UJI FITOKIMIA
Oleh :
JUWITA FRANSISKA
1703110157
Biologi-B 2017
LABORATORIUM BOTANI
JURUSAN BIOLOGI
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fitonutrien atau yang sering disebut fitokimia dalam arti luas adalah segala
jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran
dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih
sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan
pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek
yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan
penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien
dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi
metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit
defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi
tersebut (Anibijuwon, 2009)
Fitokimia merupakan senyawa yang begitu bermanfaat sebagai antioksidan
dan mencegah kanker juga penyakit jantung. Beberapa studi pada manusia dan hewan
membuktikan zat-zat kombinasi fitokimia ini didalam tubuh memiliki fungsi tertentu
yang berguna bagi kesehatan. Kombinasi itu antara lain menghasilkan enzim-enzim
sebagai penangkal racun, merangsang sistem pertahanan tubuh, mencegah
penggupalan keeping-keeping darah, menghambat sintesa kolesterol dihati,
meningkatkan metabolisme hormon dan menimbulkan efek anti bakteri .
(Anibijuwon, 2009)
1.4 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fitonutrien atau yang sering disebut fitokimia dalam arti luas adalah segala
jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran
dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih
sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan
pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek
yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan
penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien
dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi
metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit
defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi
tersebut (Anibijuwon, 2009)
Alasan lain melakukan fitokimia adalah untuk menentukan ciri senyawa aktif
penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukan oleh ekstrak
tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem biologis. Pemanfaatan prosedur fitokimia
telah mempunyai peranan yang mapan dalam semua cabang ilmu tumbuhan.
Meskipun cara ini penting dalam semua telaah kimia dan biokimia juga telah
dimanfaatkan dalam kajian biologis.Sejalan dengan hal tersebut analisis fitokimia
merupakan bagian dari ilmu farmakognosi yang mempelajari metode atau cara
analisis kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan atau hewan secara
keseluruhan atau bagian-bagiannya, termasuk cara isolasi atau pemisahannya.
(Mahatriny, 2014 )
Pada tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang
menjadi satu disiplin ilmu tersendiri, berada diantara kimia organik bahan alam dan
biokimia tumbuhan, serta berkaitan dengan keduanya. Bidang perhatiannya adalah
aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu
mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya,
penyebarannya secara ilmiah dan fungsi biologisnya Keanekaragaman dan jumlah
struktur molekul yang dihasilkan oleh tumbuhan banyak sekali, demikian juga laju
pengetahuan tentang hal tersebut. Dengan demikian masalah utama dalam penelitian
fitokimia adalah menyusun data yang ada mengenai setiap golongan senyawa
khusus. Kandungan kimia tumbuhan dapat digolongkan menurut beberapa cara.
Pengolahan didasarkan pada asal biosintesis, sifat kelarutan dan adanya gugus fungsi
kunci tertentu.
Golongan Senyawa Metabolit Sekunder
Metabolit atau metabolisme adalah keseluruhan proses sintesis senyawa-
senyawa oleh organ dalam jaringan atau sel individu dalam kelangsungan hidupnya.
Proses ini berlangsung selama individu atau organisme masih hidup bahkan pada
jaringan organisme yang telah mati dan pada umumnya metabolisme primer dan
metabolisme sekunder.metabolik sekunder adalah hasil metabolisme yang disintesis
oleh beberapa organisme tertentu yang tidak merupakan kebutuhan pokok untuk
hidup dan tumbuh. Meskipun demikian, metabolik sekunder dapat berfungsi sebagai
nutrien darurat untuk pertahanan hidup. ( Wati 2017 )
Proses-proses kimia jenis lain yang terjadi hanya pada spesies tertentu
sehingga memberikan produk yang berlainan, sesuai dengan spesiesnya merupakan
senyawa-senyawa metabolik sekunder. Berperan dalam kelangsungan hidup dan
perjuangan menghadapi spesies-spesies lain berupa zat kimia untuk pertahanan,
penarik seks, dan feromen.
a. Alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir pada
semua jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen
yang biasanya bersifat basa dan membentuk cincin heterosiklik
Alkaloid dapat ditemukan pada biji, daun, ranting dan kulit kayu dari tumbuh-
tumbuhan. Kadar alkaloid dari tumbuhan dapat mencapai 10-15%. Alkaloid
kebanyakan bersifat racun, tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan.
