Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS JURNAL

Video - Distraction System to Reduce Anxiety and Pain in Children


Subjected to Venipuncture in Pediatric Emergencies

Disusun Oleh :

Ratri Wijayanti Hananingrum (J230170028)


Beny Hermawan (J230170079)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
ANALISIS JURNAL

Judul jurnal : Sistem distraksi video untuk mengurangi kecemasan dan nyeri
pada anak-anak yang mengalami venipuncture (pengambilan
darah vena) dalam keadaan darurat pediatrik.
Judul jurnal asli : Video - Distraction System to Reduce Anxiety and Pain in
Children Subjected to Venipuncture in Pediatric Emergencies
Penulis : Concepción Miguez-Navarro dan Gloria Guerrero-Marquez
Dipublikasikan : 2016

A. Latar Belakang
1. Latar Belakang Pemilihan Jurnal
Anak-anak sangat rentan terhadap penyakit dan hospitalisasi. Hospitalisasi
merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat,
mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan
sampai pemulangannya kembali kerumah. Hal tersebut dikarenakan anak
memiliki ketahanan fisik yang lebih rentan, dibandingkan orang dewasa yang
memiliki ketahanan fisik lebih baik. Selama masa hospitalisasi anak selalu
memiliki pengalaman tidak terduga dan menjalani prosedur yang menyebabkan
anak merasa nyeri. Prosedur invasif baik yang menimbulkan nyeri atau tidak,
merupakan ancaman bagi anak- anak yang konsep integritas tubuhnya belum
berkembang baik.
Prosedur invasif yang didapatkan oleh anak yang menjalani hospitalisasi
yaitu pengambilan darah vena, injeksi, dan pemasangan infus. Pengambilan
sampel darah vena merupakan bagian dari prosedur yang rutin dilakukan saat
seseorang menjalani perawatan di rumah sakit. Prosedur terapi melalui jalur
intravena tersebut menimbulkan kondisi cemas dan nyeri akut bagi anak. Nyeri
yang tidak diatasi memiliki dampak fisik dan psikologis. Dampak fisik dari nyeri
yang tidak diatasi antara lain pernafasan yang cepat dan dangkal yang dapat
menyebabkan hipoksemia dan alkalosis. Ekspansi paru-paru yang tidak memadai
dan batuk yang tidak efektif, sehingga menyebabkan retensi cairan dan atelektasis.
Peningkatan denyut nadi, tekanan darah, peningkatan produksi hormon stress
(cortisol, adrenaline, katekolamines), yang meningkatkan metabolisme,
menghambat penyembuhan dan menurunkan fungsi imun. Ketegangan otot,
kejang dan kelelahan, yang menyebabkan kesengganan untuk bergerak secara
spontan dan penolakan ambulasi, sehingga makin menunda pemulihan.
Sedangkan dampak psikologis dari nyeri yang tidak diatasi antara lain gangguan
perilaku seperti takut, cemas, stress, gangguan tidur, selain itu juga mengurangi
koping, dan menyebabkan regresi perkembangan.
Salah satu teknik distraksi yang dapat dilakukan pada anak dalam
penatalaksanaan nyeri adalah menonton kartun animasi. Pada film kartun animasi
terdapat unsur gambar, warna, dan cerita sehingga anak-anak menyukai menonton
film kartun animasi. Ketika anak lebih fokus pada kegiatan menonton film kartun,
hal tersebut membuat impuls nyeri akibat adanya cidera tidak mengalir melalui
tulang belakang, pesan tidak mencapai otak sehingga anak tidak merasakan nyeri.
Dari hasil studi pendahuluan tanggal 27 September 2017 yang dilakukan di
ruang HCU Melati 2 RSUD Dr. Moewardi surakarta, terdapat 3 dari 4 anak
dilakukan pengambilan sampel darah vena yang bereaksi menangis, menjerit,
wajah menyeringai, dan mengatupkan gigi. Pada ruang HCU Melati 2 sudah
memberikan implementasi dengan mengajak berbicara dan bercanda klien saat
dilakukan pengambilan sampel darah vena namun hasilnya kurang maksimal
terhadap kecemasan dan nyeri anak. Oleh karena itu, kami tertarik untuk
menggunakan teknik distraksi dengan video kartun sebagai terapi untuk
menurunkan tingkat kecemasan dan nyeri saat dilakukan pengambilan darah vena
yang dapat diterapkan di ruang HCU Melati 2.

