Anda di halaman 1dari 34

cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I

PROSES PELARUTAN PADAT CAIR


UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS PRAKTIKUM


OPERASI TEKNIK KIMIA I

“ PROSES PELARUTAN PADAT CAIR “

GRUP L :
1. NADIA ASTHI HAPSARI ( 17031010204 )
2. NI LUH PUTU A.P.D. ( 17031010213 )

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Kepala Laboratorium
Operasi Teknik Kimia I Dosen Pembimbing

Ir. C. Pujiastuti, MT Ir. Bambang Wahyudi, MT


NIP. 19630305 198803 2 001 NIP. 19580711 198503 1 001

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 1


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi
Teknik Kimia I ini dengan judul “Proses Pelarutan Padat Cair”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari
literatur serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 22
Februari 2019 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. C. Pujiastuti, MT selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik
Kimia dan dosen pembimbing praktikum.
2. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
3. Rekan – rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Tidak ada gading yang tak retak, tidak ada sesuatu yang sempurna, kecuali
yang Maha Sempurna. Oleh karena itu, penyusun sangat menyadari dalam
penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan. Maka dengan rendah hati,
penyusun selalu mengharapkan kritik dan saran, Seluruh asisten dosen yang turut
membantu dalam pelaksa kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penyusun
mengharapkan semua laporan praktikum yang telah disusun ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa Fakultas Teknik khususnya jurusan Teknik Kimia.

Surabaya, 24 Februari 2019

Penyusun

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 2


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
INTISARI...............................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang..........................................................................................7
I.2 Tujuan ......................................................................................................7
I.3 Manfaat ....................................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Secara Umum ..............................................................................9
II.1.1 Pengertian Pencampuran dan Pengadukan.........................................9
II.1.2 Pengertian Kelarutan .........................................................................9
II.1.3 Proses Pepindahan Massa..................................................................9
II.1.4 Larutan dan Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan .......................10
II.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan.............................................11
II.1.6 Tujuan Pengadukan dan Alat Pengaduk...........................................12
II.1.7 Larutan tak jenuh, Jenuh dan Kelewat Jenuh...................................14
II.1.8 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pencampuran........................15
II.1.9 Persen Recovery…………………...................................................16
II.1.10 Aplikasi dalam Industri…………..................................................16
II.2 Sifat Bahan ...........................................................................................17
II.3 Hipotesa ................................................................................................18
II.4 Diagram Alir .........................................................................................19
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan yang digunakan.........................................................................20
........................
III.2 Alat yang digunakan............................................................................20
III.3 Gambar alat…......................................................................................20

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 3


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

III.4 Rangkaian alat.....................................................................................22


III.5 Prosedur Percobaan............................................................................22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Pengamatan................................................................................23
IV.2 Tabel Hasil Perhitungan.......................................................................24
IV.3 Grafik...................................................................................................25
IV.4 Pembahasan ........................................................................................26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan .............................................................................................28
V.2 Saran ........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA …………..........................................................................29
APPENDIX .........................................................................................................30

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 4


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

INTISARI

Pencampuran dapat diartikan sebagai suatu proses penghimpunan dan


membiarkan suatu bahan – bahan. Proses utama pada pencampuran adalah
penyisipan antara partikel jenis yang satu diantara lainnya. Pelarutan adalah
proses dimana kedua komponen yang terlarut dari zat terlarut dan zat pelarut yang
saling larut membentuk suatu fasa dalam konsentrasi tertentu. Dengan adanya
proses pelarutan tersebut maka dapat mengakibatkan timbulnya suatu perpindahan
massa. Perpindahan massa diartikan sebagai kecenderungan suatu komponen
dalam suatu campuran untuk bergerak dari daerah yang berkonsentrasi tinggi
maupun menuju daerah berkonsentrasi lebih kecil.
Langkah percobaan di dalam proses pelarutan padat cair, yang pertama
adalah masukkan pelarut ke dalam tangki dengan volume tertentu. Lalu timbang
zat padat (NaCl) dengan berat tertentu dan masukkan ke dalam tangki yang berisi
pelarut secara perlahan. Lakukan operasi pengaukan dengan variasi putaran dan
waktu pengadukan. Saring larutan setelah proses sehingga fase yang tersisa
dipisahkan dengan fase cair. Kerigkan fase padat dan timbang berat keringnya dan
tentukan densitas filtrat. Yang terakhir adalah mengulangi percobaan sesuai
dengan variabel yang ditentukan.
Pada percobaan ini kami menggunakan bahan aquadest sebagai pelarut
dengan volume 155 ml dan padatan NaCl sebagai zat terlarut dengan berat yang
bervariasi yaitu 55 gram, 60 gram, 65 gram, 70 gram, dan 75 gram dengan waktu
pengadukan yang telah ditetapkan yaitu selama 8 menit. Pada percobaan ini
didapatkan beberapa hasil pengamatan sebagai berikut, berat sesudah pelarutan
pada berat awal bahan 55 gram, 60 gram, 65 gram, 70 gram, 75 gram secara
berturut-turut sebesar 0,0854 gram; 0,5837 gram; 0,7087 gram; 1,8730 gram;
5,1662 gram. Kemudian didapatkan berat terlarut pada berat awal bahan 55 gram,
60 gram, 65 gram, 70 gram, 75 gram secara berturut-turut sebesar 54,9146 gram;
59,4163 gram; 64,2913 gram; 68,127 gram; 69,8338 gram. Persen recovery pada
berat bahan 55 gram, 60 gram, 65 gram, 70 gram, 75 gram secara berturut-turut

