Anda di halaman 1dari 43

Pekanbaru, 23 Desember 2019

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME TUMBUHAN

UJI FITOKIMIA

Oleh :

JUWITA FRANSISKA

1703110157

Biologi-B 2017

LABORATORIUM BOTANI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2019
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Fitonutrien atau yang sering disebut fitokimia dalam arti luas adalah segala
jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran
dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih
sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan
pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek
yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan
penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien
dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi
metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit
defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi
tersebut (Anibijuwon, 2009)
Fitokimia merupakan senyawa yang begitu bermanfaat sebagai antioksidan
dan mencegah kanker juga penyakit jantung. Beberapa studi pada manusia dan hewan
membuktikan zat-zat kombinasi fitokimia ini didalam tubuh memiliki fungsi tertentu
yang berguna bagi kesehatan. Kombinasi itu antara lain menghasilkan enzim-enzim
sebagai penangkal racun, merangsang sistem pertahanan tubuh, mencegah
penggupalan keeping-keeping darah, menghambat sintesa kolesterol dihati,
meningkatkan metabolisme hormon dan menimbulkan efek anti bakteri .
(Anibijuwon, 2009)

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana cara untuk mengetahui kandungan metabolit
sekunder/golongan kelompok senyawa yang terdapat dalam beberapa daun
yang diuji.
1.3 Tujuan

Untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya kandungan senyawa


alkaloid,steroid,saponin,tanin,flavonoid,dan steroid dalam sampel daun yang
diuji.

1.4 Manfaat

Dapat mengetahui kandungan metabolit sekunder senyawa yang terdapat


dalam daun yang diujikan .

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Fitonutrien atau yang sering disebut fitokimia dalam arti luas adalah segala
jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran
dan buah-buahan. Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih
sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan
pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek
yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan
penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien
dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi
metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini tidak akan mengakibatkan penyakit
defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang normal untuk defisiensi
tersebut (Anibijuwon, 2009)
Alasan lain melakukan fitokimia adalah untuk menentukan ciri senyawa aktif
penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukan oleh ekstrak
tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem biologis. Pemanfaatan prosedur fitokimia
telah mempunyai peranan yang mapan dalam semua cabang ilmu tumbuhan.
Meskipun cara ini penting  dalam semua telaah kimia dan biokimia juga telah
dimanfaatkan dalam kajian biologis.Sejalan dengan hal tersebut analisis fitokimia
merupakan bagian dari ilmu farmakognosi yang mempelajari metode atau cara
analisis kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan atau hewan secara
keseluruhan atau bagian-bagiannya, termasuk cara isolasi atau pemisahannya.
(Mahatriny, 2014 )
Pada tahun terakhir ini fitokimia atau kimia tumbuhan telah berkembang
menjadi satu disiplin ilmu tersendiri, berada diantara kimia organik bahan alam dan
biokimia tumbuhan, serta berkaitan dengan keduanya. Bidang perhatiannya adalah
aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh tumbuhan, yaitu
mengenai struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya,
penyebarannya secara ilmiah dan fungsi biologisnya Keanekaragaman dan jumlah
struktur molekul yang dihasilkan oleh tumbuhan banyak sekali, demikian juga laju
pengetahuan tentang hal tersebut. Dengan demikian masalah utama dalam penelitian
fitokimia adalah menyusun data yang ada mengenai setiap golongan  senyawa 
khusus. Kandungan kimia tumbuhan dapat digolongkan menurut beberapa cara.
Pengolahan didasarkan pada asal biosintesis, sifat kelarutan dan adanya gugus fungsi 
kunci tertentu.
Golongan Senyawa Metabolit Sekunder
Metabolit atau metabolisme adalah keseluruhan proses sintesis senyawa-
senyawa oleh organ dalam jaringan atau sel individu dalam kelangsungan hidupnya.
Proses ini berlangsung selama individu atau organisme masih hidup bahkan pada
jaringan organisme yang telah mati dan pada umumnya metabolisme primer dan
metabolisme sekunder.metabolik sekunder adalah hasil metabolisme yang disintesis
oleh beberapa organisme tertentu yang tidak merupakan kebutuhan pokok untuk
hidup dan tumbuh. Meskipun demikian, metabolik sekunder dapat berfungsi sebagai
nutrien darurat untuk pertahanan hidup. ( Wati 2017 )
Proses-proses kimia jenis lain yang terjadi hanya pada spesies tertentu
sehingga memberikan produk yang berlainan, sesuai dengan spesiesnya merupakan
senyawa-senyawa metabolik sekunder. Berperan dalam kelangsungan hidup dan
perjuangan menghadapi spesies-spesies lain berupa zat kimia untuk pertahanan,
penarik seks, dan feromen.
a. Alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa  yang tersebar luas hampir pada
semua jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen
yang biasanya bersifat basa dan membentuk cincin heterosiklik
Alkaloid dapat ditemukan pada biji, daun, ranting dan kulit kayu dari tumbuh-
tumbuhan. Kadar alkaloid dari tumbuhan dapat mencapai 10-15%. Alkaloid
kebanyakan bersifat racun, tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan.
Alkaloid merupakan senyawa tanpa warna, sering kali bersifat optik aktif,
kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya
nikotin) pada suhu kamar ( Ariyanti et al 2013 )
Suatu cara mengklasifikasi alkaloid adalah  didasarkan pada jenis cincin
heterosiklik  nitrogen yang terikat. Menurut klasifikasi ini alkaloid dibedakan menjadi
; pirolidin (1), piperidin (2), isoquinolin (3), quinolin (4) dan indol (5).
b. Flavonoid
Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam 
terutama pada jaringan tumbuhan tinggi. Senyawa ini merupakan produk metabolik
sekunder yang terjadi dari sel dan terakumulasi dari tubuh tumbuhan sebagai zat
racun
Senyawa flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon dalam inti dasarnya
yang tersusun dalam konfigurasi C6 - C3 – C6. Susunan tersebut dapat menghasilkan
tiga struktur yaitu: 1,3-diarilpropana (flavonoid), 1,2-diarilpropana (isoflavonoid),
2,2-diarilpropana (neoflavonoid).
Menurut Markham (1982), flavonoid merupakan senyawa polar karena
mempunyai gugus hidroksil yang tak tersulih, atau suatu gula, sehingga flavonoid
cukup larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol dan air.
Flavonoid umumnya terikat pada gula sebagai glukosida dan aglikon
flavonoid. Uji warna yang penting dalam larutan alkohol ialah direduksi dengan
serbuk Mg dan HCl pekat. Diantara flavonoid hanya flavalon yang menghasilkan
warna merah ceri kuat
c. Terpenoid
Semua terpenoid berasal dari molekul isoprena, CH2=C(CH3)-CH=CH2 dan
kerangka karbonya dibangun oleh penyambungan dua atau lebih satuan C 5 ini.
Walaupun demikian, secara biosintesis senyawa yang berperan adalah isopentil
pirofosfat, CH2=C(CH3)-(CH)2OPP, yang terbentuk  dari asetat  melalui asam
mevalonat, CH2OHCH2C(OH,CH3)-CH2CH2COOH. Isopentil piropospat terdapat
dalam sel hidup dan berkesinambungan  dengan isomernya, dimetilalil piropospat,
(CH3)2C=CHCH2OPP.
Berdasarkan kenyataan ini, terpenoid dikelompokan dalam 5 bagian:
a.       Monoterpen terdiri dari dua unit C5 atau 10 atam karbon.
b.      Siskuisterpen terdiri dari tiga unit C5 atau 15 atom karbon
c.       Diterpen terdiri dari empat unit C5 atau 20 atom karbon
d.      Triterpen terdiri dari enam unit C5 atau 30 atom karbon
e.       Tetraterpen terdiri dari delapan unit C5 atau 40 atom karbon
Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat didalam
sitoplasma sel tumbuhan. Biasanya diekstraksi memakai petrolium eter, eter atau
kloroform dan dapat dipisahkan  secara  kromatografi pada silika gel dengan pelarut
ini ( Agustina 2016 )
Steroid adalah terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk dari sistem cincin
siklopentana prehidrofenantrena. Steroid merupakan golongan senyawa metabolik
sekunder yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Hormon steroid pada umumnya
diperoleh dari senyawa-senyawa steroid alam terutama dalam tumbuhan( Lailani
2009).
Secara  kimia terdapat  dua jenis tanin, yaitu: (1) tanin terkondensasi atau
flavolan dan (2) tanin yang terhidrolisis.
1.      Tanin terkondensasi atau flavolan
Tersebar luas dalam tumbuhan angiospermae, terutama pada tumbuhan-
tumbuhan berkayu. Nama lainnya adalah proantosianidin karena bila direaksikan
dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan
dibebaskanlah monomer antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah
prosianidin karena bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin.
Proantosianidin dapat dideteksi  langsung dengan mencelupkan jaringan tumbuhan ke
dalam HCl 2M mendidih selama setengah jam yang akan menghasilkan warna merah
yang dapat diekstraksi dengan amil atau butil alkohol. Bila digunakan jaringan
kering, hasil tanin agak berkurang karena terjadinya pelekatan tanin pada tempatnya
didalam sel.
2.               Tanin yang terhidrolisis
Terbatas pada tumbuhan berkeping dua. Terutama terdiri atas dua kelas, yang
paling sederhana adalah depsida galoiglukosa. Pada senyawa ini glukosa dikelilingi
oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Jenis kedua, inti molekul berupa senyawa
dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat yang berikatan dengan glukosa.
Bila dihidrolisis menghasilkan asam angelat. Cara deteksi tanin terhidrolisis adalah
dengan mengidentifikasi asam galat/asam elagat dalam ekstrak eter atau etil asetat
yang dipekatkan ( Aryadi 2014 )
Steroid adalah molekul kompleks yang larut di dalam lemak dengan 4 cincin
yang saling bergabung (Lehninger, 1982). Steroid terdapat dalam hampir semua tipe
sistem kehidupan. Dalam binatang banyak steroid bertindak sebagai hormon. Steroid
ini, demikian pula steroid sintetikdigunakan meluas sebagai bahan obat) Steroid atau
sterol adalah triterpenena yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana
perhidrofenantrena Senyawa ini biasanya diidentifikasi dengan reaksi lieberman-
burchard (anhidrat asetat-H2SO4) yang memberikan warna hijau kehitaman sampai
biru . ( Ramiyani 2016 )