Alkaloid merupakan senyawa tanpa warna, sering kali bersifat optik aktif,
kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya
nikotin) pada suhu kamar ( Ariyanti et al 2013 )
Suatu cara mengklasifikasi alkaloid adalah didasarkan pada jenis cincin
heterosiklik nitrogen yang terikat. Menurut klasifikasi ini alkaloid dibedakan menjadi
; pirolidin (1), piperidin (2), isoquinolin (3), quinolin (4) dan indol (5).
b. Flavonoid
Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam
terutama pada jaringan tumbuhan tinggi. Senyawa ini merupakan produk metabolik
sekunder yang terjadi dari sel dan terakumulasi dari tubuh tumbuhan sebagai zat
racun
Senyawa flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon dalam inti dasarnya
yang tersusun dalam konfigurasi C6 - C3 – C6. Susunan tersebut dapat menghasilkan
tiga struktur yaitu: 1,3-diarilpropana (flavonoid), 1,2-diarilpropana (isoflavonoid),
2,2-diarilpropana (neoflavonoid).
Menurut Markham (1982), flavonoid merupakan senyawa polar karena
mempunyai gugus hidroksil yang tak tersulih, atau suatu gula, sehingga flavonoid
cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol dan air.
Flavonoid umumnya terikat pada gula sebagai glukosida dan aglikon
flavonoid. Uji warna yang penting dalam larutan alkohol ialah direduksi dengan
serbuk Mg dan HCl pekat. Diantara flavonoid hanya flavalon yang menghasilkan
warna merah ceri kuat
c. Terpenoid
Semua terpenoid berasal dari molekul isoprena, CH2=C(CH3)-CH=CH2 dan
kerangka karbonya dibangun oleh penyambungan dua atau lebih satuan C 5 ini.
Walaupun demikian, secara biosintesis senyawa yang berperan adalah isopentil
pirofosfat, CH2=C(CH3)-(CH)2OPP, yang terbentuk dari asetat melalui asam
mevalonat, CH2OHCH2C(OH,CH3)-CH2CH2COOH. Isopentil piropospat terdapat
dalam sel hidup dan berkesinambungan dengan isomernya, dimetilalil piropospat,
(CH3)2C=CHCH2OPP.
Berdasarkan kenyataan ini, terpenoid dikelompokan dalam 5 bagian:
a. Monoterpen terdiri dari dua unit C5 atau 10 atam karbon.
b. Siskuisterpen terdiri dari tiga unit C5 atau 15 atom karbon
c. Diterpen terdiri dari empat unit C5 atau 20 atom karbon
d. Triterpen terdiri dari enam unit C5 atau 30 atom karbon
e. Tetraterpen terdiri dari delapan unit C5 atau 40 atom karbon
Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat didalam
sitoplasma sel tumbuhan. Biasanya diekstraksi memakai petrolium eter, eter atau
kloroform dan dapat dipisahkan secara kromatografi pada silika gel dengan pelarut
ini ( Agustina 2016 )
Steroid adalah terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk dari sistem cincin
siklopentana prehidrofenantrena. Steroid merupakan golongan senyawa metabolik
sekunder yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Hormon steroid pada umumnya
diperoleh dari senyawa-senyawa steroid alam terutama dalam tumbuhan( Lailani
2009).
Secara kimia terdapat dua jenis tanin, yaitu: (1) tanin terkondensasi atau
flavolan dan (2) tanin yang terhidrolisis.
1. Tanin terkondensasi atau flavolan
Tersebar luas dalam tumbuhan angiospermae, terutama pada tumbuhan-
tumbuhan berkayu. Nama lainnya adalah proantosianidin karena bila direaksikan
dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan
dibebaskanlah monomer antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah
prosianidin karena bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin.
