Anda di halaman 1dari 13

A.

Proses Pembuatan Pupuk Urea

Pupuk urea, disebut juga pupuk nitrogen (N), memiliki kandungan nitrogen 46%. Urea dibuat dari reaksi
antara amoniak dengan karbon dioksida dalam suatu proses kimia menjadi urea padat dalam bentuk prill
(ukuran 1-3 mm) atau granul (ukuran 2-4 mm) yang keduanya diproduksi oleh Pupuk Kaltim. Urea prill
paling banyak digunakan untuk segmen tanaman pangan dan industri, sedangkan urea granul lebih cocok
untuk segmen perkebunan, meskipun dapat juga untuk tanaman pangan. Pupuk Urea dipasarkan dan dijual
dengan merek dagang Daun Buah dan Pupuk Indonesia. Khusus urea bersubsidi dengan merek Pupuk
Indonesia, produk urea berwarna pink. Proses pembuatan Urea dibuat dengan bahan baku gas CO2
dan liquid NH3 yang disupply dari Pabrik Amonia. Proses pembuatan Urea tersebut dibagi menjadi 6 unit,
yaitu:

(1) Sintesa Unit Unit ini merupakan bagian terpenting dari pabrik Urea, untuk mensintesa Urea dengan
mereaksikan Liquid NH3 dan gas CO2 di dalam Urea Reaktor dan ke dalam reaktor ini dimasukkan juga
larutan recycle karbamat yang berasal dari bagian Recovery. Tekanan operasi di Sintesa adalah 175 Kg/cm2
G. Hasil Sintesa Urea dikirim ke bagian Purifikasi untuk dipisahkan ammonium karbamat dan kelebihan
ammonianya setelah dilakukan stripping oleh CO2.

(2) Purifikasi Unit Ammonium karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan amonia di unit Sintesa
diuraikan dan dipisahkan dengan cara tekanan dan pemanasan dengan dua step penurunan tekanan, yaitu pada
17kg/cm2 G dan 22,2 kg/cm2 G. Hasil peruraian berupa gas CO2 dan NH3 dikirim ke bagian Recovery,
sedangkan larutan ureanya dikirim ke bagian kristaliser.

(3) Kristaliser Unit Larutan urea dari unit Purifikasi dikristalkan dibagian ini secara vacuum. Kemudian
kristal ureanya dipisahkan di Centrifuge. Panas yang diperlukan untuk menguapkan air diambil dari panas
sensibel larutan urea, maupun panas kristalisasi urea dan panas yang diambil dari sirkulasi Urea Slurry ke
HP Absorber dari Recovery.

(4) Prilling Unit Kristal urea keluaran Centrifuge dikeringkan sampai menjadi 99,8% berat
dengan udara panas, kemudian dikirimkan ke bagian atas Prilling Tower untuk dilelehkan dan
didistribusikan merata ke seluruh distributor, dan dari distributor dijatuhkan ke bawah sambil
didinginkan oleh udara dari bawah dan menghasilkan produk urea butiran (prill). Produk urea dikirim ke
bulk storage dengan belt conveyor.

(5) Recovery Unit Gas ammonia dan gas CO2 yang dipisahkan dibagian purifikasi diambil kembali
dengan 2 step absorbsi dengan menggunakan mother liquor sebagian absorbent kemudian di-recycle kembali
ke bagian sintesa.

 
(6) Proses Kondensat Treatment Unit Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian kristaliser
didinginkan dan dikondensasikan. Sejumlah kecil urea, NH3, dan CO2 ikut kondensat kemudian diolah dan
dipisahkan di stripper dan hydrolizer. Gas CO2 dan gas NH3-nya dikirim kembali ke bagian purifikasi untuk
di-recover. Sedang air kondensatnya dikirim ke utilitas. Gambar 1. Skema Produksi Pupuk
Urea Pupuk Urea adalah pupuk kimia mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur
Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk urea berbentuk butir-
butir kristal berwarna putih. Pupuk urea dengan rumus kimia NH2 CONH2 merupakan pupu yang mudah
larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di
tempat yang kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian
setiap 100kg mengandung 46 Kg Nitrogen, Moisture 0,5%, Kadar Biuret 1%, ukuran 1-3,35MM 90%
Min serta berbentuk Prill.
Gambar 1. Skema Produksi Pupuk Urea

Ciri-ciri pupuk Urea:


 
1. Mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi.
2. Berbentuk butir-butir Kristal berwarna putih.
3. Memiliki rumus kimia NH2 CONH2.
4. Mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis).
5. Mengandung unsur hara N sebesar 46%.
6. Standar SNI-02-2801-1998.