Alang -alang merupakan salah satu jenis gulma yang sering ditemukan oleh
manusia di lahan perkebunan dan lahan yang tidak digunakan oleh manusia. Alang —
alang dengan mudah dan cepat merambat karena memiliki akar yang panjang
berwarna putih dan dapat menjalar ke dalam tanah.Daun insulin merupakan salah satu
tumbuhan yang digunakan masyarakat dalam mengatasi diabetes melitus, rebusan
daun ini dipercaya berkhasiat dalam mengobati diabetes melit. Metabolit sekunder
yang terkandung dalam masing-masing tumbuhan yaitu diantaranya flavonoid,
saponin, fenolik, kuinon dan tannin.

Mengkudu merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan masyarakat


dalam mengatasi penyakit Kanker,anti inflamasi,mengurangi berat badan,
melencarkan haid,salah satu kandungan senyawa metabolit yaitu terpenoid, dimana
zat ini membantu dalam proses sintesis organic dan pemulihan sel-sel tubuh,. dan
terdapat beberaapa senyawa lainnya seperti xeronin, magnesium,antrakuinon yang
berperan sebagai anti bakteri,dll. Pucuk merahadalah jenis tanaman hias yang
tergolong dalam family myrtaceae.Tanaman ini dikenal dengan nama pucuk merah
karena tunas daun yang baru tumbuh pada bagian pucuk berwarna merah menyala.
Kandunganantosianin yang terdapat dalam buah bewarna merah kehitaman dari
tanaman pucukmerah berpotensi sebagai antioksidan alami dan sumber pewarna
alami yang bermanfaatbagi kesehatan, Kandungan flavonoid ini memberi harapan
sebagai pencegah antikanker.Manggis merupakan salah satu buah yang digemari oleh
masyarakat Indonesia. Tanaman manggis berasal dari hutan tropis yang teduh di
kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Indonesia atau Malaysia. Pegagan
yang simplisianya dikenal dengan sebutan Centella Herba memiliki kandungan
asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic
acid, brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol, centelloside, carotenoids,
hydrocotylin, vellarine, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium,
magnesium, kalsium dan besi. Diduga glikosida triterpenoida yang disebut
asiaticoside merupakan antilepra dan penyembuh luka yang sangat luar biasa. Zat
vellarine yang ada memberikan rasa pahit. ( Astuti 2014 )