Proantosianidin dapat dideteksi langsung dengan mencelupkan jaringan tumbuhan ke
dalam HCl 2M mendidih selama setengah jam yang akan menghasilkan warna merah
yang dapat diekstraksi dengan amil atau butil alkohol. Bila digunakan jaringan
kering, hasil tanin agak berkurang karena terjadinya pelekatan tanin pada tempatnya
didalam sel.
2. Tanin yang terhidrolisis
Terbatas pada tumbuhan berkeping dua. Terutama terdiri atas dua kelas, yang
paling sederhana adalah depsida galoiglukosa. Pada senyawa ini glukosa dikelilingi
oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Jenis kedua, inti molekul berupa senyawa
dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat yang berikatan dengan glukosa.
Bila dihidrolisis menghasilkan asam angelat. Cara deteksi tanin terhidrolisis adalah
dengan mengidentifikasi asam galat/asam elagat dalam ekstrak eter atau etil asetat
yang dipekatkan ( Aryadi 2014 )
Steroid adalah molekul kompleks yang larut di dalam lemak dengan 4 cincin
yang saling bergabung (Lehninger, 1982). Steroid terdapat dalam hampir semua tipe
sistem kehidupan. Dalam binatang banyak steroid bertindak sebagai hormon. Steroid
ini, demikian pula steroid sintetikdigunakan meluas sebagai bahan obat) Steroid atau
sterol adalah triterpenena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana
perhidrofenantrena Senyawa ini biasanya diidentifikasi dengan reaksi lieberman-
burchard (anhidrat asetat-H2SO4) yang memberikan warna hijau kehitaman sampai
biru . ( Ramiyani 2016 )
Alang -alang merupakan salah satu jenis gulma yang sering ditemukan oleh
manusia di lahan perkebunan dan lahan yang tidak digunakan oleh manusia. Alang —
alang dengan mudah dan cepat merambat karena memiliki akar yang panjang
berwarna putih dan dapat menjalar ke dalam tanah.Daun insulin merupakan salah satu
tumbuhan yang digunakan masyarakat dalam mengatasi diabetes melitus, rebusan
daun ini dipercaya berkhasiat dalam mengobati diabetes melit. Metabolit sekunder
yang terkandung dalam masing-masing tumbuhan yaitu diantaranya flavonoid,
saponin, fenolik, kuinon dan tannin.
1. Uji Alkaloid
Sampel tanaman ditimbang 4 g kemudian dihaluskan dan ditambahkan larutan
kloroform secukupnya dan dihaluskan kembali. Setelah itu, tambahkan
amoniak-kloroform sebanyak 10 ml. Kemudian larutan tersebut disaring
kedalam tabung reaksi dan filtrat ditambahkan H2SO4 2N sebanyak 10 tetes.
Kemudian larutan Dikocok dan diamkan beberapa menit hingga terbentuk dua
lapisan. Lapisan bagian atas dipindahkan ke dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan pereaksi Dragendrof sebanyak 3 tetes. Uji positif keberadaan
Alkaloid : larutan membentuk endapan merah jingga hingga Coklat.
2. Uji Flavonoid
Sampel tanaman 200 mg diiris halus dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Setelah itu, tambahkan ethanol 70% sebanyak 5 ml dan dipanaskan selama 5
menit. Kemudian tambakan HCl pekat 3 tetes, lalu tambahkan 0,2 gram bubuk
magnesium. Uji positif: terbentuk warna jingga hingga merah tua selama 3
menit.
3. Uji Saponin
Sampel tanaman 2 gram diiris halus dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Kemudian tambahkan Aquades sampai terendam seluruhnya. Selanjutnya,
didihkan selama 2-3 menit, kemudian dinginkan dan dikocok kuat-kuat. Uji
positif: terbentuk buih selama 15 menit secara stabil.