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 5


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

sebesar 99,8447%; 99,0271%; 98,9096%; 97,32%; 93,1117%. Didapatkan hasil


kelarutan berdasarkan padatan tersisa pada berat bahan 55 gram, 60 gram, 65
gram, 70 gram, 75 gram secara berturut-turut sebesar 0,0551 g/ml; 0,3776 g/ml;
0,04572 g/ml; 1,2084 g/ml; 3,333 g/ml. Dan untuk kelarutan berdasarkan densitas
pada berat bahan 55 gram, 60 gram, 65 gram, 70 gram, 75 gram secara berturut-
turut sebesar 7,19 g/ml; 7,03 g/ml; 6,83 g/ml; 4,83 g/ml; 2,06 g/ml.

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 6


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pencampuran dapat diartikan sebagai suatu proses penghimpunan dan
membiarkan suatu bahan – bahan. Proses utama pada pencampuran adalah
penyisipan antara partikel jenis yang satu diantara lainnya. Pelarutan adalah
proses dimana kedua komponen yang terlarut dari zat terlarut dan zat pelarut yang
saling larut membentuk suatu fasa dalam konsentrasi tertentu. Dengan adanya
proses pelarutan tersebut maka dapat mengakibatkan timbulnya suatu perpindahan
massa. Perpindahan massa diartikan sebagai kecenderungan suatu komponen
dalam suatu campuran untuk bergerak dari daerah yang berkonsentrasi tinggi
maupun menuju daerah berkonsentrasi lebih kecil.
Langkah percobaan di dalam proses pelarutan padat cair, yang pertama
adalah masukkan pelarut ke dalam tangki dengan volume tertentu. Lalu timbang
zat padat (NaCl) dengan berat tertentu dan masukkan ke dalam tangki yang berisi
pelarut secara perlahan. Lakukan operasi pengaukan dengan variasi putaran dan
waktu pengadukan. Saring larutan setelah proses sehingga fase yang tersisa
dipisahkan dengan fase cair. Kerigkan fase padat dan timbang berat keringnya dan
tentukan densitas filtrat. Yang terakhir adalah mengulangi percobaan sesuai
dengan variabel yang ditentukan.
Pada praktikum proses pelarutan padat cair terdapat beberapa tujuan, yaitu
untuk menentukan koefisien perpindahan massa padat – cair dalam tangki
berpengaduk. Kemudian untuk menentukan persen recovery dari proses pelarutan
padat cair. Yang terakhir untuk membuat grafik korelasi antara persen recovery
dengan berat CaO mula – mula.
I.2 Tujuan Percobaan
1. Untuk menentukan koefisien perpindahan massa padat – cair dalam
tangki berpengaduk
2. Untuk menentukan %recovery dari proses pelarutan padat cair

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 7


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

3. Untuk dapat mengetahui berat zat padat yang terlarut dalam suatu pelarut
I.3 Manfaat Percobaan
1. Agar praktikan dapat mengetahui faktor – faktor yang dapat
mempengaruhi pelarutan padat cair
2. Agar praktikkan dapat mengetahui aplikasi proses pelarutan padat cair
dalam dunia industri
3. Agar praktikan dapat mengetahui nilai koefisien perpindahan massa