Diduga senyawa glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside berperan


dalam berbagai aktifitas penyembuhan penyakit. Asiaticoside dan senyawaan sejenis
juga berkhasiat anti lepra (kusta). Secara umum, pegagan berhasiat sebagai
heparoprotektor yaitu melindungi sel hati dari berbagai kerusakan akibat racun dan
zat berbahaya. Banyaknya manfaat tanaman ini nampaknya berkaitan dengan
banyaknya komponen minyak atsiri seperti sitronelal, linalool, neral, menthol, dan
linalil asetat. Dengan adanya komponen tersebut dalam minyak atsiri pegagan,
tanaman ini memiliki potensi sebagai sumber bahan pengobatan terhadap anti
penyakit yang disebabkan tujuh jenis bakteri Rhizobacter spharoides, Escherichia
coli, Plasmodium vulgaris, Micrococcus luteus, Baccillus subtilis, ghliEntero
aerogenes dan Staphyllococcus aureus. Pegagan berasa manis, bersifat mendinginkan,
memiliki fungsi membersihkan darah, melancarkan peredaran darah, peluruh kencing
(diuretika), penurun panas (antipiretika), menghentikan pendarahan (haemostatika),
meningkatkan syaraf memori, anti bakteri, tonik, antispasma, antiinflamasi,
hipotensif, insektisida, antialergi dan stimulan. Saponin yang ada menghambat
produksi jaringan bekas luka yang berlebihan (menghambat terjadinya keloid)
( Pangow 2018 )
Manfaat pegagan lainnya yaitu meningkatkan sirkulasi darah pada lengan dan
kaki; mencegah varises dan salah urat; meningkatkan daya ingat, mental dan stamina
tubuh; serta menurunkan gejala stres dan depresi. pegagan pada penelitian di rsu
dr.soetomo surabaya dapat dipakai untuk menurunkan tekanan darah,Penurunan tidak
drastis, jadi cocok untuk penderita usia lanjut. Pohon sirsak (Annona nuricata L.)
cukup dikenal terutama buahnya dapat dibuat berbagai makanan maupun minuman.
Jenis ini termasuk dalam suku Annonaceae yang merupakan suku terbesar, terdiri atas
sekitar 120 marga dan 2000 jenis baik berupa pohon perdu maupun merambat. Jenis-
jenis Annonaceae ini tumbuh terbesar di daerah tropik dan subtropik, umumnya
mempunyai habitat dataran rendah. Beberapa jenis dari suku ini selain mempunyai
nilai ekonomis juga berkhasiat sebagai tanaman obat. Bagian tanaman yang umum
dimanfaat- kan sebagai sumber obat-obatan secara langsung maupun sebagai ramuan
adalah bunga, buah, biji, kulit batang dan akar-akar. Pohon sirsak selama ini dapat
dimanfaatkan sebagai obat anti kejang, khususnya berupa rebusan daun .sedangkan
khasiat lainnya belum banyak diketahui Kandungan daun sirsak mengandung
senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi
tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal
ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang
disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa
mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya. Ekstrak daun sirsak dapat
dimanfaatkan untuk menanggulangi hama belalang dan hama-hama lainnya ( Astuti
2014 )
Umbi rumput teki (keluarga Cyperaceae) dikenal sebagai purple nutsdge atau
nutgrass yang merupakan gulma tahunan yang ramping, bersisik merayap rimpang,
bulat di dasar dan timbul tunggal dari umbi-umbian yang sekitar 1-3 cm. Umbi
berwarna kehitaman dan di dalamnya berwarna putih kemerahan dengan bau yang
khas. Rumput teki merupakan tanaman asli India, namun sekarang ditemukan di
daerah tropis, subtropis, dan sedang ( Lailani 2009 )
Rumput teki merupakan rumput semu menahun tapi bukan termasuk keluarga
rumput-rumputan. Batang rumputnya berbentuk segitiga (tringularis) dan dapat
mencapai ketinggian 10 - 75 cm. Arah tumbuh batangnya tegak lurus. Daunnya
berbentuk pita, berwarna mengkilat dan berjumlah 4 -10 yang berkumpul pada
pangkal batang membentuk roset akar dengan pelepah daun yang tertutup di bawah
tanah. Ujung daun meruncing, lebar helaian daun 2-6 cm Studi fitokimia sebelumnya
pada C. rotundus mengungkapkan adanya beberapa bahan kimia yang terkandung
yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, pati, glikosida seskuiterpenoid dan saponin . ( Aryadi
2014 )
BAB III
METODE

3.1 Waktu dan tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis, 3 oktober 2019-selesai bertempat
di Laboratorium Botani Universitas Riau.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu tabung reaksi,rak
tabung reaksi spatula,penjepit,mancis, dan mortarl.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah daun sirsak, daun takka, daun
isnsulin, daun pucuk merah , daun manggis, daun mengkudu , daun ketapang , daun
rumput teki , daun papaya , daun alang-alang , daun pegagan , spritus,alcohol
70%,aquades,serbuk magnesium, besi(III)klorida hexohidrat,bismuth(III)
nitrat,Na2SO4, asam asetat, H2SO4 pekat,Kloroform, Asam sulfat,Fecl 3, H2SO4
2N, ammonium kloroform,dan reagen dragendroff

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja sebagai berikut :

1. Uji Alkaloid
Sampel tanaman ditimbang 4 g kemudian dihaluskan dan ditambahkan larutan
kloroform secukupnya dan dihaluskan kembali. Setelah itu, tambahkan
amoniak-kloroform sebanyak 10 ml. Kemudian larutan tersebut disaring
kedalam tabung reaksi dan filtrat ditambahkan H2SO4 2N sebanyak 10 tetes.
Kemudian larutan Dikocok dan diamkan beberapa menit hingga terbentuk dua
lapisan. Lapisan bagian atas dipindahkan ke dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan pereaksi Dragendrof sebanyak 3 tetes. Uji positif keberadaan
Alkaloid : larutan membentuk endapan merah jingga hingga Coklat.
2. Uji Flavonoid
Sampel tanaman 200 mg diiris halus dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Setelah itu, tambahkan ethanol 70% sebanyak 5 ml dan dipanaskan selama 5
menit. Kemudian tambakan HCl pekat 3 tetes, lalu tambahkan 0,2 gram bubuk
magnesium. Uji positif: terbentuk warna jingga hingga merah tua selama 3
menit.

