Case Hernia Skrotalis
Case Hernia Skrotalis
PENDAHULUAN
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Kata hernia berasal dari bahas Yunani yaiut
hernios dengan definisi tunas. Secara umum, hernia terdiri dari kantong hernia, isi
hernia, dan cincin hernia. Terdapat berbagai macam tipe hernia. Tipe hernia
diklasifikasikan berdasarkan dari awal mula terjadinya hernia, gambaran klinis
hernia, dan arah penonjolan hernia.
Sebanyak 75% dari kasus hernia merupakan hernia inguinalis. Hernia
inguinalis merupakan hernia yang terjadi pada daerah inguinal.bKira – kira 400
tahun yang lalu, ahli bedah bernama Ambroise Pare menjelaskan penurunan dari
angka kejadian hernia inkarserata pada anak. Ia memahami bahwa hernia
inguinalis pada anak merupakan kelainan kongenital dan dapat disembuhkan.
Selanjutnya, meskipun banyak teori yang menjelaskan terapi konservatif pada
hernia inguinalis, tidak terdapat terapi yang bermakna secara non-operatif. Segala
penatalaksanaan operatif hernia inguinalis pada anak bertujuan untuk mencegah
terjadinya komplikasi seperti inkarserata atau strangulasi.
Saat ini, perbaikan hernia inguinalis pada anak merupakan salah satu
operasi yang banyak dilakukan. Hernia yang paling banyak muncul pada anak
adalah hernia inguinalis indirect atau lateral. Beberapa tipe lain yang lebih jarang
terjadi ialah umbilikal, epigastrik dan insisional.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki - laki
Usia : 54 tahun
Alamat : Jln. Karet Pasar RT 03/03
Agama : Islam
Pekerjaan : Tukang Parkir
Status : Belum menikah
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 25
Oktober 2016 Pkl. 07.00 pagi di ruang rawat P. Salawati RSAL dr.
Mintohardjo
Keluhan Utama
Skrotum membesar sejak 12 tahun SMRS
2
Sebelumnya pasien tidak merasakan adanya keluhan demam, mual maupun
muntah ataupun nyeri perut. Perasaan kembung juga tidak dialami pasien.
Tidak ada rasa nyeri, tidak ada kesulitan ketika memulai buang air kecil,
namun pancaran air tidak normal, tidak memancar , seperti mengompol.
Kebiasaan buang air besar juga normal, pasien mengaku tidak mengejan
ketika buang air besar. Nafsu makan pasien tidak terganggu, berat badan
pasien tidak mengalami penurunan. Pasien menyangkal ada nya batuk lama,
ataupun riwayat batuk lama maupun pengobatan batuk lama. Pasien mengaku
minder terhadap pembesaran dari kemaluannya tersebut.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum berobat ke dokter maupun mengkonsumsi obat
sebelumnya untuk mengatasi penyakit ini.
Riwayat Pekerjaan
Pasien sekarang bekerja sebagai tukang parkir di pasar. Pasien dulunya
bekerja sebagai kuli bangunan, mengaku sering sekali mengangkat beban yang
berat.. Pekerjaan ini sudah dijalani pasien selama kurang lebih 9 tahun
bekerja.