4. Uji Tanin
Sampel tanaman 20 mg diiris halus dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Kemudian tambahkan ethanol 70% sampai terendam seluruhnya.. selanjutnya
larutan tersebut diambil sebanyak 1 ml dan dipindahkan kedalam tabung
reaksi. Setelah itu, tambakan dengan larutan FeCl3 1% sebanyak 2-3 Tetes.
Uji positif: terbentuk warna hijau atau hitam kebiruan pada larutan.
1. Daun papaya
Alkaloid :
Daun muda & tua +
Tannin :
Daun muda dan tua -
Flavon :
Daun muda dan tua +
Saponin :
daaun muda +
daun tua -
Steroid:
Daun muda dan tua +
Terpenoid :
Daun tua dan muda –
Flavon -
Saponin -
Tannin -
Steroid +
Terpen -
Saponin -
Tannin –
Flavonoid -
Saponin +
Tanin -
Flavonoid :
Daun muda dan tua +
Saponin :
Daun muda dan tua –
Tannin:
Daun muda –
Daun tua +
Steroid:
Daun muda dan tua +
terpenoid :
daun muda dan tua +
Flavonoid -
Saponin +
Tannin -
Steroid –
Terpenoid +
Flavonoid -
Saponin -
Tannin -
Steroid +
terpen -
8. Daun Insulin
Alkaloid :
Daun muda –
Daun tua -
Flavonoid:
Daun muda +
Daun tua -
Saponin :
Daun muda –
Daun tua +
Tanin :
Daun muda –
Daun tua -
Steroid :
Daun muda & muda +
Terpenoid
Daun muda & tua +
9. Daun Manggis
Alkaloid :
Daun muda –
Daun tua -
Flavonoid :
Daun muda +
Daun tua +
Saponin :
Daun muda +
Daun tua +
Tanin:
Daun muda –
Daun tua -
Steroid :
Daun muda +
Daun tua –
Terpenoid :
Daun muda –
Terpenoid tua -
Flavonoid :
Daun muda –
Daun tua -
Saponin :
Daun muda +
Daun tua +
Tanin :
Daun muda -
Daun tua -
Steroid :
Daun muda dan tua +
Terpenoid :
Daun muda dan tua -
Flavonoid :
Daun muda –
Daun tua -
Saponin :
Daun muda +
Daun tua +
Tanin :
Daun muda +
Daun tua +
Steroid :
Daun muda +
Daun tua +
Terpenoid :
Daun muda -
Daun tua -
Flavonoid :
Daun muda +
Daun tua +
Saponin :
Daun muda +
Daun tua -
Tanin:
Daun muda +
Daun tua +
Steroid :
Daun muda dan tua -
Terpenoid :
Daun muda dan tua +
Flavonoid:
Daun muda dan tua -
Saponin:
Daun muda dan tua +
Tanin :
Daun muda dan tua -
Steroid :
Daun muda dan tua +
Terpenoid :
Daun muda dan tua -
Flavonoid :
Daun muda +
Daun tua +
Saponin :
Daun muda -
Daun tua +
Tanin :
Daun muda & tua -
Steroid :
Daun muda & tua +
Terpenoid :
Daun muda & tua -
Flavonoid :
Daun muda & tua +
Saponin :
Daun muda dan tua +
Tanin :
Daun muda & tua -
Steroid :
Daun muda & tua +
Terpenoid :
Daun muda & tua +
4.2 pembahasan
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki varietas bahan
hayati yang bermanfaat. Bahan-bahan hayati telah digunakan oleh manusia untuk
memenuhi berbagai keperluan hidup. Indonesia yang beriklim tropis memiliki sumber
daya alam hayati yang sangat beraneka ragam yang memproduksi beraneka ragam
senyawa kimia karbon alami.
Salah satu buah tersebut adalahdaun pepaya (Carica papaya) yang sangat
bermanfaat bagi pengobatan. Bermanfaatnya daun pepaya (Carica papaya)
disebabkan karena banyaknya kandungan senyawa yang terdapat didalamnya.