2. Latar Belakang Penelitian Dalam Jurnal


Salah satu prosedur yang menyakitkan yang paling umum di Pediatrics,
termasuk di ruang Darurat, adalah venipuncture (pengambilan darah vena). WHO
menganjurkan meningkatkan pendekatan dalam nyeri dan kecemasan pada anak-
anak di lingkungan medis. Dalam lima puluh tahun terakhir banyak penelitian
telah dilakukan terhadap pencegahan dan penanganan kecemasan serta nyeri
dalam prosedur medis pada anak-anak. Dalam keadaan darurat pediatrik tusukan/
pengambilan analisis darah adalah penyebab utama dari nyeri pada anak.
Venipuncture (pengambilan darah vena) adalah salah satu yang paling ditakuti.
Karena takut akan jarum, hampir semua anak-anak merasa cemas dan juga nyeri
sebelum dan selama venipuncture. Pengalaman traumatis berhubungan dengan
pengambilan darah vena dapat menghasilkan kecemasan yang ekstrim.
Pengobatan dan pencegahan nyeri dan kecemasan pada anak-anak adalah hal
penting karena dapat mengakibatkan trauma di masa depan. Selain itu nyeri dan
cemas memberikan efek yang merugikan pada sistem kekebalan tubuh dan saraf,
perilaku dan kesehatan mental. Pengalaman menyakitkan pada anak usia dini dan
daya ingat mereka dapat mempertahankan efek negatif dari pengambilan darah
vena. Sayangnya, manajemen nyeri dan kecemasan pada anak-anak di pusat-pusat
kesehatan tidak selalu baik, sehingga hal ini membutuhkan lebih banyak
penelitian dan pengetahuan. Teknik distraksi visual akan mengurangi nyeri dan
cemas saat venipuncture yang akan dilakukan dalam keadaan darurat. Teknik
distraksi mengalihkan stimulus stres, dan memusatkan pasien pada stimulus yang
menyenangkan.

B. Tujuan
1. Tujuan Jurnal
Tujuan jurnal adalah untuk mengetahui efektifitas teknik distrakssi dengan
video dalam mengurangi kecemasan dan nyeri pada anak-anak yang mengalami
venipuncture dalam keadaan darurat pediatrik. Tujuan lain adalah untuk
menganalisis hubungan antara kecemasan antisipatif, kecemasan nyata, tingkat
nyeri yang dirasakan dan riwayat venipuncture, serta hubungan antara kecemasan
anak-anak dan orang tua.
2. Tujuan Review Jurnal
Tujuan dari review jurnal ini adalah untuk menganalisa efektivitas teknik
distrakssi dengan video dalam mengurangi kecemasan dan nyeri pada anak-anak
yang mengalami venipuncture. Selain itu, untuk memberikan sosialisasi kepada
perawat di ruang HCU Melati 2 bahwa teknik distrakssi dengan video dapat
mengurangi kecemasan dan nyeri pada anak-anak yang dilakukan pengambilan
darah vena.
C. Metode
1. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian prospektif, acak dan studi terkontrol
pada anak-anak usia 3 sampai 11 tahun di ruang kegawatan sebuah rumah sakit.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 140 anak dan dibagi menjadi dua
kelompok dengan 70 anak pada kelompok intervensi (menerima teknik distraksi
video) dan 70 anak pada kelompok control (tanpa diberi teknik distraksi video).
Adapun kriteria inklusi adalah anak-anak usia 3 sampai 11 tahun yang
mendapatkan venipuncture (pengambilan darah vena). Untuk kriteria
eksklusinya adalah anak-anak dengan retardasi psikomotor, patologi kronis,
gangguan kesadaran, pasien yang diklasifikasikan sebagai Prioritas 1 atau
Prioritas 2 (dalam sistem 5 tingkat triase), serta orang tua atau pengasuh yang
tidak menandatangani informed consent.
3. Prosedur Penelitian
Anak dipilih secara acak ke salah satu dari dua kelompok studi: kelompok
intervensi terdiri dari anak-anak yang diberi teknik distraksi video dan kelompok
kontrol terdiri dari anak-anak yang tidak diberi teknik distraksi video.