Prinsip Pembuatan Urea


Sintesa urea dapat berlangsung dengan bantuan tekanan tinggi. Sintesa ini
dilaksanakan untuk pertama kalinya oleh BASF pada tahun 1941 dengan bahan baku karbon
dioksida (CO2) dan amoniak (NH3). Sintesa urea berlangsung dalam dua bagian. Selama
bagian reaksi pertama berlangsung, dari amoniak dan karbon dioksida akan terbentuk
amonium karbamat. Reaksi ini bersifat eksoterm.
2NH3 (g) + CO2 (g) NH2COONH4 (s) ΔH = -159,7 kJ
Pada bagian kedua, dari amonium karbamat terbentuk urea dan air. Reaksi ini bersifat
endoterm.
NH2COONH4 (s) NH2CONH2 (aq) + H2O (l) ΔH = 41,43 kJ
Sintesa dapat ditulis menurut persamaan reaksi sebagai berikut:
2NH3 (g) + CO2 (g) NH2CONH2 (aq) + H2O (l) ΔH = -118,27 kJ
Kedua bagian reaksi berlangsung dalam fase cair pada interval temperatur mulai 170-190°C
dan pada tekanan 130 sampai 200 bar. Reaksi keseluruhan adalah eksoterm. Panas reaksi
diambil dalam sistem dengan jalan pembuatan uap air. Bagian reaksi kedua merupakan
langkah yang menentukan kecepatan reaksi dikarenakan reaksi ini berlangsung lebih lambat
dari pada reaksi bagian pertama.

 
Unsur hara Nitrogen dikandung dalam pupuk urea sangat besar kegunaannya bagi tanaman untuk
pertumbuhan dan perkembangan, diantaranya :
 
 Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau daun (chlorophyl)
yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses fotosintesa.
 Mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-lain)
 Menambah kandungan protein tanaman
 Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura, tanaman perkebunan,
usaha peternakan dan usaha perikanan.
 Dengan pemupukan yang tepat & benar (berimbang) secara teratur, tanaman akan tumbuh segar,
sehat dan memberikan hasil yang berlipat ganda dan tidak merusak struktur tanah.

A) Unit Sintesa
Berikut adalah tahapan reaksi yang terjadi pada pembuatan UREA:
2 NH3(l) + CO2 (g) NH4COONH2 (l) ……………..(1)
NH4COONH2 (l) NH2CONH2 (l) + H2O …….(2)
- Reaksi pembentukan amonium karbamat (Reaksi 1) bersifat sangat eksothermis, cepat dan
sempurna
- Amonium karbamat mudah terdekomposisi kembali menjadi komponen penyusunnya
- Reaksi dehidrasi amonium karbamat (reaksi 2) membentuk urea dan air bersifat endotermis,
lambat dan konversi tidak sempurna
- Secara keseluruhan reaksi pembentukan Urea adalah Eksotermis
- Temperature yang tinggi akan menaikkan konversi. Temperature yang tinggi akan
menaikkan laju korosi, menaikkan tekanan kesetimbangan, menaikkan potensi pembentukan
biuret
-Tekanan yang tinggi akan menaikkan konversi CO2. Pada tekanan tinggi, perlu energi yang
besar, tekanan stripping akan tinggi.