Fitokimia merupakan suatu teknik analisis kandungan kimia di dalam bagian-
bagian tumbuhan (akar, batang, ranting, daun, biji, dan buah). Analisis fitokimia
barsifat kualitatif sehingga kandungan kimia dalam suatu tumbuhan dapat diketahui
dengan metode fitokimia. Secara umum kandungan kimia tumbuhan dapat di
kelompokan ke dalam golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, polivenol, dan
kuinon. Untuk identivikasi senyawa-senyawa tersebut yang terdapat pada tumbuhan
berdasarkan endapan dan warna yang ditimbulkan dengan menggunakan peraksi-
peraksi yang spesifik dan khusus.
Pada praktikum kali ini, dilakukan uji fitokimia pada daun pepaya (Carica
papaya). Uji fitokimia secara umum dilakukan dengan terlebih dahulu menghaluskan
sampel/daun pepaya dengan lumpang, sehingga ukuran partikel sampel
menjadi sangat kecilsehingga memudahkan kandungan kimia dari bahan atau sampel
tersebut dapat tersaringdengan baik. Pada praktikum uji fitokimia ini dilakukan
uji alkaloid, uji flavonoid, uji tannin, saponin uji steroid dan terpen .
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir pada
semua jenis tumbuhan yang merupakan senyawa turunan yang mengandung unsur
nitrogen (umumnya dalam cincin) yang terdapat pada mahluk hidup. Pada uji ini
sampel yang akan dilihat kandungan alkaloidnya terlebih dahulu digerus. Proses
penggerusan ini bertujuan untuk menghancurkan dinding sel yang sifatnya kaku
sehingga senyawa target (metabolit sekunder) yang berada dalam vakuola mudah
untuk diambil. Setelah itu ditambahkan dengan kloroform yang bertujuan untuk
mengambil atau melarutkan senyawa yang ada di dalam daun tersebut dan kemudian
diekstraksi dengan kloroform amoniakal. Proses ekstraksi dengan kloroform
amoniakal ini bertujuan untuk memutuskan ikatan antara asam tanin dan alkaloid
yang terikat secara ionik dimana atom N dari alkaloid berikatan silang stabil dengan
gugus hidroksifenolik dari asam tanin tersebut. Dengan terputusnya ikatan tersebut
alkaloid akan bebas sedangkan asam tanin akan terikat pada kloroform amoniakal.
Setelah itu disaring dan filtratnya dimasukkan ke dalam corong pisah dan
ditambahkan asam sulfat 2 N yang bertujuan untuk mengikat kembali alkaloid
menjadi garam alkaloid agar dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi logam yang
spesifik untuk alkaloid yang menghasilkan kompleks garam anorganik yang tidak
larut sehingga terpisah dengan metabolit sekunder lainnya. Penambahan asam sulfat 2
N ini mengakibatkan larutan terbentuk menjadi 2 fase karena adanya perbedaan
tingkat kepolaran antara fase aquades yang polar dan kloroform yang relatif kurang
polar.
Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas (fasa aquades), sedangkan
lapisan kloroform berada pada lapisan bawah karena memiliki massa jenis yang lebih
besar. Setelah terbentuk 2 lapisan hanya pada lapisan asam sulfat yang diambil yang
dimaksudkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan pereaksi meyer yang bertujuan
untuk mendeteksi alkaloid, dimana pereaksi ini akan berikatan dengan alkaloid
melalui ikatan koordinasi antara atom N alkaloid dengan Hg pereaksi meyer sehingga
menghasilkan senyawa kompleks merkuri yang non polar. Hasl uji positif pada
senyawa alkaloid apabila membentuk endapan merah jingga hingga coklat, dan hasil
yang kami dapatkan yakni positif dimana terdapat senyawa alkaloid dalam daun
papaya
Pada uji tannin sampel diiris sehalus mungkin untuk menghancurkan
dinding sel yang sifatnya kaku sehingga senyawa target (metabolit sekunder) yang
berada dalam vakuola mudah diambil. Kemudian sampel ditambahkan larutan
FeCl3 menghasilkan warna biru kehitaman yang menandakan (+)
tannin/polifenol,dan berdasarkan hasil uji yang telah kami lakukan didaptkan hasil
yang negative pada daun papaya dimana tidak terjadi perubahan warna melainkan
warna larutan menjadi bening .