Teknik distraksi video terdiri dari menampilkan video pendek dari kartun
yang paling sering ditonton oleh anak-anak Spanyol (menggunakan DVD
portable, LG). Video itu dipilih oleh masing-masing anak (antara lain:
Doraemon, Spongebob atau Shrek).

Venipuncture dilakukan dengan cara yang sama pada kedua kelompok,


dengan empat langkah:

a. Persiapan alat yang diperlukan untuk venipuncture tersebut.

b. Penerapan tourniquet, mencari vena yang tepat dan desinfeksi zona yang
dipilih untuk tusukan.

c. tusuk Vein (untuk ekstraksi darah atau untuk kateterisasi).

d. Dalam kasus ekstraksi vena, menekan daerah tertusuk dan menempelkan


plester; dan dalam kasus katerisasi, fixsasi kateter.
Distraksi Video digunakan dari langkah pertama venipuncture, yaitu pada
persiapan alat. Anak-anak dengan kriteria inklusi dipilih berturut-turut,
kemudian dilakukan pengacakan untuk salah satu dari dua kelompok, dan
mempertimbangkan tiga sub kelompok usia 3-5, 6-8 dan 9-11 tahun, kemudian
diikuti pengacakan angka dari 1 sampai 140, yang dihasilkan oleh Research
Randomizer.

Variabel penelitian yang diambil untuk setiap pasien adalah: jenis kelamin,
ras / etnis, usia, riwayat venipuncture (Ya atau Tidak; menanyai orang tua / wali
apakah anak pernah dilakukan venipuncture dalam 2 bulan terakhir sebelum
menjadi responden pada penelitian ini), teknik venipuncture (venipuncture
untuk ekstraksi darah atau untuk kateterisasi), tingkat kesulitan dari
venipuncture (penilaian subjektif dari perawat yang telah melakukan), jumlah
venipunctures hingga sukses, pengalaman perawat yang melakukan
venipuncture (lebih atau kurang dari 6 bulan), tingkat kecemasan antisipatif
(dari saat anak tahu dia akan ditusuk oleh jarum atau saat angiocatheter
menyentuh kulit, yaitu kecemasan yang dirasakan anak saat 1-5 menit sebelum
tusukan), tingkat kecemasan yang nyata (dari saat jarum menyentuh kulit
sampai saat diekstraksi), tingkat kecemasan orang tua / wali (dinilai dari saat
orang tua diberitahu tentang perlunya venipuncture hingga saat perawat mulai
penusukan). Kehadiran orang tua / wali tidak diizinkan dalam kelompok studi,
karena dianggap bahwa kehadiran mereka bisa menjadi metode non-
farmakologis untuk mengurangi kecemasan pada anak-anak, dan itu dapat
menyebabkan bias pada penelitian). Tingkat nyeri (anak ditanya tentang tingkat
nyeri yang dia rasakan selama tusukan), dan juga denyut jantung anak (denyut
per menit (bpm)).

Metode yang digunakan untuk mengevaluasi variabel:

Level kecemasan anak menggunakan Groninger Distress Scale: Ini adalah


skala yang vailid dengan lima tingkatan, dari tingkat 1 di mana pasien tidak
memiliki kecemasan atau stres sampai level 5 di mana anak memiliki
kecemasan yang ekstrim. Tingkat kecemasan dari pendamping (orang tua /
wali) menggunakan penilaian pengamatan yang terdiri dari tiga langkah:
a. keadaan basal kecemasan

b. Kolaborasi dengan staf kesehatan

c. Perilaku dengan anak (apakah mereka mencoba untuk menenangkan anak).

