PPC
PPC
LEMBAR PENGESAHAN
GRUP L :
1. NADIA ASTHI HAPSARI ( 17031010204 )
2. NI LUH PUTU A.P.D. ( 17031010213 )
Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia I Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi
Teknik Kimia I ini dengan judul “Proses Pelarutan Padat Cair”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari
literatur serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 22
Februari 2019 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. C. Pujiastuti, MT selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik
Kimia dan dosen pembimbing praktikum.
2. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
3. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Tidak ada gading yang tak retak, tidak ada sesuatu yang sempurna, kecuali
yang Maha Sempurna. Oleh karena itu, penyusun sangat menyadari dalam
penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan. Maka dengan rendah hati,
penyusun selalu mengharapkan kritik dan saran, Seluruh asisten dosen yang turut
membantu dalam pelaksa kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penyusun
mengharapkan semua laporan praktikum yang telah disusun ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa Fakultas Teknik khususnya jurusan Teknik Kimia.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
INTISARI...............................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang..........................................................................................7
I.2 Tujuan ......................................................................................................7
I.3 Manfaat ....................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Secara Umum ..............................................................................9
II.1.1 Pengertian Pencampuran dan Pengadukan.........................................9
II.1.2 Pengertian Kelarutan .........................................................................9
II.1.3 Proses Pepindahan Massa..................................................................9
II.1.4 Larutan dan Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan .......................10
II.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan.............................................11
II.1.6 Tujuan Pengadukan dan Alat Pengaduk...........................................12
II.1.7 Larutan tak jenuh, Jenuh dan Kelewat Jenuh...................................14
II.1.8 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pencampuran........................15
II.1.9 Persen Recovery…………………...................................................16
II.1.10 Aplikasi dalam Industri…………..................................................16
II.2 Sifat Bahan ...........................................................................................17
II.3 Hipotesa ................................................................................................18
II.4 Diagram Alir .........................................................................................19
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan yang digunakan.........................................................................20
........................
III.2 Alat yang digunakan............................................................................20
III.3 Gambar alat…......................................................................................20
INTISARI
BAB I
PENDAHULUAN
3. Untuk dapat mengetahui berat zat padat yang terlarut dalam suatu pelarut
I.3 Manfaat Percobaan
1. Agar praktikan dapat mengetahui faktor – faktor yang dapat
mempengaruhi pelarutan padat cair
2. Agar praktikkan dapat mengetahui aplikasi proses pelarutan padat cair
dalam dunia industri
3. Agar praktikan dapat mengetahui nilai koefisien perpindahan massa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dalam fase yang sama atau dari fase satu ke fase yang lain karena adanya
perbedaan konsentrasi.
Koefisien perpindahan massa dinyatakan sebagai laju perpindahan massa
dibagi volume packing yang disebut sebagai koefisien perpindahan massa overall
volumetrik .
Laju perpindahan massa per satuan luas dinyatakan sebagai berikut :
NA = Kc (CA- CA*) ..........(1)
Keterangan :
Na = Laju perpindahan massa per satuan luas (m/s)
Kc = Koefisien perpindahan massa per satuan luas
CA = Konsentrasi jenuh zat A (gr/ml)
CA* = Konsentrasi zat A pada waktu tertentu (gr.ml)
Laju perpindahan massa oleh F.C Nachod dinyatakan dalam koefisien
perpindahan massa, sebagai berikut :
dq/dt = KDS(C-C*) ..........(2)
Keterangan :
dq/dt= Laju perpindahan massa (m/s)
KDS = Koefisien perpindahan massa dalam basis berat
C = Konsentrasi jenuh (gr/ml)
C* = Konsentrasi zat pada waktu tertentu (gr/ml)
(Redypta, 2015)
II.1.4 Larutan dan Faktor yang Mempengaruhi Daya Larut
Bila dua jenis atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang
terjadi ada 3 kemungkinan :
a) Campuran kasar, contohnya larutan tanah liat dan pasir, gula dan garam,
dan sebagainya.
b) Dispers koloid, contohnya larutan tanah liat dan air, sol dan Fe(OH)3 dan
sebagainya.
c) Larutan sejati, contoh larutan gula dalam air, garam dalam air dan
sebagainya.
Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan atau solute dan pelarut atau
solvent. Untuk larutan gula dalam air, gula merupakan zat pelarut dan air sebagai
pelarutnya. Untuk larutan alcohol dalam air, tergantung zat yang bergerak. Karena
itu dapat dikatakan larutan air dalam alcohol atau alcohol dalam air.
Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh. Larutan disebut
jenuh pada temperature tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak
zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari ini, disebut larutan tidak jenuh dan
bila lebih disebut lewat jenuh. Zat yang dapat membentuk larutan lewat jenuh.
