Anda di halaman 1dari 14

PERENCANAAN IPAL LIMBAH CAIR RPH TAMANGAPA MAKASSAR

Amalia Fitriany1), Mary Selintung2) dan Achmad Zubair2)


1)
Mahasiswi Teknik Lingkungan Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin 90245
Makassar
2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar 90245 Indonesia

Abstrak
Kebutuhan masyarakat terhadap produk industri peternakan semakin meningkat. Rumah Pemotongan
Hewan sebagai tempat usaha pemotongan hewan dalam penyediaan daging sehat seharusnya memperhatikan
faktor-faktor yang berhubungan dengan sanitasi baik dalam lingkungan RPH maupun lingkungan di sekitarnya.
RPH Tamangapa Makassar merupakan rumah pemotongan hewan yang cukup besar di Makassar yang setiap
harinya memotong sapi 60 ekor per hari, namun belum memiliki unit pengolahan limbah yang memadai.
Perencanaan ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik air limbah pada RPH dan merencanakan IPAL pada
RPH Tamangapa Makassar. Sampel air limbah diambil lalu diuji karakteristiknya di laboratorium dan dihitung
volume limbah yang dihasilkan setiap harinya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis agar diketahui kualitas
air limbahnya hingga akhirnya merencanakan sistem pengolahan dan unit-unit IPAL yang akan dipakai. Dari
perencanaan ditentukan sistem pengolahannya adalah Biofilter Anaerob-Aerob karena dapat mengolah limbah
yang memiliki kandungan organik tinggi. Kapasitas IPAL yang direncanakan yaitu 25 m3/hari, yang mana unit-
unit pengolahannya terdiri dari bak pemisah minyak dan lemak, bak ekualisasi, bak pengendapan awal, reaktor
anaerob, reaktor aerob dan pengendapan akhir.

Kata kunci: Limbah, RPH Tamangapa, Perencanaan, IPAL.

Abstract
The societal need in livestock products is getting increases. Business Slaughterhouses as the place which
provide healthy meat should be keep the good sanitation factors in the slaughterhouses itself and the environment
around it. Tamangapa slaughterhouses are the biggest one in Makassar cut 60 head of cattle per day, but
unfortunately the adequate sewage treatment unit has not existed. The purpose of this thesis is to analyse waste
water characteristic of slaughterhouses and make the design plan of wastewater treatment plant (WWTP) for
Tamangapa slaughterhouses Makassar. Wastewater samples were taken and tested in the laboratory characteristics
and calculated the volume of waste generated every day. Then analyse the obtained data to determine the
wastewater quality as the basis to create the plan processing system and the wastewater treatment plant unit which
will be used. Based on that plan, the processing system determined to use Biofilter Anaerob-Aerob because it can
process waste which has a high organic content. The design plan WWTP capacity is 25 m3/day, the processing
units consist of oil and grease separator pond, equalization pond, initial sedimentation pond, anaerobic reactor,
aerobic reactor and final sedimentation.

