Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mana berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “ Imunologi infeksi terhadap jamur.”
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu kami mengharapkan kritik saran dari para pembaca demi kesempurnaan
makala kami ini untuk ke depannya. Mudah – mudahan makalah ini bermanfaat
bagi kita semua terutaman bagi mahasiswa dan mahasisiwi yang mengikuti
mata kuliah IMUNOLOGI II.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada
manusia. Jamur tumbuh dimana saja dekat dengan kehidupan manusia, baik di
udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri.
Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia.
Penyakit yang disebabkan oleh jamur berasal dari makanan yang kita makan
sehari-hari, atau juga dari konsumsi jamur beracun.
Banyak orang meremehkan penyakit karena jamur, seperti panu atau kurap.
Padahal,penyakit ini bisa menular lewat persentuhan kulit, atau juga dari
pakaian yang terkontaminasi spora jamur. Banyak anggapan, penyakit panu
atau kurap sekadar masalah kosmetik. Bahkan, jamur bisa mengenai manusia
dari kepala hingga ujung kaki, dari bayi hingga orang dewasa dan orang lanjut
usia.
Menurut Jimmy Sutomo dari perusahaan Janssen-Cilag, sebagai negara
tropis Indonesia menjadi lahan subur tumbuhnya jamur. Karena itu, penyakit-
penyakit akibat jamur sering kali menjangkiti masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui jenis-jenis jamur yang menyebabkan penyakit jamur pada
manusia.
2. Mengetahui faktor terinfeksinya penyakit jamur pada manusia.
3. Mengenali mekanisme terjadinya penyakit yang disebabkan oleh jamur.
C. Tujuan
Dalam penulisan makalah ini, tujuan penulis adalah untuk mengetahui jenis-
jenis jamur
penyebab penyakit pada manusia, serta menjelaskan penyebab atau faktor dari
infeksi
penyakit jamur pada manusia serta cara pengobatan penyakit jamur.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Fungi atau jamur termasuk organisme eukariotik yang tidak berkhlorofil, bersifat
heterotrofik . Berdasarkan sumber makanannya Fungi ada yang bersifat
parasitik dan ada yang bersifat saprofitik. Fungi yang hidup parasitik mendapat
makanannya dari bahan organik yang masih menjadi bagian dari inang yang
hidup. Beberapa Fungi ini menyebabkan penyakit pada tanaman, hewan dan
manusia. Fungi yang bersifat saprofitik mendapatkan makanannya dari bahan
organik yang sudah mati . Sebagai organisme saprofitik jamur dapat
menghancurkan (menguraikan) sampah , kotoran hewan, bangkai hewan dan
bahan organik lain. Atas perannya tersebut maka jamur tergolong pengurai
(Hidayati dkk, 2009).
2.1 Zygomycotina
Jamur ini hidupnya di darat, talusnya bermiselium aseptat pada jamur muda dan
berseptat pada jamur yang lebih tua. Reproduksi seksualnya melalui
gametangiogami dan menghasilkan zigospora. Contoh Mucor mucedo.
2.2 Ascomycotina
b. Penicillium
Jenis jamur ini menyukai habitat yang mengandung gula, seperti pada roti atau
buah yang ranum. Jamur ini tampak berwarna hijau atau kebirubiruan.
Reproduksi aseksual dengan pembentukan konidium dalam rantai pada
konidiofor tegak.
Gambar 5.4
A. Aspergillus, hifa somatik dan struktur reproduktif
B. Konidiofor tanpa cabang yang menyangga rantaian konidium
C. Penicillium, konidiofor bercabang menyangga rantai konidium
2.3 Basidiomycotina
Jamur ini mayoritas memiliki tubuh buah makroskopis, sering ada di lingkungan
sekitar kita dan hutan. Ciri utama jamur ini ialah hifa septat dengan sambungan
apit (“clamp connection”), spora seksualnya basidiospora yang dibentuk pada
basidium, mempunyai satu atau dua inti sel. Hifa yang berinti satu disebut hifa
primer, sedangkan hifa yang berinti dua dinamakan hifa sekunder. Tubuh buah
ada yang seperti payung ada juga yang berbentuk lembaran berlekuk-lekuk,
jarang yang berukuran mikroskopis.