Flavanoid adalah suatu kelompok senyawa fenol alam yang memiliki
kerangka dasar karbon terdiri atas 15 atom C yang tersusun dalam konfigurasi C 6–
C3–C6, dimana dua cincin benzen dihubungkan oleh tiga satuan atom C yang dapat
atau tidak dapat membentuk cincin. Dalam tumbuhan, flavanoid disintesis dari tiga
unit asetat malonat (cincin A) dan fenil propanoid (cincin B dan C). Dalam
tumbuhan, flavanoid tersebar merata dalam akar, daun, kulit, tepung saring, bunga
dan biji. Sifat kimia dari flavanoid yaitu polar atau semi polar, larut dalam methanol,
etanol, n-butanol, air dan eter serta kloroform. Sedangkan sifat fisikanya yaitu
padat/kristal, tidak berbau, dan tidak berwarna. Flavanoid dapat dideteksi dengan
logam Mg, Cu, larutan NaOH, H2SO4 pekat.
Pada uji flavanoid ini, mula-mula sampel diiris halus untuk menghancurkan
dinding sel yang sifatnya kaku sehingga senyawa targetnya (metabolit sekunder) yang
berada dalam vakuola mudah diambil. Sampel kemudian diekstraksi dengan ethanol.
Digunakan ethanol karena flavanoid relatif polar sehingga dapat larut dalam eethanol.
Selain itu ethanol juga merupakan pelarut universal yang dapat bersifat polar dan
nonpolar.. Pemanasan dilakukan karena sebagian besar golongan flavonoid dapat
larut dalam air panas. Hasil positif yang diperoleh dari skrining senyawa flavonoid
ini adalah warna jingga hingga merah tua. Hasil yang diperoleh sesuai dengan apa
yang diharapkan. Menurut Robinson (1995), warna merah yang dihasilkan
menandakan adanya flavonoid akibat dari reduksi oleh asam klorida pekat dan
magnesium. Magnesium bereaksi seperti mendidih ketika dilarutkan dengan HCl dan
etanol. Sesuai dengan Robinson (1995), Efek antioksidan yang terkandung dalam
flavonoid dapat mencegah penyakit-penyakit kronis dan degeneratif seperti penyakit
jantung. Kanker, arthritis, stroke dan penyakit Alzheimer.
OH OH
HCl
N N
H
Alkaloid (pelletierine) H H
+ Cl-
OH OH
+ BiHI4 + HI
N N
H
alkaloid Bi I3
H
Sedangkan hasil uji pada manga menunjukan hasil positif flavonoid, tanin, saponin,
dan terpenoid, menurut nurdiyanti (2016) hasil uji ini mengandung kuinon, terpenoid
dll, Tanin merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksi (turunan benzena)
yang dapat larut dalam air karena adanya ikatan hidrogen antara gugus hidroksil yang
dimiliki tanin dengan molekul air, Tanin yang bersifat polar akan larut dalam air yang
bersifat polar, hal ini sesuai dengan prinsip “like dissolve like”. Kelarutan tanin yang
tinggi terjadi dalam keadaan panas karena alasan inilah maka dilakukan proses
pendidihan agar tanin yang terlarut semakin banyak akan tetapi dalam uji tanin
ini,akan tetapi kami tidak melakukan pendidihan . Selain itu proses pendidihan juga
berfungsi untuk memecah ikatan-ikatan pada tanin sehingga dihasilkan bentuk
monomer-monomer tanin bebas. Larutan ditambahkan FeCl3 1%. Penambahan FeCl3
berfungsi sebagai sumber atom pusat, dimana tanin merupakan ligan yang
membutuhkan atom pusat untuk membentuk kompleks yang stabil, sehingga
terbentuklah kompleks antara atom pusat Fe3+ dengan ligan tanin. Uji positif yaitu
terbentuk pada larutan yaitu berwarna hijau atau hitam kebiruan pada larutan.
