dengan etiopatogenesis kanker tiroid seperti : defisiensi iodium, radiasi, fakor

genetic dan hormon reproduksi. Radiasi (eksternal) merupakan faktor paling

penting yang dapat menimbulkan kerusakan gen(Djokomoeljanto, 2011).

Berdasarkan dengan uraian di atas bahwa sebenarnya di Indonesia sendiri

masih kurang data atau lebih tepatnya belum terdapat data yang lengkap

tentang kasus penderita kankertiroid. Namun berdasarkan penelitian Parura

2
dkk (2016) di bagian rekam medik dan patologi anatomi RSUP Prof. Dr. R.

D. Kandou Manado periode Juli 2013 – Juni 2016 sebanyak 62 penderita.

Diperoleh penderita kanker tiroid selama 3 tahun berturut-turut yaitu pada

periode Juli 2013 – Juni 2014 sebanyak 11 orang (17,4%), periode Juli 2014

– Juni 2015 sebanyak 27 orang (43,5%), dan periode Juli 2015 – Juni 2016

sebanyak 24 orang (38,7%). Data awal yang dikaji di Paviliun Mawar RSU

Tangerang terdapat 1 pasien yang dirawat sejak bulan Juli 2019.

Kelenjar tiroid, yang terletak tepat dibawah laring sebelah kanan dan

kiri depan trakea. Sekresi tiroid terutama diatur hormon perangsang tiroid

yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior berupa tiroksin (T4),

triiodotironi (T3), yang mempunyai efek nyata pada kecepatan metabolisme

tubuh. Kelenjar ini juga menyekresikalsitonin, suatu hormon yang penting

untuk metabolisme kalsium.

Nodul hipertiroid dibedakan atas struma multinoduler toksik dan

struma uninoduler toksik atau nodul toksik. Kemungkinan keganasan pada

nodul yang hipertiroid sekitar 2 %. Tidak adanya sekresi tiroid sama sekali

biasanya menyebabkan laju metabolisme turun sekitar 40 persen di bawah

normal dan sekresi tiroksin yang berlebihan sekali dapat menyebabkan laju

metabolisme basal meningkat setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal

yang beresiko terjadinya hipertiroidisme pada tubuh. Kanker tiroid

menempati urutan ke – 9 dari sepuluh keganasan tersering. Lebih banyak

pada wanita dengan distribusi berkisar antara 2 : 1 sampai 3 : 1. Insidennya

berkisar antara 5,4 – 30 %. Berdasarkan jenis histopatologi, sebenarnya

3
adalah kanker tiroid jenis papilar (71,4%) ; kanker tiroid jenis folikular (16,17

%) ; kanker tiroid jenis anasplastik (8,4%) ; dan kanker tiroid jenis medular

(1,4%).

Aromaterapi adalah terapi komplementer dalam praktek keperawatan

dan menggunakan minyak esensial dari bau harum tumbuhan untuk

mengurangi masalah kesehatan dan memperbaiki kualitas hidup. Sharma

(2009) mengatakan bahwa bau berpengaruh secara langsung terhadap otak

seperti obat analgesik. Misalnya, mencium lavender maka akan meningkatkan

gelombang-gelombang alfa didalam otak dan membantu untuk merasa rileks.

2.1 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan umum
Mampu mengetahui tentang konsep dasar penyakit dan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem Endokrin yaitu pada
pasien penderita penyakit Kanker Tiroid
1.2.2 Tujuan khusus
a. Menjelaskan konsep dasar penyakit pada klien ganguan sistem
endokrin yang khususnya kanker tiroid
b. Melakukanpengkajian pada klien dengan dengan penyakit kanker
tiroid
c. Menegakkan diagnosis keperawatan pada klien penyakit kanker
tiroid
d. Menyusun intervensi keperawatan aromaterapi lavender pada
klien dengan penyakit kanker tiroid
e. Melakukan implementasi aromaterapi lavender pada klien
dengan penyakit kanker tiroid
f. Melakukan evalusi keperawatan pada klien dengan penyakit
kanker tiroid

4
1.3 Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan makalah ini yaitu konsep dasar penyakit dan
asuhan keperawatan dengan intervensi terapi aromaterapi lavender pada
klien dengan gangguan sistem endokrin terutama kanker tiroid

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Kelenjar Tiroid

1. Definisi

Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang

mengirimkan hasil sekresinya langsung kedalam darah yang beredar

dalam jaringan. Kelenjar tanpa melewati duktus atau saluran dan hasil

sekresinya disebur hormon. Beberapa dari organ endokrin ada yang

menghasilkan satu macam hormon atau hormon tunggal, disamping itu

juga ada yang menghasilkan lebih dari satu hormon atau hormon

ganda, misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang lain.

(Syaifuddin, 2012. Hlm: 219).

Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama

dibawah nama organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak

meninggalkan kelenjarnya melalui suatu saluran, tetapi langsung

masuk kedalam darah yang beredar didalam jaringan kelenjar. Kata

“endokrin” berasal dari bahasa yunani yang berarti “sekresi kedalam”;

zat aktif utama dari sekresi internal ini disebut hormon, dari kata

yunani yang berarti “merangsang”. (C. Pearce Evelyn, 2009. Hlm:

281).

6
Adapun fungsi dari kelenjar endokrin adalah sebagai berikut :

a. Menghasilkan hormon yang dialirkan kedalam darah yang

diperlukan oleh jaringan dalam tubuh tertentu

b. Mengontrol aktivitas kelenjar tubuh

c. Merangsang aktivitas kelenjar tubuh

d. Merangsang pertumbuhan jaringan

e. Mengatur metabolisme oksidasi, meningkatkan absopsi glukosa

pada usus halus

f. Memengaruhi metabolisme lemak protein, vitamin, mineral dan

air. (Syaifuddin, 2012. Hlm: 219).

2. Anatomi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu -

kupu dan terletak pada leher bagian bawah disebelah anterior trakea.

Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh

sebuah istimus. Kelenjar tiroid mempunyai panjang kuranag lebih 5

cm dan lebar 3 cm dan berat kurang lebih 25 - 30 gram. Aliran darah

ke dalam tiroid per gram jaringan kelenjar sangat tinggi, yaitu kurang

lebih lima kali aliran darah kedalam hati. Kelenjar tiroid menghasilkan

3 jenis hormon yang berbeda yaitu Tiroksin (T4),serta Triiodotironin

(T3) yang keduanya disebut dengan satu nama hormkon tiroid, dan

Kalsitonin. (Smeltzer, 2012. Hlm: 1293).

7
Kelenjar tiroid mempunyai dua lobus, struktur yang kaya

vaskularisasi. Lobus terletak di sebelah lateral trakea tepatnya dibawah

laring yang dihubungkan dengan jembatan jaringan tiroid, yang

disebut istmus, yang secara terbentang pada permukaan anterior trakea.

Secara mikroskopik, tiroid terutama terdiri atas folikel steroid, yang

masing-masing menyinpan materi koloid didalam pusatnya. Folikel

memproduksi, menyimpan serta mensekresikan kedua hormon utama

yaitu triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4)(Hudak & Gallo, 2010. Hlm:

425).

Kelenjar ini terdiri dari lebih dari satu juta kelompok sel, atau

folikel. Struktur ini tersusun sferis dan terdiri dari sel – sel yang

mengelilingi rongga sentral yang mengandung zat seperti jeli yang

disebut koloid, yang fungsinya menyimpan hormon tiroid sebelum di

sekresi. Setiap sel tiroid memiliki tiga fungsi:

a. Eksokrin, karena mensekresikan zat ke dalam koloid

b. Absorptif, karena mengambil zat dari koloid dengan pinositosis

c. Endokrin, karena mensekresikan hormone langsung ke dalam

aliran darah(Ben Greenstein & Diana Wood,2010. Hlm: 31).

