Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN

SERASAH DAN DEKOMPOSISI

OLEH :
KELOMPOK 7
MUTHIA MARLITA
NABILA TRISNA S.
TITA SONIA

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dalam bentuk makalah dengan
semampu kami. Kami juga berterima kasih kepada Dosen Pembimbing Mata Kuliah Ekologi
Tumbuhan yang telah memberikan kami inspirasi atau motivasi sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Dalam pembuatan tugas makalah ini, kami membahas sebuah makalah yang berjudul
tentang “SERASAH DAN DEKOMPOSISI” sebagai pemenuhan tugas Ekologi Tumbuhan.
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
pembuatan tugas makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari saudara/saudari, demi mengembangkan dan menyempurnakan isi makalah ini
di masa yang akan datang.

Padang, 21 Februari 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................

A. Latar Belakang Makalah..........................................................................


B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Tujuan Makalah.......................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN.........................................................................................

A. Produksi Serasah......................................................................................
B. Dekomposisi.............................................................................................
C. Proses Siklus Hara....................................................................................
D. Cadangan Karbon di Alam

BAB III. PENUTUP.................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran.........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang Makalah
Sumber energi primer bagi ekosistem adalah cahaya matahari. Energi cahaya mataharihanya
dapat diserap oleh organisme tumbuhan hijau dan organisme fotosintetik. Energicahaya
digunakan untuk mensintesis molekul anorganik menjadi molekul organik yangkaya energi.
Molekul tersebut selanjutnya disimpan dalam bentuk makanan dalamtubuhnya dan menjadi
sumber bahan organik bagi organisme lain yang heterotrof.Organisme yang memiliki
kemampuan untuk mengikat energi dari lingkungan disebut produsen.
Produksi bagi ekosistem merupakan proses pemasukan dan penyimpanan energidalam
ekosistem. Pemasukan energi dalam ekosistem yang dimaksud adalah pemindahanenergi cahaya
menjadi energi kimia oleh produsen. Sedangkan penyimpanan energi yangdimaksudkan adalah
penggunaan energi oleh konsumen dan mikroorganisme. Laju produksi makhluk hidup dalam
ekosistem disebut sebagai produktivitas.

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu Produksi Serasah?
b. Apakah yang dimaksud dekomposisi?
c. Apa itu cadangan karbon di alam

C. Tujuan Makalah
a.Mengetahui mengenai produksi serasah
b. Mengetahui dekomposisi
c. Mengetahui menganai karbon yang terdapat di alam
BAB II
PEMBAHASAN

A. PRODUKSI SERASAH
Produksi serasah merupakan bagian yang penting dalam transfer bahan organik dari
vegetasi ke dalam tanah. Unsur hara yang dihasilkan dari proses dekomposisi serasah di dalam
tanah sangat penting dalam pertumbuhan berbagai ekosistem. Dekomposisi merupakan proses
penting dalam fungsi ekologi. Organisme-organisme yang telah mati mengalami penghancuran
menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil, dan akhirnya menjadi partikel-partikel yang lebih
kecil lagi Dekomposisi serasah adalah salah satu dari tingkatan proses terpenting daur
biogeokimia dalam ekosistem hutan
Serasah dapat menciptakan lingkungan mikro setempat berbeda dengan pelepasan nutrisi
atau campuran phytotoxic selama pembusukannya, mengurangi erosi lahan dan
evapotranspiration (tetapi mungkin juga menahan curah hujan) dan mengurangi temperatur tanah
maksimum. Serasah juga dapat bertindak sebagai suatu faktor mekanik, merusakkan atau
membunuh semai ketika gugur ke tanah. Disana dapat juga terjadi efek tidak langsung pada
serasah daun, sebagai contoh, kelembaban yang lebih tinggi di dalam lapisan serasah dapat
menunjang pertumbuhan jamur patogen yang dapat kemudian menyerang semai

