Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gamal, Legum Centrosema, dan Indigovera

Tanaman gamal (Gliricidia maculata) merupakan tumbuhan asli daerah

tropis Pantai Pasifik di Amerika Tengah. Pada tahun 1600-an penyebaran tanaman

ini terbatas pada hutan musim kering gugur daun, tetapi banyak tumbuh di dataran

rendah yang tersebar di Meksiko, Amerika Tengah, Amerika Selatan bagian utara,

Asia dan diperkirakan masuk ke Indonesia pertama kali sekitar tahun 1900.

Tanaman gamal merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat. Tanaman ini

sering digunakan sebagai tajar hidup dalam penanaman lada, vanili, dan ubi jalar.

Daunnya dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan, rodentisida, pestisida, dan

pakan ternak, sedangkan kayu tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai alat
pertanian dan kayu bakar.

Tanaman Centrosema Pubescen merupakan tanaman yang berumur

panjang yang bersifat merambat dan memanjat. batang agak berbulu dan panjang

dapat mencapai 5 m. berdaun tiga pada tangkainya daun berbentuk elips agak

kasar dan berbulu lembut pada kedua permukaanya, bunga berbentuk kupu-kupu

berwarna violet keputih-putihan, buah polong panjang mencapai 9-17 cm

berwarna hijau pada waktu muda setelah tua berubah warna menjadi kecoklat-

coklatan tiap buah berisi 12– 20 biji yang berwarna coklat. Centrosema pubescens

juga merupakan tanaman yang tahan keadaan kering, dan dapat hidup dibawah

naungan serta lahan yang tergenang air. Centrosema pubescens dapat ditanam
secara campuran dengan rumput dan memperlihatkan pertumbuhan dengan baik

adalah dengan jenis rumput Panicum maximum, Melinis minutiflora serta


Cynodon plectostachyon.

Indigofera sp. merupakan tanaman pakan ternak (TPT) dari kelompok

leguminosa pohon. Saat iniIndigofera sp telah dimanfaatkan sebagai bahan

pakan ternak ruminansia termasuk kambing. Leguminosa pohon ini

memiliki prodiktivitas yang tinggi dan kandungan nutrien yang cukup baik,

terutama kandungan proteinnya yang tinggi. Indigofera sp. merupakan tanaman

dari kelompok kacang-kacangan (family Fabaceae) dengan genus Indigofera.

Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang kaya akan nitrogen,

fosfor, kalium dan kalsium. melaporkan nilai nutrisi tepung daun Indigofera

adalah: protein kasar 27,97%; serat kasar 15,25%, Ca 0,22% dan P 0,18%.

Selanjutnya disebutkan bahwa sebagai sumber protein, tepung daun Indigofera


sp.mengandung pigmen yang cukup tinggi seperti xantofil dan carotenoid.

2.2 Potensi Produksi

Daun, batang muda dan kulit batang gamal biasa dimanfaatkan sebagai

pakan ternak, terutama pada daerah yang kekurangan air. Batang gamal juga dapat

dimanfaatkan sebagai kayu bakar, arang, furnitur lokal, dan bahan konstruksi.

Tanaman gamal biasa ditanam pada ladang-ladang perkebunan kopi, coklat dan

teh sebagai pelindung atau peneduh. Pohon-pohon gamal dapat ditanam untuk

mereklamasi lahan-lahan gundul atau pada lahan-lahan yang didominasi oleh

alang-alang. Biji, daun dan akar gamal dapat digunakan sebagai rodentisida dan
pestisida setelah terlebih dahulu dilakukan fermentasi.
Legum Centrosema pubescens merupakan tanaman yang bersifat

memanjat dan merambat yang dapat dijumpai ditempat seperti pinggiran

sungai,pantai, jalan dan perkebunan-perkebunan tertutama di perkebunan kelapa,

dan dapat tumbuh baik pada tanah asam dan agak buruk drainase yang buruk
(Smith, 1985).