3
Riwayat Kebiasaan
Pasien merokok dengan jumlah 10 batang dalam sehari. Pasien juga
gemar mengkonsumsi kopi. Pasien jarang berolah raga.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 25 Maret 2016 Pkl. 07.00 pagi di
ruang rawat P. Salawati RSAl dr. Mintohardjo
1. Keadaan umum
Kesadaran : Compos mentis
Kesan sakit : Sakit sedang
Kesan gizi : Gizi Baik
BB : 79 kg
TB : 167 cm
2. Tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Frekuensi nadi : 82 kali/menit
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,8 oC
a. Status generalis
Kepala : Normocephali, distribusi rambut merata
Mata : Konjungtiva anemis (-)/(-),
Sklera ikterik (-)/(-)
4
Telinga : Normotia, secret (-)/(-), darah (-)/(-)
Hidung : Deformitas (-), deviasi septum (-)
Mulut : Bentuk normal, Tonsil T1/T1
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thorax :
Pulmo : Simetris, suara napas vesikuler, rhonki (-)/(-)
wheezing (-)/(-)
Cor : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Supel, bising usus 1 kali/menit, timpani,
nyeri tekan (-)
Extremitas : Simetris, oedem (-), akral hangat (+)
b. Status lokalis
Dilakukan dengan posisi berbaring
Inspeksi :
benjolan di biji kemaluan, tidak tampak kemerahan
Palpasi :
bentuk bulat, ukuran ± 20 x 20 x 18 cm, konsistensi lunak,
permukaan licin, nyeri tekan (-) mudah digerakkan, testis kanan
tidak teraba, tesitis kiri (+) , annulus inguinalis teraba (+) inginal
kanan
Auskultasi : Bising usus (+)
Finger Tip Test : tidak dilakukan
Transiluminasi cahaya : (-)
5
D. RESUME
Pasien Tn. A berumur 54 tahun datang dengan keluhan
skrotum membesar sejak 10 tahun. Mula-mula terdapat benjolan
kecil di lipat paha kanan 12 tahun yang lalu, benjolan tersebut
awalnya hilang timbul, timbul saat batuk terlihat saat berdiri dan
masih bisa dimasukkan. Benjolan dibiarkan kemudian tidak dapat
dimasukkan lagi dan makin turun ke biji kemaluan pasien.
Mulanya hanyak disebalah kanan saja, namun sekarang sudah
memenuhi seluruh lapang biji kemaluan pasien. Pasien hanya
merasakan berat dikemaluannya saja, dan pancaran pipi kurang
baik. Pada pemeriksaan fisik ditemukan Tekanan Darah 130/90
mmHg, Frekuensi nadi 82 kali/menit, frekuensi napas 20
kali/menit, suhu 36,8 oC. Status generalis dalam keadaan normal.
Status lokalis ; Inspeksi terdapat benjolan di biji kemaluan, tidak
tampak kemerahan. Palpasi : bentuk bulat, ukuran ± 20 x 20 x 18
cm, konsistensi lunak, permukaan licin, nyeri tekan (-) mudah
digerakkan, testis kanan tidak teraba, tesitis kiri (+) , annulus
inguinalis teraba (+) inginal kanan . Auskultasi : Bising usus (+).
Finger Tip Test tidak dilakukan .Transiluminasi cahaya (-)
6
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Hematologi
Darah Rutin
Leukosit 9.300/ul
Eritrosit 5.00 juta/ul
Hemoglobin 14.3 g/dl
Hematokrit 44 %
Trombosit 302.000/ul
Hemostasis
Masa perdarahan 2’30”
Masa pembekuan 12’00”
Kimia Klinik
Glukosa 86
Glukosa darah 2 jam pp 171
Bilirubin Total 0.52
Bilirubin Direk 0.23
Bilirubin Indirek 0.29
Fungsi Hati
Total Protein 6.8
Albumin 4.1
Globulin 2.7
Fungsi Ginjal
Ureum 26
Kreatinin 1.3
Elektrolit
Na 144
K 4.02
Cl 105
Foto Thorax
7
Kesimpulan : Jantung dan Paru – Paru Normal
F. DIAGNOSIS KLINIS
Hernia Skrotalis Permagna
G. DIAGNOSIS BANDING
Hidrocele
Varicocele
Epidimitis
H. PENATALAKSANAAN
a) Non-Operatif
Cairan infuse Ringer laktat 30 tetes per menit
Pasang Kateter Foley no.18
Puasa persiapan operasi
Cukur rambut kemaluan sampai abdomen
Antibiotik profilaksis sebelum operasi : Inj. Cefotaxime 1 gram
dan Metronidazole 500mg Intra Vena 1 jam pre op
Siapkan PRC 500cc
b) Operatif
Rencana operasi hernioraphy
8
I. LAPORAN OPERASI
Diagnosis pra bedah : Hernis Skrotalis Permagna
Diagnosis pasca bedah : Hernis Skrotalis Permagna
Jenis operasi : Hernioplasty
Anestesi : General Anesthesia
Laporan Operasi :
Hernioplasty
Pasien telentang dalam general anastesi
Lakukan tindakan asepsis dan antisepsis
Pasang duk steril pada daerah operasi
Cuci dengan alkohol
Insisi sepanjang 10cm, 2 jari di atas ligamentum inguinale
dextra
Setelah kulit dibuka, subkutis dan jaringan lemak disiangi
sampai tampak aponeuresis muskulus obliqus eksternus yang
merupakan dinding depan kanalis inguinalis.