B. DEKOMPOSISI
Dekomposisi dapat didefinisikan sebagai penghancuran bahan organik mati secara
bertahap yang dilakukan oleh agen biologi maupun fisika
Menurut Hardjowigeno (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi penghancuran
(dekomposisi) bahan organik adalah
•Temperatur: temperatur tinggi, dekomposisi cepat. Menurut Soenardjo (1999) batasan
temperatur optimum untuk bakteri berkisar 27° -36 °C, yang sangat berpengaruh bagi
penguraian serasah mangrove dengan asumsi daun mangrove sebagai dasar metabolisme.
•Kelembaban: selalu basah, dekomposisi lambat
•Tata udara tanah: tata udara baik, dekomposisi cepat
•Pengolahan: tanah yang diolah, tata udaramenjadi baik, penghancuran bahan organik cepat
•pH: tanah dengan pH masam, penghancuran bahan organik lambat
Proses dekomposisi dimulai dari penghancuran atau pemecahan struktur fisik yang
mungkin dilakukan oleh hewan pemakan bangkai terhadap hewan-hewan mati atau hewan
hewan herbivor terhadap tumbuhan dan menyisakannya sebagai bahan organik mati yang
selanjutnya menjadi serasah, detritus dengan ukuran kecil.
Selama terjadinya dekomposisi juga terjadi mineralisasi unsur hara N, P, S dan unsur
hara mikro serta dibentuk pula senyawa humus. Perubahan-perubahan bentuk nitrogen dalam
tanah dari bahan organik melalui beberapa macam proses yaitu:
 Aminisasi: Pembentukan senyawa amino dari bahan organik (protein) oleh bermacam-
macam (heterogenous) mikroorganisme.
 Amonifikasi: Pembentukan amonium dari senyawa-senyawa amino oleh
mikroorganisme.
 Nitrifikasi: Perubahan dari amonium menjadi nitrit (oleh bakteri
Nitrosomonas), kemudian menjadi nitrat oleh Nitrobakter.

C. CADANGAN KARBON DI ALAM

Sekilas Tentang Karbon Cadangan karbon adalah kandungan karbon tersimpan baik itu
pada permukaan tanah sebagai biomasa tanaman, sisa tanaman yang sudah mati (nekromasa),
maupun dalam tanah sebagai bahan organik tanah. Perubahan wujud karbon ini kemudian
menjadi dasar untuk menghitung emisi, dimana sebagian besar unsur karbon (C) yang terurai ke
udara biasanya terikat dengan O2 (oksigen) dan menjadi CO2 (karbon dioksida). Itulah sebabnya
ketika satu hektar hutan menghilang (pohon-pohonnya mati), maka biomasa pohon-pohon
tersebut cepat atau lambat akan terurai dan unsur karbonnya terikat ke udara menjadi emisi. Dan
ketika satu lahan kosong ditanami tumbuhan, maka akan terjadi proses pengikatan unsur C dari
udara kembali menjadi biomasa tanaman secara bertahap ketika tanaman tersebut tumbuh
besar(sekuestrasi). Ukuran volume tanaman penyusun lahan tersebut kemudian menjadi ukuran
jumlah karbon yang tersimpan sebagai biomasa (cadangan karbon). Sehingga efek rumah kaca
karena pengaruh unsur CO2 dapat dikurangi, karena kandungan CO2di udara otomatis menjadi
berkurang. Namun sebaliknya, efek rumah kaca akan bertambah jika tanaman-tanaman tersebut
mati
Meningkatnya kandungan karbon dioksida (CO2) di udara akan menyebabkan kenaikan
suhu bumi yang terjadi karena efek rumah kaca. Panas yang dilepaskan dari bumi diserap oleh
karbon dioksida di udara dan dipancarkan kembali ke permukaan bumi, sehingga proses tersebut
akan memanaskan bumi. Keberadaan ekosistem hutan memiliki peranan penting dalam
mengurangi gas karbon dioksida yang ada di udara melalui pemanfaatan gas karbon dioksida
dalam proses fotosintesis oleh komunitas tumbuhan hutan (Indriyanto, 2006).
Hutan alami merupakan penyimpan karbon (C) tertinggi bila dibandingkan dengan
sistem penggunaan lahan (SPL) pertanian, dikarenakan keragaman pohonnya yang tinggi,
dengan tumbuhan bawah dan seresah di permukaan tanah yang banyak (Hairiah dan Rahayu,
2007). Pembukaan hutan untuk dijadikan lahan pertanian baru dapat menyebabkan pelepasan
karbon (C) ke atmosfer. Karbon (C) yang pada awalnya tersimpan dalam pepohonan dan
tanaman lainnya dilepaskan melalui pembakaran (dalam bentuk asap) atau terdekomposisi diatas
ataupun dibawah permukaan tanah sewaktu pembukaan lahan (land clearing) (Hairiah et al.,
2011).
Penelitian mengenai karbon tersimpan perlu dilakukan untuk mengetahui
perubahankarbon tersimpan di suatu kawasan akibat konversi penggunaan lahan. Konversi
penggunaan lahan dapat dipantau dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh. Integrasi
data lapang dan data spasial perubahan penggunaan lahan akan memberikan referensi dalam
mengetahui perubahan karbon tersimpan di atas dan di bawah permukaan pada suatu area.
Pendugaan Cadangan Karbon
Pada Berbagai Tingkat Lahan Pada ekosistem daratan, cadangan karbon disimpan dalam
3 komponen pokok, yaitu:
1. Bagian hidup (biomasa): massa dari bagian vegetasi yang masih hidup yaitu batang,
ranting dan tajuk pohon (berikut akar atau estimasinya), tumbuhan bawah atau gulma dan
tanaman semusim.
2. Bagian mati (nekromasa): massa dari bagian pohon yang telah mati baik yang masih
tegak di lahan (batang atau tunggul pohon), kayu tumbang/tergeletak di permukaan tanah,
tonggak atau ranting dan daun-daun gugur (seresah) yang belum terlapuk.
3. Tanah (bahan organik tanah): sisa makhluk hidup (tanaman, hewan dan manusia) yang
telah mengalami pelapukan baik sebagian maupun seluruhnya dan telah menjadi bagian dari
tanah. Ukuran partikel biasanya lebih kecil dari 2 mm.
Berdasarkan keberadaannya di alam, ketiga komponen karbon tersebut dapat
dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:
a. Karbon di atas permukaan tanah, meliputi:
•Biomasa pohon,proporsi terbesar cadangan karbon di daratan umumnya terdapat pada
komponen pepohonan. Untuk mengurangi tindakan perusakan selama pengukuran, biomasa
pohon dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan allometri yang didasarkan pada
pengukuran diameterbatang (dan tinggi pohon, jika ada).
•Biomasa tumbuhan bawah, t umbuhan bawah meliputi semak belukar yang berdiameter
batang < 5 cm, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan atau gulma. Estimasi biomasa tumbuhan
bawah dilakukan dengan mengambil bagian tanaman (melibatkan perusakan).
•Nekromasa,batang pohon mati baik yang masih tegak atau telah tumbang dan tergeletak
dipermukaan tanah, yang merupakan komponen penting dari C dan harus diukur pula agar
diperoleh estimasi cadangan karbon yang akurat.
•Seresah, Seresahmeliputi bagian tanaman yang telah gugur berupa daun dan ranting-
ranting yang terletak di permukaan tanah.