3. Uji Saponin
Sampel tanaman 2 gram diiris halus dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Kemudian tambahkan Aquades sampai terendam seluruhnya. Selanjutnya,
didihkan selama 2-3 menit, kemudian dinginkan dan dikocok kuat-kuat. Uji
positif: terbentuk buih selama 15 menit secara stabil.

4. Uji Tanin
Sampel tanaman 20 mg diiris halus dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Kemudian tambahkan ethanol 70% sampai terendam seluruhnya.. selanjutnya
larutan tersebut diambil sebanyak 1 ml dan dipindahkan kedalam tabung
reaksi. Setelah itu, tambakan dengan larutan FeCl3 1% sebanyak 2-3 Tetes.
Uji positif: terbentuk warna hijau atau hitam kebiruan pada larutan.

5. Uji Steroid dan Uji Terpenoid


Sampel tanaman 50-100 mg dihaluskan ditambahkan asam asetat glasial
sampai terendam seluruhnya, dan diamkan selama 15 menit. Selanjutnya
diambil sebanyak 6 tetes larutan dan dimasukkan ke dalam tabung reasksi.
Kemudian tambahkan dengan H2SO4 pekat sebanyak 2-3 tetes. Uji positif:
Steroid (terbentuk warna hijau kebiruan), Terpenoid (Terbentuk warna Jingga
atau Ungu).
BAB IV
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel hasil uji fitokimia


Hasil Golongan senyawa

1. Daun papaya
Alkaloid :
Daun muda & tua +

Tannin :
Daun muda dan tua -

Flavon :
Daun muda dan tua +
Saponin :
daaun muda +
daun tua -

Steroid:
Daun muda dan tua +
Terpenoid :
Daun tua dan muda –

2. Umbi alang – alang


Alkaloid –

Flavon -
Saponin -

Tannin -

Steroid +
Terpen -

3. Daun alang – alang


Alkaloid –
Flavonoid –

Saponin -

Tannin –

Steroid dan terpenoid +


4. Daun pegagan
Alkaloid -

Flavonoid -

Saponin +

Tanin -

Steroid dan terpenod +


5. Daun Ketapang
Alkaloid :
Daun tua dan muda –

Flavonoid :
Daun muda dan tua +

Saponin :
Daun muda dan tua –

Tannin:
Daun muda –
Daun tua +
Steroid:
Daun muda dan tua +
terpenoid :
daun muda dan tua +

6. Umbi Rumput teki


Alkaloid -

Flavonoid -

Saponin +

Tannin -
Steroid –
Terpenoid +

7. Daun Rumput Teki


Alkaloid -

Flavonoid -

Saponin -

Tannin -
Steroid +
terpen -

8. Daun Insulin
Alkaloid :
Daun muda –
Daun tua -

Flavonoid:
Daun muda +
Daun tua -

Saponin :
Daun muda –
Daun tua +

Tanin :
Daun muda –
Daun tua -
Steroid :
Daun muda & muda +
Terpenoid
Daun muda & tua +

9. Daun Manggis
Alkaloid :
Daun muda –
Daun tua -

Flavonoid :
Daun muda +
Daun tua +

Saponin :
Daun muda +
Daun tua +

Tanin:
Daun muda –
Daun tua -
Steroid :
Daun muda +
Daun tua –
Terpenoid :
Daun muda –
Terpenoid tua -

10. Pucuk Merah


Alkaloid :
Daun muda +
Daun tua +

Flavonoid :
Daun muda –
Daun tua -

Saponin :
Daun muda +
Daun tua +

Tanin :
Daun muda -
Daun tua -
Steroid :
Daun muda dan tua +
Terpenoid :
Daun muda dan tua -

11. Daun Manggis Kultur


Alkaloid :
Daun muda –
Daun tua -

Flavonoid :
Daun muda –
Daun tua -

Saponin :
Daun muda +
Daun tua +

Tanin :
Daun muda +
Daun tua +
Steroid :
Daun muda +
Daun tua +
Terpenoid :
Daun muda -
Daun tua -

12. Daun Mangga


Alkaloid :
Daun muda -
Daun tua -

Flavonoid :
Daun muda +
Daun tua +

Saponin :
Daun muda +
Daun tua -

Tanin:
Daun muda +
Daun tua +
Steroid :
Daun muda dan tua -
Terpenoid :
Daun muda dan tua +

13. Daun Mengkudu


Alkaloid :
Daun muda dan tua+

Flavonoid:
Daun muda dan tua -

Saponin:
Daun muda dan tua +

Tanin :
Daun muda dan tua -
Steroid :
Daun muda dan tua +
Terpenoid :
Daun muda dan tua -

14. Daun Sirsak


Alkaloid :
Daun muda dan tua -

Flavonoid :
Daun muda +
Daun tua +

Saponin :
Daun muda -
Daun tua +

Tanin :
Daun muda & tua -
Steroid :
Daun muda & tua +
Terpenoid :
Daun muda & tua -

15. Daun Tacca


Alkaloid :
Daun muda & tua -

Flavonoid :
Daun muda & tua +

Saponin :
Daun muda dan tua +

Tanin :
Daun muda & tua -
Steroid :
Daun muda & tua +
Terpenoid :
Daun muda & tua +