3. Hormon Tiroid

Kelenjar tiroid memiliki fungsi untuk mensintesisi dan

mensekresikn hormone tiroid trioksin (T4) dan tri-iodotronin (T3).

Hormon – hormon ini bersifat esensial untuk tumbuh kembang normal

dan homeostasis tubuh dengan meregulasi produksi energi.

8
Sintesis sel folikel memiliki mekanisme penangkap iodide

(iodide-trapping) pada membrane basalnya yang memompa iodide dari

makanan ke dalam sel. Pompa ini sangat kuat dan sel dapat

mengkonsentrasikan iodide sampai 25-50 x lipat dari konsentrasinya

dalam plasma. Kandungan iodidin dalam tiroid pada keadaan normal

adalah sekitar 600 ug/g jaringan.

Metabolisme hormon tiroid mensekresi secara total 80-100 ug

T3 dan T4 per hari. Walaupun T3 dan T4 sama – sama bersirkulasi,

namun jaringan mendapat 90% dari T3 yang dimilikinya dengan

mendeiodinasi T4. Iodida yang dibebaskan dari hormone tiroid

diekresi di urin atau diresirkulasi ke tiroid, tempat iodida ini di

konsentrasikan oleh mekanisme perangkap (trapping). Sekitar

sepertiga T4 yang keluar dari plasma di konjungasikan dengan

glukuronida atau sulfat di hati dan di ekskresi dalam empedu. Adapun

fungsi hormon tiroid adalah

a. Mengendalikan aktivitas metabolik seluler

b. Sebagai alat pemacu umum dengan mempercepat proses

metabolism

c. Untuk pertumbuhan

d. Sebagai respon terhadap kadar kalsium plasma yang tinggi

e. Menurunkan kadar kalsium plasma dengan meningkatkan jumlah

penumpukan kalsium dalam tulang(Smeltzer, 2012. Hlm: 1294).

9
2.1.2 Kanker Tiroid

1. Definisi

Kanker tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang

memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler.

Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih

sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar.

Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid

bisa disembuhkan(Smeltzer, 2012. Hlm: 1294-1295).

Hipertiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolik

yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang

berlebihan. Bentuk umumnya dari masalah ini adalah penyakit

graves, sedangkan benruk yang lain adalah toksik adenoma, tumor

kelenjar hipofisis yang menimbulkan sekresi TSH meningkat,

tiroiditis subakut dan berbagai bentuk kanker tiroid. (Doenges, dkk,

2000. Hlm: 708).

Hipertiroidisme yang dalam hal prevalensi merupakan

penyakit endokrin yang menempati urutan kedua sesudah diabetes

melitus, adalah suatu kesatuan penyakit dengan batasan yang jelas,

dan penyakit grave menjadi penyebab utamanya. Pengeluran

hormon yang berlebihan diperkirakan terjadi akibat stimulasi

10
abnormal kelenjar tiroid oleh imunoglobulin dalam darah(Smeltzer,

2012. Hlm: 1307).

Hipertiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering

dibandingkan laki-laki dan insidennya akan memuncak dalam

dekade usia ketiga serta keempat (Schimke, 2012).

2. Klasifikasi

Menurut WHO, tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi:

a. Karsinoma Folikuler.

Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid

yang ada, terutama mengenai kelompok usia diatas 50 tahun.

Menyerang pembuluh darah yang kemudian menyebar ke

tulang dan jaringan paru. Jarang menyebar ke daerah nodes

limpa tapi dapat melekat/menempel di trakea, otot leher,

pembuluh darah besar dan kulit, yang kemudian menyebabkan

dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai “The Recurrent

Laringeal Nerves”, suara klien menjadi serak. Prognosisnya

baik bila metastasenya masih sedikit pada saat diagnosa

ditetapkan.

b. Karsinoma Papilar

Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan,

banyak pada wanita atau kelompok usia diatas 40 tahun.

Karsinoma Papilar merupakan tumor yang perkembangannya

lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke

11
daerah nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid,

prognosisnya baik apabila dilakukan tindakan Tiroidektomi

parsial atau total.

c. Karsinoma Medular

Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 5 –

10 % dari seluruh karsinoma tiroid dan umumnya mengenai

orang yang berusia diatas 50 tahun. Penyebarannya melewati

nodes limpa dan menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor

ini sering terjadi dan merupakan bagian dari Multiple

Endocrine Neoplasia (MEN) Tipe II yang juga bagian dari

penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi yang berlebihan

dari kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin

d. Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik).

Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan

luar biasa agresif. Kanker jenis ini secara langsung menyerang

struktur yang berdekatan, yang menimbulkan gejala seperti:

1) Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring).

2) Suara serak.

3) Disfagia

Stadium kanker tiroid tidak saja berdasarkan histopatologi,

ekstensi lokal, regional dan metastase jauh, tetapi juga pada umur

dan jenis kelamin. Klasifikasinya sebagai berikut:

12
Tipe dan stadium <45 tahun > 45 tahun
Papiler
Stadium I Setiap T, setiap N, M0 T1, N1, M0

Stadium II Setiap T, setiap N, M1 T2-4, N1, M0

Stadium III Setiap T, N0, M0,

Stadium IV Setiap T, setiap N, M0

Tipe dan stadium <45 tahun >45 tahun


Folikuler
 Stadium I Setiap T, setiap N, M0 T1, N0, M0

 Stadium II Setiap T, setiap N, M1 T2-4, N0, M0

 Stadium III - Setiap T, N1, M0

 Stadium IV - Setiap T, setiap N, M0

Meduler
 Stadium I - T1, N0, M0

 Stadium II setiap T, setiap N, M0 T2-4, N0, M0

 Stadium III - Setiap T, N1, M0

 Stadium IV setiap T, setiap N, M1 Setiap T, setiap N, M1

Tidak dapat
diklasifikasikan - -

 Stadium I - -

 Stadium II - -

 Stadium III setiap T, setiap N, etiap setiap T, setiap N,

 Stadium IV M setiap M

13
3. Etiologi

Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan

khususnya untuk terjadi well differentiated (papiler dan folikuler)

adalah radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis meduler adalah

factor genetic. Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan

untuk kanker anaplastik dan meduler. Diperkirakan kanker jenis

anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid berdiferensia baik

(papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis folikuler dua

kali lebih besar.

Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid.

Banyak kasus kanker pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi

pada kepala dan leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi

timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi

TSH yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi kanker

tiroid. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang

menderita kanker tiroid dan gondok menahun.

i. Tanda dan gejala (Manifestasi

Klinik)

Adapun tanda dan gejala adalah mencakup penurunanselera

makan, konsumsi makanan, penurunan berat badan yang progresif,

kelelahan otot yang abnormal, amenore, perubahan defekasi

dengan konstipasi dan diare, efek pada jantung mencakup sinus

14
takikardi, peningkatan tekanan nadi, dan palpitasi(Smeltzer, 2012.

Hlm: 1307).

4. Patofisiologi

Neoplasma tiroid sering timbul sebagai pembesaran tiroid

yang diskret. Kadang-kadang mirip goiter noduler jinak. Nodule-

nodule tiroid dapat diraba, kebanyakan nodule tersebut jinak,

namun beberapa nodule goiter bersifat karsinoma. Untuk

menentukan apakah nodule tiroid ganas atau tidak, harus dinilai

factor-faktor resiko dan gambaran klinis massa tersebut, dan harus

dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium.