Key words: Waste, Tamangapa Slaughterhouses, Design, Waste water treatment plan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang karbohidrat yang cukup tinggi sehingga
Kebutuhan masyarakat terhadap berpotensi sebagai pencemar lingkungan.
produk industri peternakan semakin meningkat.
Daging adalah salah satu produk industri Untuk menjaga dan meningkatkan
peternakan yang dihasilkan dari usaha kualitas lingkungan hidup dan menurunkan
pemotongan hewan. Menurut ketentuan beban pencemaran lingkungan melalui upaya
pemerintah yang tertuang dalam Peraturan pengendalian pencemaran dari kegiatan RPH,
Pemerintah RI No. 95 Tahun 2012, tentang pemerintah menetapkan kebijaksanaan tentang
kesehatan veteriner dan kesejahteraan hewan, baku mutu air limbah bagi kegiatan rumah
maka pemotongan hewan harus dilaksanakan di potong hewan yang diatur dalam Permenlh No.
Rumah Pemotongan Hewan (RPH) atau tempat 02 Tahun 2006.
pemotongan lainnya yang ditunjuk oleh pejabat
yang berwenang, kecuali dalam keadaan Rumah Pemotongan Hewan
tertentu seperti untuk keperluan upacara adat, Tamangapa merupakan rumah pemotongan
agama dan pemotongan darurat. hewan yang cukup besar di Makassar. Namun
dari hasil pengamatan langsung di lapangan
Rumah Pemotongan Hewan sebagai RPH ini belum mempunyai unit pengolahan
tempat usaha pemotongan hewan dalam limbah yang memadai dan upaya pengolahan
penyediaan daging sehat seharusnya limbah masih sangat rendah. Sehingga air
memperhatikan faktor-faktor yang limbah yang dibuang langsung ke badan air
berhubungan dengan sanitasi baik dalam tidak memenuhi standar baku mutu air buangan
lingkungan RPH maupun lingkungan di yang sudah ditentukan. Tentunya hal ini dapat
sekitarnya. Dalam mencegah kemungkinan mencemari lingkungan di sekitar RPH tersebut.
terjadi dampak terhadap kesehatan masyarakat Hal ini lah yang menjadi masalah utama
terutama penduduk sekitar lokasi RPH maka sehingga perlu adanya perencanaan instalasi
dengan SK Mentan No.555/KPTS.240/9/1996 pngolahan air limbah untuk Rumah
dijelaskan tentang syarat-syarat RPH dan Pemotongan Hewan Tamangapa Makassar.
Usaha Pemotongan Hewan (A.Roniadi dkk,
2013). Berdasarkan latar belakang ini, peneliti
menganggap perlu mengadakan penelitian
Perusahaan Daerah Rumah dengan judul “Perencanaan IPAL Limbah Cair
Pemotongan Hewan (PD RPH) Kota Makassar RPH Tamangapa Makassar”.
secara administratif berada di wilayah Kota
Makassar Kecamatan Manggala tepatnya MATERI
Kelurahan Tamangapa. PD RPH berada dalam
naungan Pemerintah Kota Makassar. Kegiatan Limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH)
yang ada di PD RPH Kota Makassar Rumah Pemotongan Hewan yang
diantaranya adalah pemotongan hewan, selanjutnya disingkat RPH adalah suatu
pengadaan, dan penyaluran daging yang sehat bangunan atau kompleks bangunan dengan
dan bermutu. Jenis hewan yang termasuk dalam desain dan konstruksi khusus yang memenuhi
kegiatan PD RPH ini yaitu sapi dan kerbau. persyaratan teknis dan higienis tertentu serta
Kegiatan RPH meliputi pemotongan, digunakan sebagai tempat pemotongan hewan
pembersihan lantai tempat pemotongan, (A.Roniadi, 2013).
pembersihan kandang penampung, dan
pembersihan isi perut. Dari kegiatan proses Limbah utama dari RPH berdasarkan
pemotongan yang beroperasi mulai pukul 02.00 sumbernya dapat dibagi dua, yaitu:
WITA sampai pukul 09.00 WITA tersebut, 1. Rumah pemotongan, material yang
dihasilkan air limbah berupa darah, kotoran, dihasilkan yaitu: darah, isi rumen, serpihan
sisa pakan, sisa rumen serta serpihan daging daging dan lemak, serta air cucian.
dan lemak yang tercampur bersama air cucian. 2. Kandang sebelum dipotong, material yang
dihasilkan yaitu: kotoran, sisa pakan dan
Limbah RPH tergolong limbah organik air cucian.
karena mengandung protein, lemak dan
Limbah pemotongan hewan RPH yang 1. BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah
berupa feses urin, isi rumen atau isi lambung, jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
darah, daging atau lemak, dan air cuciannya, bakteri untuk menguraikan (mengoksidasi)
dapat bertindak sebagai media pertumbuhan hampir semua zat organik yang terlarut dan
dan perkembangan mikroba sehingga limbah sebagian zat-zat organik yang tersuspensi
tersebut mudah mengalami pembusukan. dalam air.
Dalam proses pembusukannya di dalam air, 2. COD (Chemical Oxygen Demand) adalah
menimbulkan bau yang tidak sedap serta dapat jumlah oksigen yang diperlukan untuk
menyebabkan gangguan pada saluran mengurai seluruh bahan organik yang
pernapasan yang disertai dengan reaksi terkandung dalam air. Hal ini karena bahan
fisiologik tubuh berupa rasa mual dan organik yang ada sengaja diurai secara
kehilangan rasa selera makan. Selain kimia dengan menggunakan oksidator buat
menimbulkan gas berbau busuk juga adanya kalium bikromat pada kondisi asam dan
pemanfaatan oksigen terlarut yang berlebihan panas dengan katalisator perak sulfat,
dapat mengakibatkan kekurangan oksigen bagi sehingga segala macam bahan organik, baik
biota air (A.Roniadi, 2013). yang mudah terurai maupun yang kompleks
dan sulit diurai, akan teroksidasi.
Pendapat lain dikemukakan oleh 3. TSS (Total Suspended Solid) adalah padatan
Simamora (2004) bahwa limbah peternakan yang menyebabkan kekeruhan air yang
dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan tidak larut dan tidak dapat mengendap
permasalahan, antara lain, seperti polusi tanah, langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari
air, dan udara. Hal ini terjadi terutama jika partikel-partikel yang ukuran maupun
limbah tidak ditangani dengan baik, atau jika beratnya lebih rendah dari sedimen.
limbah langsung dialirkan begitu saja ke sungai 4. Minyak dan Lemak yang mencemari air
atau ditimbun ditempat terbuka, selanjutnya sering dimasukkan kedalam kelompok
Sanjaya dkk (1996) menyatakan bahwa untuk padatan, yaitu padatan yang mengapung di
menangani limbah yang dihasilkan oleh atas permukaan air.
kegiatan RPH, maka ada tiga kegiatan yang 5. NH3 (Ammonia) merupakan hasil
perlu dilakukan yaitu identifikasi limbah, pembakaran asam amino oleh berbagai jenis
karakterisasi dan pengolahan limbah. Hal ini bakteri aerob dan anaerob. Jika kadar asam
harus dilakukan agar dapat ditentukan suatu amino di dalam air terlalu tinggi karena
bentuk penanganan limbah RPH yang efektif. pembakaran protein tidak berlangsung
dengan baik sehingga menghasilkan asam
Burhanuddin ( 2005 ) menambahkan nitrat maka akan menimbulkan pencemaran.
bahwa berkenaan dengan hal tersebut, maka 6. pH (Derajat Keasaman). Pengukuran pH
upaya mengatasi limbah ternak yang selama ini yang berkaitan dengan proses pengolahan
dianggap menganggu karena menjadi sumber biologis karena pH yang kecil akan lebih
pencemaran lingkungan perlu ditangani dengan menyulitkan di samping akan mengganggu
cara yang tepat sehingga dapat memberi kehidupan di dalam air bila dibuang pada
manfaat lain berupa keuntungan ekonomis dari perairan terbuka.
penanganan limbah tersebut. Penanganan
limbah ini diperlukan bukan saja karena Analisis Kualitas Air Olahan
tuntunan akan lingkungan yang nyaman tetapi
juga karena pengembangan usaha peternakan Air limbah yang harus diolah adalah
mutlak memperhatikan kualitas lingkungan, seluruh air limbah yang dihasilkan oleh
sehingga keberadaannya tidak menjadi masalah kegiatan rumah pemotongan hewan, yaitu air
bagi masyarakat di sekitarnya. yang berasal dari pemotongan, pembersihan
lantai tempat pemotongan, pembersihan
Parameter Air Limbah Rumah Pemotongan kandang penampung, pembersihan kandang
Hewan isolasi, dan pembersihan isi perut serta air sisa
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup perendaman.
No.2 Tahun 2006 menjelaskan bahwa Parameter yang perlu diamati adalah
parameter air limbah rumah pemotongan hewan pH, BOD, COD, TSS, minyak dan lemak, dan
terdiri dari: NH3-N. Hasilnya dibandingkan dengan baku
mutu limbah cair kegiatan tumah potong yang