Lalu Whitmen et al., (1974) mengatakan bahwa tanaman centro dapat

tumbuh baik pada berbagai tipe tanah. Centrosema tanaman yang tahan terhadap

musim kemarau yang agak panjang dengan curah hujan rata 1.000 sampai 1.270

mm/tahun (Sudarsono, 1991). Sedangkan menurut Reksohadiprodjo (1981)

tanaman centro dapat tumbuh baik pada daerah daerah dengan curah hujan 1016

mm/ tahun. Dan Whitmen et al., (1974), mengatakan bahwa pertumbuhan centro

akan terlambat pada temperatur 18–24 ℃. Penelitian yang dilakukan oleh

Lukiwati et al., (1991) di Surakarta pada dataran rendah dan dataran tinggi bahwa

pertumbuhan centro terhambat begitu juga produksi hijauan bila ditanam pada

dataran tinggi, kemudian Nurjaya et al., (1983) mengatakan bahwa didataran


rendah pertumbuhan centro lebih baik.

Sedangkan produktivitas tanaman menurut Ngo van Man et al. (1995) laju

pertumbuhan Indigofera sp. pada tanah masam dengan pH 4,5-5,0, lebih cepat

sebesar 9,8 cm per dua minggu, dari pada Leucaena sp. sebesar 7,8 cm per dua

minggu. Pertumbuhan I. zollingeriana pada tanah latosol coklat pH 6,8 (netral)

dengan kondisi kapasitas lapang (kontrol) dan cekaman kekeringan sedang

(moderate drought stress) tidak ada perbedaan. Laju pertumbuhan mengalami

sedikit penurunan selama cekaman kekeringan berat (severe drought stress) pada
umur tanaman enam bulan, sehingga dikategorikan tanaman toleran terhadap
cekaman kekeringan (Herdiawan, 2013).

Indigofera sp. memiliki toleransi yang luas terhadap tanah masam, salin,

genangan dan cekaman kekeringan (Hassen et al. 2006). Indigofera memiliki

produksi biomasa yang tinggi bila dibandingkan dengan leguminosa pohon lain

pada kondisi lingkungan yang sama. Menurut Sirait et al. (2009), I. zollingeriana

dapat berproduksi secara optimum pada umur delapan bulan dengan rata-rata

produksi biomasa segar per pohon sekitar 2,595 kg/panen, rasio produksi daun per

pohon 967,75 g/panen (37,29%) dan produksi batang per pohon 1627,25 g/panen
(63,57%) dengan total produksi segar sekitar 52 ton/ha/tahun.

Produksi biomasa Indigofera sp. pada musim basah September 1992/1993

menunjukkan hasil tertinggi dibandingkan dengan leguminosa lain. Rata-rata

produksi Indigofera sp. per panen mencapai 2,6 ton BK/ha/tahun pada kondisi

tanah masam (Hassen et al. 2006), sedangkan pada kondisi tanah podzolik merah

kuning dengan pH netral mencapai 4,096 ton BK/ha/tahun pada umur 88 hari
(Abdullah 2010).

Ngo van Man et al. (1995) melaporkan bahwa produksi bahan kering dari

tiga kali panen pada umur 16 bulan dicapai Indigofera sp. sebesar 8,423 kg/ha.

Shehu et al. (2001) menyatakan bahwa rasio daun/batang pada leguminosa pohon

sangat penting, karena daun merupakan organ metabolisme dan kualitas

leguminosa pohon dipengaruhi oleh rasio daun/batang. Semakin banyak jumlah

daun, kualitas leguminosa tersebut semakin baik, karena daun merupakan bagian

jaringan tanaman yang memiliki kandungan nutrisi paling tinggi dibandingkan


dengan batang/ranting.
2.3 Kandungan

Daun gamal mengandung banyak protein dan mudah dicerna khususnya

untuk ternak ruminansia sehingga cocok untuk pakan ternak. Selain itu daun-daun

dan ranting tanaman gamal dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau untuk

memperbaiki kesuburan tanah. Kandungan nutrisi hijauan gamal yaitu kadar


protein 25,7%, serat kasar 13,3%, abu 8,4%, dan BETN 4,0% .