15
16
5. Komplikasi

a. Paralisis pita suara

b. Pendarahan

c. Trauma nervus langerhan

d. Abses

e. Hipokalsemia

6. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

Tidak ada pengobatan yang langsung ditujukan kepada

penyebab hipertiroidisme. Namun upaya untuk menurunkan

hiperaktif tiroid akan mengurangi gejalanya secara efektif dan

menghilangkan penyebab utama terjadinya komplikasi serius.

Terdapat 3 bentuk terapi yang tersedia untuk mengobati dan

mengendalikan aktivitas tiroid yang berlebihan yaitu:

(Smeltzer, 2012. Hlm: 1308-1310)

a. Pemerikasaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor

jinak dan ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali

kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam

serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan

karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis

17
walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat

dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid

diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas

untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah

tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau

tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum

dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.

b. Radiologis

1) Foto X-Ray

Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher

kadang-kadang diperlukan untuk melihat obstruksi

trakhea karena penekanan tumor dan melihat

kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler

dengan badan-badan psamoma dapat terlihat

kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification,

sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih

jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga

terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah

bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk

survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada

keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk

melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.

18
2) Ultrasound

Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan

kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara ini

cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi

yaitu tehnik yang lebih sederhna dan murah.

3) Computerized Tomografi

CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan

tumor, namun tidak dapat membedakan secara pasti

antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor

tiroid.

4) Scintisgrafi

Dengan menggunakan radio isotropic dapat

dibedakan hot nodule dan cold nodule. Daerah cold

nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan

juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk

memperoleh specimen yang adekuat.

c. Biopsy aspirasi

Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak

dipergunakan sebagai prosedur diagnostik pendahuluan

dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik

dan peralatan sangat sederhana, biaya murah dan akurasi

19
diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum

tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang,

sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan

sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat

diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler,

karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Adapun penatalaksanaan keperawatan yang dapat

dilakukan adalah modifikasi aktivitas, pemantauan

berkelanjutan, pengaturan suhu, dukungan emosional, dan

pendidikan pasien(Smeltzer, 2012. Hlm: 1302-1303).

a. Modifikasi aktivitas

Penderita kangker tiroidakan mengalami

pengurangan tenaga dan letargi sedang hingga berat.

Sebagai akibatnya, resiko komplikasi akibat imobilitas

akan meningkat. Kemampuan pasien untuk melakukan

aktivitas menjadi terbatas akibat perubahan pada status

kardiovaskuler dan pulmoner yang terjadi akibat

hipertiroidisme. Peranan perawat yang penting adalah

membantu perawatan dan kebersihan diri pasien sambil

mendorong partisipasi pasien untuk melakukan aktivitas

yang masih berada dalam batas toleransi yang ditetapkan

untuk mencegah komplikasi imobilitas.

20
b. Pemantauan berkelanjutan

Pamantauan TTV dan tingkat kognitif pasien

dilakukan dengan ketat selama proses penegakan diagnosis

dan awal terapi untuk mendeteksi:

1) Kemunduran status fisik dan mental

2) Tanda serta gejal yang menunjukkan peningkatan laju

metabolik akibat terapi yang melampaui kemampuan

reaksi sistem kardivaskuler dan pernafasan

3) Keterbatasan dan komplikasi miksidema yang

berkelanjutan

c. Pengaturan suhu

Pasien yang sering mengalami gejala menggigil dan

menderita intoleransi yang ekstrem terhadap hawa dingin

meskipun ia berada pada ruangan yang nyaman atau panas.

Ekstra pakaian dan selimut yang diberikan dan pasien

harus dilindungi terhadap hembusan angin.

d. Dukungan emosional

Penderita hipertiroidisme sedang hingga berat dapat

mengalami reaksi emosional hebat terhadap perubahan

penampilan serta citra tubuhnya dan terhadap terlambatnya

diagnosis, yang sering dijumpai pada penyakit ini.

21
e. Pendidikan pasien

Pasien dan keluarga sering sangat prihatin terhadap

perubahan yang mereka saksikan akibat hipertiroid. Sering

kita menentramkan pasien dan keluarga dengan penjelasan

bahwa banyak diantara gejala-gejala tersebut akan

menghilang setelah dilakukan terapi dan berhasil

dilakukan.Pasiendiberitahu untuk terus minum obat seperti

yang diresepkan dokter meskipun gejala sudah membaik.

Instruksi tentang diit untuk meningkatkan penurunan berat

badan begiru pengobatan dimulai, untuk prose

penyembuhan.

2.2 Asuhan Keperawatan

1.2.1 Pengkajian

Biodata, meliputi : nama, alamat, umur, jenis kelamin,

pekerjaan, pendidikan, dll.

1. Riwayat kesehatan sekarang

a. Pembesaran kelenjar pada daerah leher, merasakan adanya

gangguan mekanik di daerah leher

b. Perasaan sesak karena inflitrasi atau desakan ke trakea

c. Nyeri atau nyeri tekan bagi jenis anaplastik

22
2. Riwayat kesehatan dahulu

a. Pernah terpajan dengan radiasi eksternal leher, kepala atau

dada

b. Defisisensi iyodium

c. Adanya goiter endemis di sekitar tempat tinggal atau sekitar

lingkungan

d. Makanan terkontaminasi dengan zat radioaktif

3. Riwayat kesehatan keluarga

a. Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita kanker

4. Aktivitas atau istirahat

a. Gejala: Aneroksia, gaduh dan gelisah, kesulitan

menelan, insomnia, kelemahan berat, gangguan koordinasi

b. Tanda: massa pada tiroid

5. Sirkulasi

a. Gejala: Palpitasi, Perbesaran jantung, disritmia dan

hipotensi, nadi turun, kelemahan fisik

b. Tanda: peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada

yang berat. Takikardia saat istirahat, syok (krisis

tirotoksikosis)

6. Eliminasi

a. Gejala: Urine dalam jumlah banyak, diare.

23
7. Integritas / Ego

a. Gejala: cemas, Stress, tergantung pada orang lain, masalah

finansial yang berhubungan dengan kondisi.

b. Tanda: Ansietas peka rangsang

8. Makanan / Cairan

a. Gejala: Mual dan muntah, suhu meningkat diatas

37,4ºC.Pembesaran tiroid, edema non-pitting terutama di

daerah pretibial, diare atau sembelit.

b. Tanda: pembesaran thyroid

9. Neurosensori

a. Gejala: Pusing atau pening, kelemahan, gangguan status

mental dan perilaku, seperti : bingung, disorientasi, gelisah,

peka rangsang, hiperaktif refleks tendon dalam

b. Tanda: koma (tahap lanjut),

10. Nyeri / Kenyamanan

a. Gejala: wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat

berhati-hati.

11. Pernapasan

a. Gejala: Merasa kekurangan oksigen, Suara parau dan kadang

sampai tak dapat mengeluarkan suara

b. Tanda: Sesak napas, suara serak.

12. Keamanan

24
a. Gejala: Kulit kering , ulkus kulit

b. Tanda: lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan otot

pernapasan.