3
telah ditetapkan oleh pemerintah melalui waktu tertentu saja semisal pagi hingga
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor sore atau sore hingga pagi hari.
02 Tahun 2006 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan
(Tabel 1). 3. Parameter Pencemar (Karakteristik) Air
Tabel 1 Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Limbah
Rumah Pemotongan Hewan Jenis parameter pencemar utama
dalam air limbah adalah bahan organik,
bahan an-organik, minyak dan lemak,
mikroorganisme, warna dan bahan padatan.
Untuk masing-masing jenis parameter
tersebut dapat digunakan unit pengolahan
tertentu agar dapat dikurangi konsentrasinya
Sumber: Peraturan Pemerintah Negara atau tingkat bahayanya. Unit-unit
Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2006 pengolahan air limbah tersebut ada yang
Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan secara khusus untuk mengolah pencemar
Rumah Pemotongan Hewan. tertentu, namun ada juga yang berfungsi
untuk mengolah secara bersama-sama
Tahapan Perencanaan Instalasi Pengolahan beberapa jenis bahan pencemar.
Air Limbah
Dalam merencanakan suatu IPAL, 4. Ketersediaan Lahan dan Ruang
maka perlu ditempuh beberapa langkah Besarnya lahan atau ruang bagi
pengerjaan yang dimulai dari survei lapangan instalasi pengolahan air limbah ditentukan
yaitu mengumpulkan beberapa informasi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
mengenai proses produksi atau pengolahan volume limbah yang dihasilkan, kadar dan
yang dilakukan dan kondisi eksisting, analisis keragaman bahan pencemaran air limbah
karasteristik air limbah di laboratorium, analisa dan pilihan jenis unit pengolahan air limbah
data dan pemilihan teknologi (proses) yang .
akan digunakan. Jika langkah-langkah tersebut 5. Ketersediaan Biaya
telah ditempuh baru dilakukan desain IPAL Pembangunan (konstruksi),
yang direncanakan. operasional dan perawatan IPAL
membutuhkan pembiayaan yang tidak
Desain Instalasi Pengolahan Air murah. Terdapat bangunan atau unit
Limbah ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: pengolahan yang terbuat dari semen (bak
1. Debit Air Limbah penyaringan, bak pengendapan, biogas, bak
Desain IPAL dipengaruhi oleh debit kontrol, bak pengering lumpur, dll),terbuat
air limbah yang dihasilkan, karena debit dari besi (trickling filter, RBC, anaerobic
digunakan sebagai penentuan volume unit- digester, dll) dan tebuat dari plastik atau
unit pengolahan air limbah. Bila debitnya fiber (biogas). Instalasi pengolahan air
besar maka volume unit pengolahannya limbah perlu dirawat agar beroperasi secara
harus dibuat besar untuk dapat menampung optimal. Banyak IPAL dari kegiatan industri
air limbah tersebut. Terlebih lagi apabila yang tidak lagi beroperasi atau berfungsi
akan digunakan unit pengolahan yang optimal karena tidak menggarkan
membutuhkan waktu tinggal, maka pembiayaan perawatan IPAL. Perawatan
perhitungan volume unit pengolahannya IPAL terdiri dari pengecekan fungsi alat dan
dikalikan dengan waktu tinggalnya. bangunan serta perbaikan alat dan
bangunan.
2. Aliran Air Limbah
Aliran air limbah dapat bersifat Rumus Perhitungan yang Digunakan dalam
kontinyu (terus-menerus) atau sesaat Perencanaan
ditentukan oleh proses produksi yang Adapun rumus perhitungan yang
dilakukan. Ada industri yang melakukan digunakan dalam perencanaan ini adalah:
unit pengolahan atau beroperasi sepanjang - Menghitung volume pada tiap-tiap unit
hari dan beroperasi hanya pada waktu- instalasi limbah
V = luas alas x tinggi