Sentro merupakan salah satu hijauan yang sangat baik diberikan kepada

ternak karena mempunyai kandungan mineral dan protein yang tinggi komposisi
zat makan yang dikandung oleh centro pada umur 6 minggu adalah 19,5% bahan

kering 23,6% protein kasar 31,8% serat kasar 8,2%, abu 3,6%, lemak 1,7%,
kalsium dan 0,41% fosfat. Komposisi kimia

Kandungan Nutrisi pada indigofera yaitu 21,97% Bahan Kering, 6,41%

Abu, 24,17% Protein Kasar, 17,83% Serat Kasar, 6,15% Lemak Kasar
Daftar Pustaka

Abdullah L. 2010. Herbage production and quality of shrub Indigofera treated by


different concentration of foliar fertilizer. Media Peternakan. 32:169-175.

Lukiwati, D. R., Sumarseno dan Didiek Wisnu W. 1991. Produksi Hijauan Pada

Pasture Campuran King Grass Centro di Upland dan Lowland dalam

Prosiding Seminar Pengembangan Peternakan Dalam Menunjang

Pembangunan Ekonomi Nasional. Purwokerto, 4 Mei 1991. Fakultas


Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Hassen A, Rethman NFG, Apostolides Z. 2006. Morphological and agronomic

characterization of Indigofera sp. using multivariate analysis. Trop Grassl.


40:45-59.

Herdiawan I. 2013. Pertumbuhan tanaman pakan ternak

leguminosa pohon Indigofera zollingeriana pada

berbagai taraf perlakuan cekaman kekeringan. JITV.


18:258-264.

Ngo van Man, Nguyen van Hao, Vuong minh Tri. 1995. Biomass production of

some leguminous shrubs and trees in Vietnam. Livesock Res Rural Dev.
7:1-5.

Nurjaya, O., I. M. NITIS and E. J. Briteten. 1983. Evalution Of Annual And

Perennial Temperate Pasture Legumes At Medium Elevation In The

Tropic At Bali, Indonesia. A Preliminary Investigation. Tropical


Grassland, 17 (3): 122- 128./
Setyati, S. H. 1982. Pengantar Agronomi. Departemen Agronomi, Fakultas
Pertanian Bogor.

Shehu Y, Alhassan WS, Pal UR, Phillips CJC. 2001. Yield and chemical

composition response of Lablab purpureus to nitrogen, phosphorus and


potassium fertilizers. Trop Grassl. 35:180-185.

Sirait J, Simanihuruk K, Hutasoit R. 2009. The potency of Indigofera sp. as goat

feed: production, nutritiv value and palatability. In: Proceeding of

International Seminar on Forage Based Feed Resources. Bandung, 3-7


Agustus 2009. Taipei (Taiwan): Food and Fertilizer Technology Centre
(FFTC) ASPAC, Livestock Research Centre-COA, ROC and IRIAP.p.4-7.

Smith, A. C. 1985. Flora Vitensis Nova; A New Flora of Fiji. Lawai, Kauai,
Hawai National Tropical Botanical Garden, Vol3, p 232.

Sudarsono, J. 1991. Tanaman Makanan Ternak Tropika. Fakultas Peternakan


Institut Pertanian Bogor.

Reksohadiprodjo Soedomo. 1981. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak

Tropika. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gajahmada

Yogyakarta.

Whiteman, P. C., L. R. Humpreys, N.H.H. Monteith, E. H. Holt, P. M.Bryant And

J. E. Slater.1974. Tropical Pasture Science, Watson Ferguson and Co. Ltd


Brisben.

Anda mungkin juga menyukai