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 8


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Secara Umum


II.1.1 Pengertian Pencampuran dan Pengadukan
Pencampuran adalah operasi yang tersebarnya secara acak suatu bahan ke
bahan yang lain dimana bahan – bahan tersebut terpisah dalam dua fasa atau lebih.
Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari bahan yang
diaduk seperti molekul – molekul, zat – zat yang bergerak atau menyebar
komponennya (terdispersi). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses
pengadukan dan pencampuran. Faktor diantaranya adalah densitas dan viskositas.
Selain itu perbandingan antara geometri tangki dengan geometri pengaduk, bentuk
dan jumlah pengaduk, posisi sumbu pengaduk dan kecepatan putaranjuga
berpengaruh.
(Rahmat, 2011)
II.1.2 Pengertian Kelarutan
Kelarutan merupakan keadaan suatu senyawa baik padat, cair, ataupun gas
yang terlarut dalam padatan,cairan, atau gas yang akan membentuk larutan
homogeny. Kelarutan tersebut bergantung pada pelarut yang digunakan serta suhu
dan tekanan.
(Hendriani,2012)
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam
suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat – zat
tertentu dapat larut dengan perbandingan adapun terhadap suatu pelarut.
Contohnya adalah ethanol di dalam air. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan
yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa
gas, cairan lain atau padat.
II.1.3 Proses Pepindahan Massa
Proses Perpindahan massa sangat penting dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknik. Perpindahan massa terjadi pada komponen dalam campuran berpindah

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 9


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

dalam fase yang sama atau dari fase satu ke fase yang lain karena adanya
perbedaan konsentrasi.
Koefisien perpindahan massa dinyatakan sebagai laju perpindahan massa
dibagi volume packing yang disebut sebagai koefisien perpindahan massa overall
volumetrik .
Laju perpindahan massa per satuan luas dinyatakan sebagai berikut :
NA = Kc (CA- CA*) ..........(1)
Keterangan :
Na = Laju perpindahan massa per satuan luas (m/s)
Kc = Koefisien perpindahan massa per satuan luas
CA = Konsentrasi jenuh zat A (gr/ml)
CA* = Konsentrasi zat A pada waktu tertentu (gr.ml)
Laju perpindahan massa oleh F.C Nachod dinyatakan dalam koefisien
perpindahan massa, sebagai berikut :
dq/dt = KDS(C-C*) ..........(2)
Keterangan :
dq/dt= Laju perpindahan massa (m/s)
KDS = Koefisien perpindahan massa dalam basis berat
C = Konsentrasi jenuh (gr/ml)
C* = Konsentrasi zat pada waktu tertentu (gr/ml)
(Redypta, 2015)
II.1.4 Larutan dan Faktor yang Mempengaruhi Daya Larut
Bila dua jenis atau lebih zat yang tidak bereaksi dicampur, campuran yang
terjadi ada 3 kemungkinan :
a) Campuran kasar, contohnya larutan tanah liat dan pasir, gula dan garam,
dan sebagainya.
b) Dispers koloid, contohnya larutan tanah liat dan air, sol dan Fe(OH)3 dan
sebagainya.
c) Larutan sejati, contoh larutan gula dalam air, garam dalam air dan
sebagainya.

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 10


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan atau solute dan pelarut atau
solvent. Untuk larutan gula dalam air, gula merupakan zat pelarut dan air sebagai
pelarutnya. Untuk larutan alcohol dalam air, tergantung zat yang bergerak. Karena
itu dapat dikatakan larutan air dalam alcohol atau alcohol dalam air.
Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh dan lewat jenuh. Larutan disebut
jenuh pada temperature tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak
zat terlarut. Bila jumlah zat terlarut kurang dari ini, disebut larutan tidak jenuh dan
bila lebih disebut lewat jenuh. Zat yang dapat membentuk larutan lewat jenuh.
Misalnya natrium tiosulfat.
(Sukardjo, 2013)

II.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan


Faktor – faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Sifat dari solute (zat terlarut) dan solvent (pelarut)
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya
garam-garam anorganik larut dalam air.
2. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang
sukar larut memerlukan banyak pelarut.
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat
tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya
membutuhkan panas.

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 11


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

5. Salting Out
Salting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih besar disbanding zat utama, akan menyebabkan penurunan
kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi.
6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan
zat warna dalam solvent menjadi lebih besar.
7. Pembentukan kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara
senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.
Contohnya iodium dalam larutan KI atau Nal jenuh.
(Garuda, 2017)
II.1.6 Tujuan Pengadukan dan Alat Pengaduk
Tujuan dari proses pengadukan yang memiliki berbagai maksud dari tujuan
proses langkah itu sendiri, tujuan dari pengadukan antara lain :
1. Untuk membuat partikel zat padat (suspensi)
2. Untuk mencampur zat cair yang saling larut, seperti alcohol dan air
3. Untuk menyebarkan gas di dalam zat cair dalam bentuk gelembung-gelembung
kecil yang akan tersebar merata dengan proses pengadukan
4. Untuk menyebarkan zat cair yang tidak dapat bercampur dengan zat yang lain,
sehingga membentuk emulsi atau butiran halus
5. Untuk mempercepat perpindahan kalor antara zat cair dengan kumparan atau
mantel kalor (jacket atau coil) untuk mempertahankan suhu.
Terdapat dua macam impeler (pengaduk) yaitu jenis yang pertama
membangkitkan arus sejajar dengan sumbu poros impeler dan jenis yang kedua
membangkitkan arus pada arah tangensial atau radial. Impeler jenis yang pertama
disebut dengan impeler aliran aksial (axial-flow impeller), sedangakan impeller
jenis kedua disebut impeller aliran radial (radial-flow impeller). Dari segi bentuk,
terdapat tiga jenis impeller yaitu propeler (baling-baling), dayung (padle), dan
turbin. Masing-masing dari jenis tersebut terdiri lagi atas berbagai variasi dan sub-
jenis.