4
- Menghitung debit yang akan disalurkan ke Di samping itu juga terdapat unit pengolahan
tiap-tiap unit instalasi lumpur untuk menangani lumpur yang
- Menghitung total debit limbah cair terbentuk dari unit-unit pengolahan (Alpryono,
- Menentukan waktu tinggal (retention time) 2012).
pada suatu unit instalasi
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑛𝑖𝑡 (𝐵𝑎𝑘) a. Pengolahan Pendahuluan
Tr = 𝑄
x waktu pengaliran
Pengolahan pendahuluan bertujuan untuk
di mana: 𝑇𝑟 = retention time (jam), Q = debit menyisihkan materi-materi yang dapat
aliran (m3/s) mengganggu operasional unit-unit selanjutnya.
Kemudian dikontrol, waktu tinggal > waktu
tunggu  Bak Pemisah Lemak/Minyak
- Menghitung beban BOD di dalam air limbah Bak pemisah lemak atau grease removal
Beban BOD = Q x BODinlet yang direncanakan adalah tipe gravitasi
di mana Q = debit aliran (m3/s), BODinlet = sederhana. Bak pemisah lemak tersebut
jumlah BOD yang masuk ke unit pengolahan berfungsi untuk memisahkan lemak atau
(kg BOD/m3.hari) minyak yang berasal dari kegiatan
- Menghitung volume media biofilter yang pemotongan hewan, serta untuk
diperlukan mengendapkan kotoran pasir, tanah atau
Volume media yang diperlukan = senyawa padatan yang tak dapat terurai
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑂𝐷 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑎𝑖𝑟 𝑙𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑂𝐷 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛
secara biologis.
di mana beban BOD dalam air limbah (kg/hari)
; beban BOD yang digunakan (kg  Bak Ekualisasi
BOD/m3.hari) Proses ekualisasi berfungsi untuk
Menghitung efisiensi pengolahan meminimumkan dan mengendalikan
Efisiensi pengolahan dihitung dengan cara fluktuasi aliran limbah cair baik kuantitas
sebagai berikut : maupun kualitas yang berbeda dan
𝑆𝑜−𝑆 menghomogenkan konsentrasi limbah cair
E = 𝑆𝑜 x 100 dalam bak ekualisasi.
di mana: E = Efisiensi Pengolahan (%), S0 =
Influent (mg/L), S Effluent(mg/L) b. Pengolahan Tingkat Pertama
Pengolahan tingkat pertama merupakan
Sistem Pengolahan yang Sesuai Untuk pengolahan fisik yang bertujuan untuk
Limbah Cair Rumah Pemotongan Hewan menyisihkan padatan yang terkandung dalam
Pengolahan air limbah yang sesuai air limbah. Padatan yang akan disisihkan
untuk merencanakan IPAL pada Rumah meliputi minyak dan lemak serta TSS.
Pemotongan Hewan Tamangapa Makassar
yaitu proses Biofilter Anaerob-Aerob, di mana  Bak Pengendapan Awal
proses ini memliki beberapa keunggulan antara Air limbah yang telah melalui bak
lain: ekualisasi kemudian dialirkan ke bak
pengendapan awal untuk mengendapkan
 Pengoperasiannya mudah. . partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya.
 Lumpur yang dihasilkan sedikit Selain sebagai bak pengendapan, juga
 Dapat digunakan untuk pengolahan air berfungsi sebagai bak pengontrol aliran
limbah dengan konsentrasi zat organik serta bak pengurai senyawa organik yang
rendah maupun tinggi. berbentuk padatan, sludge digestion
 Tahan terhadap fluktuasi jumlah air limbah (pengurai lumpur) dan penampung
maupun fluktuasi konsentrasi. lumpur.
 Pengaruh penurunan suhu terhadap
efisiensi pengolahan kecil. c. Pengolahan Tingkat Kedua
Pengolahan pada tingkat kedua pada
Konfigurasi unit-unit pengolahan yang umumnya melibatkan proses biologis dengan
terdapat di dalam suatu IPAL menunjukkan tujuan menghilangkan bahan organik dengan
tingkatan pengolahannya. Di dalam pengolahan oksidasi biokimia.
air limbah terdapat tiga tingkatan pengolahan,  Reaktor Anaerob
yaitu pengolahan primer, sekunder dan tersier.
5
Di dalam bak kontaktor anaerob 1. Teknik Pengumpulan Data
tersebut diisi dengan media dari bahan Adapun sumber data dalam
plastik tipe sarang tawon. Penguraian zat- perencanaan ini adalah:
zat organik yang ada dalam air limbah
dilakukan oleh bakteri anaerobik atau a. Data Primer
fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari Diperoleh dengan mengadakan
operasi, pada permukaan media filter akan kunjungan langsung ke lokasi
tumbuh lapisan film mikroorganisme. penelitian, sehingga diperoleh
Mikroorganisme inilah yang akan kondisi eksisting pengolahan air
menguraikan zat-zat organik yang belum limbah serta sistem penyaluran air
sempat teruari pada bak pengendap. buangan yang ada. Pengumpulan
data primer ini dilakukan dengan
 Reaktor Aerob mengukur langsung (observasi)
Pada reaktor aerob, tidak berbeda jauh dan wawancara kepada petugas.
dengan reaktor anaerob. Di dalam bak
kontaktor aerob ini diisi dengan media dari b. Data sekunder
bahan plastik tipe sarang tawon, sambil Data sekunder yang dipakai dalam
diaerasi atau dihembus dengan udara penelitian ini bersumber dari
sehingga mikoorganisme yang ada akan literatur yang berkaitan, data-data
menguraikan zat organik yang ada dalam dari RPH dan segala sesuatu yang
air limbah serta tumbuh dan menempel berhubungan dengan studi ini.
pada permukaan media. Proses ini sering
dinamakan Aerasi Kontak (Contact 2. Pengolahan dan Analisis Data
Aeration). Data yang diperoleh kemudian
diolah dan dianalisis agar diketahui
d. Pengolahan Lanjutan kualitas air yang dihasilkan dari hasil
Dalam prakteknya pengolahan limbah pengolahan limbah dan kondisi
tingkat pendahuluan, tingkat pertama dan eksisting dari unit pengolahan limbah
tingkat kedua seringkali tidak memuaskan, rumah pemotongan hewan tersebut.
bahkan tidak berhasil, sehingga diperlukan Setelah dilakukan analisis data untuk
pengolahan tingkat lanjut. selanjutnya dilakukan evaluasi
berkaitan dengan metode pengolahan
 Bak Pengendapan Akhir limbah cair, dimensi dan desain
Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak bangunan, kualitas air, proses
pengendapan akhir. Di dalam bak ini pengolahan dan perawatan dengan data
lumpur aktif yang mengandung massa kepustakaan serta standar yang
mikroorganisme diendapkan dan dipompa berlaku.
kembali ke bak pengendapan awal dengan
pompa sirkulasi lumpur. Prosedur Pengambilan Sampel