Temp. 170 190 200 210


X 66.7 69 69.1 67.2
CO2
B)Unit Purifikasi
Fungsi : memurnikan larutan urea dari ammonia ekses dan larutan karbamat dengan
menurunkan tekanan dan memanaskan. Hasil produksi unit sintesa adalah : Larutan karbamat,
Larutan Urea, Ammonia Ekses, Biuret, dan Air.
Larutan Karbamant, Ammonia Ekses, dan Air dihilangkan dengan cara menurunkan tekanan (2 –
3 level) dan pemanasan

Reaksi yang terjadi :


NH4COONH2 NH3 + CO2
Temperature operasi biasanya 120 oC - 165 oC
• Potensi terjadi Reaksi Hidrolisa Urea dan pembentukan Biuret (tidak dikehendaki)
- Temperature tinggi, tekanan rendah, dan residence time yang lama
• Reaksi hidrolisa
NH2CONH2 + H2O CO2 + 2NH3
• Ammonia Ekses dari unit sintesa mengurangi potensi terbentuknya Biuret
• Setiap step decomposisi, hasil atasnya (NH 3 & CO2) dikirim ke Absorber Recovery Sistem
untuk dikembalikan ke Unit Sintesa
• Konsentrasi Urea keluar Unit Purifikasi : 68 % wt

C) Kristaliser Unit
Larutan Urea dari unit Purifikasi dikristalkan di bagian ini secara vakum, kemudian
kristal urea dipisahkan di pemutar sentrifugal. Panas yang diperlukan untuk menguapkan air
diambil dari panas sensibel larutan urea, maupun panas kristalisasi urea dan panas yang
diambil dari sirkulasi urea slurry ke HP Absorber dari Recovery.

D) Prilling Unit

Kristal urea keluaran pemutar sentrifugal dikeringkan sampai menjadi 99,8 % berat
dengan udara panas, kemudian dikirimkan ke bagian atas prilling tower untuk dilelehkan dan
didistribusikan merata ke distributor, dan dari distributor dijatuhkan kebawah sambil
didinginkan oleh udara dari bawah dan menghasilkan produk urea butiran (prill). Produk urea
dikirim ke Bulk Storage dengan Belt Conveyor.

E) Unit Finishing
 Fungsi : Memekatkan larutan urea untuk dikirim ke unit finishing (prilling atau granulasi)

 Pemekatan dengan penurunan tekanan (vakum) dan menaikkan temperature

 Potensi terbentuk larutan biuret karena konsentrasi ammonia yang rendah, temperature tinggi,
waktu tinggal lama

 Air hasil pemekatan harus diproses kembali sebelum digunakan kembali (dikirim ke Proses
Condensate Treatment)
 Larutan/molten urea (99.8 %) dikirim ke Urea Prilling Tower untuk dijadikan Product

 Beberapa teknologi menggunakan kristal urea (Crystalizer)

F) Recovery System
 Fungsi : menyerap gas CO2 dan ammonia dari unit purifikasi untuk dikirim ke unit sintesa

 CO2 dan NH3 dikembalikan ke Sintesa dalam bentuk larutan

 Dua metode dalam pengembalian gas yang tidak bereaksi :

a. Sebagian gas dalam bentuk larutan dan sebagai tetap sebagai gas
b. Semua dalam bentuk larutan

 Gas NH3 dan CO2 diabsorb dengan air dan larutan karbamat sebelum dikirim kembali ke
Unit Sintesa/Reaktor

 Temperature rendah sehingga harus dijaga diatas temperature solidifikasi/menjaga


konsentrasi larutan karbamate

 Membuang gas-gas yang tidak dapat diserap (gas inert) seperti gas N2, Ar dll

G) Proses Kondensat Treatment Unit

Uap air yang menguap dan terpisahkan dibagian kristalliser didinginkan dan
dikondensasikan. Sejumlah kecil urea, NH3 dan CO2 ikut kondensat kemudian diolah dan
dipisahkan di Stripper dan Hydroliser. Gas CO2 dan gas NH3 dikirim kembali ke bagian
purifikasi untuk direcover. Sedang air kondensatnya dikirim ke utilitas.