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 12


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

1. Propeler
Merupakan impeler aliran aksial berkecepata tinggi untuk zat cair
berviskositas rendah. Propeler kecil biasanya berputar pada kecepatan motor
penuh, yaitu 1150 hingga 1750 rpm/min. Sedangkan propeler besar berputar
pada 400 hingga 800 rpm/min. Arus yang meninggalkan propeller mengalir
dari zat cair menurut arah tertentu samapi dibelokan oleh lantai atau dinding
bejana. Daun-daun pada propeler merobekan dan menyeret zat cair. Oleh
karena arus aliran ini sangat gigih, agitator propeler sangat efektif dalam
bejana besar. Propeler jarang yang diameternya lebih dari18 inci, berapa pun
besar tangki. Dalam tangki yang dalam biasanya dipasangkan dua propeler
atau lebih pada satu poros, biasanya mengarahkan zat cair pada arah yang
sama. Kadang-kadang dua propeler itu bekerja pada arah yang berlawanan,
atau secara tolak-tarik, sehinggan menciptakan zona zat cair yang yang sangat
turbulen diantara kedua propeler.
2. Dayung
Untuk tugas-tugas sederhana, agitator yang terdiri dari satudayung datar
yang berputar pada poros vertikal merupakan pengaduk yang cukup efektif.
Kadang-kadang daunnya dibuat miring. Dayung ini berputar ditengah bejana
dengan kecepatan rendah sampai sedang dan mendorong zat cair secara radial
dan tangensial, hampir tanpa adanya gerakan vertikal pada impeler kecuali
bila daunnya agak miring. Arus yang terjadi bergerak ke arah dinding, lalu
membelok keatas atau kebawah dalam tangki-tangki yang dalam, kadang-
kadang dipasangkan beberapa dayung pada satu poros. Dayung yang satu
diatas yang lainnya. Agitator dayung pada industri biasanya berputar dengan
kecepatan antara 20 dan 150 put/min. Panjang total impeler dayung biasanya
antara 50 hingga 80 persen dari diameter dalam bejana. Lebar daunnya
seperenam hingga sepersepuluh dari dari panjangnya. Pada kecepatan yang
sangat rendah, dayung dapat memberikan pengadukan sedang didalam bejana
tanpa sekat, pada kecepatan yang lebih tinggi diperlukan pemakaian sekat.

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 13


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

3. Turbin
Kebanyakan turbin memiliki bentuk menyerupai agitator. Dayung berdaun
banyak dengan daun-daunnya yang agak pendek, dan berputar pada
kecepatan yang tinggi pada suatu poros yang dipasang dipusat bejana. Daun-
daunnya boleh lurus dan boleh pula lengkung, boleh bersudut dan boleh pula
vertikal. Impelernya mungkin terbuka, setengah terbuka atau terselubung.
Diameter impelernya mungkin biasanya lebih kecil dari diameter dayung,
yaitu berkisar diantara 30 sampai 50 persen dari diameter bejana. Turbin
biasanya efektif untuk jangkau viskositas yang cukup luas. Pada cair
berviskositas rendah, turbin itu menimbulkan arus yang sangat deras yang
berlangsung dikeseluruhan bejana mencapai kantong-kantong yang stagnan
dan merusaknya. Didekat yang sederhana namunefekif dapat dibuat dengan
memasang bilah-bilah vertikal terhadap dinding tangki.
(Mc.Cabe,1999)
II.1.7 Larutan tak Jenuh, Jenuh dan Kelewat Jenuh
Larutan dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Larutan tak jenuh

Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut)
kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata
lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan
pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila
hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat
larut).
2. Larutan jenuh

Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang
larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata
lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi
(zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil
konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 14


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

3. Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh)