METODE PERENCANAAN Sampel air limbah diambil di lokasi


perencanaan yaitu Perusahaan Daerah Rumah
Lokasi perencanaan Pemotongan Hewan Tamangapa Makassar.
Sebelumnya peneliti menyiapkan peralatan
Perencanaan ini dilakukan di Perusahaan pengambilan sampel dan penentuan titik
Daerah Rumah Pemotongan Hewan Kota pengambilan sampel. Di mana titik
Makassar Kecamatan Manggala Kelurahan pengambilan sampel yang pertama yaitu pada
Tamangapa. titik input yang mana air limbah belum masuk
ke dalam tahap pengolahan. Titik pengambilan
Pelaksanaan Perencanaan sampel yang kedua yaitu pada titik output, yang
Perencanaan dilakukan dengan mengumpulkan mana air limbah sudah melalui proses
data, kemudian data yang didapat dianalisa pengolahan dan menuju ke badan air (sungai).
sehingga mendapatkan kesimpulan. Adapun waktu pengambilan sampel pukul
06.00 WITA yaitu pada saat kegiatan di RPH
masih berlangsung. Air sampel yang telah

6
diambil kemudian dibawa ke Balai Besar Minyak dan mg/L <0,1
Laboratorium Kesehatan Makassar untuk Lemak

Parameter Influen Effluent Satuan Efisiensi


Sumber: Hasil Analisa Data Effluen
Air Limbah Pengolahan
TSS 10820 2547 mg/L 76,46% Dari data yang diperoleh dapat dihitung
Ammonia 440,92 97,87 mg/L 77,80% besarnya efisiensi pengurangan bahan
(NH3) pencemar dalam air limbah setelah melalui
BOD 705,6 656 mg/L 7,0% pengolahan. Dapat dilihat pada tabel.4 efisiensi
COD 1764 1607,4 mg/L 8,87%
pengolahan air limbah.
Minyak & 1936 <0,1 mg/L 99,99%
Lemak
Tabel 4 Efisiensi Pengolahan Air Limbah
pH 8,3 8,1
kemudian dianalisis. Sumber: Hasil Analisa Data

Air limbah yang dihasilkan tingkat


.
pencemarannya masih sangat tinggi, dilihat dari
HASIL PERHITUNGAN DAN hasil uji di laboratorium, parameter TSS,
PERENCANAAN Ammonia, BOD, dan COD masih melewati
ambang batas yang ditentukan. Apabila limbah
Karateristik Sampel Air Limbah ini tidak ditangani dengan baik tentunya ini
Sampel air limbah yang diambil pada sangat berpengaruh dengan lingkungan dan
titik input dan output masih sangat jauh dari dapat menimbulkan permasalahan antara lain
baku mutu yang sesuai dengan Peraturan seperti polusi tanah, air dan udara. Maka perlu
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun diterapkan sistem pengolahan yang cocok
2006 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi dengan karakeristik air limbah ini.
Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan. Tabel 2
dan Tabel 3 berikut merupakan data kualitas air Efisiensi Pengolahan yang Direncanakan
limbah influen dan effluen di PD RPH Untuk menentukan tingkat pengolahan
Tamangapa Makassar. yang akan diterapkan dalam perencanaan perlu
ditentukan efisiensi pengolahan yang akan
Tabel 2 Data Kualitas Air Limbah Influen dicapai.
Parameter Satuan Besaran
Dari data kualitas air limbah Rumah
TSS mg/L 10820 Pemotongan Hewan dan mengacu pada baku
mutu yang berlaku maka dapat diketahui
Ammonia (NH3) mg/L 440,92 parameter-parameter yang akan disisihkan
melalui instalasi pengolahan air limbah seperti
pada tabel 5 berikut:
BOD mg/L 705,6
Tabel 5 Parameter Air Limbah yang Akan
Disisihkan
COD mg/L 1764
Parameter Influen Baku Satuan Efisiensi
pH 8,3 Air Mutu Pengolahan
Limbah
Minyak dan mg/L 1936 TSS 10820 100 mg/L 99,07%
Lemak Ammonia 440,92 25 mg/L 94,33%
Sumber: Hasil Analisa Data Influen (NH3)
BOD 705,6 100 mg/L 71,65%
Tabel 3 Data Kualitas Air Limbah Effluent COD 1764 200 mg/L 94,33%
Parameter Satuan Besaran Minyak&Le 1936 15 mg/L 99,22%
mak
TSS mg/L 2547 pH 8,3 6-9
Sumber: Hasil Analisa Data
Ammonia mg/L 97,87
(NH3)
1. Desain Teknis IPAL
BOD mg/L 656 Sebelum menentukan dimensi unit-
COD mg/L 1607,4
unit pengolahan yang akan direncakan,
terlebih dahulu dihitung debit air limbahnya
pH 8,1 sebagai acuan untuk menentukan kapasitas

7
rencana IPAL yang akan dibuat. Pada tabel
6 dapat dilihat debit air limbah yang
dihasilkan dari Rumah Pemotongan Hewan
Tamangapa Kota Makassar.