2.4 Deuteromycotina
Jamur ini disebut juga fungi imperfecti (jamur tidak sempurna). Jamur ini hanya
diketahui cara reproduksi secara aseksual saja, yaitu dengan membentuk
blastospora (berbentuk tunas), artrospora (pembentukan spora dengan benang-
benang hifa) dan konidia. Sedangkan reproduksi seksualnya belum diketahui
dengan jelas. Tetapi jika dalam penelitian diketahui reproduksi seksualnya
biasanya akan dikeluarkan dari kelompok jamur tidak sempurna, misalnya jamur
Monilia sitophila, sebelum diketahui reproduksi seksualnya digolongkan pada
Deuteromycotina, tetapi sekarang setelah diketahui reproduksi seksualnya yaitu
dengan menghasilkan askospora didalam askus (peritesium) dikelompokkan ke
dalam Ascomycotina dan diganti dengan nama Neurospora sitophila atau
Neurospora crassa.
Namun masih ada ahli yang menggolongkan Jamur Penicillium dan Aspergillus
ke dalam Deuteromycotina dengan alasan karena tingkat konidiumnya begitu
jelas dan tidak asing lagi, meskipun tingkat seksualnya telah diketahui dengan
baik.
Ciri-ciri jamur Deuteromycotina ini antara lain hidup saprofit maupun parasit,
hifa bersekat-sekat, dinding selnya dari zat kitin, kebanyakan mikroskopis.
3. Habitat Jamur
a. Parasit obligat
merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di
luar inangnya tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang
menginfeksi paru-paru penderita AIDS).
b. Parasit fakultatif
adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi
bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
c. Saprofit
merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur
saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu
tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluar-kan enzim
hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks
menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa
dapat juga langsung menyerap bahan bahan organik dalam bentuk sederhana
yang dikeluarkan oleh inangnya.
Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang
hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga
menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis
mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur
yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.
4.Beberapa Jenis Jamur Penyebab Infeksi Susunan Saraf Pusat
1. Cryptococcus neofarmans
Cryptococcus neofarmans adalah jamur seperti ragi (yeast like fungus) yang
ada dimana-mana di seluruh dunia. Jamur ini menyebabkan penyakit jamur
sistemik yang disebut cryptococcosis, dahulu dikenal dengan nama Torula
histolitica. Jamur ini paling dikenal sebagai penyebab utama meningitis jamur
dan merupakan penyebab terbanyak morbiditas dan mortalitas pasien dengan
gangguan imunitas. Cryptococcus neofarmans dapat itemukan pada kotoran
burung (terutama merpati), tanah, binatang juga pada kelompok manusia
(colonized human).
a. Mikologi
Infeksi pertama terbanyak terjadi akibat inhalasi yeast dari lingkungan sekitar.
Pada saat dalam tubuh host Cryptococcus membentuk kapsul polisakarida yang
besar yang resisten terhadap fagositosis. Produksi kapsul distimulasi oleh
konsentrasi fisiologis karbondioksida dalam paru. Keadaan ini menyebabkan
jamur ini beradaptasi sangat baik dalam host mamalia. Reaksi inflamasi ini
menghasilkan reaksi kompleks primer paru kelenjar limfe (primary lung lymp
node complex) yang biasanya membatasi penyebaran organisme.Kebanyakan
infeksi paru ini tanpa gejala, tetapi secara klinis dapat terjadi seperti gejala
pneumonia pada infeksi pertama dengan gejala yang bervariasi beratnya.
Keadaan ini biasanya membaik perlahan dalam beberapa minggu atau bulan
dengan atau tanpa pengobatan. Pada pasien lainnya dapat terbentuk lesi
pulmonar fokal atau nodular.