Kira-kira 2 cm cranial ligamentum inguinalis. Irisan ke medial
sampai membuka anulus inguinalis eksternus.
Aponeuresis obliqus eksternus yang telah dibuka lalu dilakukan
eksplorasi untuk membuka kantong hernia.
Setelah eksplorasi tampak omentum dan usus pada kantong
hernia, lalu, kantong hernia dibebaskan dari omentum dan usus
lalu dipisahkan dari funikulus spermaticus.
Isi kantong hernia direposisi agar masuk kembali ke cavum
abdomen kemudian omentum yang berlebihan di eksisi.
Kantong hernia dijahit dan diikat setinggi mungkin lalu
dipotong.
Lantai kanalis inguinalis kemudian direkonstruksi dengan
teknik Lichtenstein dan Rutkow dengan mesh.
Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
Kemudian fascia camper ditutup dengan jahitan
9
Kemudian dibuat jahitan subkutikular.
Luka operasi ditutup dengan betadine, kassa, plester hepavix.
Operasi selesai.
J. FOLLOW UP
27 Oktober 2016 28 Oktober 2016
S Nyeri Luka operasi -
KU : CM/TSS
KU : CM/TSS
TN : 130/90
TN : 130/80
N : 80x/menit
N : 88x/menit
RR : 20x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,7 oC
S : 36,7 oC
Status generalis : dalam batas
O Status generalis : dalam batas normal
normal
Status Lokalis :
Status Lokalis :
Regio abdomen kiri bawah
Regio abdomen kanan bawah
Luka operasi tertutup oleh perban
Luka operasi tertutup oleh perban
Tidak tampak rembesan darah
Tidak tampak rembesan darah
J. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad sanatioanm : dubia ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
11
Hernia adalah penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi
hernia. Berdasarkan letaknya terdiri dari hernia diafragma, inguinal,
umbilikal, femoralis, dll. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia
kongenital dan hernia didapat atau akuisita. Menurut sifatnya, hernia dibagi
menjadi :
a. Hernia reponibel : Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus
keluar masuk ketika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika
berbaring atau bisa didorong masuk perut.
b. Hernia ireponibel : Bila isi kantong tidak dapat direposisis
kembali ke dalam rongga perut. Disebabkan oleh pelekatan isi kantong
kepada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan nyeri dan tidak
ada sumbatan usus.
c. Hernia Inkarserata atau strangulate : Bila isinya terjepit oleh
cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat
kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya terjadi gangguan passase
usus atau vaskularisasi. Secara klinis, istilah hernia inkarserata lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang disertai gangguan pasase,
sedangkan hernia strangulata digunakan untuk menyebutkan hernia
ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi. Bila strangulasi hanya
menjepit sebagian dinding usus, disebut hernia Richter.
12
Disebut juga hernia inguinalis medial, menonjol langsung ke
depan melalui segitiga Hasselbach. Oleh karena hernia tidak keluar
melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak
disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.