Tabel 6 Data Debit Air Limbah Rumah


Pemotongan Hewan Tamangapa Kota
Makassar
Sumber: DEWATS (1998)
Hari Debit Satuan Jumlah hewan yang Gambar 2 Grafik Hubungan HRT dengan
dopotong Faktor Pengurangan COD
1 11,09 m3/ hari 51 ekor
2 22,68 m3/ hari 64 ekor
3 17,13 m3/ hari 58 ekor
4 9,83 m3/ hari 46 ekor
5 13,68 m3/ hari 54 ekor
6 14,52 m3/ hari 55 ekor
7 20,57 m3/ hari 58 ekor
Sumber: Hasil Analisa Data

Pada perencanaan IPAL Rumah


Pemotongan Hewan Tamangapa Makassar, Sumber: DEWATS (1998)
debit yang akan digunakan adalah berdasarkan Gambar 3 Grafik Hubungan Rasio
beban saat pelayanan maksimum. Pada kondisi Pengurangan COD dengan Pengurangan BOD
tersebut diperkirakan debit rata-rata air limbah
adalah sebesar 15,64 m3/hari. IPAL dirancang
untuk mengakomodasi debit saat produksi
maksimum dengan tetap mempertimbangkan
debit eksisting 22,68 m3/hari. Aliran air limbah
pada Rumah Pemotongan Hewan ini bersifat
tidak kontinyu, karena industri ini beroperasi
hanya pada waktu tertentu saja yaitu mulai
pukul 02.00 – 09.00 WITA. Pada gambar 1 Sumber: DEWATS (1998)
dapat dilihat fluktuasi debit harian eksisting Gambar 4 Grafik Pengurangan Volume
Lumpur Selama Waktu Penyimpanan

Sumber: DEWATS (1998)


Gambar 5 Grafik Hubungan antara Temperatur
Gambar 1 Fluktuasi Debit Harian Eksisting
dan Faktor Pengaruhnya terhadap COD
Menurut Dr.Nao Tanaka dan Hermanto removal
Sudjarwo, untuk memudahkan mendesain
IPAL kita dapat melakukan perhitungan dengan
menggunakan grafik dari DEWATS.

Sumber: DEWATS (1998)

8
Gambar 6 Grafik Hubungan antara Waste ekualisasi bisa diestimasikan secara kasar
Water Strength dan Faktor Pengaruhnya dengan menggunakan rumus :
terhadap COD removal V = {(Q/W) – (Q/24)} x W x 1+ faktor
Faktor keamanan biasanya digunakan 20%
Maka V dapat dihitung,
V = {(25/7) – (25/24)} x 7 x 1,2 = 21,5 m3
Dimensi bak:
Panjang = 3 m
Lebar = 2,5 m
Kedalaman bak = 3 m
Ruang bebas = 0,5 m
Sumber: DEWATS (1998) Volume efektif bak = 3 m x 2,5 m x 3 m = 22,5
Gambar 7 Grafik Hubungan antara Surface m3
Area dengan Faktor terhadap COD removal
3. Bak Pengendapan Awal
Debit = 25 m3/hari
Pengaliran 1 hari mulai pukul 02.00-09.00
WITA = 7 jam
BOD = 700 mg/L
COD = 1800 mg/L
Hydrolic Retention Time (HRT) = 4 jam
Pengurasan lumpur (desludging interval) 12
bulan 121direncanakan 12 bulan
Sumber: DEWATS (1998)
Gambar 8 Grafik Hubungan antara HRT Maka COD removal rate dihitung
dengan Faktor terhadap COD removal (0,42/0,6)x0,41 = 0,287~0,29 atau 29%
Maka kadar COD dari effluent
Perhitungan Desain Teknis IPAL =(10,29)x1800 ppm
= 1278 mg/ltr
Kapasitas Rencana = 25 m3/hari
Maka pengurangan BOD (removal)
= 3,5 m3/jam
1,06 x COD removal = 1,06 x 29%
BODinlet = 700 mg/L = 30,74 ~ 31%
Karena itu perkiraan kadar BOD effluent
CODnlet = 1800 mg/L (1-0,31) x 700 ppm = 483 mg/ltr
Volume lumpur yang terjadi selama 12 bulan
1. Bak Pemisah Minyak & Lemak adalah:
0,005 ltr/gr x (700 mg/lt – 483 mg/lt )/ 1000 x
Kriteria perencanaan 25 m3x 30 hari x 12 bulan
Retention Time = ± 1 jam = 60 menit = 9,8 m3
Volume efektif bak = 3,5 m3/jam x 1 jam Maka setelah jangka waktu 12 bulan, volume
= 3,5 m3 lumpur menjadi = 9,8 x 83% = 8,1 m3
Dimensi bak : Volume lumpur yang terjadi adalah = 8,1 m3
Panjang = 2 m Karena HRT yang ditetapkan adalah 4 jam,
Lebar =1m maka volume yang dibutuhkan untuk
Kedalaman air = 1,75 m menginapkan limbah selama 4 jam tersebut
Ruang bebas = 0,5 m adalah : (25/7) x 4 = 14 m3
Volume efektif = 3,5 m3 Maka volume bak pengendapan menjadi
Waktu tinggal air limbah di dalam bak = = 8,1 m3+ 14 m3 = 22,1 m3
3,5 / 3,5 x 60 menit = 60 menit Dimensi:
Panjang = 2,8 m
2. Bak Ekualisasi Lebar =4m
Untuk kasus di mana flow patern tidak Kedalaman air = 2 m
diketahui secara terinci, volume bak Ruang bebas = 0,5 m
Volume efektif = 2,8m x 4m x 2m = 22,4 m3
Surface loading = flow rate / (P x L)

9
= 3,5 / (2,8 x 4) surface area 150 m2/m3. Dari gambar 7 akan
= 0,31 m3/m2 jam (< 0,5m3/m2 .jam... OK) diperoleh faktor 1,025