Larutan kelewat jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak
solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain,
larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan.
Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp
berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
(Juliantara, 2009)
II.1.8 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pencampuran
Faktor – faktor yang mempengaruhi proses pencampuran, waktu
pencampuran dan energi yang diperlukan untuk pencampuran adalah :
1. Aliran
Aliran yang turbulen dan laju alir bahan yang tinggi basanya
menguntungkan proses pencampuran. Sebalikanya aliran yang laminer
dapat menggagalkan pencampuran.
2. Ukuran Partikel
Semakin luas permukaan kontak bahan-bahan yang harus
dicampur, yang berarti semakin kecil partikel dan semakin mudah
gerakannya didalam campuran, maka proses pencampuran akan semakin
baik. Perbedaan ukuran yang besar dalam proses pencampuran akan
menyulitkan dalam terciptanya derajat pencampuran yang tinggi.
3. Kelarutan
Semakin besar kelarutan bahan-bahan yang akan dicampur pada
pencampuran, maka akan semakin baik pencampurannya. Pada saat
pelarutan terjadi, terjadi pula perstiwa difusi laju difusi dipercepat oleh
adanya aliran. Kelarutan sebanding dengan kenaikan suhu, sehingga dapat
dikatakan bahwa dengan naiknya suhu derajat pencampuran akan semakin
baik pula.
(Adi, 2013)

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 15


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

II.1.9 Persen Recovery


Akurasi juga dapat diketahui dengan melakukan uji peoleahan
kembali (recovery). Hasil uji ini akurasi dapat dinyatakan sebagai persen
perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan pada sampel. Rentang nilai
penerimaan kecermatan suatu metode akan bervariasi sesuai kebutuhannya.
Sampel ditambahkan (spiking) dengan standar yang telah diketahui jumlah dan
kadarnya. Kadar analit dalam penambahan baku dalam suatu larutan dapat
diketahui dan dihitung dengan rumus berikut :
C R1
=
C+ S R 2
Keterangan :
C = Kadar analit dalam sampel
S = Kadar analit yang ditambahkan pada sampel
R1 = Respon yang diberikan sampel
R2 = Respon yang diberikan campuran sampel dan analit
Perhitungan perolehan kembali dapat juga ditetapkan dengan rumus
sebagai berikut :
( Cf −CA ) x 100 %
%recovery=
C∗A
Keterangan :
Cf = Konsentrasi total sampel yang diperoleh dan pengukuran
CA = Konsentrasi sampel sebenarnya
C*A = Konsentrasi analit yang ditambahkan
(Harmita, 2004)
II.1.10 Aplikasi dalam Industri
Pada proses pembuatan produk industri kimia yang siap untuk
diperdagangkan dan pada pengolahan produk setengah jadi, seringkali bahan –
bahan padat harus dicampurkan dengan sejumlah cairan kecil. Disini dapat
terbentuk bahan padat yang lembab atau campuran yang sangat viskos seperti
pasta atau adonan. Seringkali cairan harus juga ditambahkan kedalam pasta,
adonan atau massa plastis tersebut.

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 16


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Berikut merupakan aplikasi pencampuran padat – cair dalam dunia


industri adalah berikut :
1. Mencampur serbuk dengan cairan untuk membuat butiran – butiran
(granulat).
2. Mencampur pasta pada industri farmasi dan kosmetik dengan bahan,
bahan aktif.
3. Mencampur massa sintetik yang plastic dengan bahan – bahan penolong
(misalnya bahan pelunak, stabilator, bahan pewarna,dll).
(Aribawanto, 2014)

II.2 Sifat Bahan


1. Aquadest
a. Sifat Fisika
1. Fase : Cair
2. Bau : Tidak berbau
3. Warna : Tidak bewarna
4. Densitas : 1 g/cm3
5. Titik Didih : 100 °C (373.15 K)
b. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : H20
2. Berat molekul : 18,02 gr/mol
3. Korosivitas : Tidak korosif
4. Flammable : Tidak mudah terbakar
5. Stabilitas : Stabil
(Anonim, 2013,“MSDS Water”)
c. Fungsi : Sebagai zat pelarut pada proses pelarutan padat cair
2. Natrium Klorida
a. Sifat Fisika
1. Fase : Bubuk Kristal padat
2. Bau : Tidak tersedia
3. Warna : Putih

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 17


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

4. Densitas : 2,16 g/cm3


5. Kelarutan dalam air : 35.9 g/100 ml (25℃);0,57
b. Sifat Kimia
1. Rumus molekul : Nacl
2. Berat molekul : 58,33 g/mol
3. Korosivitas : Korosif
4. Flammable : Tidak mudah terbakar
5. Stabilitas : Stabil
(Anonim, 2017.,“MSDS Natrium Chloride”)
c. Fungsi : sebagai zat terlarut dan bahan yang ditentukan densitasnya

II.3 Hipotesa
Semakin berat massa NaCl yang akan dilarutkan dalam aquadest, maka
akan semakin banyak pula zat yang dapat larut dalam aquadest. Berat NaCl
sebelum dilarutkan memiliki massa yang lebih berat daripda massa NaCl yang
setelah dilarutkan. Semakin besar laju perpindahan massa, maka nilai koefisien
perpindahan massa semakin naik.