13. Seksualitas

a. Gejala: adanya riwayat monopouse dini

b. Tanda: Hilangnya tanda – tanda seks sekunder

14. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan labor tidak ada yang spesifik, kecuali

pemeriksann kadar kalsitonin yang dicurigao karsinoma

medular.

b. Kadar hormon thyroglobulin, petanda tumor.

c. USG: untuk menentukan apakah nodul padat atau kistik.

d. Radiologis untuk mencari metastasis

e. Diagnosa pasti dengan histopatologi: parafin coupe

f. Pemeriksaan fungsi tiroid dapat membantu mengevaluasi

nodul dan massa tiroid. Namun, hasil evaluasi ini jarang

bersifat pasti

g. Biopsi jarum pada kelenjar tiroid digunakan untuk

menegakkandiagnosis kanker tiroid, membedakan nodul

tiroid yang bersifat kanker dan nodul bukan kanker, dan

untuk menentukan stadium kanker

25
h. Pemeriksaan diagnostik tambahan mencakup pemeriksaan

MRI, pemindai CT, pemindai tiroid, pemeriksaan ambilan

iodium radioaktif, dan tes supresi tiroid

i. Teknik sidik tiroid kamera taknetium 99M, yang dapat

menentukan appakah nodula itu bersifat soliter atau bagian

dari goiter multinodular. Dan untuk menentukan apakah

nodula tersebut masih berfungsi atau tidak

j. Pemeriksaan ekografik dari nodula dapat dilakukan untuk

membedakan secara akurat apakah massa itu bersifat kistik

atau padat. Karsinoma tiroid umumnya padat, dan massa

kistik biasanya merupakan kista jinak.

2.3 Diagnosa keperawatan

1. Intoleransi aktifitas b/d kelelahan, penurunan proses kognitif

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

lambatnya metabolisme tubuh

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

obstruksi akibat adanya perdarahan atau edema pada tempat

pembedahan, kerusakan saraf laringeal atau luka pada kelenjar

paratiroid.

4. Nyeri berhubungan dengan edema pascaoperasi.

5. Gangguan komunikasi berhubungan dengan cedera pita suara.

26
6. Defisiensi pengetahuan b/d kurang informasi tentang program

untuk pengobatan untuk terapi

7. Ansietas b/d faktor fisiologis: status hipermetabolik

Intervensi

No Diagnosa NOC NIC


1 Intoleransi aktifitas b/d Setelah di lakukan tindakan Activity therapy
kelelahan, penurunan keperawatan selama….jam  Kolaborasikan dengan
proses kognitif klien menunjukan aktivitas tenaga rehabilitasi
sehari-haari dengan baik medik dalam
Kriteria Hasil: merencanakan
 Berpartisipasi dalam program terapi yang
aktivitas fisik tanpa di tepat
sertai peningkatan  Bantu klien untuk
TD,ND, dan RR mengidentivikasi
 Mampu melakukan aktivitas yang mampu
aktivitas sehari-hari di lakukan
(ADLS) Secara mandiri  Bantu untuk memilih
 TTV normal aktivitas
 Energi psikomotor konsistenyang sesuai
 Level kelemahan dengan kemampuan
 Mampu berpindah: fisik, psikologi dan
dengan atau tanpa sosial
bantuan alat  Bantu untuk
 Status kardiopulmunari mengidentifikasi dan
adekuat mendapatkan sumber

 Sirkulasi status baik yang di perlukan untuk

 Status respirasi : aktivitas yang di

pertukaran gas dan inginkan

27
ventilasi adekuat  Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda dan
krek
 Bantu untuk
mengidentivikasi
aktivitas yang di sukai
 Bantu pasien atau
keluarga untuk
mengidentivikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktifitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spritual
2 Ketidak seimbangan Setelah di lakukan tindakan Nutrition Management
nutrisi kurang dari keperawatan selama..24 jam  Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh b/d klien menunjukan makanan
lambatnya metabolisme peningkatan berat badan  Kolaborasi dengan ahli
tubuh Kriteria Hasil : gizi untuk menetukan
 Adanya peningkatan jumlah kalori dan
berat badan sesuai nutrisi yang di

28
dengan tujuan butuhkan pasien
 Berat badan ideal sesuai  Anjurkan pasien untuk
dengan tinggi badan meningkatkan protein
 Mampu vitamin C
mengidentifikasikan  Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi  Yakinkan diet yang di
 Tidak adatanda-tanda makan mengandung
malnutrisi tinggi serat untuk
 Menunjukan peningkatan mencegah konstipasi
fungsi pengecapan dan  Berikan makanan yang
menelan terpilih ( sudah di
 Tidak terjadi penurunan konsultasikan dengan
berat badan yang berarti ahli gizi )
 Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan
harian
 Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
 Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
 Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang di butuhkan
Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas
normal
 Monitor adanya

29
penurunan berat badan
 Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa di lakukan
 Monitor interaksi anak
atau orang tua selama
makan
 Monitor lingkungan
selam makan
 Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
 Monitor turgor kulit
monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
 Monitor mual dan
muntah
 monitor pertumbuhan
dan perkembangan
 Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
3 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Airway Suction
tidak efektif keperawatan selama ... x 24  Monitor tanda-tanda
berhubungan dengan jam, klien mempertahankan respiratori distres,

30
obstruksi akibat adanya kepatenan jalan nafas dengan sianosis, takipnea dan
perdarahan atau edema Kriteria hasil nafas yang berbunyi.
pada tempat  Mengeluarkan/membersi  Periksa balutan leher
pembedahan, kerusakan hkan sekret dan bebas setiap jam pada
saraf laringeal atau luka aspirasi. periode awal post op,
pada kelenjar paratiroid.  Menunjukkan perilaku kemudian tiap 4 jam.
untuk  Monitor frekuensi dan
memperbaiki/memtertaha jumlah drainase serta
nkan jalan nafas bersih kekuatan balutan.
dalam tingkat  Periksa sensasi klien
kemampuan/situasi karena keketatan
disekeliling tempat
insisi.
 Pertahankan klien
dalam posisi semi
fowler dengan diberi
kantung es (ice
bag)untuk mengurangi
bengkak.
 Anjurkan klien untuk
berbicara setiap 2 jam
tanpa merubah nada
atau keparauan suara.
4 Nyeri berhubungan setelah dilakukan tindakan Pain Management
dengan edema keperawatan selama ... x 24  Lakukan penkajian
pascaoperasi. jam klien menunjukkan Nyeri nyeri secara
berkurang/hilang dengan konprehensif termasuk
Kriteria Hasil: lokasi, karakteristik,
 Tidak ada rintihan, durasi, frekuensi,
ekspresi wajah rileks, kualitas dan faktor

31
 melaporkan nyeri dapat presipitasi.
berkurang/hilang. Dari  Observasi reaksi
skala 7 berkurang nonverbal dari
menjadi 2. ketidaknyamanan.
 Kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
 Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau.
Analgesic
Administration
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu.
 Tentukan
pilihananalgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri.
5 Hambatan komunikasi Setelah dilakukan tindakan Communication
berhubungan dengan keperawatan …..24 jam klien Enhancement
cedera pita suara. menunjukkan berkomunikasi  Antisipasi kebutuhan
dengan baik dengan sebaik mungkin,
Kriteria hasil : kunjungi pasien secara
 Mampu menciptakan teratur.
metode komunikasi  Gunakan penerjemah
dimana kebutuhan dapat jika diperlukan
dipahami.  Dorong pasien untuk

32
 Gerakan terkoordinasi : berbicara secara
mampu menkoordinasi perlahan
gerakan dalam  Pertahankan
menggunakan isyarat. lingkungan yang
tenang
 Anjurkan untuk tidak
berbicara terus
menerus.
  Kolaborasikan
dengan dokter obat
obat yang diperlukan
untuk meringankan
rasa nyeri

2.4 Konsep Aromaterapi Lavender

Aromaterapi adalah terapi komplementer dalam praktek keperawatan

dan menggunakan minyak esensial dari bau harum tumbuhan untuk

mengurangi masalah kesehatan dan memperbaiki kualitas hidup. Sharma

(2009) mengatakan bahwa bau berpengaruh secara langsung terhadap otak

seperti obat analgesik. Misalnya, mencium lavender maka akan

meningkatkan gelombang-gelombang alfa didalam otak dan membantu

untuk merasa rileks.