c. Patologi
Ada tiga pola dasar infeksi jamur pada susunan saraf pusat yaitu, meningitis
kronis,vaskulitis daninvasi parenkimal.pada infeksi Cryptococcal jaringan otak
menunjukkan adanya meningitis kronis pada leptomeningen bsal yang dapat
menebal dan mengeras oleh reaksi jaringan penyokong dan dapat
mengobstruksi aliran likuor dari foramen Luschka dan Magendi sehingga terjadi
hidrosefalus. Pada jaringan otak terdapat substansi gelatinosa pada ruang
subarakhnoid dan kista kecil didalam parenkim y terletak terutama pada ganglia
basilis pada distribusi arteri lentikulostriata. Lesi parenkimal terdiri dari agregasi
atau gliosis. Infiltrat meningen terdiri dari sel-sel ingflamasi dan fibroblast yang
bercampur dengan Cryptococcus. Bentuk granuloma tidak sering ditemukan
pada beberapa kasus terlihat reaksi inflamasi kronis danreaksi granulomatosa
sama dengan yang terlihat pada M.tuberculosa dengan segala bentuk
komplikasinya.
Gejala klinis infeksi jamur pada susunan saraf pusat tidak spesifik seperti akibat
infeksi bakteri. Pasien paling sering mengalami gejala sindroma meningitis atau
sebagai meningitis yang tidak ada perbaikan atau semakin progresif selama
observasi (paling kurang empat minggu).
d. Diagnosa
f. Prognosa
Pada pasien yang tidak diobati, biasanya fatal dalam beberapa bulan tetapi
kadang-kadang menetap sampai beberapa tahun dengan rekuren,remisi dan
eksaserbasi. Kadang-kadang jamur pada cairan serebrospinal ditemukan
selama tiga tahun atau lebih. Telah dipalorkan beberapa kasus yang sembuh
spontan.
2. Mucormycosis
Jamur ini masuk ke dalam tubuh manusia yang rentan melalui hidung
menyebabkan sinusitas dan sellulitis orbitalis, kemudian penetrasi ke arteri dan
terjadi trombosis arteri oftalmika danar karotis interna dan selanjutnya
menyerang vena dan saluran linfe. Dapat terjadi penyakit yang desiminata pada
mata, serebral,paru danintestinal.
3. Candidiasis (moniliasis)
Spesies candida merupakan suatu flora mikrobial yang normal terdpat dalam
tubuh manusia. Candidiasis kemungkinan merupakan infeksi jamur oportunistik
terbanyak. Infasi ke susunan saraf pusat sebenarnya sangat jarang kecuali
terjadi kerusakan sistem kekebalan tubuh host. Banyak factor yang menunjang
terjadinya infeksi candida seperti terapi antibiotik spectrum luas, luka bakar
berat, nutrisi parental total, prematuritas, keganasan pemasangan kateter,
terapi kortikosteroid, neutropenia, operasi abdomen, diabetes mellitus, dan
penggunaan obat parenteral yang tidak semestinya (parentral drug abuse)
Bentuk patologi infeksi susunan saraf pusat oleh candida berupa penyebaran
mikro abses intraparenkimal, granuloma nonkaseosa, abses besar, meningitis
dari ependimitis. Pada kebanyakan kasus diagnosis belum dapat ditegakkan
pada saat pasien masih hidup, kemungkinan oleh karena sukarnya menemukan
organisme pada cairan serebrospinal .
4. Aspergilosis
Manifestasi klinis penyakit ini berupa gangguan nevrus kranialis pada sekitar
daerah infeksi, abses serebri, granuloma kranial dan spinal pada duramater.
Keadaan ini tidak bermanifestasi sebagai meningitis. Pada beberapa kasus
penyakit ini didapat di rumah sakit ditandai dengan adanya gejala infeksi paru
yang tidak mempan terhadap antibiotik. Diagnosis biasanya ditegakkan dengan
melakukan biopsi atau dengan kultur. Terapi anti jamur seperti ampotericin B
dan kombinasi dengan limaflurocytosine dan imidazole masih dipertanyakan
keberhasilannya. Jika obat-obatan ini diberikan setelah operasi pengeluaran
materi yang terinfeksi, beberapa pasien dapat disembuhkan.
5. Coccodiodomycosis
Penyakit infeksi jamur ini banyak didaerah Barat Daya Amerika. Biasanya
hanya menyebabkan gejala influensa dengan infiltrat pada paru sebagai
pneumonia non bakterial. Keadaan ini dapat berlangsung progresif menjadi
diseminata termasuk infeksi pada meningen. Reaksi patologi dan gambaran
kliniknya pada meningen dan cairan serebrospinal sangat mirip dengan
meningitis tuberkulosa.