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 18


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

II.4 Diagram Alir

Timbang berat kertas saring kosong dan padatan Nacl 55 gr,60 gr,65 gr,70 gr dan 75
gr.

Masukkan hasil timbangan Nacl kedalam beaker glass kemudian dilarutkan dengan
aquadest hingga 155 ml.

Lakukan operasi pengadukan dengan interval waktu 8 menit

Saring larutan dengan kertas saring kemudian di oven

Filtrat hasil oven diukur massa jenisnya

Lakukan percobaan dengan variabel konsentrasi Nacl sebagai variabel pengubah

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 19


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan yang Digunakan


1. Aquadest
2. Nacl

III.2 Alat yang Digunakan


1. Kertas saring
2. Beaker glass
3. Erlenmeyer
4. Gelas ukur
5. Spatula
6. Oven
7. Magnetic stirrer with heat
8. Labu ukur
9. Corong
10. Kaca arloji
11. Piknometer
12. Neraca analitik

II.3 Gambar Alat


1. Kertas saring 2. Beaker glass

3. Erlenmeyer 4. Gelas ukur

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 20


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

6. Oven 7. Magnetic stirrer with heat

8. Labu ukur 9. Corong

10. Kaca arloji 11. Piknometer

12. Neraca analitik

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 21


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

III.4 Rangkaian Alat

III.5 Prosedur Percobaan


1. Masukkan pelarut ke dalam bejana/tangki dengan volume tertentu
2. Timbang zat padat dengan berat tertentu (Nacl) dan masukkan ke dalam
tangki yang berisi pelarut secara perlahan – lahan
3. Lakukan operasi pengadukan dengan variasi putaran pengaduk dan waktu
pengadukan
4. Saring larutn setelah proses sehingga fase padat yang tersisa terpisahkan
dengan fase cair
5. Timbang berat kering zat padat dan tentukan densitas filtrat
6. Ulangi percobaan ditas sesuai dengan variabel pecobaan yang ditentukan

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 22


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Pengamatan


Tabel 1. Pengamatan berat sesudah pelarutan dan berat terlarut
Berat NaCl Volume Konsentrasi t Berat Sesudah Berat Terlarut
mula-mula Pelarut Bahan (%) (menit) pelarutan (gr)
(gr) (ml) (gr)

55 155 31.5720 8 0.0854 54.9146


60 155 34.3933 8 0.5837 59.4163
65 155 37.1933 8 0.7087 64.2913
70 155 39.3562 8 1.8730 68.1270
75 155 41.1734 8 5.1662 69.8338

Tabel 2. Pengamatan densitas dan persen recovery


%Recover Densitas Awal Densitas Filtrat
y (Densitas Air)
99.8447 1.1958 1.1239
99.0271 1.1958 1.1255
98.9096 1.1958 1.1275
97.3200 1.1958 1.1475
93.1117 1.1958 1.1752

IV.2 Tabel Hasil Perhitungan


Tabel 1. Perhitungan kelarutan berdasarkan padatan tersisa

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 23


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Variabel NaCl NaCl Kelarutan


Vpelarut Berat Awal t
Tidak Larut (g/ml)
(ml) (gr) (menit)
Larut
155 55 8 0.0854 54.9146 0.0551
155 60 8 0.5837 59.4163 0.3766
155 65 8 0.7087 64.2913 0.4572
155 70 8 1.8730 68.1270 1.2084
155 75 8 5.1662 69.8338 3.3330

Tabel 2. Perhitungan kelarutan berdasarkan densitas


Vpelarut Berat Awal t Densitas Densitas Kelarutan %Recovery
(ml) (gr) (menit) Awal Akhir
155 55 8 1.1958 1.1239 7.1900 99.8447
155 60 8 1.1958 1.1255 7.0300 99.0271
155 65 8 1.1958 1.1275 6.8300 98.9096
155 70 8 1.1958 1.1475 4.8300 97.3200
155 75 8 1.1958 1.1752 2.0600 93.1117