Aromaterapi lavender bermanfaat untuk relaksasi, kecemasan, mood,

dan pasca pembedahan menunjukkan terjadinya penurunan kecemasan,

perbaikan mood, dan terjadi peningkatan kekuatan gelombang alpha dan

beta yang menunjukkan peningkatan relaksasi. Gelombang alpha sangat

33
bermanfaat dalam kondisi relaks mendorong aliran energi kreativitas dan

perasaan segar dan sehat. Kondisi gelombang alpha ideal untuk perenungan,

memecahkan masalah, dan visualisasi, bertindak sebagai gerbang kreativitas

seseorang. Minyak lavender adalah salah satu aromaterapi yang terkenal

memiliki efek menenangkan. Menurut penelitian yang dilakukan terhadap

tikus, minyak lavender memiliki efek sedasi yang cukup baik dan dapat

menurunkan aktivitas motorik mencapai 78%, sehingga sering digunakan

untuk manajemen stres. Beberapa tetes minyak lavender dapat membantu

menanggulangi insomnia, memperbaiki mood seseorang, dan memberikan

efek relaksasi.

34
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

Ny. N masuk ke ruangan Mawar pada tanggal 19 Juli 2019 dengan

diagnosa medis Ca Tyroid Post Total Tyroidectomy, umur klien 42 tahun,

jenis kelamin klien adalah perempuan, No. RM klien adalah00089127,

alamat klien di Jl. Raden Saleh RT/RW 001/009, status klien sudah

menikah, dan saat ini keluarga terdekatnya adalah suaminya. Pengkajian

dilakukan pada tanggal 23 juli 2019.

Alasan klien masuk RS karena akan dilakukan operasi pengangkatan

kelenjar Tyroid oleh dokter bedah onkologi.Saat dilakukan pengkajian

tanggal 23 Juli 2019, keluhan utama klien adalah nyeri.Klien mengatakan

nyeri, nyeri dirasakan di daerah leher (area operasi), skala nyeri 5 (1-10),

nyeri dirasakan seperti tertusuk benda tajam, nyeri hilang timbul dan tidak

menyebar ke area yang lain.

Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit tyroid sejak 2 tahun

yang lalu, dan pernah menjalani operasi angkat tyroid sebelah kiri. Klien

mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti Diabetes, Jantung,

Hipertensi dan Asma.

Saat dilakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan nutrisi, Klien

mengatakan saat dirumah makan pagi jam 07.00 siang jam 12.30 dan malam

35
jam 19.00,jenis makanannasi putih lauknya ikan, ayam, tempe tahu dan

sayur bening. Klien mengatakanselama di Rumah Sakit makan pagi jam

06.30, siang jam 12.00 dan malam jam 18.00,jenis makanan nasi putih

lauknya ikan, ayam, tempe tahu dan sayur bening, infuse 500m/12 jam, Air

putih 1500lt/hr

Saat pengkajian pola eliminasi klien mengatakan dirumah BAB lancar

1x/hari biasanya pada pagi hari dan BAK sering lebih dari 5-6x/hari, warna

BAB kuning, BAK kuning Jernih, Bau khas, konsistensi lembek. Klien

mengatakan selama di Rumah Sakit BAB lancar 1x/hari biasanya pada pagi

hari dan BAK sering lebih dari 5-6x/hari, warna BAB kuning, BAK kuning

Jernih, Bau khas, konsistensi lembek.

Klien mengatakan selama di Rumah tidur malam 21.00 selama 8 jam.

Selama di Rumah Sakit tidur siang jam 13.00 dan malam hari jam 22.00

selama 1 hari Klien mengatakan tidur 10 jam.

Klien mengatakan selama di rumah mencuci rambut sehari 2 kali,

mandi 2 kali/hari, Gosok Gigi 2 kali/hari dan kuku bersih. pasien

mengatakan selama di Rumah Sakit belum pernah mencuci Rambutnya,

Mandi menggunakan waslap 1 kali/hari dibantu anaknya, Menggosok Gigi 1

kali/hari dan kuku bersih.

Klien mengatakan dirinya tidak bekerja di luar rumah, hanya ibu rumah

tangga biasa, aktivitas selama di rumah kumpul bersama keluarga, nonton

tv, dll. Selama di rumah sakit tidak ada aktivitas yang di lakukan kecuali

tirah baring, aktivitas di bantu suaminya.

36
Saat dilakukan pengkajiansosial budaya, Klien mengatakanaktif dalam

dalam mengikuti kegiatan di lingkungan rumahnya. Klienjuga mengatakan

tidak ada konflik sosial yang dialami sekarang. Klien mengatakan cukup

taat dalam menjalani ibadah agamanya.Klien mengatakan keluarga selalu

membantu bila ada masalah. Dari pengkajian sosial budaya dan spiritual

klien dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah pada sosisal

budaya,spritual klien.

Saat pengkajian ekonomi klien menyatakan pakai jaminan kesahatan

selama perawatan di rumah sakit. Klien menyatakan tidak ada masalah

keuangan dalam perawatannya di rumah sakit. Dari pengkajian ekonomi

dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah pada status ekonomi klien.

Padasaat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, didapatkan hasil

sebagai berikut, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 104x/menit, pernafasan

22x/menit, suhu 37oC, BB 55 kg, TB, 150 cm, Setelah dihitung berdasar

rumusBorbowith pasien termasuk: ideal. Pada saat dilakukan pengkajian

kepada Ny. N, secara umum keadaan pasien saat ini sakit sedang dengan

kesadaran composmetis /sadar penuh.

Pengkajian integument, rambut dan kuku didapatkan data bahwa

terdapat luka operasi pada daerah leher, jaringan perut tidak ada, warna kulit

putih bersih, tidak terdapat luka bakar.Pada saat palpasi tekstur kulit halus ,

turgor kulit baik, tidak ada keriput dan terdapat nyeri tekan di area luka

operasi.Penyebaran rambut merata, rambut tidak rontok,warna hitam.

Tidak ada alopesia dan Hirsuisme.Inspeksi dan palpasi kuku saat pengkajian

37
didapatkan warna kuku merah muda bentuk simetris dan kuku bersih. Dari

data pengkajian integument didapatkan masalah keperawatan yaitu Nyeri

Akut (00132) dan Kerusakan Integritas Jaringan (00406)

Pada pemeriksaan kepala bentuk bulat, simetris, tidak ada nyeri kepala,

tidak ada luka.Pada pemeriksaan mata didapatkan hasil, mata tampak

simetris,tidak ada oedem pada palpebra, tidak ada peradangan,tidak ada

luka,benjolan,bulu mata tidak rontok, konjuntiva dan scelra tidak

anemis.Pada pemeriksaan telinga bentuk normal,tidak ada peradangan, tidak

ada nyeri tekan.Pada pemeriksaan hidung tidak di temukan pembengkokan

tulang hidung,tidak ada perdarahan, tidak ada pembesaran

polip.Pemeriksaan pada mulut dan faring bibir tidak pucat,tidak pecah

pecah, gigi tidak ada caries, lidah tidak kotor, tidak ada pembesaran pada

tonsil.