4. Biofilter Anaerob - Faktor HRT di dalam sistem Anaerobic Filter


BODinlet = 483 mg/L Dalam perencanaan ini, HRT-nya adalah 6,8
Debit limbah = 25 m3/hari jam dan dari gambar 8 akan diperoleh faktor
Ditetapkan beban BOD yang digunakan 50%.
0,85 kg BOD/m3 hari
Beban BOD di dalam air limbah Parameter lain yang diperoleh dari
25 m3/hari x 483 g/m3= 12075 g/hari pengalaman konstruksi Anaerobic Filter adalah
= 12,075 kg/hari jumlah chamber (bak). Tambahan efisiensi
Volume media yang diperlukan diperkirakan sebesar 4% per chambernya, jika
12,075 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖 total volumenya sama. Untuk perencanaan ini
= 0,85 𝑘𝑔/𝑚3ℎ𝑎𝑟𝑖 = 14,2 m3
bak akan dibagi menjadi 2 chamber.
Volume media = 60 % dari total volume
reaktor Pengurangan COD (COD removal) dihitung
Volume reaktor yang diperlukan = sebagai berikut:
100/60 x 14,2 = 24 m3 = Ftemp x Fstrength x Fssa x FHRT x Fch (1+(2 x 0,04))
Waktu tinggal di dalam reaktor = 1 x 0,96 x 1,025 x 0,5 x (1+(2 x 0,04))
24/25 x 7 = 6,7 jam = 0,53
Dimensi bak: Dengan demikian kadar COD setelah lewat
Panjang = 3 m Anaerobic Filter adalah:
Lebar =4m (1-0,53) x 1278 mg/lt = 600,66 mg/lt
Kedalaman air = 2 m Untuk memperkirakan hubungan BOD removal
Volume total = 4 m x 3m x 2 m = 24 m3 dengan COD removal lihat gambar 4.10. Untuk
Jumlah ruang = 2 buah COD 53% akan diperoleh faktor 1,06
24
Chek waktu tinggal rata-rata = 3,5 = 6,8 jam Dari sini dapat diperkirakan BOD removalnya
Tinggi ruang lumpur = 0,4 m adalah: 1,06 x 0,53 = 0,56 atau 56%
Tinggi bed media pembiakan mikroba = 1,1 m Kandungan BOD effluent dengan demikian
Tinggi air di atas bed media = 0,4 m adalah: (1-0,56) x BODin
Volume total media pada biofilter anaerob = 4m = (1-0,56) x 483 mg/ltr = 212,52 ~213 mg/ltr
x 3m x 1,1 m = 13,2 m3
BOD loading per volume media = 5. Biofilter Aerob
12,075𝑘𝑔 𝐵𝑂𝐷/ℎ𝑎𝑟𝑖 BODinlet = 213 mg/L
= 0,91 kg BOD/ m3 hari
13,2 𝑚3 Debit limbah = 25 m3/hari
BOD loading per hari = 213 mg/L x 25
Perhitungan Pengurangan BOD m3/hari = 5, 325 kg BOD/hari
Faktor-faktor yang digunakan untuk Parameter volumetric BOD loading (untuk
memperhitungkan penguraian pada sistem target effluent 60 ppm) = 0,5
Anaerobik Filter adalah sebagai berikut: kg.BOD/m3.hari
Volume tangki aerasi = 5,325 kg.BOD/hari
- Faktor Temperatur : 0,5 kg.BOD/m3.hari = 10,65 m3 (a)
Untuk kasus Indonesia lazimnya di atas 25o C, Chek dengan parameter perbandingan
hingga faktor ini bisa diambil 1 debit/hari : V= 2/5 Q
Volume tangki aerasi = 2/5 x 25m3 = 10 m3
- Faktor Waste Water Strength dari limbah (b)
Dalam perencanaan yang sedang ada, COD (a)>(b) → dipakai hasil yang paling besar,
yang masuk ke anaerobik filter adalah 1278 maka volume tangki aerasi = 10,65 m3
mg/ltr maka faktor yang diperoleh adalah 0,96. Dibuat 2 buah tangki secara seri.
Volume tangki 1:
- Faktor Surface Area dari media a.Hitung dengan volumetric BOD
Media yang dipakai pada perencanaan IPAL ini loading = 0,8 kg.BOD/m3.hari
adalah media dari bahan plastik dengan tipe V.1 = 5,325 kg.BOD/hari : 0,8
sarang tawon (honey comb) yang memiliki kg.BOD/m3.hari = 6,65 m3~7 m3