3.2 Epidemiologi
Sekitar 75% hernia terjadi disekitar lipat paha berupa hernia inguinalis
direk, indirek serta femoralis. Meskipun insiden hernia inguinalis lateralis
pada bayi dan anak-anak tidak diketahui, dilaporkan insiden sekitar 1-5%.
Hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada wanita, ratio
sekitar 4-8:1. Anak prematur memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
13
mengalami hernia inguinalis, rata insiden pada perempuan 2% dan laki-laki
7-30%.
3.3 Embriologi
Testis berkembang di dalam retroperitoneal dibawah ginjal kira-kira
setinggi T10.g Dalam 2 bulan terakhir gestasi, mesenterikurogenital
menempel pada testis dan mesonephros pada dinding belakang abdomen.
Akan terbentuk caudal genital ligament dan juga memanjang ke bagian
caudal dari testis bernama gubernaculum. Testis mengalami penurunan
melalui annulus inguinalis internal, tonjolan berlebih dari gubernaculum
terbentuk dan terbentuklah region inguinal melalui scrotal swelling.
Normalnya, testis mencapai inguinal pada usia 12 minggu gestasi,
bermigrasi melalui kanalis inguinalis pada 28 minggu dan mencapai skrotum
pada 33 minggu.
Selain itu dari penurunan testis, peritoneum mengalami evaginasi dari
midline ke depan abdomen. Evaginasi ini disebut prosesus vaginalis,
mengkuti gubernaculum testis ke scrotal swelling. Prosessus vaginalis ini
diikuti olek otot dan fasia pada dinding abdomen membentuk kanalis
inguinalis.
3.4 Anatomi
Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm
dan terletak 2-4 cm kearah kaudal ligamentum inguinal. Kanal melebar
diantara cincin internal dan eksternal. Kanalis inguinalis mengandung
salah satu vas deferens atau ligamentum uterus.bFunikulus spermatikus
14
terdiri dari serat-serat otot cremaster, pleksus pampiniformis, arteri
testicularis, ramus genital nervus genitofemoralis, ductus deferens, arteri
cremaster, limfatik, dan prosesus vaginalis.
Kanalis inguinalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan
cepal ke caudal. Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis obliquus
ekternus dibagian superficial, dinding inferior dibangun oleh ligamentum
inguinal. Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia
transversalis dan aponeurosis transversus abdominis. Pembuluh darah
epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum Hesselbach.
Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membran rectus, dan ligamentum
inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum
Hesselbach disebut sebagai direct hernia, sedangkan hernia yang muncul
lateral dari trigonum adalah hernia indirect.
Aponeurosis Obliqus External
Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan:
superficial dan profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus
internus dan transversus abdominis, mereka membentuk sarung rectus dan
akhirnya linea alba. External oblique aponeurosis menjadi batas superficial
dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca
anterior superior ke tuberculum pubicum.
Otot Obliqus Internus
Otot obliqus abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis
inguinalis. Bagian medial dari internal oblique aponeurosis menyatu
dengan serat dari aponeurosis transversus abdominis dekat tuberculum
pubicum untuk membentuk conjoined tendon.
Fascia Transversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot
transversalis dan aponeurosisnya. Fascia transversalisdigambarkanoleh
Cooper memiliki 2 lapisandimanasalahsatunyaterletaksebelum yang
lainnyamanakalabagiandalamnyalebih tipis daribagianluar. Fascia ini
keluardari tendon otottransversalis pada bagian dalam dari spermatik. Ia
15
keluar dari tendon otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord
dan berikatan ke linea semilunaris.
Ligamentum Cooper
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis
dan dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik
fixasi yang penting dalam metode perbaikan laparoscopic sebagaimana
pada teknik McVay.