Pada pemeriksan wajah, pasien tampak meringis menahan nyeri.Bentuk

leher simetris, tampak luka operasi yang tertutup verban,terdapat drainage

luka yang berwarna merah (darah), vaccum, dengan produksi sekitar 20ml

per 24 jam dapa hari pertawa post operasi. Dari pemeriksaan kepala, wajah

dan leher didapatkan masalah keperawatan yaitu Nyeri Akut (00132) dan

Kerusakan Integritas Jaringan (00406)

Pada pemeriksaan payudara ukuran normal,bentuk simetris,tidak ada

pembengkakan, kulit payudara warna sawo matang,tidak ada cairan yang

keluar, tidak ada benjolan massaDapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan

masalah pada payudara dan ketiak.

38
Pada pemeriksaan thorax dan paru di dapatkan bentuk thorax normal

chest bentuk susunan ruas thorax belakang normal spine, bentuk dada

simetris keadaan kulit bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, Pola

nafas eupnea tidak ada sionosis tidak ada batuk.Pada saat palpasi getaran

antara kanan dan kiri terlihat sama, auskultasi suara nafas area vesikuler

bersih, area bronchial bersih, tidak ada suara tambahan yang terdengar.Dari

pemeriksaan paru dan thorax dapat disimpukan bahwa tidak ada masalah

keperawatan yang ditemukan.

Pada pemeriksaan jantung tidak ada pelebaran, pulsasi pada dinding

thorak teraba kuat, batas atas jantung pada ICS II Normal, batas bawah

jantung ICS V Normal, batas kiri jantung pada ICS V midklavicula sinistra

normal, batas kanan jantung ICS IV Mid sternalis dextra normal.Pada

pemeriksaan auskultasi BJ 1 terdengar tunggal, keras, reguler, Bj II

terdengar tunggal, keras, reguler.Dari pemeriksaan jantung disimpulkan

bahwa tidak ada masalah keperawatan yang ditemukan.

Pada inspeksi bentuk abdomen cembung tidak ada benjolan, simetris,

bayangan pembuluh darah vena terlihat. Pada pemeriksaan auskultasi

pemeriksaan frekuensi peristaltic usus 20 x/menit. Tidak ada pembesaran

pada hepar,nyeri tekan tidak ada , permukaan halus. Dari pemeriksaan

abdomen disimpulkan bahwa tidak ada masalah keperawatan yang

ditemukan.

Pada pemeriksaan genitalia rambut pubis bersih,tidak ada lesi, tidak

terdapat benjolan ,terdapat lubang uretra, tidak ada penyumbatan, tidak

39
terdapat nyeri tekan, dan tidak ada kelainan pada vagina.Pada inspeksi anus

tidak tampak atresia ani, tidak ada tumor tidak ada perdarahan, tidak ada

benjolan, tidak ada jahitan,tidak ada heamorroid. Pada saat palpasi nyeri

tekan pada daerah anus tidak ada. Dari pengkajian genitalia dapat

disimpulkan bahwa tidak ada masalah keperawatan yang ditemukan.

Pada pemeriksaan muskuloskeletal (ekstremitas) didapatkan data otot

antara sisi kanan dan kiri simetris, tidak ada luka operasi,tidak ada oedama,

uji kekuatan otor skor 5/5/5/5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat masalah keperawatan pada musculoskeletal (ekstremitas) klien.

Pada pemeriksaan neurologis didapatkan data tingkat kesadaran klien

komposmetis GCS 15, tidak ada peningkatan suhu tubuh , tidak ada nyeri

kepala, tidak ada kaku kuduk, tidak ada mual muntah, tidak ada kejang,

tidak ada penurunan tingkat kesadaran. Ukuran otot simetris , kedua tangan

terasa kesemutan dan kebas,tidak ada atropi, kepekaan saraf perifer terhadap

benda tumpul kurang sensitive, benda tajam sensitive, sensasi panas dan

dingin kurang sensitive. Dari pemeriksaan neurologis didapatkan masalah

keperawatan terkait dengan Px. Neurologis yaituresiko cidera.

Pada pengkajian status psikologis didapatkan data bahwa

klienmengatakan nyeri masih bisa di tahan, pasien Nampak gelisah dan

mampu sedikit berpartisipasi dalam perawatan skor nyeri 5 dengan skala

nyeri sedang. Pada pengkajian status psikologis ditemukan masalah

keperawatan yaitu Nyeri akut.

40
Pemeriksaan Status Mental dan Spiritual menunjukkan bahwa Pasien

terlihat tenang, kebutuhan untuk beribadah terpenuhi. Tingkat kecemasan

pasien baik di lihat dari orientasi terhadap orang, tempat dan waktu baik,

Lapang persepsi baik, pasien mampu menyelesaikan masalah dan mampu

berkonsentrasi dan mengingat dengan baik. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak ada masalah keperawatan yang ditemukaan pada pemeriksaan

status mental dan spiritual klien.

Saat pengkajian konsep diri klien, klien mengatakan identitas dirinya

sebagai seorang wanita. Klien mengatakan Ideal dirinya adalah sebagai

seorang istri. Klien juga mengatakan bahwa gambaran dirisebagai seorang

ibu rumah tangga. Klien mengatakan bahwa Harga dirinya adalah sebagai

pengatur dalam rumah tangga dan klien mengatakan perannya adalah

menjadi seorang istri. Sehingga dapat disimpulkan pada pengkajian konsep

diri klien tidak ditemukan masalah keperawatan.

Pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan data pemeriksaan

hematologi tanggal 22 Juni 2019 dengan hasilLeukosit : 15730µL(N: 3.500

– 10.000 / µL), Trombosit 286.000 µL (N : 150.000 – 350.000 / µL,

Haemoglobin 14,4 gr/dl(N: 11.0 – 16.3 gr/dl, Haematokrit41gr/dl (N : 35.0

– 50 gr / dl). Pada pemeriksaan kimia darah yang dilakukan tanggal 22 Juli

2019 didapatkan hasil Gula Darah Sewaktu (GDS) yaitu 137 mg/dl (<180

mg/dl), Ureum 16 mg/dl(N: 10 – 50 mg / dl), Creatinin 0.7 mg/dl(N: 0,7 –

1.5 mg / dl, SGOT 15 (N: 2 – 17), SGPT 18 (N: 3 – 19). Dari data tersebut

41
dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah keperawatan yang ditemukan

pada pemeriksaan hematologi dan kimia darah.

Pada pemeriksaan analisa elektrolit terdapat 2 hasil pemeriksaan pada

tanggal 21 Juli 2019 dan 22 Juli 2019.Analisa Elektrolit pada tanggal 21 Juli

2019 didaptkan hasil Natrium 145 (N: 136 – 145 mmol / l), Kalium 3,6 (N:

3,5 – 5,0 mmol / l) dan Clorida 102 (N: 98 – 106 mmol / l). Pada tanggal 22

Juli 2019 didapatkan hasil analisa elektrolit yaituNatrium 144(N: 136 –

145 mmol / l), Kalium 3,9(N: 3,5 – 5,0 mmol / l), Clorida 103(N: 98 –

106 mmol / l). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah

keperawatan yang ditemukan pada analisa elektrolit.