B. Komponen limbah cair yang dihasilkan industri pupuk urea


1.      Kondensat yang mengandung ammonia, nitrogen, urea dan methanol
2.      Buangan dari sistem pengolahan air, demineralisasi, air ketel, dan air pendingin
3.     Air bekas cuci, buangan dari absorber, bocoran dari pompa, katup, dan tangki penyimpan
bahan.
Pembuangan larutan ammonia ke badan air untuk industri pupuk diatur dalam Baku Mutu
Limbah Cair Industri Pupuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomer
Kep-51/MENLH/10/1995 (dilihat table 1.1) yang diukur sebagai beban pencemaran amoniak terhadap
produksi urea. Dalam hal ini baku mutu hanya melihat parameter dari analisis amoniak sebagai
nitrogen atau NH3-N saja, namun bila konsentrasinya sangat tinggi, meskipun laju alir sedikit dan
beban kecil akan menjadi masalah karena konsentrasi yang sangat tinggi akan menimbulkan bau
amoniak yang sangat menyengak.
a) Dampak limbah cair  industri pupuk urea
1.      Menurunkan kualitas lingkungan
Limbah cair yang dihasilkan oleh proses produksi dari industri pupuk urea dapat
menimbulkan adanya rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih, akibat
adanya amoniak dalam limbah cair tersebut

2.      Berdampak pada kesehatan makluk hidup


Bahan beracun yang terkandung dalam limbah cair industri pupuk mampu merusak sel hewan
terutama pada classis mamalia termasuk manusia, akibat adanya amoniak. Apabila senyawa
amniak dalam konsentrasi yang tinggi masuk dalam perairan dapat membahayakan
kehidupan hewan, biota air, maupun manusia disekitarnya. Misalnya dampak amoniak pada
ikan dapat menyebabkan kerusakan pada insang, sehingga konsekuensi respirasi ikan akan
terganggu. insang penting untuk keseimbangan asam-basa dalam pengaturan pH darah ikan
serta untuk pertukaran ion seperti natrium dan klorida dalam darah. Oleh karena itu,
kerusakan insang akan mengganggu terjadinya sejumlah  proses penting dalam metabolisme
ikan. Amoniak juga menyebabkan kerusakan kulit, sirip, dan usus. Paparan amoniak yang
lebih kronis menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, mematiakan sistem kekebalan serta
merusak sistem syaraf.

b) Pengolahan limbah cair industri pupuk urea


1.      Equalisasi
Yaitu pengolahan air limbah yang berfungsi untuk meratakan beban pencemar air limbah
(mencampur untuk menjadi lebih homogen)  serta untuk mengurangi atau mengendalikan
variasi karakteristik air limbah agar tercapai kondisi optimum untuk proses lebih lanjut.
2.      Netralisasi
Yaitu suatu proses pengolahan air limbah yang digunakan untuk menetralkan asam atau basa
karena beberapa limbah industri umumnya bersifat asam atau basa, sehingga memerlukan
netralisasi sebelum dialirkan ke proses lebih lanjut atau dibuang ke badan air penerima.

3.      Pengelolaan fisik / pengendapan


Yaitu suatu proses pengolahan air limbah untuk mengurangi padatan tersuspensi. Pada proses
pengendapan ini partikel padat dibiarkan mengendap ke dasar tangki yang biasanya untuk
mempercepat proses sedimentasi ditambahkan bahan kimia.
4.      Pengolahan biologi
Yaitu suatu proses pengelolaan air limbah yang bertujuan untuk mengurangi zat organik
melalui mekanisme oksidasi biologis. Pengolahan secara biologi terdiri dari:
 Kolam aerasi
Yaitu kolam yang diberikan perlakuan aerator sehingga akan mampu untuk meningkatkan
oksigen terlarut dalam air limbah tersebut sehingga dapat mencukupi kebutuhan mikroba
 Nitrifikasi dan Denitrifikasi
Yaitu pengolahan air limbah dengan cara menghilangkan nitrat melalui proses biologis
 Lumpur aktif
Yaitu melibatkan sejumlah mikroorganisme yang merupakan biomasa aktif yang mampu
mereduksi substrat dan memiliki permukaan yang dapat menyerap.
 Trickling filter
Yaitu kumpulan benda padat yang berbentuk silinder, pada tempat tersebut di berikan kerikil,
pasir dan substrat untuk menyaring air limbah yang akan disemprotkan dari atas silinder
tersebut. Pada kerikil dan pasir tersebut akan membentuk lapisan biofilm sehingga mampu
untuk mendegradasi bahan organik yang berada pada air limbah tersebut.