10
b.Chek/hitung dengan perbandingan vol. Ketebalan : 0,15 – 0,23 mm
tangki aerasi = 3/5 x V Luas Kontak Spesifik : 150 m2/m3
V.1 = 3/5 x 10,65 = 6,39 m3~7 m3 Diameter lubang : 3 cm x 3 cm
V.2 = 10,65 – 6,39 = 4,26 m3~5 m3 Warna: hitam atau transparan.
Kebutuhan udara untuk aerasi = 2~3 Berat Spesifik : 30 -35 kg/m3
m3udara/m3.tangki aerasi.jam = 2~3 x 10,65 Porositas Rongga : 0,98
= 20~30 m3udara/jam Jumlah total media biofilter yang dibutuhkan
Biofilter aerob terdiri dari dua ruangan yakni yaitu 13,2 m3 + 3 m3 = 16,2 m3
ruang aerasi dan ruang bed media
Dimensi reaktor biofilter Aerob:
 Ruang aerasi KESIMPULAN DAN SARAN
Panjang = 0,875 m
Kesimpulan
Lebar =4m
Kedalaman air = 2 m Dari hasil analisis dan perencanaan yang
Ruang bebas = 0,4 m telah dilakukan, maka penulis dapat
 Ruang bed media menyimpulkan bahwa:
Panjang = 0.625 m
Lebar =4m 1. Air limbah yang dihasilkan dari
Kedalaman air = 2 m kegiatan di RPH Tamangapa Kota
Ruang bebas = 0,4 m Makassar setelah dianalisis di
laborotaroium mengandung TSS
Total volume efektif Biofilter Aerob = 4m x 2m sebesar 10820 mg/L, Ammonia
x 1,5m = 12 m3 (NH3) 440,92 mg/L, BOD 705,6
Chek waktu tinggal rata-rata = 12 m3/3,5 jam = mg/L, COD 1764 mg/L, Minyak
3,4 jam dan Lemak 1936 mg/L dan pH 8,3.
Tinggi ruang lumpur = 0,4 m 2. Air limbah di RPH Tamangapa
Tinggi bed media biofilter = 1,1 m Kota Makassar memiliki
Tinggi air di atas bed media = 0,5 m kandungan organik yang masih
Volume total media pada biofilter aerob = tinggi, maka dipilih sistem
0,625m x 4m x 1,1m = 2,75 m3 ~ 3 m3 pengolahan Biofilter Anaerob-
BOD loading per volume media = 5,325 Aerob. Di mana unit-unit IPAL
kg.BOD/hari / 3m3= 1,77 kg BOD/ m3 hari. yang telah direncanakan terdiri dari
bak pemisah minyak dan lemak
6. Bak Pengendapan Akhir dengan volume 3,5 m3, bak
Waktu tinggal = 3 jam ekualisasi dengan volume 22,5 m3,
3 bak pengendapan awal dengan
Volume bak = 7 x 25 m3 = 10,71 m3
volume 22,4 m3, reaktor anaerob
Dimensi bak : yang berjumlah 2 ruang dengan
Panjang = 1,4 m volume total 24 m3, reaktor aerob
Lebar = 4 m yang terdiri dari ruang aerasi dan
Kedalaman air = 2 m ruang bed media dengan volume
Ruang bebas = 0,5 m total 12 m3 dan bak pengendapan
Volume efektif = 1,4 m x 4 m x 2 m = 11,2 m3 akhir dengan volume 11,2 m3.
7. Media Biofilter untuk Pembiakan Mikroba Saran
Media biofilter yang digunakan adalah media
dari bahan plastik yang ringan, tahan lama, Adapun saran yang dapat diberikan,
mempunyai luas spesifik yang besar, ringan yaitu:
serta mempunyai volume rongga yang besar
sehingga resiko kebuntuan media sangat 1. Perlunya perhatian khusus terhadap
kecil. pengelolaan air limbah di RPH
Spesifikasi Media biofilter yang digunakan : Tamangapa Kota Makassar agar
Material : PVC sheet menghasilkan air buangan yang sesuai
Ukuran Modul : 25 cm x 30 cm x 30 cm dengan standar baku mutu air limbah
kegiatan Rumah Pemotongan Hewan.

11
2. Perlunya pengukuran debit air limbah Simamora, B. 2004. Evaluasi Lingkungan
secara lebih akurat agar perhitungan Peternakan Sapi Perah di Kebon Pedes
dimensi unit pengolahan lebih tepat. Kodya Bogor Terhadap Masyarakat
Sekitarnya. Fakultas Peternakan, Institut
3. Sebaiknya pengambilan sampel air pertanian Bogor.
limbah dilakukan lebih dari 3 kali agar
mendapat data yang lebih akurat untuk
setiap parameter. LAMPIRAN
4. Perlunya pemisahan antara saluran
pembuangan air limbah dengan saluran
drainase.
5. Sebaiknya saluran pembuangan air
limbah dari kegiatan di RPH tidak
disatukan dengan saluran pembuangan
dari rumah penduduk yang ada di sekitar
lokasi RPH.

DAFTAR PUSTAKA Desain Bak Pemisah Minyak dan Lemak


Tampak Atas
Alfi Roniadi. 2013. Evaluasi Pengolahan Air
Limbah Rumah Potong Hewan di
Kelurahan Maba Hilir Kecamatan Medan
Deli, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Burhanuddin, R. 2005. Studi Kelayakan


Pendirian Rumah Potong Hewan di
Sangatta Kabupaten Kutai timur.
Sangatta, Kutai Timur.

Hermanto Sudjarwo, 2014. Manual Teknologi


Tepat Guna Pengolahan Air Limbah.
PUSTEKLIM, Yogyakarta. Penampang Melintang Desain Bak Pemisah
Minyak dan Lemak
Nao Tanaka, 2014. Manual Teknologi Tepat
Guna Pengolahan Air Limbah.
PUSTEKLIM, Yogyakarta.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 02


Tahun 2006, Baku Mutu Air Limbah bagi
Kegiatan Rumah Potong Hewan.

Peraturan Pemerintah RI No, 95 Tahun 2012,


Tentang Kesehatan Veteriner dan
Kesejahteraan Hewan.

Sanjaya, A.W., Sudarwanto, M., dan Pribadi,


E. S. (1996). “Pengelolaan Limbah Cair Penampang Melintang Desain Bak Ekualisasi
Rumah Potong Hewan di Kabupaten Dati
II Bogor”, Tugas Akhir, Fakultas
Kedokteran Hewan IPB, Bogor.

12
Desain IPAL RPH dengan Proses Biofilter
Anaerob-Aerob
Desain Bak Pemisah Minyak/Lemak danBak
Ekualisasi Tampak Atas

Konstruksi Reaktor dan Penyangga Media


Biofilter

PENAMPANG A-A
Penampang Melintang IPAL RPH dengan
Proses Biofilter Anaerob-Aerob
Penampang Melintang Desain Bak Pemisah
Minyak/Lemak dan Bak Ekualisasi

POTONGAN B-B

13
POTONGAN G-G

POTONGAN C-C
Bak Pengendapan Awal

POTONGAN H-H
Reaktor Biofilter Aerob

POTONGAN D-D

POTONGAN I-I
Bak Pengendapan Akhir
POTONGAN E-E

POTONGAN F-F Penampang Melintang IPAL RPH dengan


Reaktor Biofilter Anaerob Proses Biofilter Anaerob-Aerob

14

Anda mungkin juga menyukai