Hasil pemeriksaan penunjangrontgen thorax pada tanggal 2 November

2018 didapatkan kesan seluruh organ di thorax dalam batas normal. Pada

pemeriksaan Patologi anatomi jaringan kelenjar tyroid tanggal 13 september

2018, didapatkan kesanadanya Karsinoma papiler tiroid dengan metastasis

ke kelenjar limfe. Hasil pemeriksaan USG Tyroid pada tanggal 5 November

2018 didapatkan kesan adanya Nodul sugestif maligna di lobus tyroid

dextra, Nodul di lobus tyroid dextra, suspek nodul satelit, Tidak tampak lesi

residif dimproyeksi kelenjar tyroid sinistra dan adanya Lesi multiple di peri

juguler kanan DD/ limfadenopati.

Selama klien dirawat dari tanggal 22 Juli 2019 sampai 23 Juli 2019

klien telah mendapat terapi cairan intravena Ringer Laktat 500ml/12 jam.

Klien juga mendapatkan terapi obat intravena yaitu Ceftriaxone 1x2 gr,

Ranitidine 2x50mg, dan Ketorolac 3x30mg. Sedangkan pada tanggal 24 Juli

42
2019 terapi intravena yang didapatkan klien yaitu Cefixime 2x200 mg,

Paracetamol 3x500, Ranitidine 2x150 mg dan Tyrax 1x150mg

3.2 DATA FOKUS

NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


1 Ds : Klien mengatakan nyeri Domain 12 Prodesur invasive/bedah
pada luka operasi (P) Nyeri Kenyamanan 
dirasakan seperti teriris Kelas 1 Diskontuiniitas jaringan
benda tajam (Q), hanya Kenyamanan fisik 
didaerah leher saja (R) 000132 Nyeri Akut Merangsang pengeluaran histamin
dengan skala nyeri 5 (S), dan prostatgladin
Nyeri bertambah bila leher 
digerakkan dan berubah Mengirim sinyal ke syaraf eferen
posisi (T) 
DO :Klien tampak meringis Sinyal ditembus ke hipotalamus
kesakitan, dengan skala 
nyeri 5, (sedang) tampak Diteruskan menuju syaraf eferen
luka dileher, dibalut dengan 
verban,terdapat drainage Nyeri dipersepsikan
luka berisi darah pada selang 
drain. Observasi tanda-tanda Nyeri akut
vital TD 110/70 mmhg,Nadi
104X/menit, Suhu 37 ̊ C, RR
22X/menit.
2 DS : Klien mengatakan luka Domain 11 : Prodesur invasive/bedah
operasi di leher, leher terasa keamanan/ 
Luka sayatan
nyeri dan kaku bila perlindungan

digerakkan dan pindah posisi Kelas 2: Cedera
Terputusnya inkontuniitas jaringan

43
DO : tampak luka dileher fisik kulit
ditutup verban, terdapat 00046 Kerusakan 
kerusakan integritas jaringan
drain, post Op total integritas jaringan
tyroidectomy H-1
3 DS : Klien mengatakan kedua Domain 11 : Prosedur bedah
tanganterasa kesemutan keamanan
dan kebas perlindungan Eksisi pada jaringan tyroid
DO : Kelas 2 : cedera
 klien tampak meremas- fisik 00035 Menyebabkan kondisi imbalance
remas tangan yang terasa Risiko cedera elektrolit
kesemutan
 tidak ada atropi, hipokalsemia
kepekaan saraf perifer
terhadap benda tumpul penurunan sensasi pada saraf
kurang sensitive, benda perifer
tajam sensitive, sensasi
panas dan dingin kurang resiko cedera
sensitive.

3.3 Diagnosa Keperawatan ( Nanda Nic Noc )

1. Nyeri Akut b.d kerusakan jaringan paska operasi


2. Kerusakan integritas jaringan b.d insisi bedah
3. resiko cidera

44
3.4 Kriteria Hasil dan Intervensi Keperawatan

No DIAGNOSA NOC NIC


1. Domain 12 : Setelah dilakukan Domain 1 Fisiologi Dasar
Kenyaman tindakan perawatan Kelas E :
Kelas 1 : manajemen nyeri selama Peningkatankenyamananfisik
Kenyamanan lebih dari 1 jam di 1400 : Manajemen Nyeri
Fisik harapkan : - Lakukan pengkajian nyeri kompres
00132 Nyeri Domain 5: Kondisi hangat
akut kesehatan yang dirasakan - Lakukan pengkajian nyeri komphrensif
Kelas V Status gelaja yang meliputi lokasi, karakteristik,
Out Comes durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
atau beratnya nyeri dan factor pencetus
2102 Tingkat nyeri - Observasi adanya petunjuk non verbal
21021 Nyeri yang mengenai ketidaknyamanan
dilaporkan tidak ada - Gali pengetahuan dan kepercayaan
210217 Mengerang dan pasien mengenai nyeri
menangis tidak ada - Berikan informasi mengenai nyeri
210206 Ekspresi wajah seperti penyebab nyeri, berapa lama
baik nyeri yang di rasakan, dan antisipasi
210215 Kehilangan nafsu dari ketidak nyamanan akibat prosedur
makan tidak ada - Ajarkan tehnik prinsip – prinsip
manajemen nyeri
- Dorong pasien untuk memonitor nyeri
dan mengenali nyerinya dengan tepat
- Ajarkan penggunaan Teknik
nonfarmakologi (relaksasi aromaterapi
lavender)
- Kolaborasi pemberian farmakologi
untuk menurunkan nyeri

2 Domain 11 Setalah dilakukan Domain 2 : Fisiologi kompleks


Keamanan tindakan keperawatan Kelas L : Manajemen kulit / Luka
perlindungan kulit pengobatan topical 3584 : Perawatan kulit pengobatan topical

45
Kelas 2Cedera selama 16-30 menit - Bersihkan dengan sabun anti bakteri
fisik masalah kerusakan dengan tepat
00044 integritas kulit teratasi - Berikan antibiotik topical untuk daerah
Kerusakan dengan kriteria Hasil: yang terkena
integritas Domain 11 : kesehatan - Berikan anti imflamasi topical untuk
jeringan fisiologis daerah yang terkena dan tepat.
Kelas L Integritas 3590 Pengecekan kulit
Jaringan - Periksa kulit terkait dengan adanya
1101Integritas jaringan kemungkinan edema
kulit dan membrane - Amati warna, kehangatan, bengkak,
mukosa edema pada ekstremitas
110101 Suhu kulit normal - Periksa kondisi luka dengan tepat
110102 Sensasi normal - Monitor warna dan suhu kulit
110303 Elastisitas normal - Monitor tungkai , terutama daerah
110113 Integritas normal edema
110115 Lesi pada kulit
tidak ada
3 Domain 11 : Setelah dilakukan Domain 2: Fisiologi kompleks
Keamanan / tindakan Kelas G : Manajemen elektrolit asam basa
perlindungan keperawatanmenegemen 2006 menejemen elektrolit : hipokalsemia
Kelas 2 : cedera elektrolit : hipokalsemia 1740 :
fisik selama 16-30 menit, - Monitor perubahan kadar kalsium
00035risiko masalah keperawatan dalam darah pada kelompok risiko
cedera risiko cedera tidak terjadi tinggi
dengan - Minitir kadar kalsium secara ketet pada
kriteria hasil: pasien yang mengalami penurunan
Domain 11 : kesehatan kadar kalsium
fisiologis - Observasi menifestasi hipokalsemia
Kelas G : cairan dan - Monitor menifestasi psikososial akibat
elektrolit terjadinya hipokalsemia
0613keparahan - Monitor manifestasi kardiovaskuler
hipokalsium akibat terjadinya hipokalsemia
- 061301penurunan serum - Monitor ketidakseimbangan elektrolit