Misalnya natrium tiosulfat.
(Sukardjo, 2013)
5. Salting Out
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih besar disbanding zat utama, akan menyebabkan penurunan
kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi.
6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan
zat warna dalam solvent menjadi lebih besar.
7. Pembentukan kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara
senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contohnya iodium dalam larutan KI atau Nal jenuh.
(Garuda, 2017)
II.1.6 Tujuan Pengadukan dan Alat Pengaduk
Tujuan dari proses pengadukan yang memiliki berbagai maksud dari tujuan
proses langkah itu sendiri, tujuan dari pengadukan antara lain :
1. Untuk membuat partikel zat padat (suspensi)
2. Untuk mencampur zat cair yang saling larut, seperti alcohol dan air
3. Untuk menyebarkan gas di dalam zat cair dalam bentuk gelembung-gelembung
kecil yang akan tersebar merata dengan proses pengadukan
4. Untuk menyebarkan zat cair yang tidak dapat bercampur dengan zat yang lain,
sehingga membentuk emulsi atau butiran halus
5. Untuk mempercepat perpindahan kalor antara zat cair dengan kumparan atau
mantel kalor (jacket atau coil) untuk mempertahankan suhu.
Terdapat dua macam impeler (pengaduk) yaitu jenis yang pertama
membangkitkan arus sejajar dengan sumbu poros impeler dan jenis yang kedua
membangkitkan arus pada arah tangensial atau radial. Impeler jenis yang pertama
disebut dengan impeler aliran aksial (axial-flow impeller), sedangakan impeller
jenis kedua disebut impeller aliran radial (radial-flow impeller). Dari segi bentuk,
terdapat tiga jenis impeller yaitu propeler (baling-baling), dayung (padle), dan
turbin. Masing-masing dari jenis tersebut terdiri lagi atas berbagai variasi dan sub-
jenis.
1. Propeler
Merupakan impeler aliran aksial berkecepata tinggi untuk zat cair
berviskositas rendah. Propeler kecil biasanya berputar pada kecepatan motor
penuh, yaitu 1150 hingga 1750 rpm/min. Sedangkan propeler besar berputar
pada 400 hingga 800 rpm/min. Arus yang meninggalkan propeller mengalir
dari zat cair menurut arah tertentu samapi dibelokan oleh lantai atau dinding
bejana. Daun-daun pada propeler merobekan dan menyeret zat cair. Oleh
karena arus aliran ini sangat gigih, agitator propeler sangat efektif dalam
bejana besar. Propeler jarang yang diameternya lebih dari18 inci, berapa pun
besar tangki. Dalam tangki yang dalam biasanya dipasangkan dua propeler
atau lebih pada satu poros, biasanya mengarahkan zat cair pada arah yang
sama. Kadang-kadang dua propeler itu bekerja pada arah yang berlawanan,
atau secara tolak-tarik, sehinggan menciptakan zona zat cair yang yang sangat
turbulen diantara kedua propeler.
2. Dayung
Untuk tugas-tugas sederhana, agitator yang terdiri dari satudayung datar
yang berputar pada poros vertikal merupakan pengaduk yang cukup efektif.
Kadang-kadang daunnya dibuat miring. Dayung ini berputar ditengah bejana
dengan kecepatan rendah sampai sedang dan mendorong zat cair secara radial
dan tangensial, hampir tanpa adanya gerakan vertikal pada impeler kecuali
bila daunnya agak miring. Arus yang terjadi bergerak ke arah dinding, lalu
membelok keatas atau kebawah dalam tangki-tangki yang dalam, kadang-
kadang dipasangkan beberapa dayung pada satu poros. Dayung yang satu
diatas yang lainnya. Agitator dayung pada industri biasanya berputar dengan
kecepatan antara 20 dan 150 put/min. Panjang total impeler dayung biasanya
antara 50 hingga 80 persen dari diameter dalam bejana. Lebar daunnya
seperenam hingga sepersepuluh dari dari panjangnya. Pada kecepatan yang
sangat rendah, dayung dapat memberikan pengadukan sedang didalam bejana
tanpa sekat, pada kecepatan yang lebih tinggi diperlukan pemakaian sekat.
3. Turbin
Kebanyakan turbin memiliki bentuk menyerupai agitator. Dayung berdaun
banyak dengan daun-daunnya yang agak pendek, dan berputar pada
kecepatan yang tinggi pada suatu poros yang dipasang dipusat bejana. Daun-
daunnya boleh lurus dan boleh pula lengkung, boleh bersudut dan boleh pula
vertikal. Impelernya mungkin terbuka, setengah terbuka atau terselubung.