Skala ini terdiri dari empat tingkatan:

a. Level 1, pendamping yang terlihat tenang, koperasi dengan staf, dan


mencoba menenangkan anak

b. Level 2, pendamping yang tampak cemas, tetapi mencoba untuk


menenangkan anak

c. Level 3, pendamping yang tampak cemas dan tidak menenangkan anak

d. Tingkat 4, pendamping yang tampak sangat cemas, sangat tidak kooperatif


atau sama sekali tidak koperasi dengan staf, dan tidak menenangkan anak.

Tingkat nyeri: Untuk mengukur nyeri yang dirasakan oleh anak selama
venipuncture, menggunakan skala yang valid dan skala adaptasi untuk setiap
kelompok usia. Semua anak-anak bisa mengatakan berapa banyak nyeri yang
mereka rasakan. Pada anak-anak berusia 3 sampai 7 tahun menggunakan skala
Wong-Baker. Skala Wong Baker adalah skala analog visual dengan gambar
wajah yang mengekspresikan derajat nyeri yang berbeda; ada 6 wajah, dan
wajah masing-masing memiliki skor (0, 2, 4, 6, 8 dan 10, di mana 0 adalah tidak
ada rasa sakit, 2 adalah nyeri ringan, 4 dan 6 adalah nyeri sedang, dan 8 dan 10
adalah nyeri yang parah) . Pada anak-anak berusia lebih dari 7 tahun
menggunakan skala numerik verbal (skala numerik dengan interval dari 1
sampai 10, dimana 0 tidak ada nyeri dan 10 adalah nyeri maksimum).

Tingkat kesulitan venipuncture (pengambilan darah vena): Untuk menilai


kesulitan menggunakan skala numerik kelulusan (graduated) dari 1 sampai 5 (1
untuk sangat mudah, 2 untuk mudah, 3 untuk normal, 4 untuk sulit, dan 5 untuk
sangat sulit dalam pelaksanaan). Perawat menilai tingkat kesulitan setelah
melakukan tindakan venipuncture.

4. Instrumen
a. Terapi pijat
Instrumen yang digunakan dalam penelitian di jurnal untuk terapi pijat
adalah standar prosedur untuk pijat dan baby oil.
b. KMC
Instrumen yang digunakan pada intervensi KMC di dalam jurnal tidak terlalu
jelas, hanya dijelaskan saat dilakukan intervensi KMC bayi hanya
menggunakan popok (diapers) dan ditempelkan pada dada ibu. Pada KMC
ibu duduk di kursi goyang selama melakukan KMC. Kemudian dilakukan
pengukuran berat badan pada hari pertama sebelum intervensi dan pada hari
kelima sesudah intervensi. Selain itu dilakukan pengukuran lama perawatan
di rumah sakit dihitung mulai dari hari kelahiran partisipan sama seperti
pada kelompok terapi pijat.

D. Hasil
Terapi pijat dan KMC efektif dalam meningkatkan berat badan dan
mengurangi lama perawatan di rumah sakit pada bayi prematur dengan BBLR.
Berikut tabel hasil penelitian :