IV.3 Grafik
a. Grafik berat awal vs Kelarutan berdasarkan padatan tersisa

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 24


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Berat Awal vs Kelarutan


3.5
3
2.5
Kelarutan

2
1.5
1
0.5
0
55 60 65 70 75
Berat Awal

b. Grafik berat awal vs Kelarutan berdasarkan densitas

Berat Awal vs Kelarutan


8
7
6
5
Kelarutan

4
3
2
1
0
55 60 65 70 75
Berat Awal

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 25


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

IV.4 Pembahasan
Dari percobaan proses pelarutan padat cair yang telah dilakukan dan dari
hasil pengamatan serta perhitungan yang telah ditabelkan, maka dapat dianalisa
faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu jenis zat terlarut, jenis pelarut yang
digunakan, serta lamanya waktu pengadukan.
Pada percobaan ini kami menggunakan bahan aquadest sebagai pelarut
dengan volume 155 ml dan padatan NaCl sebagai zat terlarut dengan berat yang
bervariasi yaitu 55 gram, 60 gram, 65 gram, 70 gram, dan 75 gram dengan waktu
pengadukan yang telah ditetapkan yaitu selama 8 menit. Pada percobaan ini
didapatkan beberapa hasil pengamatan sebagai berikut, berat sesudah pelarutan
pada berat awal bahan 55 gram, 60 gram, 65 gram, 70 gram, 75 gram secara
berturut-turut sebesar 0,0854 gram; 0,5837 gram; 0,7087 gram; 1,8730 gram;
5,1662 gram. Kemudian didapatkan berat terlarut pada berat awal bahan 55 gram,
60 gram, 65 gram, 70 gram, 75 gram secara berturut-turut sebesar 54,9146 gram;
59,4163 gram; 64,2913 gram; 68,127 gram; 69,8338 gram. Persen recovery pada
berat bahan 55 gram, 60 gram, 65 gram, 70 gram, 75 gram secara berturut-turut
sebesar 99,8447%; 99,0271%; 98,9096%; 97,32%; 93,1117%. Didapatkan hasil
kelarutan berdasarkan padatan tersisa pada berat bahan 55 gram, 60 gram, 65
gram, 70 gram, 75 gram secara berturut-turut sebesar 0,0551 g/ml; 0,3776 g/ml;
0,04572 g/ml; 1,2084 g/ml; 3,333 g/ml. Dan untuk kelarutan berdasarkan densitas
pada berat bahan 55 gram, 60 gram, 65 gram, 70 gram, 75 gram secara berturut-
turut sebesar 7,19 g/ml; 7,03 g/ml; 6,83 g/ml; 4,83 g/ml; 2,06 g/ml.
Berdasarkan hasil yang diperoleh berat bahan setelah pelarutan lebih ringan
daripada sebelum pelarutan. Semakin berat bahan maka persen recoverynya akan
semakin kecil. Diperoleh pula hasil yaitu semakin berat suatu bahan maka
kelarutan berdasarkan padatan tersisa akan semakin besar dan sebaliknya,
semakin berat suatu bahan maka kelarutan berdasarkan densitas akan semakin
kecil. Hasil dari kelarutan di dalam percobaan ini baik dari kelarutan berdasarkan

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 26


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

padatan tersisa maupun berdasarkan densitas tidak sesuai dengan kelarutan yang
ada di dalam teori. Pada teori dituliskan bahwa kelarutan NaCl dalam air
seharusnya adalah sebesar 35.9 g/100 ml. Hal yang menyebabkan hal ini yaitu
faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan NaCl salah satunya adalah waktu
pengadukan dan suhu pelarut, dan yang mempengaruhi pencampuran yaitu
kelarutan NaCl dalam air yang dimana semakin besar kelarutan bahan-bahan yang
akan dicampur pada pencampuran, maka akan semakin baik pencampurannya.

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 27


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
1. Berat bahan setelah pelarutan lebih ringan daripada sebelum pelarutan
2. Semakin berat bahan maka persen recoverynya akan semakin kecil
3. Hasil dari kelarutan di dalam percobaan ini baik dari kelarutan berdasarkan
padatan tersisa maupun berdasarkan densitas tidak sesuai dengan kelarutan
yang ada di dalam teori yang ada
V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikkan lebih teliti pada saat proses penimbangan padatan
2. Sebaiknya praktikkan menggunakan perlengkapan laboratorium yang
sesuai agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
3. Sebaiknya praktikkan memahami prosedur praktikum dengan baik agar
tidak terjadi kesalahan sehingga hasilnya dapat maksimal