6. Histoplasmosis
5. MIKOSIS SUPERFISIAL
6. MIKOSIS NON-DERMATOFITOSIS
6.2 Otomikosis
Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga luar yang ditandai dengan
radang, gatal, rasa tidak nyaman pada telinga. Penyakit ini terutama terjadi di
daerah tropis dan berudara panas. Sering juga disebut sebagai Singapore ear,
Hongkong ear, tropical ear, hot weather ear atau otitis eksterna jamur akut.
Telinga luar merupakan bagian telinga yang terletak di sisi luar gendang telinga
yang terdiri dari daun telinga dan liang telinga luar (kanalis auditorius
eksternus).Liang telinga memang merupakan tempat yang ideal untuk
tumbuhnya organisme saprofit seperti jamur tertentu karena liang telinga
dihubungkan dengan udara luar oleh suatu lubang yang sempit, sehingga dapat
berfungsi sebagai tabung biakan dan merupakan media yang sangat baik untuk
pertumbuhan jamur.
6.3 Piedra
Kata Piedra berarti batu. Piedra adalah infeksi jamur pada rambut, berupa
benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam atau putih
kekuningan. Terdapat dua macam piedra, yaitu piedra hitam dan piedra putih.
Piedra hitam merupakan infeksi jamur pada rambut di sepanjang corong rambut
yang mengakibatkan benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut.
Penyebab penyakit ini adalah jamur Piedra hortai. Jamur Piedra
hortai umumnya menyerang rambut kepala, kumis atau jambang, dan dagu.
Penyakit ini ditemukan di daerah tropik, termasuk di Indonesia. Piedra hitam
biasanya diderita oleh hewan, khususnya monyet, dan juga manusia.
Jamur ini tergolong kelas Ascomycetes dan membentuk spora seksual. Dalam
sediaan KOH, rambut dengan benjolan hitam terlihat lebih jernih, berbentuk
bulat atau lonjong, yaitu askus yang berisi 2-8 askospora.Askospora berbentuk
lonjong memanjang agak melengkung dengan ujung yang meruncing, seperti
pisang. Askus-askus dan anyaman hifa yang padat membentuk benjolan hitam
yang keras di luar rambut. Pada rambut dengan benjolan, tampak hifa endotrik
(dalam rambut) sampai ektotrik (diluar rambut) yang besarnya 1-2 um berwarna
tengguli dan ditemukan spora yang besarnya 1-2 um.
Jamur penyebab piedra putih ini mempunyai hifa yang tidak berwarna, termasuk
Moniliaceae. Secara mikroskopis jamur ini menghasilkan arthrokonidia dan
blastoconidia. Benjolan pada piedra putih terlihat lebih memanjang pada rambut
dan tidak padat dsbanding piedra hitam. Benjolan mudah dilepas dari rambut.
Tidak terlihat askus dalam massa jamur. Berbeda dengan Trichomycosis
axillaries dalam benjolan hifa berukuran 2-4 mikron dan terlihat artospora dan
artrokonodia
Pada piedra putih, kelainan rambut tampak sebagai benjolan yang berwarna
putih kekuningan. Selain pada rambut kepala, dapat juga menyebabkan
kelainan pada rambut kumis dan rambut janggut.
Gambar 5. Preparat jamur Trichosporon beigelii
6.4 Onikomikosis
Penularan terjadi akibat kontak langsung dengan sumber penularan, iklim yang
panas dan lembab, kebiasaan memakai sepatu tertutup dan sempit, kurangnya
kebersihan, trauma berulang pada kuku, tinea pedis dan gangguan imunitas
merupakan faktor penyebab terjadinya kelainan kuku akibat jamur. Kelainan
kuku dapat berawal sebagai tinea pedis atau langsung pada kuku. Pada
penyebab Candida dapat endogen dari traktus digestivus sebagai flora
komensal selain sumber penularan dari kandidosis pada organ lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada cara dan cirri reproduksinya terdapat lima kelas cendawan
sejati atau berfilamen di dalam dunia Jamur yaitu: Mycomycotina, Zygomycota,
Ascomycota, Basidiomycota dan Deuteromycota.
B. Saran