b. Karbon di dalam tanah, meliputi:


•Biomasa akar, akar mentransfer karbon dalam jumlah besar langsung ke dalam tanah,
dan keberadaannya dalam tanah bisa cukup lama. Pada tanah hutan biomasa akar lebih
didominasi oleh akar-akar besar (diameter > 2 mm), sedangkan pada tanah pertanian lebih
didominasi oleh akar-akar halus yang lebih pendek daur hidupnya. Biomasa akar dapat pula
diestimasi berdasarkan diameter akar (akar utama), sama dengan cara untuk mengestimasi
biomasa pohon yang didasarkan pada diameter batang.
•Bahan organik tanah, sisa tanaman, hewan dan manusia yang ada di permukaan dan di
dalam tanah, sebagian atau seluruhnya dirombak oleh organisme tanah sehingga melapuk dan
menyatu dengan tanah, dinamakan bahan organik tanah ( Hairiah et al., 2011).
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Dekomposisi dapat didefinisikan sebagai penghancuran bahan organik mati secara
bertahap yang dilakukan oleh agen biologi maupun fisika. Produksi serasah merupakan
bagian yang penting dalam transfer bahan organik dari vegetasi ke dalam tanah. Unsur hara
yang dihasilkan dari proses dekomposisi serasah di dalam tanah sangat penting dalam
pertumbuhan berbagai ekosistem. Dekomposisi adalah proses penghancuran dan penguraian
bahanorganik yang berasal dari tumbuhan dan binatang yang telah mati secara gradual
(sedikit demi sedikit) oleh agen biologi (organisme tanah) maupun agen fisika (lingkungan
abiotik) sehingga menjadi senyawa-senyawa anorganik sederhana (unsur hara) yang tersedia
dan dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini, sehingga penulis menyarankan untuk menambah referansi agar lebih memahami
tentang produktivitas lebih tepatnya pada materi produktifitas seraha, dekomposisi, dan daur
hara serta cadangan karbon di alam
DAFTAR PUSTAKA

Ardhana, I Putu Gede. 2012. Ekologi Tumbuhan. Denpasar: Udayana University Press
Arisandi, P. 2002. Dekomposisi Serasah Mangrove. Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi
Lahan Basah-ECOTON.
Hardiwinoto, S. Haryono, S. Fasis, M. Sambas, S. 1994. Pengaruh Sifat Kimia Terhadap
Tingkat Dekomposisi. 2(4):25-36.
Hardjowigeno, H, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo. Jakarta
Odum, Eugene. 1993. Dasar-DasarEkologi. Yogyakarta: UGMPress
Zamroni, Y. dan Immy, S. R. 2008. Produksi Serasah Hutan Mangrove di Perairan Pantai
Teluk Sepi, Lombok Barat. Volume 9, Nomor 4 Oktober 2008, Halaman: 284-287.

Anda mungkin juga menyukai