892-Article Text-1742-2-10-20140222 PDF
892-Article Text-1742-2-10-20140222 PDF
Abstract
Sangiran adalah situs arkeologi di Jawa, Indonesia yang terletak di Jawa Tengah,
15 kilometer dari Solo ke Purwodadi itu. Pada fosil Sangiran adalah
mikroforaminifera yang dapat dimanfaatkan dalam penentuan lingkungan masa
lalu. Tujuan penelitian untuk mengetahui keanekaragaman fosil di singkapan
formasi mikroforaminifera Kalibeng dan Pucangan di Desa Sangiran di
Kabupaten Kalijambe. Dua formasi Pucangan Kalibeng dan Pucangan sebagai
lokasi penelitian. Penentuan sampling adalah pada tiga titik di setiap formasi.
Setiap titik diambil pada pembentukan, atas tengah dan bawah dengan setiap titik
adalah 2 meter. Setelah sampel diambil, untuk mengidentifikasi foraminifera,
indeks keanekaragaman dihitung, indeks kemerataan jenis, indeks dominasi dan
kesamaan index.Mikroforaminifera indeks keanekaragaman plankton fosil di
Formasi Kalibeng di Sangiran termasuk dalam kategori sedang (1,46) dan
Formasi Pucangan termasuk kategori tinggi (1,69). Indeks keanekaragaman
mikroforaminifera bentonik fosil di Formasi Kalibeng (0,81) dan Pucangan (0,78)
di Sangiran termasuk dalam kategori rendah.
berpori dengan aperture pada bagian ventral bentonik berkategori sedang terdapat di 4 lokasi,
membuka dari umbilikal pinggir, tabel yaitu: Formasi Kalibeng Desa Puren pada
identifikasi dan analisis data secara lebih bagian tengah, Formasi Pucangan Desa
lengkap tersaji dalam halaman berikut ini. Bukuran pada bagian tengah dan bawah, Desa
Terdapat dua lokasi yang mempunyai Pablengan pada bagian bawah. Keadaan
indeks keanekaragaman fosil mikroforaminifera tersebut diperkirakan menunjukkan, bahwa
bentonik berkategori tinggi, yaitu di Formasi pada lokasi tersebut mempunyai habitat dasar
Kalibeng Desa Puren di bagian atas dan juga di lempung yang kondisinya tenang relatif tiada
Formasi Pucangan Desa Pablengan. Indeks gangguan berarti, tenaga alami dari lingkungan
keanekaragaman fosil mikroforaminifera seperti ombak atau bahkan bencana alam yang
4
F Putut M.H.B dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (1) (2012)
terjadi umumnya lemah. Kondisi yang sehingga mengakibatkan rendahnya jumlah
lingkungan yang tenang merupakan kondisi jenis mikroforaminifera, hal itu ditunjukkan
yang baik untuk perkembangan kehidupan dengan adanya kandungan tanah yang
mikroforaminifera bentonik (Helfinalis dan mengandung batuan breksi vulkanik. Pada Desa
Subardi 1989). Lapisan tanah berjenis lempung Bukuran, Mlandingan dan Pablengan –
merupakan salah satu indikasi habitat dasar semuanya dibagian atas memiliki indeks
perairan yang banyak mengandung material keanekaragaman nol, hal itu disebakan pada
organik hasil pelapukan dan tertimbun di dasar masa lalu pada lokasi ini juga pernah terjadi
laut atau rawa (Handini et al 2001). letusan gunung api yang menyebabkan banjir
Kemelimpahan bahan organik yang lahar vulkanik sehingga mengakibatkan jenis
cukup tersedia dapat diserap dan dimanfaatkan mikroforaminifera bentonik rendah, kandungan
oleh suatu spesies mahkluk hidup termasuk lapisan tanah yang mengandung breksi vulkanik
mikroforaminifera bentonik sehingga menunjukkan indikasi tersebut. Pada ketiga
menyebabkan semakin baik tingkat lokasi itu, yaitu Desa Bukuran, Mlandingan dan
perkembangbiakannya. Jumlah dan jenis Pablengan mikroforaminifera bentonik yang
mikroforaminifera bentonik yang tumbuh ditemukan tidak serendah dengan yang
semakin cepat, sehingga mikroforaminifera ditemukan di Desa Sangiran, kemungkinan
bentonik dapat membentuk sebuah populasi karena pada lokasi ini merupakan habitat rawa
