Anda di halaman 1dari 2

Nama : Irsan

NPM : 1906202010005

MK : Sosiolinguistik

1. Jelaskan perbedaan bahasa resmi, bahasa negara, dan bahasa nasional.


2. Mengapa kita perlu mempelajari sosiolinguistik?
3. Apakah ada beda istilah integrasi dan interferensi dalam ranah sosiolinguistik?

Jawaban :

1. Bahasa resmi adalah bahasa yang digunakan dalam komunikasi resmi, seperti dalam
perundang-undang dan surat-menyurat dinas, dan diakui sebagai sarana interaksi yang
berhubungan dengan pelaksanaan fungsi, suatu jabatan. Dalam kedudukannya sebagai
bahasa negara. Bahasa Indonesia di pakai dalam segala upacara, peristiwa, dan
kegiatan kenegaraan, baik secara lisan maupun tulisan.
Bahasa nasional adalah suatu bahasa (atau varian bahasa contohnya dialek) yang
memiliki hubungan dengan de facto dan de jure dengan seiring dan mungkin melalui
perluasan teritori yang mereka duduki. Sebutan ini di gunakan bermacam. Sebuah
bahasa nasional bisa mewakili identitas nasional suatu bangsa atau negara.

2. Alasan mengapa kita perlu belajar sosiolinguistik adalah sebagai berikut:


Sosiolinguistik merupakan kajian tentang bahasa yang di kaitkan dengan kondisi
kemasyarakatan. Sosiolinguistik mengkaji bahasa dengan memperhitungkan
hubungan antar bahasa dengan masyarakat, khususnya masyarakat penutur bahasa.
Sosiolinguistik ilmu yang bersifat multidisipliner yaitu sosiolinguistik berusaha
menjelaskan kemampuan manusia dalam menggunakan aturan-aturan berbahasa
secara tepat dalam situasi – situasi yang bervariasi. Contohnya, seorang anak
berbahasa dengan orang tua, mahasiswa berbahasa dengan dosen, mahasiswa
berbahasa dengan masyarakat. Jadi sosiolinguistik sangat perlu untuk kita pelajari
sebagai bekal dalam menutur bahasa di sesuaikan situsi dan variasi terhadap lawan
berbicara.

3. Interferensi bahasa yaitu penyimpangan norma kebahasaan yang terjadi dalam ujaran
dwibahasawan karena keakrabannya terhadap lebih dari suatu bahasa, yang sebabkan
karena adanya kontak bahasa.
Selain kontak bahasa, faktor penyebab timbulnya interfrensi menurut Weinrich
(dalam Sukardi 1999:4) adalah tidak cukupnya kosa kata suatu bahasa dalam
menghadapi kemajuan dan pembaharuan. Selain itu, juga menghilangnya kata-kata
yang jarang digunakan, kebutuhan akan sinonim, dan prestise bahasa sumber.
Kedwibahasaan peserta tutur dan tipisnya kesetiaan terhadap bahasa penerima juga
merupakan faktor penyebab terjadinya interferensi. Alwasilah (1985:131)
mengetengahkan pengertian interferensi berdasarkan rumusan Hartman Stonk bahwa
interferensi merupakan kekeliruan yang di sebabkan oleh adanya kecendrungan
membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain mencakup
pengucapan satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata. Sementqara itu jendra (1991:
109) mengemukakan bahwa interferensi meliputi berbagai aspek kebahasaan, bisa
menyerap dalam bidang tata bunyi (fonologi), tatakalimat (sintaksis), kosakata
(lesikon), dan tata makna (semantik) (suwito,1985:55).

Interferensi mengacu pada adanya penyimpangan dalam menggunakan suatu


bahasa dengan memasukkan sistem bahasa lain. Serpihan-serpihan klausa dari bahasa
lain dalam suatu kalimat bahasa lain juga dapat dianggap sebagai peristiawa
interferensi.Interferensi merupakan gejala perubahan terbesar, terpenting dan dominan
dalam perkembangan bahasa. Dalam bahasa besar, yang kaya kosakata seperti bahasa
Inggris dan Arab pun, dalam perkembangannya tidak dapat terlepas dari interferensi,
terutama untuk kosakata yang berkenaan dengan budaya atau lingkungan bahasa
donor. Gejala interferensi dari bahasa yang satu dengan bahasa yang lain sulit untuk
dihindari. Terjadinnya gejala in terferensi juga tidak terlepas dari prilaku penutur
bahasa penerima.Sedangkan integrasi adalah pengunaan unsur bahasa lain secara
sistematis seolah-olah meruapakan bagian dari suatu bahasa tanpa disadari oleh
pemakainya(kridalaksana: 1993:84). Salah satu proses integrasi adalah pinjaman kata
dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain.

Anda mungkin juga menyukai