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 28


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

DAFTAR PUSTAKA

Adi.2013.”Hal - Hal Mengenai Pencampuran Bahan”.(http://chemicalengi


neering.blogspot.com/2013/07/hal-hal-mengenai-pencampuranbahan.html ?
m=1).Diakses pada tanggal 18 Februari 2019 pukul 18.03 WIB.
Anonim. 2013. “MSDS Natrium Chloride”. (sciencelab.com). Diakses pada
tanggal 16 Februari 2019 pukul 12.05 WIB.
Anonim. 2013. “MSDS Water”. (sciencelab.com). Diakses pada 16 Februari 2019
pukul 12.00 WIB.
Aribawanto,Toni. 2014. “Proses Mixing”. (http://tonimaulan.blogspot.com/2014 /
11/proses -mixing.html?=1). Diakses pada tanggal 18 Februari 2019 pukul
18.30 WIB.
Garuda, Siera Nur. 2017. “ Faktor – Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi”.
(http://www.kedokteranfarmasi.com). Diakses pada tanggal 16 Februari
2019 pukul 09.01 WIB.
Harmita. 2004. “Validasidan Verikasi Metode”. (http://kruiqito.blogspot.com/200
3/02). Diakses pada tanggal 18 Februari 2019 pukul 18.47 WIB.
Hendiani,Rini. 2012. “Teknik Peningkatan Kelarutan Obat”. Fakultas Farmasi
Universitas Padjajaran.14.01.
McCabe, dkk. 1999. “Operasi Teknik Kimia Jilid 1”. Jakarta:Erlangga.
Rahmat. 2011. “Pengadukan dan Pencampuran”. (http://www.tekimku.com).
Diakses pada tanggal 16 Februari 2019 pukul 09.17 WIB.
Redypta, Azis. 2015. “Proses Pelarutan Padat Cair”. (http://pelarutan
padatcair.blogspot.co.id/2015/11/proses-pelarutan-padat-cair.html?m=1).
Diakses pada tanggal 16 Februari 2019 pukul 09.45 WIB.
Sukardjo. 2013.”Kimia Fisika”. Jakarta : Rineka Cipta.

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 29


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

APPENDIX
Densitas Air

ρ =

57,5897−27,6923
ρ= = 1,1958 gr/ml
25
Perhitungan :
1. Campuran Air dengan Nacl 55 gram
a. Menghitung densitas akhir

ρ =

55,7901−27,6923
ρ= = 1,1239 gr/ml
25
b. Menghitung berat padatan yang terlarut
w. terlarut = w. awal – w. kering
= 55 gr – 0,08548gr = 54,9146gr
c. Menghitung % recorvery

% recorvery = x100%

54,9146
= 55 x 100% = 99,8447 %

d. Menghitung konsentrasi bahan (%w)


w
%w = x 100%
wlarutan

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 30


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

m= ρ × v
= 1,1239 x 155 = 174,2045
55
%w = x 100% = 31,5720%
174,2045
2. Campuran Air-dengan Nacl 60 gram
a. Menghitung densitas akhir

ρ =

55,8318−27,6923
ρ= = 1,1255 gr/ml
25
b. Menghitung berat padatan yang terlarut
w. terlarut = w. awal – w. kering
= 60 gr – 0,5837 gr = 59,4163 gr
c. Menghitung % recorvery

% recorvery = x100%

59,4163
= 60 x 100% = 99,0271 %

d. Menghitung konsentrasi bahan (%w)


w
%w = x 100%
wlarutan
m= ρ × v
= 1,1255x 155 = 174,4525 gr
60
%w = x 100% = 34,3933%
174,4525
3. Campuran Air dengan Nacl 65 gram
a. Menghitung densitas akhir

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 31


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

ρ =

55,8814−27,6923
ρ= = 1,1275 gr/ml
25
b. Menghitung berat padatan yang terlarut
w. terlarut = w. awal – w. kering
= 65 gr – 0,7087 gr = 64,2913 gr
c. Menghitung % recorvery

% recorvery = x100%

64,2913
= 65 x 100% = 98,9096 %

d. Menghitung konsentrasi bahan (%w)


w
%w = x 100%
wlarutan
m= ρ × v
= 1,1275 x 155 = 174,7625
65
%w = x 100% = 37,1933%
174,7625
4. Campuran Air-dengan Nacl 70 gram
a. Menghitung densitas akhir

ρ =

56,3822−27,6923
ρ= = 1,1475 gr/ml
25
b. Menghitung berat padatan yang terlarut
w. terlarut = w. awal – w. kering
= 70 gr – 1,8730 gr = 68,1270 gr

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 32


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

c. Menghitung % recorvery

% recorvery = x100%

68,1240
= 70 x 100% = 97,3200 %

d. Menghitung konsentrasi bahan (%w)


w
%w = x 100%
wlarutan
m= ρ × v
= 1,1475 x 155 = 177,8625
70
%w = x 100% = 39,3562%
177,8625
5. Campuran Air dengan Nacl 75 gram
a. Menghitung densitas akhir

ρ =

57,0712−27,6923
ρ= = 1,1752 gr/ml
25
b. Menghitung berat padatan yang terlarut
w. terlarut = w. awal – w. kering
= 75 gr – 5,1662 gr = 69,8338 gr
c. Menghitung % recorvery

% recorvery = x100%

69,8339
= 75 x 100% = 93,1117 %

d. Menghitung konsentrasi bahan (%w)


w
%w = x 100%
wlarutan
m= ρ × v

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 33


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
cc LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

= 1,1752 x 155 = 182,156


75
%w = x 100% = 41,1734%
182,156

Program Studi S-1 Teknik Kimia Page 34


Fakultas Teknik UPN”VETERAN”Jatim Surabaya

Anda mungkin juga menyukai