yang berarti. Jika sejumlah spesies yang sudah banyak dipenuhi tumbuhan penutup
mikroforaminifera tersebut dimangsa oleh di bagian atasnya yang secara tidak langsung
hewan pemangsa seperti cacing, crustacea, berfungsi sebagai penghalang mikroforaminifera
gastropoda, echinodermata dan ikan, populasi bentonik dari cahaya. Hal tersebut
tersebut tidak banyak mengalami perubahan mengakibatkan lebih tingginya keanekaragaman
berarti, karena jumlah dan jenis mikroforaminifera bentonik yang ditemukan
mikroforaminifera bentonik tersebut akan terus diketiga lokasi ini dibandingkan yang
bertambah karena adanya dukungan bahan ditemukan di Desa Sangiran. Hasil identifikasi
organik dalam kandungan tanah berjenis jenis pada fosil mikroforaminifera bentonik
tersebut. ditemukan 15 spesies fosil yang tergolong
kedalam 10 famili yang tersebar di 2 formasi di
Indeks keanekaragaman fosil
berbagai desa atau titik sampling. Sebaran
mikroforaminifera bentonik dengan kategori
spesies secara vertikal dari yang terbanyak
rendah terdapat disembilan lokasi, yaitu:
sampai yang paling sedikit masing-masing
Formasi Kalibeng Desa Puren bagian bawah,
adalah: Rotalia trochidiformis (8 lokasi) >
Formasi Pucangan Desa Sangiran di semua
Uvigerina mediterrania (5 lokasi) > Gyroidina
bagian lapisan, Desa Bukuran bagian atas, Desa
soldanii (4 lokasi) > Amphistegina lessonii (4
Mlandingan di semua bagian lapisan dan Desa
lokasi) > Cibicides refulgens (3 lokasi) >
Pablengan bagian tengah. Indeks
Planulina ariminensis (3 lokasi) > Nodosaria
keanekaragaman mikroforaminifera bentonik
raphanus (3 lokasi) > Eponides abatissae (2
kategori rendah terdapat di Desa Puren bagian
lokasi) > Pullenia bulloides (2 lokasi) >
bawah, kemungkinan hal ini disebabkan oleh
Cassidulina crassa (2 lokasi) > Lagena clavata (1
adanya jenis batuan pada lokasi ini merupakan
lokasi) > Dentalina mucronata (1 lokasi) >
batuan marnes atau marl yang merupakan dasar
Bathysiphon filiformis (1 lokasi) >
dari batuan breksi vulkanik sehingga jika ada
Nodogenerina bradyi (1 lokasi) > Bulimina
masukan bahan organik mudah tererosi terbawa
marginata (1 lokasi).
kelain tempat. Hal tersebut mengakibatkan
rendahnya bahan organik dan detritus yang Ditinjau dari sebaran vertikal dalam
tersedia, oleh karena itu mikroforaminifera habitatnya jenis foraminifera bentonik terikat
bentonik pada lokasi dititik ini sangat rendah. dengan parameter kedalaman air karena jenis
Pada Formasi Pucangan Desa Sangiran di ini tinggal di dasar habitat tersebut. Secara
semua bagian titik pengambilan memiliki nilai umum diperkirakan spesies Rotalia
indeks keanekaragaman nol kemungkinan hal trochidiformis banyak ditemukan pada
tersebut disebabkan pada masa lalu telah terjadi kedalaman lebih dari 200 m, Uvigerina
letusan gunung api, sehingga akibat keadaan mediterrania, Gyroidina soldanii serta
tersebut dan juga kandungan bahan organik Amphistegina lessonii menyukai habitat dasar
atau detritus yang dihasilkan rendah. Akibatnya dengan kedalaman 149 m. Cibicides refulgens,
banyak terjadi kematian mikroforaminifera Planulina ariminensis dan Nodosaria raphanus
5
F Putut M.H.B dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (1) (2012)
banyak dijumpai pada kedalaman 100 m. gampingan halus dengan tekstur yang tampak
Adapun pada kedalaman sekitar 60 m banyak seperti gula dan interior bagian dalam yang
dihuni oleh spesies Eponides abatissae, Pullenia kompleks, jenis cangkang tersebut kuat terhadap
bulloides, Cassidulina crassa, Lagena clavata, tekanan laut (Brasier 1980).