Hasil uji fitokimia manggis menunjukan hasil poitif flavonoid, saponin, dan
steroid, menurut pangow et.al ( 2018) uji fitokimianya terdapat tanin , sapononin, dan
lainnya. Pembentukkan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi sampel daun
merupakan bukti bahwa dalam sampel tersebut mengandung saponin. Identifikasi
saponin pada percobaan ini merupakan suatu uji yang sederhana, dimana sampel
diiris halus lalu ditambahkan dengan akuades kemudian dilakukan pengocokkan, lalu
diperhatikan apakah ada terbentuk busa tahan lama pada permukaan cairan.
Percobaan selanjutnya yaitu mengidentifikasi flavonoid dalam sampel. Prinsip reaksi
uji flavonoid adalah reaksi oksidasi reduksi, dimana senyawa flavonoid akan
direduksi oleh gas hidrogen hasil reaksi antara pita Mg dan HCl. Selanjutnya senyawa
hasil reduksi akan membentuk senyawa komplek dengan Mg2+ yang merupakan
senyawa berwarna merah. menyatakan bahwa perubahan warna yang terjadi yaitu
kuning, jingga, dan merah.
Uji daun pegagagan yang digunakan dalam praktikum kami ini adalah hasil
kultur, yang kami dapat dari praktikum kami adalah saponin dan steroid . uji
penelitian yang lain mendapatkan hasil senyawa steroid dan triterpen pada daun ini.
Mungkin hal ini terjadi karna takaran larutan yang tidak sesuia pada saat
menambahkan kedalam sampel . . Uji positif terhadap steroid adalah jika terbentuk
larutan berwarna hijau asarkan kebiruan. Sedangkan uji positif terhadap terpenoid
adalah jika terbentuk warna jingga atau ungu . . Metode pengujian saponin dilakukan
dengan mendidihkan daun pegagan yang telah dihaluskan ke dalam air. Tujuan
pendidihan ini adalah untuk memperbesar kelarutan saponin dalam air, kerena
saponin larut dalam air . Setelah didinginkan , kemudian dikocok secara vertikal
hingga terbentuk busa. Hal ini disebabkan saponin merupakan senyawa yang bersifat
seperti sabun, dimana memiliki gugus hidrofil dan hidrofob yang dapat bertindak
sebagai permukaan aktif dalam pembentukan busa.
Uji positif untuk saponin adalah dengan terbentuknya busa yang stabil.
Saponin dapat larut dalam air karena adanya gugus hidrofil (OH) yang dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Sedangkan uji steroid dengan
Penambahan H2SO4 pekat bertujuan untuk mendekstruksi kompleks asetil steroid.
H2SO4 pekat lebih bersifat reaktif jika bereaksi dengan steroid dibandingkan dengan
asam asetat anhidrat. Hal ini dikarenakan kemampuan H2SO4 yang lebih mudah
masuk mengatasi efek sterik yang besar dari molekul steroid sehingga senyawa
kompleks yang dihasilkan lebih stabil dari kompleks asetil steroid. Uji positif
terhadap steroid adalah jika terbentuk larutan berwarna hijau asarkan kebiruan
BAB V
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji Fitokimia yang dilakukan dari beberapa daun yang
digunakan maka dapat disimpulkan bahwa daun pucuk merah, daun
mengkudu,dan daun papaya positif mengandung senyawa alkaloid,daun taca
2,daun daun manga,daun daun manggis,daundaun papaya,dan daun ketapang
positif mengandung senyawa flavonoid,daun pucuk merah,daun tacca 1,daun
tacca 2,daun tacca 3,daun manga,daun manggis,daun manggis kultur,daun
papaya,daun pegagan,dan daun sirsak positif mengandung senyawa saponin.