46
kalsiumtidak ada yang berhubungan dengan terjadinya
- 061303 penurunan hipokalsemia
denyut nadi tidak ada - Monitor pasien mendapatkan obat-
- 061305 tidak ada obatan yang menyebabkan kehilangan
hipotensi kalsium terus menerus
- 061306 kecemasan tidak - Berikan garam kalsium yang tepat
ada sesuai resep
- 061307 tidak ada nyeri - Monitor tekanan darah pasien yang
- 061308 tidak ada mati mendapatkan terapi penggantian
rasa pada ekstremitas kalsium secara perenteral
- 061319 tidak ada - Berikan Pendidikan kesehatan pada
kesemutan pada jari pasien mengenai obar-obatan yang
tangan dan jari kaki mengurangi keropos pada tulang

3.6 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi


No Tanggal Jam DX Implementasi Evaluasi Paraf
1 23/7/19 14.00 DX - Operan dengan Jam 19.00
1 dinas pagi S: Pasien mengatakan nyeri
14.30 DX - Melakukan pada luka bekas operasi
1 pengkajian nyeri sudah mulai berkurang,
secara komprehensif nyeri terasa teriris di daerah
Hasil:klien leher dengan skala nyeri 4,
mengeluh nyeri area dirasakan bila banyak
operasi aktivitas.
15.00 - Observasi TTV O :Pasien tampak rileks

47
Hasil : TD: 120/80mmHg
TD : 110/70mmHg N : 92 x/menit
N : 104 x/menit RR: 20 x/menit
RR : 22 x/menit S : 36,4 C
S : 37 C - Tampak luka operasi
15.10 DX - Mengkaji Skala di daerah leher di
1 Nyeri balut verban
Hasil : Skala 5 - Tidak ada rembesan
15.15 DX - Mengajarkan darah,terdapat drain
1 Teknik distraksi vaccum.
dan relaksasi - Pasien tampak lebih
dengan nyaman
menggunakan A:
aroma terapi - Masalah nyeri akut
Lavender teratasi sebagian
16.00 DX - Kolaborasi - Kerusakan integritas
1 pemberian terapi jaringan belum
analgetik ketorolac teratasi
30 mg. P : Lanjutkan intervensi

- Mengobservasi - Manajemen nyeri

17.00 DX kondisi kulit terkait - Perawatan kulit

2 dengan adanya - Pengecekan kulit

kemungkinan
edema
Hasil : edema tidak
ada
- Mengamati warna
17.30 DX kulit dan
2 kehangatan
Hasil : warna kulit
normal.

48
- Mengobservasi
18.00 kondisi luka
dengan tepat.

2 24/7/19 14.00 DX - Operan dengan Jam 19.00


1 dinas pagi S: Pasien mengatakan nyeri
14.30 DX - Melakukan pada luka bekas operasi
1 pengkajian nyeri sudah mulai berkurang,
secara komprehensif nyeri terasa teriris di daerah
DX Hasil : klien leher dengan skala nyeri 3,
3 mengeluh nyeri area dirasakan bila banyak
operasi aktivitas.
15.00 - Observasi TTV Kedua tangan terasa kebas
Hasil : dan kesemutan
15.15 TD : 110/70mmHg O :Pasien tampak rileks
N : 104 x/menit TD: 105/70mmHg
RR : 22 x/menit N : 70 x/menit
15.30 S : 37 C RR: 20 x/menit
- Mengkaji Skala S : 36,4 C
Nyeri - Tampak luka operasi
Hasil : Skala 4 di daerah leher di
15.45 DX - Mengajarkan balut verban
1 Teknik distraksi - Tidak ada rembesan
dan relaksasi darah,terdapat drain
dengan vaccum.
menggunakan - Pasien tampak
aroma terapi meremas-remas
Lavender kedua tangan yang di

49
16.00 - Kolaborasi rasakan kebas dan
pemberian terapi kesemutan
analgetik ketorolac A :
30 mg. - Masalah nyeri akut
DX - Mengobservasi teratasi sebagian
3 tanda dan gejala - Kerusakan integritas
Hipokalsemia : jaringan belum
kebas, kesemutan, teratasi
16.30 penurunan sensasi - Resiko cidera belum
DX perifer. teratasi
1 Hasil : klien P : Lanjutkan intervensi
mengatakan tangan - Manajemen nyeri

kebas, kesemutan, - Perawatan kulit

dan tidak nyaman, - Pengecekan kulit

klien terlihat - Manajemen elektrolit

meremas-remas : Hipokalsemia

kedua tangannya
17.00 DX - Mengevaluasi vital
3 sign
Hasil : TD 110/80
mmhg, Nadi
18.30 88x/mnt
- Mengobservasi
kondisi kulit terkait
dengan adanya
kemungkinan
edema
Hasil : edema tidak
ada
DX - Mengamati warna
3 kulit dan

50
kehangatan
Hasil : warna kulit
normal.
DX - Mengobservasi
3 kondisi luka
dengan tepat.
- Kolaborasi
pemberian terapi
Tyrax 150 mg/p.o,
Cefixime
200mg/p.o,
Ranitidine 150
mg/p.o

3 25/7/19 14.00 DX - Operan dengan Jam 19.00


1 dinas pagi S: Pasien mengatakan nyeri
pada luka bekas operasi
- Melakukan
sudah mulai berkurang,
perawatan luka
14.30 DX nyeri terasa teriris di daerah
dengan Nacl 0,9%
2 leher dengan skala nyeri 2,
dan Sofratull
dirasakan bila banyak
aktivitas.
- Melakukan
O :Pasien tampak rileks
pengkajian nyeri
15.00 DX TD: 110/80mmHg
secara komprehensif
1 N : 84 x/menit
Hasil : klien
RR: 20 x/menit
mengeluh nyeri area
S : 36,4 C
operasi
- Tampak luka operasi
- Observasi TTV
di daerah leher di
Hasil :
15.20 DX balut verban

51
1 TD : 110/70mmHg - Tidak ada rembesan
N : 104 x/menit darah,terdapat drain
RR : 22 x/menit vaccum.
S : 37 C - Pasien tampak lebih
- Mengkaji Skala nyaman
15.30 Nyeri A:
Hasil : Skala 3 - Masalah nyeri akut
- Mengajarkan teratasi
DX Teknik distraksi - Kerusakan integritas
1 dan relaksasi jaringan teratasi
dengan sebagian.
menggunakan - Resiko cedera tidak
aroma terapi terjadi
Lavender P : Lanjutkan intervensi

- Kolaborasi - Manajemen nyeri

16.00 DX pemberian terapi - Perawatan kulit

1 analgetik - Pengecekan kulit

Paracetamol 500 - Manajemen elektrolit

mg/p.o : Hipokalsemia

- Mengobservasi -

tanda dan gejala


17.00 DX Hipokalsemia :
3 kebas, kesemutan,
penurunan sensasi
perifer.
Hasil : klien
mengatakan rasa
kebas dan
kesemutan
ditangannya hilang
setelah di berikan

52
obat melalui
infusan tadi pagi.
- Mengevaluasi vital
sign
17.30 DX Hasil : TD 110/80
3 mmhg, Nadi
88x/mnt
- Mengobservasi
kondisi kulit terkait
DX dengan adanya
2 kemungkinan
edema
Hasil : edema tidak
ada
- Mengamati warna
kulit dan
DX kehangatan
2 Hasil : warna kulit
normal.
- Mengobservasi
kondisi luka
dengan tepat.
- Kolaborasi
pemberian terapi
Tyrax 150 mg/p.o,
18.00 Cefixime 200
mg/p.o, Ranitidine
150 mg/p.o

53
54

Anda mungkin juga menyukai