Dentalina mucronata, Bulimina marginata, Sebaran fosil mikroforaminifera
Nodogenerina bradyi dan Bathysiphon bentonik yang jarang dijumpai di lokasi
filiformis (Bolli dan Saunders 1985). penelitian adalah Lagena clavata, Dentalina
Kumpulan mikrofosil Eponides mucronata, Bathysiphon filiformis,
abatissae, Cibicides refulgens, Gyroidina Nodogenerina bradyi dan Bulimina marginata,
soldanii, Bathysiphon filiformis, Nodogenerina yaitu paling sedikit tersebar hanya di 1 lokasi
bradyi, Uvigerina mediterrania, Pullenia penelitian. Handini et al (2001) menyatakan,
bulloides, Planulina ariminensis, Lagena bahwa indeks keanekaragaman spesies yang
clavata, Nodosaria raphanus menunjukkan rendah tersebut karena adanya pengaruh situasi
umur miosen tengah (N9 – N14). Adanya jenis pada masa lalu seperti adanya letusan gunung
fosil mikroforaminifera bentonik tersebut juga api yang dapat menyebabkan kematian
menunjukkan lingkungan laut dalam mikroforaminifera, sehingga mengakibatkan
(Koolhoven 1936). Bulimina marginata berkurangnya keanekaragaman jenis
menunjukkan umur miosen akhir (N16 – N17). mikroforaminifera bentonik. Kandungan
Rotalia trochidiformis menunjukkan umur lapisan tanah yang didominasi oleh batu breksi
relatif pliosen (N 19). Sebaran vulkanik dapat merupakan indikasi hal tersebut.
mikroforaminifera bentonik yang paling merata Keanekaragaman jenis merupakan
di lokasi penelitian adalah Rotalia salah satu aspek penting dalam kajian
trochidiformis, yaitu paling banyak tersebar di 8 komunitas, hasil penelitian menunjukkan nilai
lokasi penelitian. Meratanya Rotalia indeks keanekaragaman jenis fosil
trochidiformis dikarenakan faktor ekologis pada mikroforaminifera di Formasi Kalibeng dan
suatu habitat yang mendukung kehidupan Pucangan berbeda, karena keadaan habitat serta
spesies yaitu faktor cahaya, salinitas, pH, suhu faktor – faktor lingkungan yang berbeda. Indeks
(Rositasari. 1989) dan kemelimpahan bahan keanekaragaman yang tinggi dikarenakan faktor
organik yang dapat diserap oleh suatu spesies ekologis pada suatu habitat yang mendukung
(Sumarso dan Ismoyowati. 1975). Hal itu (Rositasari 1989) dan kemelimpahan bahan
ditunjukkan dengan penelitian yang dilakukan organik yang dapat diserap oleh spesies pada
di Laut Delta Mahakam, Kalimantan Timur suatu habitat (Sumarso dan Ismoyowati 1975).
dimana spesies Rotalia trochidiformis juga Semakin baik tingkat perkembangbiakan
tersebar merata dengan dibuktikan adanya jenis mikroforaminifera, semakin banyak jumlah
tanah tempat penemuan Rotalia trochidiformis jenis mikroforaminifera yang tumbuh sehingga
yang merupakan batu lempung, Mineral dapat membentuk sebuah populasi. Jika
lempung merupakan partikel tanah yang paling beberapa spesies tersebut dimangsa oleh hewan
kecil, tersusun atas lapisan aluminosilikat pemangsa seperti cacing, crustacea, gastropoda,
dengan susunan 2:1, 2:2 atau 1:1, umumnya echinodermata dan ikan, populasi tersebut
dengan struktur kristalin atau amorf (Sanchez tidak banyak mengalami perubahan, karena
1976). Mineral lempung dapat berperan sebagai jumlah jenis mikroforaminifera planktonik akan
penyangga pH tanah dengan mempertukarkan terus bertambah karena didukung oleh bahan
ion-ion basa dengan ion H+ hasil metabolisme organik tersebut. Indeks keanekaragaman yang
akar dan jasad renik. Pada pH tinggi tanah rendah dikarenakan faktor ekologis pada suatu
bermuatan negatif sedang pada pH rendah habitat yang tidak mendukung dan rendahnya
muatan tanah menjadi positif (Hattori 1973). kemampuan spesies dalam menyerap bahan
Reaksi tanah (pH) juga berpengaruh terhadap organik pada suatu habitat. Semakin rendah
ketersediaan mineral-mineral hara dan aktivitas tingkat perkembangbiakan mikroforaminifera,
enzim, sehingga dari pendapat tersebut kondisi semakin sedikit jumlah jenis mikroforaminifera
pada masa lalu diprediksi memiliki kondisi yang yang tumbuh sehingga mikroforaminifera tidak
sama dengan penelitian yang dilakukan di Laut dapat membentuk sebuah populasi yang
Delta Mahakam, Kalimantan Timur (Gray & banyak. Jika beberapa spesies tersebut dimangsa
Williams 1971). Selain itu jenis cangkang oleh hewan pemangsa seperti cacing, crustacea,
Rotalia trochidiformis yang memiliki dinding gastropoda, echinodermata dan ikan, populasi
aglutinin, cangkang ini terdiri dari partikel tersebut akan banyak mengalami perubahan,
6
F Putut M.H.B dkk. / Unnes Journal of Life Science 1 (1) (2012)