4.2 pembahasan

         Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki varietas bahan
hayati yang bermanfaat. Bahan-bahan hayati telah digunakan oleh manusia untuk
memenuhi berbagai keperluan hidup. Indonesia yang beriklim tropis memiliki sumber
daya alam hayati yang sangat beraneka ragam yang memproduksi beraneka ragam
senyawa kimia karbon alami.
                  Salah satu buah tersebut adalahdaun pepaya (Carica papaya) yang sangat
bermanfaat bagi pengobatan. Bermanfaatnya daun pepaya (Carica papaya)
disebabkan karena banyaknya kandungan senyawa yang terdapat didalamnya.
Fitokimia merupakan suatu teknik analisis kandungan kimia di dalam bagian-
bagian tumbuhan (akar, batang, ranting, daun, biji, dan buah). Analisis fitokimia
barsifat kualitatif sehingga kandungan kimia dalam suatu tumbuhan dapat diketahui
dengan metode fitokimia. Secara umum kandungan kimia tumbuhan dapat di
kelompokan ke dalam golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, polivenol, dan
kuinon. Untuk identivikasi senyawa-senyawa tersebut yang terdapat pada tumbuhan
berdasarkan endapan dan warna  yang ditimbulkan dengan menggunakan peraksi-
peraksi yang spesifik dan khusus.
Pada praktikum kali ini, dilakukan uji fitokimia pada daun pepaya (Carica
papaya). Uji fitokimia secara umum dilakukan dengan terlebih dahulu menghaluskan
sampel/daun pepaya dengan lumpang, sehingga ukuran partikel sampel
menjadi sangat kecilsehingga memudahkan kandungan kimia dari bahan atau sampel
tersebut dapat tersaringdengan baik. Pada praktikum uji fitokimia ini dilakukan
uji alkaloid,  uji flavonoid, uji tannin, saponin uji steroid dan terpen .
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir pada
semua jenis tumbuhan yang merupakan senyawa turunan yang mengandung unsur
nitrogen (umumnya dalam cincin) yang terdapat pada mahluk hidup. Pada uji ini
sampel yang akan dilihat kandungan alkaloidnya terlebih dahulu digerus. Proses
penggerusan ini bertujuan untuk menghancurkan dinding sel yang sifatnya kaku
sehingga senyawa target (metabolit sekunder) yang berada dalam vakuola mudah
untuk diambil. Setelah itu ditambahkan dengan kloroform yang bertujuan untuk
mengambil atau melarutkan senyawa yang ada di dalam daun tersebut dan kemudian
diekstraksi dengan kloroform amoniakal. Proses ekstraksi dengan kloroform
amoniakal ini bertujuan untuk memutuskan ikatan antara asam tanin dan alkaloid
yang terikat secara ionik dimana atom  N dari alkaloid berikatan silang stabil dengan
gugus hidroksifenolik dari asam tanin tersebut. Dengan terputusnya ikatan tersebut
alkaloid akan bebas sedangkan asam tanin akan terikat pada kloroform amoniakal.
Setelah itu disaring dan filtratnya dimasukkan ke dalam corong pisah dan
ditambahkan asam sulfat 2 N yang bertujuan untuk mengikat kembali alkaloid
menjadi garam alkaloid agar dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi logam yang
spesifik untuk alkaloid yang menghasilkan kompleks garam anorganik yang tidak
larut sehingga terpisah dengan metabolit sekunder lainnya. Penambahan asam sulfat 2
N ini mengakibatkan larutan terbentuk menjadi 2 fase karena adanya perbedaan
tingkat kepolaran antara fase aquades yang polar dan kloroform yang relatif kurang
polar.
Garam alkaloid akan larut pada lapisan atas (fasa aquades), sedangkan
lapisan kloroform berada pada lapisan bawah karena memiliki massa jenis yang lebih
besar. Setelah terbentuk 2 lapisan hanya pada lapisan asam sulfat yang diambil yang
dimaksudkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan pereaksi meyer yang bertujuan
untuk mendeteksi alkaloid, dimana pereaksi ini akan berikatan dengan alkaloid
melalui ikatan koordinasi antara atom N alkaloid dengan Hg pereaksi meyer sehingga
menghasilkan senyawa kompleks merkuri yang non polar. Hasl uji positif pada
senyawa alkaloid apabila membentuk endapan merah jingga hingga coklat, dan hasil
yang kami dapatkan yakni positif dimana terdapat senyawa alkaloid dalam daun
papaya
Pada uji tannin sampel diiris sehalus mungkin untuk menghancurkan
dinding sel yang sifatnya kaku sehingga senyawa target (metabolit sekunder) yang
berada dalam vakuola mudah diambil. Kemudian sampel ditambahkan larutan
FeCl3 menghasilkan warna biru kehitaman  yang menandakan (+)
tannin/polifenol,dan berdasarkan hasil uji yang telah kami lakukan didaptkan hasil
yang negative pada daun papaya dimana tidak terjadi perubahan warna melainkan
warna larutan menjadi bening .
Flavanoid adalah suatu kelompok senyawa fenol alam yang memiliki
kerangka dasar karbon terdiri atas 15 atom C yang tersusun dalam konfigurasi C 6–
C3–C6, dimana dua cincin benzen dihubungkan oleh tiga satuan atom C yang dapat
atau tidak dapat membentuk cincin. Dalam tumbuhan, flavanoid disintesis dari tiga
unit asetat malonat (cincin A) dan fenil propanoid (cincin B dan C). Dalam
tumbuhan, flavanoid tersebar merata dalam akar, daun, kulit, tepung saring, bunga
dan biji. Sifat kimia dari flavanoid yaitu polar atau semi polar, larut dalam methanol,
etanol, n-butanol, air dan eter serta kloroform. Sedangkan sifat fisikanya yaitu
padat/kristal, tidak berbau, dan tidak berwarna. Flavanoid dapat dideteksi dengan
logam Mg, Cu, larutan NaOH, H2SO4 pekat.
Pada uji flavanoid ini, mula-mula sampel diiris halus untuk menghancurkan
dinding sel yang sifatnya kaku sehingga senyawa targetnya (metabolit sekunder) yang
berada dalam vakuola mudah diambil. Sampel kemudian diekstraksi dengan ethanol.
Digunakan ethanol karena flavanoid relatif polar sehingga dapat larut dalam eethanol.
Selain itu ethanol juga merupakan pelarut universal yang dapat bersifat polar dan
nonpolar.. Pemanasan dilakukan karena sebagian besar golongan flavonoid dapat
larut dalam air panas. Hasil positif yang diperoleh dari skrining senyawa flavonoid
ini adalah warna jingga hingga merah tua. Hasil yang diperoleh sesuai dengan apa
yang diharapkan. Menurut Robinson (1995), warna merah yang dihasilkan
menandakan adanya flavonoid akibat dari reduksi oleh asam klorida pekat dan
magnesium. Magnesium bereaksi seperti mendidih ketika dilarutkan dengan HCl dan
etanol. Sesuai dengan Robinson (1995), Efek antioksidan yang terkandung dalam
flavonoid dapat mencegah penyakit-penyakit kronis dan degeneratif seperti penyakit
jantung. Kanker, arthritis, stroke dan penyakit Alzheimer.