Daun mangga dan daun manggis positif mengandung senyawa tanin, sedangkan
daun pucuk merah,daun mengkudu,daun daun tacca 2, daun manggis,daun
manggis kultur,daun papaya, daun alang-alang,daun pegagandaun rumput
teki,daun sirsak dan daun ketapang positif mengandung steroid, sedangkan
daun yang mengandung senyawa terpenoid adalah daun tacca 2,daun
mangga,daun manggis kultur,umbi alang-alang,daun ketapang, dan daun alang-
alang.
1.2. Saran
Saran bagi peneliti selanjutnya adalah perlu adanya penelitian lebih lanjut
tentang Skrining Fitokimia Daun Sirsak (Annona muricata L.) khususnya terkait
senyawa bioaktif lainnya, dan juga terkait penelitian kuantitif atau uji kadar
kandungan senyawa bioaktif sehingga akan diperoleh data lanjutan mengenai
hasil Skrining Fitokimia.
DAFTAR PUSTAKA
Anibijuwon II, Udeze AO. 2009. Antimicrobial activity of carica papaya on some
pathogenic organism of clinical origin from south- westerm Nigeria. Ethnobot
leaflets 13: 850-854.
Astuti.V.F. 2014. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Daun Ialang
(Imperata cylindrica) Terhadap Escherichia coli dan Pseudomonas
aeruginosa Multi resisten. Universitas Muhamadiyah Surakarta : Surakarta.
Agustina. S., Ruslan., Agrippina. W. 2016. Skrining Fitokimia Tanaman Obat di
Kabupaten Bima. Jurnal Cakra Kimia. 4(1) :2302-7374.
Amanatie, Edy. S. 2015. Structure Elucidation of the Leaf of Tithonia diversifolia
(Hemsl) Gray. Jurnal Sains dan Matematika. 23 (4): 101-106.
Ariyanti. D.M, Khairul. A., dan Dewi. K. 2013. Identifikasi Senyawa Flavonoid dari
Daun Ketapang Kencana (Terminalia muelleri Benth.) dan Uji Aktivitas
Sebagai Antibakteri Penyebab Bau Badan. Chem Info. 1(1) : 94 – 100.
Aryadi . 2014. Pengaruh ekstrak mengkudu terhadap perumbuhan staphylococcus
aureus sebagai peyebab abses periodontal secara in vitro . skripsi .
Denpasar : universitas mahasaraswati denpasae . Campbell . 2012 . biologi
jilid 1. Jakarta : erlangga
Bilal. A.S, Haminudin.M. 2018. Potensi Ekstrak Umbi Rumput Teki (Cyperus
rotundus L.) Sebagai Larvasida Terhadap Larva Nyamuk (Culex sp). Jurnal
Ilmiah Farmasi.7(4) : 2302 – 2493
Laila.P.K. 2009. Analisis fitokimia dan penampilan polapita protein tanaman
pegagan. Hasil konservasi in vitro. Bul. Litro. 20(1): 11-20
Martin. A. F.dan Asteria. A., 2012. Uji Fitokiia dan Aktivitas Antioksidan Pada
Tanaman Ex Vitro dan In Vitro Tacca leontopetaloides. Psossiding Seminar
Nasional “Kimia Pembangunan”. 0854-4778.
Mahatriny NN,NPS payani,I B M oka, dan K W astute . 2014. Skrining fitokimia
ekstrak etanol daun papaya yang diperoleh dari daerah ubud, kabupaten
gianyar , bali . jurnal farmasi udayana . 3(1) : 8-13
Putri. A.H., Hendri. B., dan Nuning. N. 2016. Uji Efektifitas Ekstrak Rimpang
Rumput Teki (Cyrperus rotundus) Dengan Obat Imodium Terhadap
Antidiare Pada Mencit (Mus musculus) Jantan yang Diinduksi Oleum
Ricini). Jurnal Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati. 3(2): 25-
32.
Wati. M, Erwin dan Daniel. T. 2017. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit
Sekunder Dari FraksiEtil Asetat Pada Daun Bewarna Merah Pucuk Merah.
(Syzygium myrtifilium Walp). Jurnal Kimia FMIPA Unmul. 14(2) : 1693-
5616.