3.5 Etiologi
Masih menjadi kontroversi mengenai apa yang sesungguhnya
menjadi penyebab timbulnya hernia inguinalis. Disepakai adanya 3 faktor
yang mempengaruhi terjadinya hernia inguinalis yaitu meliputi:
16
3. Lemahnya otot-otot dinding abdomen
Akhir-akhir ini beberapa peneliti sepakat bahwa lemahnya otot-
otot dan fascia dinding perut pada usia lanjut, kurangnya olahraga, adanya
timbunan lemak, serta penurunan berat badan dan fitness memungkinkan
adanya angka kesakitan hernia.
3.6 Patofisiologi
Testis berkembang di retroperitoneal dan berjalan kebawah, keluar dari
abdomen melalui kanalis inguinalis dan sampai ke skrotum. Ketika testis
turun kebawah dan meninggalkan abdomen, hernia disertai dengan tonjolan
dari peritoneum (prosessus vaginalis). Lapisan ini menyelubungi testis,
akantetapi hubungan dengan peritoneal normalnya tertutup. Penurunan testis
ke skrotum di mediasi oleh testosteron dari testis. Secara fisiologis,
penutupan jalur dimana testis meninggalkan abdomen telah terbentuk sebaik
mungkin. Terdapat internal dan external ring sehingga kanalis tidak
overlap. Perkembangan otot terjadi sebaik mungkin.Kegagalan penutupan
penonjolan pasien menyebabkan terjadinya hernia atau hidrokel.
Jika bayi baru lahir, prosesus vaginalis terbuka lebar dan terdapat
prosessus vaginalis patent. Maka hernia akan muncul tidak lama setelah
kelahiran yaitu saat bayi menangis. Jika defeknya lebih kecil, munculnya
hernia akan lebih lambat. Seberapa lambat kemunculan hernia tergantung
kepada ukuran dari defek, kekuatan otot dan tekanan dari abdomen.
Sedangkan pada orang tua lebih disebabkan oleh kelemahan dinding
abdomen.
Processus vaginalis patent menyebabkan cairan dapat berpindah dan
berakumulasi di ekstrabdominal disebut hidrokel. Jika hubungannya besar,
maka struktur intraabdominal seperti usus dapat terjadi hernia yang
menyebabkkan hernia inguinalis lateralis.
17
Pada umumnya, akan ada keluhan benjolan yang muncul tiba-tiba,
hilang timbul di lipat paha. Benjolan akan timbul pada waktu mengedan,
batuk atau mengangkat beban, pada anak kecil saat menangis dan hilang saat
berbaring. Jika pasien akan gelisah atau menangis pada anak kecil dan
kadang perut kembung, harus dipikirkan hernia strangulata. Dapat terjadi
inflamasi akibat peregangan dari peritoneum visceral atau parietal. Bila
pintu hernia kecil maka akan terjadi kompresi pada kantong hernia dan
terjadilah edema ringan. Jika kantong berisi usus maka, usus dapat terjadi
obstruksi partial atau total.
Keluhan nyeri jarang dijumpai. Jika nyeri disertai oleh mual muntah
jika terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau
gangren. Anak kemungkinan tidak nafsu makan dan menangis terus
menerus. Pada kulit dapat ditemukan perubahan warna, eritema dan edema.
18
Penderita disuruh batuk: Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis
Lateralis. Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis. 13
Finger Test
Pemeriksaan Ziemen Test, posisi berbaring, bila ada benjolan
masukkan dulu (biasanya oleh penderita). Hernia kanan diperiksa dengan
tangan kanan. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada jari ke 2
merupakan hernia inguinalis lateralis, jari ke 3 merupakan hernia ingunalis
medialis, jari ke 4 merupakan hernia femoralis. 13
Ziement Test
19
Pemeriksaan Thumb Test, anulus internus ditekan dengan ibu jari
dan penderita disuruh mengejan, bila keluar benjolan berarti Hernia
Inguinalis medialis. Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis
Lateralis. 13
Thumb Test
20
3.10 Penatalaksanaan
A. Penanganan di Unit Gawat Darurat
a. Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah
nyeri
b. Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat
c. Menurunkan tegangan otot abdomen. Posisikan pasien berbaring
terlentang dengan bantal di bawah lutut. Pasien pada posisi
Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20°.
d. Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan
dan menimbulkan proses analgesia selama 20-30 menit
B. Konservatif
Pada usia sampai 1 tahun, hernia inguinlis dilakukan terapi
konservatif sambill menunggu penyembuhan melalui proses
alamiah.Akan tetapi, setelah usia 1 tahun atau hernia muncul kembali
maka metode tersebut tidak direkomendasikan.
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi. Pada hernia inkarserata, dilakukan reposisi
dengan sikap Trendelenburg dengan sedasi dan dikompes es jika berhasil
maka anak disiapkan operasi pada hari berikutnya, jika tidak berhasil,
operasi harus dilakukan dalam waktu enam jam.
C. Operatif
Terapi operatif terdiri dari dua bagian, antara lain herniotomi, yaitu
eksisi dari kantong hernia, dan herniorapi, yaitu herniotomi dan
memperbaiki kelemahan pada kanalis inguinal posterior (hernioplasti). Pada
anak-anak hanya herniotomi yang merupakan terapi yang efektif, berbeda
dengan hernia pada orang dewasa.
HERNIOTOMI
21
Pada anak herniotomi dilakukan karena masalahnya pada kantong
hernia, maka dilakukan pembebasan kantong hernia sampai dengan
lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada perlekatan lakukan
reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin lalu
dipotong.
Herniotomi dilakukan melalui insisi kulit inguinal, membuka fascia
Scarpa, setelah itu oblik external. Melalui insisi yang minimal, cord di raih.
Vas dan pembuluh darah dipisahkan dari kantong yang kemudian dipisahkan
dan bagian proximal diligasi.
Melibatkan pembukaan aponeurosis otot obliqus abdominis eksternus
dan membebaskan funikulus spermatikus. Fascia transversalis kemudian
dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan indirect.
Kantung hernia diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
HERNIORAPI
Herniorafi merupakan operasi hernia yang terdiri dari operasi
herniotomidan hernioplasti. Herniotomi adalah tindakan membuka kantong
hernia, memasukkan kembali isi kantong hernia ke rongga abdomen, serta
mengikatdan memotong kantong hernia.j Sedangkan hernioplasti adalah
tindakanmemperkuatdaerah defek, misalnya pada hernia inguinalis,
tindakannya memperkecilcincin inguinalis internal dan memperkuat dinding
posterior kanalisinguinalis.b,j
A. Open Anterior Repair(teknik Bassini, McVay dan Shouldice)
Hernioplasti dengan memperkecil cincin inguinalis internal dan
memperkuat dinding posterior kanalisinguinalis, yaitu perkuat fascia
transversa, menjahit pertemuan otot transversus internum abdominis dan
otot oblikus internus abdominis (conjoint tendon), ke ligamentum
inguinal Pouparti (Metode Bassini) atau menjahit fascia transversa, otot
transversus abdominis dan otot oblikus internus abdominis ke
ligamentum Cooper (Metode McVay).b
22
B. Open Posterior Repair (iliopubic repair dan teknik Nyhus)
Dilakukan dengan membelah lapisan dinding abdomen superior
hingga ke cincin luar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi
kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan
utama antara teknik ini dan teknik open anterior adalah rekonstruksi
dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan pada
hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari
operasi sebelumnya.
C. Tension-free repair with Mesh (teknik Lichtenstein dan Rutkow)
Menggunakan pendekatan awal yang
sama dengan teknik open anterior. Akan
tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk
memperbaiki defek, tetapi menempatkan
sebuah prostesis, yaitu Mesh yang tidak
23
diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan
tegangan dan ditempatkan di sekitar fascia.