Diameter impelernya mungkin biasanya lebih kecil dari diameter dayung,
yaitu berkisar diantara 30 sampai 50 persen dari diameter bejana. Turbin
biasanya efektif untuk jangkau viskositas yang cukup luas. Pada cair
berviskositas rendah, turbin itu menimbulkan arus yang sangat deras yang
berlangsung dikeseluruhan bejana mencapai kantong-kantong yang stagnan
dan merusaknya. Didekat yang sederhana namunefekif dapat dibuat dengan
memasang bilah-bilah vertikal terhadap dinding tangki.
(Mc.Cabe,1999)
II.1.7 Larutan tak Jenuh, Jenuh dan Kelewat Jenuh
Larutan dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Larutan tak jenuh
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut)
kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata
lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan
pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila
hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat
larut).
2. Larutan jenuh
Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang
larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata
lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi
(zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil
konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
Larutan kelewat jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak
solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain,
larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan.
Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp
berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
(Juliantara, 2009)
II.1.8 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pencampuran
Faktor – faktor yang mempengaruhi proses pencampuran, waktu
pencampuran dan energi yang diperlukan untuk pencampuran adalah :
1. Aliran
Aliran yang turbulen dan laju alir bahan yang tinggi basanya
menguntungkan proses pencampuran. Sebalikanya aliran yang laminer
dapat menggagalkan pencampuran.
2. Ukuran Partikel
Semakin luas permukaan kontak bahan-bahan yang harus
dicampur, yang berarti semakin kecil partikel dan semakin mudah
gerakannya didalam campuran, maka proses pencampuran akan semakin
baik. Perbedaan ukuran yang besar dalam proses pencampuran akan
menyulitkan dalam terciptanya derajat pencampuran yang tinggi.
3. Kelarutan
Semakin besar kelarutan bahan-bahan yang akan dicampur pada
pencampuran, maka akan semakin baik pencampurannya. Pada saat
pelarutan terjadi, terjadi pula perstiwa difusi laju difusi dipercepat oleh
adanya aliran. Kelarutan sebanding dengan kenaikan suhu, sehingga dapat
dikatakan bahwa dengan naiknya suhu derajat pencampuran akan semakin
baik pula.
(Adi, 2013)
II.3 Hipotesa
Semakin berat massa NaCl yang akan dilarutkan dalam aquadest, maka
akan semakin banyak pula zat yang dapat larut dalam aquadest. Berat NaCl
sebelum dilarutkan memiliki massa yang lebih berat daripda massa NaCl yang
setelah dilarutkan. Semakin besar laju perpindahan massa, maka nilai koefisien
perpindahan massa semakin naik.
Timbang berat kertas saring kosong dan padatan Nacl 55 gr,60 gr,65 gr,70 gr dan 75
gr.
Masukkan hasil timbangan Nacl kedalam beaker glass kemudian dilarutkan dengan
aquadest hingga 155 ml.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
BAB IV
IV.3 Grafik
a. Grafik berat awal vs Kelarutan berdasarkan padatan tersisa
2
1.5
1
0.5
0
55 60 65 70 75
Berat Awal
4
3
2
1
0
55 60 65 70 75
Berat Awal
IV.4 Pembahasan
Dari percobaan proses pelarutan padat cair yang telah dilakukan dan dari
hasil pengamatan serta perhitungan yang telah ditabelkan, maka dapat dianalisa
faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu jenis zat terlarut, jenis pelarut yang
digunakan, serta lamanya waktu pengadukan.
Pada percobaan ini kami menggunakan bahan aquadest sebagai pelarut
dengan volume 155 ml dan padatan NaCl sebagai zat terlarut dengan berat yang
bervariasi yaitu 55 gram, 60 gram, 65 gram, 70 gram, dan 75 gram dengan waktu
pengadukan yang telah ditetapkan yaitu selama 8 menit. Pada percobaan ini
didapatkan beberapa hasil pengamatan sebagai berikut, berat sesudah pelarutan
pada berat awal bahan 55 gram, 60 gram, 65 gram, 70 gram, 75 gram secara
berturut-turut sebesar 0,0854 gram; 0,5837 gram; 0,7087 gram; 1,8730 gram;
5,1662 gram. Kemudian didapatkan berat terlarut pada berat awal bahan 55 gram,
60 gram, 65 gram, 70 gram, 75 gram secara berturut-turut sebesar 54,9146 gram;
59,4163 gram; 64,2913 gram; 68,127 gram; 69,8338 gram. Persen recovery pada
berat bahan 55 gram, 60 gram, 65 gram, 70 gram, 75 gram secara berturut-turut
sebesar 99,8447%; 99,0271%; 98,9096%; 97,32%; 93,1117%. Didapatkan hasil
kelarutan berdasarkan padatan tersisa pada berat bahan 55 gram, 60 gram, 65
gram, 70 gram, 75 gram secara berturut-turut sebesar 0,0551 g/ml; 0,3776 g/ml;
0,04572 g/ml; 1,2084 g/ml; 3,333 g/ml. Dan untuk kelarutan berdasarkan densitas
pada berat bahan 55 gram, 60 gram, 65 gram, 70 gram, 75 gram secara berturut-
turut sebesar 7,19 g/ml; 7,03 g/ml; 6,83 g/ml; 4,83 g/ml; 2,06 g/ml.