Larutan ditambahkan logam Mg  untuk mendeteksi adanya senyawa


flavanoid, dimana flavanoid akan bereaksi dengan logam Mg. Setelah penambahan
logam Mg nampak logam Mg ini  larut, kemudian dilanjutkan dengan  penambahan
HCl pekat yang ditandai dengan  larutan berbusa dan berwarna merah muda yang
menandakan sampel tersebut terdapat flavanoid.
Pengujian selanjutnya yaitu pengujian saponin. Saponin merupakan salah satu
senyawa glikosida terpenoid atau glikosida steroid. Prinsip uji saponin adalah reaksi
hidrolisis senyawa saponin menjadi aglikon dan glikonnya yang ditandai dengan
terbentuknya busa yang stabil. Dari hasil praktikum didapat sampel menunjukan hasil
positif pada pengujian saponin daun tua dan muda hal ini berarti sampel daun papaya
mengandung saponin. Menurut anibujuwon dan udeze(2009) daun papaya muda
segar memiliki kadar air yang lebih tinggi disbanding dengan daun papaya tua yang
segar. , hal ini berarti sampel daun papaya mengandung saponin.

Steroid adalah terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk dari sistem


cincin siklopentana prehidrofenantrena. Steroid merupakan golongan senyawa
metabolik sekunder yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Hormon steroid pada
umumnya diperoleh dari senyawa-senyawa steroid alam terutama dalam tumbuhan.
Pada uji steroid ini, mula-mula sampel dihaluskan untuk menghancurkan
dinding sel yang sifatnya kaku sehingga senyawa targetnya (metabolit sekunder) yang
berada dalam vakuola mudah diambil. Sampel kemudian diekstraksi dengan etanol
panas dan dilanjutkan dengan eter. Setelah diekstraksi, larutan disaring untuk
memisahkan filtrat dan residunya. Filtratnya ditambahkan dengan 3-4 tetes asam
sulfat pekat 98% dan ditambahkan 4-5 tetes asam asetat glacial. Larutan sampel
menunjukkan adanya warna merah dan terdapat busa yang menunjukkan positif
adanya triterpenoid dan saponin.
Daun Tacca pada praktikum ini mengandung senyawa Flavonoid, Saponin,
Steroid dan Terpenoid. Menurut hasil penelitian Marti (2012) senyawa positif yang
terdapat pada daun Tacca ini adalah steroid, tanin dan saponin, biji mengandung
flavonoid dan saponin. Hasil penelitian tersebut dangan hasil praktikum ini Sama.
Daun Tacca memiliki khasiat sebagai anti oksidan dan obat kanker.
Untuk tanaman Alang-alang pada praktikum ini yang diuji adalah daun dan
rimpangnya (umbi). Hasil uji pada daun alang-alang pada praktikum ini positif
mengandung Steroid dan Teroenoid. Sementara untuk umbinya mengandung
Terpenoid. diperoleh senyawa Terpenoid. Menurut literatur Astuti (2014) daun
ilalang positif mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, steroid dan triterpenoid.
Alang-Alang memiliki khasiat bagi kesehatan antara lain sebagai perda panas dalam,
mengatasi sakit ginjal, akarnya bisa digunakan sebagi obat keputihan.
Untuk tumbuhan Rumput teki pada praktikum ini yang diuji adalah daun dan
rimpang atau umbinya. Dari hasil data praktikum ini dapat dilihat untuk daun rumput
teki mengandung senyawa metabolit sekunder Steroid. Sementara untuk umbinya
mengandung senyawa Saponin dan Terpenoid. Secara umum tanaman ini
mengandung senayawa saponin, flavonoid, terpenoid, minyak atsiri, alkaloid,
polifenol, resin, amilum tannin, triterpen. Senyawa yang terkandung dalam tumbuhan
ini biasa dijadikan sebagai obat penyakit kencing batu dan masalah pembekuan darah.
Menurut hasil penelitian Putri (2016) Ekstrak rimpang rumput teki yang mengandung
Flavonoid dapat menghentikan Diare. Mekanisme flavonoid (kuersetin) dalam
menghentikan diare yang diinduksi oleh castor oil adalah dengan menghambat
motilitas usus, tetapi tidak mengubah transport cairan di dalam mukosa usus sehingga
mengurangi sekresi cairan dan elektrolit.
Daun ketapang pada praktikum ini mengandung senyawa Flavonoid, Tanin,
Steroid, dan Terpenoid. Daun ketapang secara umum dijadikan sebagai obat
tradisional, antara lain obat penyakit liver, obat diare, obat sakit kepala, obat penyakit
kulit, antioksidan, dan pencegah kanker. Menurut hasil penelitian Ariyanti (2013)
daun ketapang memiliki kandungan senyawa Flavonoid dan berpotensi dapat
menghambat pertumbuhan bakteri penyebab bau badan yaitu Staphylococcus
epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa dengan kekuatan daya hambat sedang.
Daun insulin/ Kembang bulan pada praktikum ini mengandung senayawa
metabolit sekunder Flavonoid, Saponin, Steroid, dan Terpenoid. Menurut hasil
penelitian uji fitokimia Amanatie (2015) daun tanaman ini mengandung Alkaloid,
Tanin dan Flavonoid. Secara umum tanaman ini digunakan masyarakat sebagai obat
penyakit diabetes mellitus.
Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) pada praktikum ini mengandung
beberapa senyawa kimia. Dapat dilihat dari tabel hasil pengamatan, daun tua dan
daun muda positif mengandung alkaloid yang ditandai dengan warna yang
membentuk endapan merah jingga hingga coklat. Senyawa lainnya adalah Saponin
Pada daun tua dan muda Positif mengandung saponin yang ditandai dengan adanya
busa yang tidak hilang setelah pengocokan kuat dengan menggunakan aquades.
Selain itu, streroid juga terkandung pada daun muda dan daun tua tanaman ini.
Adanya kandungan steroid ditandai dengan perubahan warna menjadi hijau kebiruan.
Uji alkaloid bertujuan untuk mengetahui apakah pada simplisia daun mengkudu
mengandung golongan senyawa alkaloid. Alkaloid merupakan senyawa nitrogen
heterosiklik vyang bersifat polar, sedikitnya mengandung sebuah N dalam cincin
Daun Sirsak pada praktikum ini mengandung senyawa metabolit sekunder
antara lain Flavonoid dan Steroid. Menurut hasil hasil penelitian Agustina (2016)
Dalam uji fitokimia yang dilakukannya daun sirsak mengandung senyawa Flavonoid,
Alkaloid, Steroid dan Tanin. Secara umum daun sirsak digunakan untuk mencegah
dan mengobati kanker, sebagai anti oksidan. Uji steroid/triterpenoid bertujuan untuk
mengetahui adanya kandungan steroid/triterpenoid pada simplisia daun mengkudu.
Penambahan H2SO4 pekat bertujuan untuk mendekstruksi kompleks asetil steroid.
H2SO4 pekat lebih bersifat reaktif jika bereaksi dengan steroid dibandingkan dengan
asam asetat anhidrat. Hal ini dikarenakan kemampuan H2SO4 yang lebih mudah
masuk mengatasi efek sterik yang besar dari molekul steroid sehingga senyawa
kompleks yang dihasilkan lebih stabil dari kompleks asetil steroid. Uji positif
terhadap steroid adalah jika terbentuk larutan berwarna hijau asarkan kebiruan.
Sedangkan uji positif terhadap terpenoid adalah jika terbentuk warna jingga atau ungu
.
Hasil uji fitokimia daun pucuk erah terdapat uji positif pada alkaloid
saponin, dan steroid, menurut wari et al ( 2017) pucuk merah mengandung alkaloid,
triterpenoid, dan fenolik, yang dapat digunakan sebagai anti radang. Saponin
merupakan salah satu senyawa glikosida terpenoid atau glikosida steroid. Prinsip uji
saponin adalah reaksi hidrolisis senyawa saponin menjadi aglikon dan glikonnya
yang ditandai dengan terbentuknya busa yang stabil. Dari hasil praktikum didapat
sampel menunjukan hasil positif pada pengujian saponin, hal ini berarti sampel daun
pucuk merah mengandung saponin.