Pada hasil penelitian dapat diketahui bahwa terapi pijat dan KMC sama-
sama efektif dalam meningkatkan berat badan pada bayi dengan BBLR dan
mengurangi lama perawatan di rumah sakit. Namun terapi pijat lebih efektif untuk
kedua parameter tersebut dapat diketahui dari rata-rata peningkatan berat badan
setelah dilakukan terapi pijat lebih tinggi daripada rata-rata peningkatan berat badan
pada kelompok KMC. Begitu juga untuk lama perawatan terapi pijat lebih efektif
dilihat dari lama perawatan pada terapi pijat lebih sedikit dari pada lama perawatan
pada kelompok KMC.
E. Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi pijat dan KMC dapat
meningkatkan berat badan dan mengurangi lama perawatan di rumah sakit. Adanya
peningkatan berat badan pada kelompok terapi pijat sesuai dengan penelitian dari
Dieter dkk tahun 2003, bahwa terapi pijat dapat mempengaruhi penambahan berat
badan. Dieter dkk (2003) meneliti efek dari terapi pijat selama 5 hari terhadap berat
badan dan perilaku tidur pada bayi prematur yang stabil dan menyimpulkan bahwa
terapi pijat yang efektif dalam meningkatkan berat badan dan meningkatkan waktu
tidur.
Pada penelitian sebelumnya, diketahui bahwa neonatus yang memiliki berat
badan lebih tidak dapat mencerna lebih banyak kalori atau menghabiskan lebih
banyak waktu tidur. Menanggapi temuan ini Diego dkk. pada tahun 2008
mengemukakan teori bahwa pijat merangsang aktivitas vagal (aktivasi saraf vagal
merupakan indeks sistem saraf parasimpatis) yang mengarah ke peningkatan
pelepasan hormon pencernaan dan peningkatan motility.
Pijat lambung telah terbukti menurunkan stres pada neonatus. Efek dari pijat
pada bayi prematur adalah meningkatkan kesehatan dan mengurangi panjangnya
waktu di NICU. Hal ini juga dapat menurunkan tingkat stres neonatus pada
lingkungan yang dapat meningkatkan aktivitas vagal sehingga nafsu makan bayi
meningkat dan dapat meningkatkan berat badan serta pengurangan lama perawatan
di rumah sakit.
Mendes dan Procianoy (2008) meneliti tentang efek dari terapi pijat dan
KMC di rumah sakit pada bayi berat lahir rendah dan menyimpulkan bahwa terapi
pijat dapat menurunkan perawatan di rumah sakit dan meminimalkan kejadian
neonatal dengan sepsis pada berat lahir bayi rendah. Penurunan ini mungkin
dikaitkan dengan peningkatan berat badan bayi, peningkatan kekebalan tubuh, dan
penurunan tingkat stres dan aktivitas setelah terapi pijat.
Pada kelompok KMC juga terdapat peningkatan berat badan dan pengurangan
lama perawatan di rumah sakit. Roberts et al (2000) menyimpulkan bahwa KMC
dapat meningkatkan berat badan bayi mungkin disebabkan karena adanya
peningkatan angka menyusui, peningkatan tonus vagus, meningkatkan siklus tidur,
dan meningkatkan tingkat metabolisme.
Metabolisme basal merupakan jumlah keseluruhan aktivitas metabolisme
dalam keadaan istirahat fisik dan mental. Kondisi bayi yang rileks, tidak stress dan
tidur yang cukup akibat pemberian terapi pijat dan KMC, dapat meningkatkan
kecepatan metabolisme basal. Kalori yang ada dalam tubuh digunakan untuk
menghindari kehilangan berat badan, mempertahankan suhu tubuh dan membiarkan
persediaan aktivitas fungsional semua sel jaringan, kelenjar dan organ. Bayi dengan
tingkat kalori tinggi akan mengalami peningkatan berat badan, sehingga akan
mempercepat proses perawatan di Rumah Sakit (Syaifuddin, 2012).
Demikian pula pengurangan perawatan di rumah sakit dapat dikaitkan dengan
penurunan tingkat infeksi secara keseluruhan dan meningkatkan ikatan ibu dan bayi
yang dapat memulihkan kondisi kesehatan yang lebih baik.
F. Analisis Jurnal
1. Kelebihan Jurnal.
a. Penulis menjelaskan teknik penelitian dan waktu dalam penerapan sehingga
memudahkan dalam pelaksanaan.
b. Terapi pijat dan KMC mudah dilakukan karena tidak memerlukan alat yang
rumit.
c. Langkah-langkah terapi pijat dan KMC dalam jurnal sederhana sehingga
mudah diaplikasikan.
d. Tidak menimbulkan efek samping apapun.
2. Kekurangan Jurnal
a. Jurnal ini tidak menyampaikan secara lengkap langkah-langkah setiap sesi
taktil dan kinestetik serta langkah-langkah melakukan KMC.
b. Jurnal ini tidak menjelaskan secara jelas tentang instrumen apa saja yang
digunakan dalam melakukan tindakan KMC.
c. Jurnal ini tidak menggunakan kelompok kontrol sehingga hasil kurang
signifikan karena tidak ada kelompok pembanding.
d. Jurnal ini tidak menjelaskan dan melampirkan instrumen atau alat ukur yang
digunakan dalam peneitian.
G. Implikasi Keperawatan
1. Terapi pijat dan KMC telah diterapkan dan berhasil, akan sangat bermanfaat
dalam membantu bayi dalam penambahan berat badan dan mengurangi lama
perawatan di rumah sakit pada bagi prematur.
2. Jurnal ini dapat menambah informasi bagi pelayanan keperawatan sebagai
tindakan mandiri perawat dalam melakukan intervensi kepada bayi prematur
dengan BBLR, khususnya pada bayi yang memiliki resiko komplikasi pada
persalinan prematur.
3. Terapi pijat dan KMC dapat menjadi alternatif sebagai pilihan tindakan mandiri
keperawatan pada bayi yang mudah dilakukan di ruang perinatologi dan rawat
gabung bayi dengan ibunya.