Berdasarkan hasil yang diperoleh berat bahan setelah pelarutan lebih ringan
daripada sebelum pelarutan. Semakin berat bahan maka persen recoverynya akan
semakin kecil. Diperoleh pula hasil yaitu semakin berat suatu bahan maka
kelarutan berdasarkan padatan tersisa akan semakin besar dan sebaliknya,
semakin berat suatu bahan maka kelarutan berdasarkan densitas akan semakin
kecil. Hasil dari kelarutan di dalam percobaan ini baik dari kelarutan berdasarkan
padatan tersisa maupun berdasarkan densitas tidak sesuai dengan kelarutan yang
ada di dalam teori. Pada teori dituliskan bahwa kelarutan NaCl dalam air
seharusnya adalah sebesar 35.9 g/100 ml. Hal yang menyebabkan hal ini yaitu
faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan NaCl salah satunya adalah waktu
pengadukan dan suhu pelarut, dan yang mempengaruhi pencampuran yaitu
kelarutan NaCl dalam air yang dimana semakin besar kelarutan bahan-bahan yang
akan dicampur pada pencampuran, maka akan semakin baik pencampurannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
1. Berat bahan setelah pelarutan lebih ringan daripada sebelum pelarutan
2. Semakin berat bahan maka persen recoverynya akan semakin kecil
3. Hasil dari kelarutan di dalam percobaan ini baik dari kelarutan berdasarkan
padatan tersisa maupun berdasarkan densitas tidak sesuai dengan kelarutan
yang ada di dalam teori yang ada
V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikkan lebih teliti pada saat proses penimbangan padatan
2. Sebaiknya praktikkan menggunakan perlengkapan laboratorium yang
sesuai agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
3. Sebaiknya praktikkan memahami prosedur praktikum dengan baik agar
tidak terjadi kesalahan sehingga hasilnya dapat maksimal
DAFTAR PUSTAKA
APPENDIX
Densitas Air
ρ =
57,5897−27,6923
ρ= = 1,1958 gr/ml
25
Perhitungan :
1. Campuran Air dengan Nacl 55 gram
a. Menghitung densitas akhir
ρ =
55,7901−27,6923
ρ= = 1,1239 gr/ml
25
b. Menghitung berat padatan yang terlarut
w. terlarut = w. awal – w. kering
= 55 gr – 0,08548gr = 54,9146gr
c. Menghitung % recorvery
% recorvery = x100%
54,9146
= 55 x 100% = 99,8447 %
m= ρ × v
= 1,1239 x 155 = 174,2045
55
%w = x 100% = 31,5720%
174,2045
2. Campuran Air-dengan Nacl 60 gram
a. Menghitung densitas akhir
ρ =
55,8318−27,6923
ρ= = 1,1255 gr/ml
25
b. Menghitung berat padatan yang terlarut
w. terlarut = w. awal – w. kering
= 60 gr – 0,5837 gr = 59,4163 gr
c. Menghitung % recorvery
% recorvery = x100%
59,4163
= 60 x 100% = 99,0271 %
ρ =
55,8814−27,6923
ρ= = 1,1275 gr/ml
25
b. Menghitung berat padatan yang terlarut
w. terlarut = w. awal – w. kering
= 65 gr – 0,7087 gr = 64,2913 gr
c. Menghitung % recorvery
% recorvery = x100%
64,2913
= 65 x 100% = 98,9096 %
ρ =
56,3822−27,6923
ρ= = 1,1475 gr/ml
25
b. Menghitung berat padatan yang terlarut
w. terlarut = w. awal – w. kering
= 70 gr – 1,8730 gr = 68,1270 gr
c. Menghitung % recorvery
% recorvery = x100%
68,1240
= 70 x 100% = 97,3200 %
ρ =
57,0712−27,6923
ρ= = 1,1752 gr/ml
25
b. Menghitung berat padatan yang terlarut
w. terlarut = w. awal – w. kering
= 75 gr – 5,1662 gr = 69,8338 gr
c. Menghitung % recorvery
% recorvery = x100%
69,8339
= 75 x 100% = 93,1117 %