D. Laparoscopy
Teknik laparoscopy herniorapi dilakukan menggunakan salah satu
pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total
extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan
trokar laparoskopik dalam cavum abdomen dan memperbaiki regio
inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian
ditutupi dengan peritoneum. Sedangkan pendekatan TEP adalah
prosedur laparokopik langsung yang mengharuskan masuk ke cavum
peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah
bisa cedera selama operasi.
3.11 Komplikasi
Hernia strangulata dapat menimbulkan gejala obstruksi usus yang
sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia
Richter. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan
isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem
organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia.
Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah
sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi
nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan
serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi
hubungan dengan rongga perut.
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai
dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,
24
elektrolit, dan asam basa. Bila telah terjadi strangulasi karena gangguan
vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan gambaran klinis
menjadi kompleks dan sangat serius.
3.12 Prognosis
Prognosis untuk perbaikan hernia umumnya baik dengan diagnosis dan
perbaikan. Prognosis tergantung pada jenis dan ukuran hernia juga pada
kemampuan untuk mengurangi faktor risiko yang berkaitan dengan
perkembangan hernia.
Usia yang lebih tua, lebih lama hernia, dan irreducibility yang lebih
lama dianggap faktor risiko komplikasi akut seperti penjepitan dan obstruksi
usus. Sekitar 5% dari primer perbaikan hernia inguinalis dilaksanakan
sebagai keadaan darurat.
Jika didiagnosis awal masa kanak-kanak, prognosis untuk anak-anak
yang telah mengalami operasi hernia inguinalis diperbaiki sangat baik.
Kadang-kadang ada komplikasi berhubungan dengan hernia inguinalis
termasuk kematian, tetapi ini jarang terjadi.
BAB IV
PENUTUP
Sekitar 75% hernia terjadi disekitar lipat paha berupa hernia inguinalis direk,
indirek serta femoralis. Hernia inguinali lebih banyak terjadi pada laki-laki
daripada wanita. Hernia pada anak umumnya hernia inguinalis lateralis.
Kegagalan penutupan prosessus vaginalis menyebabkan terjadinya hernia pada
anak. Anak prematur memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami hernia
ingunalis.
Diagnosis hernia ditentukan oleh gejala dan tanda klinis serta pemeriksaan
fisik hernia yang banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia serta komplikasi yang
telah terjadi. Ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi.
Terapi operatif merupakan terapi satu-satunya yang rasional. Indikasi
operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan, mencegah terjadinya inkarserata
25
dan strangulasi. Terapi operatif terdiri dari dua bagian, antara lain herniotomi dan
herniorapi. Pada anak-anak hanya herniotomi yang merupakan terapi yang efektif,
berbeda dengan hernia pada orang dewasa.
Komplikasi pada hernia inguinalis dapat terjadi obstruksi usus parsial
sampai total, perforasi, atau kelainan pada testis. Prognosis tergantung pada jenis
dan ukuran hernia juga pada kemampuan untuk mengurangi faktor risiko yang
berkaitan dengan perkembangan hernia.
DAFTAR PUSTAKA
26
6. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. 1sted. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
2000. p. 16-19
7. Dubley HAF. In: An Aid to Clinical Surgery. 4 thed. Longman Singapore:
Singapore. 1989. p.241-58
8. Bailey & Love’s. The Kidney’s and Ureter. In: Short Practice of Surgery,
26thed. Edited by : Norman S. Williams, Cristopher J.K Bulstrode, P. Ronan
O’Connell. Taylor and Francis Group: United Stated. 2013. p.1292-3
9. Cuschieri A, Grace P, Darzia A, Borley N, Rowley D. Clinical Surgery. 2 thed.
United States: Blackwell. 2005.p. 576-8
10. Sterns EE. Hernia and Masses in The Groin. In : Clinial Thinking in Surgery.
Appleton & Lange: United Stated. 1988. p. 391-401
27