Hasil uji fitokimia daun mengkudu menunjukan hasil positif pada


steroid dan alkaloid,menurut penelitian atyadi (2014) bahwa ektrak daun
mengkudu mwmou digunakan untuk larvasida alami. Pada uji alkaloid kami
menggunakan larutan Kloroform berfungsi untuk melarutkan ikatan glikosida
yang terputus akibat penambahan ammonia. Prinsip yang mendasari adalah
“like dissolve like”. Karena sifat kloroform yang semipolar, selain bisa
melarutkan senyawa polar kloroform juga bisa melarutkan senyawa non polar
seperti glikosida. Penyaringan digunakan untuk memisahkan filtrat yang
mengandung alkaloid dari residunya. Filtrat yang diperoleh kemudian
diekstraksi yang bertujuan unttuk membentuk garam ammonium R3NH+Cl-.
Reaksi yang terjadi :

OH OH
HCl

N N
H
Alkaloid (pelletierine) H H
+ Cl-

Filtrat yang sudah disaring tersebut diuji kandungan alkaloidnya


dengan reagen Dragendorf. Setelah ditambahkan pereaksi Dragendorf yang
mengandung ion Bi3+ dan HI, dimana berdasarkan ujiyang telah kami lakukan
didapatkan hasil yang positif yaitu terbentuk endapan merah jingga hingga
coklat .
Reaksinya :

OH OH

+ BiHI4 + HI
N N
H
alkaloid Bi I3
H
Sedangkan hasil uji pada manga menunjukan hasil positif flavonoid, tanin, saponin,
dan terpenoid, menurut nurdiyanti (2016) hasil uji ini mengandung kuinon, terpenoid
dll, Tanin merupakan senyawa yang mengandung gugus hidroksi (turunan benzena)
yang dapat larut dalam air karena adanya ikatan hidrogen antara gugus hidroksil yang
dimiliki tanin dengan molekul air, Tanin yang bersifat polar akan larut dalam air yang
bersifat polar, hal ini sesuai dengan prinsip “like dissolve like”. Kelarutan tanin yang
tinggi terjadi dalam keadaan panas karena alasan inilah maka dilakukan proses
pendidihan agar tanin yang terlarut semakin banyak akan tetapi dalam uji tanin
ini,akan tetapi kami tidak melakukan pendidihan . Selain itu proses pendidihan juga
berfungsi untuk memecah ikatan-ikatan pada tanin sehingga dihasilkan bentuk
monomer-monomer tanin bebas. Larutan ditambahkan FeCl3 1%. Penambahan FeCl3
berfungsi sebagai sumber atom pusat, dimana tanin merupakan ligan yang
membutuhkan atom pusat untuk membentuk kompleks yang stabil, sehingga
terbentuklah kompleks antara atom pusat Fe3+ dengan ligan tanin. Uji positif yaitu
terbentuk pada larutan yaitu berwarna hijau atau hitam kebiruan pada larutan.