H. Aplikasi di Rumah Sakit


1. Membuat standar operasional prosedur (SOP) dan satuan acara penyuluhan
(SAP) tentang KMC dan terapi pijat
2. Melakukan sosialisasi ke tim promosi kesehatan rumah sakit (PKRS)
3. Melakukan sosialisasi kepada kepala ruang
4. Memberikan sosialisasi kepada perawat yang ada di ruang perinatologi dan
ruang rawat gabung bayi dengan ibunya menggunakan media leaflet dan
demonstrasi. Sosialisasi dilakukan di ruang kepala ruang maupun di ruang
diskusi. Sosialisasi dapat dilakukan pada saat pre conference.
5. Memantau perawat dalam melakukan tindakan KMC dan terapi pijat secara
rutin, sehari 3 kali selama 15 menit.

I. Hambatan dan Solusi Aplikasi Jurnal


N Hambatan Solusi
o
1. Sosialisasi ke tim promosi kesehatan Memberikan sosialisasi kepada
kesehatan rumah sakit (PKRS) tim PKRS secara bertahap
membutuhkan waktu yang lama dan misalnya dilakukan sebanyak 3
sulit dalam mengumpulkan semua tim kali pertemuan
PKRS
2. Sulit mengumpulkan semua perawat Menyampaikan tentang terapi
yang ada diruangan pijat dan KMC pada saat pre
conference
3. Minimnya tenaga kesehatan dan Beban Mengajarkan kepada keluarga dan
kerja perawat yang tinggi membagikan leaflet yang mudah
menyebabkan kesulitan dalam dipahami oleh keluarga
memberikan implementasi terapi pijat
dan KMC 3 kali sehari selama 15
menit

J. Kesimpulan dan saran


1. Terapi pijat dan KMC sama-sama efektif dalam meningkatkan berat badan dan
mengurangi lama perawatan di rumah sakit. Terapi pijat dan KMC dapat
digunakan secara bergantian karena keduanya sama-sama efektif.
2. Terdapat beberapa faktor ynag perlu diperhatikan dalam penelitian tetapi tidak di
perhatikan diantaranya adalah jumlah makan, jumlah urine, dan output feses.
Tingkat metabolisme basal seharusnya juga diperhatikan. Selain itu, seharusnya
dilakukan pemantauan aktivitas vagal dengan menggunakan
electroencephalography, electrogastrography, dan lain sebagainya.
3. Sebaiknya menggunakan kelompok kontrol agar penerapan implementasi lebih
efektif dan dapat membandingkan kelompok eksperimen dan kontrol.

Anda mungkin juga menyukai