Hasil uji fitokimia manggis menunjukan hasil poitif flavonoid, saponin, dan
steroid, menurut pangow et.al ( 2018) uji fitokimianya terdapat tanin , sapononin, dan
lainnya. Pembentukkan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi sampel daun
merupakan bukti bahwa dalam sampel tersebut mengandung saponin. Identifikasi
saponin pada percobaan ini merupakan suatu uji yang sederhana, dimana sampel
diiris halus lalu ditambahkan dengan akuades kemudian dilakukan pengocokkan, lalu
diperhatikan apakah ada terbentuk busa tahan lama pada permukaan cairan.
Percobaan selanjutnya yaitu mengidentifikasi flavonoid dalam sampel. Prinsip reaksi
uji flavonoid adalah reaksi oksidasi reduksi, dimana senyawa flavonoid akan
direduksi oleh gas hidrogen hasil reaksi antara pita Mg dan HCl. Selanjutnya senyawa
hasil reduksi akan membentuk senyawa komplek dengan Mg2+ yang merupakan
senyawa berwarna merah. menyatakan bahwa perubahan warna yang terjadi yaitu
kuning, jingga, dan merah.
Uji daun pegagagan yang digunakan dalam praktikum kami ini adalah hasil
kultur, yang kami dapat dari praktikum kami adalah saponin dan steroid . uji
penelitian yang lain mendapatkan hasil senyawa steroid dan triterpen pada daun ini.
Mungkin hal ini terjadi karna takaran larutan yang tidak sesuia pada saat
menambahkan kedalam sampel . . Uji positif terhadap steroid adalah jika terbentuk
larutan berwarna hijau asarkan kebiruan. Sedangkan uji positif terhadap terpenoid
adalah jika terbentuk warna jingga atau ungu . . Metode pengujian saponin dilakukan
dengan mendidihkan daun pegagan yang telah dihaluskan ke dalam air. Tujuan
pendidihan ini adalah untuk memperbesar kelarutan saponin dalam air, kerena
saponin larut dalam air . Setelah didinginkan , kemudian dikocok secara vertikal
hingga terbentuk busa. Hal ini disebabkan saponin merupakan senyawa yang bersifat
seperti sabun, dimana memiliki gugus hidrofil dan hidrofob yang dapat bertindak
sebagai permukaan aktif dalam pembentukan busa.
Uji positif untuk saponin adalah dengan terbentuknya busa yang stabil.
Saponin dapat larut dalam air karena adanya gugus hidrofil (OH) yang dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Sedangkan uji steroid dengan
Penambahan H2SO4 pekat bertujuan untuk mendekstruksi kompleks asetil steroid.
H2SO4 pekat lebih bersifat reaktif jika bereaksi dengan steroid dibandingkan dengan
asam asetat anhidrat. Hal ini dikarenakan kemampuan H2SO4 yang lebih mudah
masuk mengatasi efek sterik yang besar dari molekul steroid sehingga senyawa
kompleks yang dihasilkan lebih stabil dari kompleks asetil steroid. Uji positif
terhadap steroid adalah jika terbentuk larutan berwarna hijau asarkan kebiruan
BAB V
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji Fitokimia yang dilakukan dari beberapa daun yang
digunakan maka dapat disimpulkan bahwa daun pucuk merah, daun
mengkudu,dan daun papaya positif mengandung senyawa alkaloid,daun taca
2,daun daun manga,daun daun manggis,daundaun papaya,dan daun ketapang
positif mengandung senyawa flavonoid,daun pucuk merah,daun tacca 1,daun
tacca 2,daun tacca 3,daun manga,daun manggis,daun manggis kultur,daun
papaya,daun pegagan,dan daun sirsak positif mengandung senyawa saponin.
Daun mangga dan daun manggis positif mengandung senyawa tanin, sedangkan
daun pucuk merah,daun mengkudu,daun daun tacca 2, daun manggis,daun
manggis kultur,daun papaya, daun alang-alang,daun pegagandaun rumput
teki,daun sirsak dan daun ketapang positif mengandung steroid, sedangkan
daun yang mengandung senyawa terpenoid adalah daun tacca 2,daun
mangga,daun manggis kultur,umbi alang-alang,daun ketapang, dan daun alang-
alang.

1.2. Saran
Saran bagi peneliti selanjutnya adalah perlu adanya penelitian lebih lanjut
tentang Skrining Fitokimia Daun Sirsak (Annona muricata L.) khususnya terkait
senyawa bioaktif lainnya, dan juga terkait penelitian kuantitif atau uji kadar
kandungan senyawa bioaktif sehingga akan diperoleh data lanjutan mengenai
hasil Skrining Fitokimia.
DAFTAR PUSTAKA

Anibijuwon II, Udeze AO. 2009. Antimicrobial activity of carica papaya on some
pathogenic organism of clinical origin from south- westerm Nigeria. Ethnobot
leaflets 13: 850-854.

Astuti.V.F. 2014. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Daun Ialang
(Imperata cylindrica) Terhadap Escherichia coli dan Pseudomonas
aeruginosa Multi resisten. Universitas Muhamadiyah Surakarta : Surakarta.
Agustina. S., Ruslan., Agrippina. W. 2016. Skrining Fitokimia Tanaman Obat di
Kabupaten Bima. Jurnal Cakra Kimia. 4(1) :2302-7374.
Amanatie, Edy. S. 2015. Structure Elucidation of the Leaf of Tithonia diversifolia
(Hemsl) Gray. Jurnal Sains dan Matematika. 23 (4): 101-106.
Ariyanti. D.M, Khairul. A., dan Dewi. K. 2013. Identifikasi Senyawa Flavonoid dari
Daun Ketapang Kencana (Terminalia muelleri Benth.) dan Uji Aktivitas
Sebagai Antibakteri Penyebab Bau Badan. Chem Info. 1(1) : 94 – 100.
Aryadi . 2014. Pengaruh ekstrak mengkudu terhadap perumbuhan staphylococcus
aureus sebagai peyebab abses periodontal secara in vitro . skripsi .
Denpasar : universitas mahasaraswati denpasae . Campbell . 2012 . biologi
jilid 1. Jakarta : erlangga
Bilal. A.S, Haminudin.M. 2018. Potensi Ekstrak Umbi Rumput Teki (Cyperus
rotundus L.) Sebagai Larvasida Terhadap Larva Nyamuk (Culex sp). Jurnal
Ilmiah Farmasi.7(4) : 2302 – 2493
Laila.P.K. 2009. Analisis fitokimia dan penampilan polapita protein tanaman
pegagan. Hasil konservasi in vitro. Bul. Litro. 20(1): 11-20
Martin. A. F.dan Asteria. A., 2012. Uji Fitokiia dan Aktivitas Antioksidan Pada
Tanaman Ex Vitro dan In Vitro Tacca leontopetaloides. Psossiding Seminar
Nasional “Kimia Pembangunan”. 0854-4778.
Mahatriny NN,NPS payani,I B M oka, dan K W astute . 2014. Skrining fitokimia
ekstrak etanol daun papaya yang diperoleh dari daerah ubud, kabupaten
gianyar , bali . jurnal farmasi udayana . 3(1) : 8-13

Putri. A.H., Hendri. B., dan Nuning. N. 2016. Uji Efektifitas Ekstrak Rimpang
Rumput Teki (Cyrperus rotundus) Dengan Obat Imodium Terhadap
Antidiare Pada Mencit (Mus musculus) Jantan yang Diinduksi Oleum
Ricini). Jurnal Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati. 3(2): 25-
32.

Wati. M, Erwin dan Daniel. T. 2017. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit
Sekunder Dari FraksiEtil Asetat Pada Daun Bewarna Merah Pucuk Merah.
(Syzygium myrtifilium Walp). Jurnal Kimia FMIPA Unmul. 14(2) : 1693-
5616.

Anda mungkin juga menyukai