C. Proses pembuatan Pupuk ZA


Amonium Sulfat atau yang biasa disebut ZA merupakan salah satu jenis pupuk buatan yang
berguna bagi tanaman. Pupuk ZA adalah pupuk yang sekaligus mengandung 2 (dua) unsur hara yaitu
Nitrogen (N2) dan unsur hara Sulfur (S).

Nitrogen pada tanaman diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan


bagianvegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. Berperan penting dalam
halpembentukan hijau daun yang berguna dalam proses fotosintesis, membentuk
protein,lemak dan berbagai persenyawaan organik, meningkatkan mutu tanaman penghasil
daun-daunan serta meningkatkan perkembang biakan mikroorganisme di dalam tanah

Unsur hara belerang (S) memiliki manfaat yg besar untuk pertumbuhan tanaman. Adapun
manfaat dari unsur hara belerang (S) yaitu untuk membantu pembentukan butir hijau sehingga
daun lebih hijau, menambah kandungan protein dan vitamin tanaman, berperan dalam sintesis
minyak yang berguna pada proses pembuatan gula, dan memacu pertumbuhan anakan
produktif. Unsur belerang pada pupuk ZAtermasuk unsur makro yaitu sebesar 24 %.
Bahan baku pembuatan Amonium Sulfat adalah amoniak dan asam sulfat. Dalam proses
pembuatan pupuk ZA, dikenal ada empat jenis proses. Diantaranya :

A. Reaksi Netralisasi

Kebanyakan dari produk Amonium Sulfat dibuat dari proses netralisasi dengan mereaksikan
amoniak dan asam sulfat kuat pada tekanan atmosfer. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :

2NH3(g) + H2SO4(l) → (NH4)2SO4(s) +Q

Reaksi yang berlangsung adalah reaksi eksotermis (65,5 kcal/gmol). Panas yang timbul ini
dikendalikan dengan pendinginan menggunakan air pada reactor. Dalam proses ini lebih
effisien karena reaksi antara Amoniak dan Asam Sulfat terjadi di saturator yang mempunyai 2
fungsi yaitu sebagai penetral dan pembentukan kristal (kristalisasi). Amonium Sulfat yang
terbentuk dipompakan ke centrifuge dimana dipisahkan antara kristal dan mother liquor.
Kristal dikeringkan di dalam rotary dryer dengan menggunakan udara panas.

B. Amonium Sulfat dari Proses Karbonisasi Batu Bara


Untuk memproduksi Amonium Sulfat dari batu bara ada tiga cara yaitu cara langsung,
tidak langsung, semi langsung.

Pada proses langsung, mula-mula semua gas didinginkan untuk penghilangan sejumlah


besar tar sebelum dialirkan ke saturator jenis bubble atau spray. Kristal Amonium Sulfat
dipisahkan dari liquor  nya, kemudian dicucidi dalam
centrifuges, dikeringkan, kemudian dibawa ke penyimpanan.Pada proses ini gas panas dari oven
mula-mula didinginkan dengan sirkulasi wash liquor  dan scrubbing air.

Liquor yang telah dikombinasikan kemudian dipisahkan dengan Amoniak bebas di dalam
kolom striping. Kemudian setelah di striper liquor  tersebut diolah dengan larutan basa untuk
pemisahan Amonium klorida setelah itu barulah dialirkan ke dalam reactor saturator yang
kemudian dibentuk Amonium Sulfat

Untuk metode semi langsung gas didinginkan dan kemudian dihilangkan tarnya sert untuk
memproduksi kondensatnya yang mengandung cukup banyak amoniak. Untuk proses semi
langsung ini diproduksi dengan hasil Amonium Sulfat yang lebih murni dan dengan yield
recovery Ammonia yang lebih tinggi.
C. Reaksi antara gypsum dan amonium karbonat
Di negara Inggris, Austria dan India, Ammonium Sulfat diproduksi dengan
reaksi antara kalsium Sulfat dan Ammonium karbonat. Metode ini dikenal juga sebagai
Mersseburg Process, yang menggunakan gypsum dan Kalsium Sufat Anhidrat.

Reaksi yang terjadi adalah :

NH3(g) + H2O(1) → NH4OH(aq) (-8.320 cal/gmol)

2NH4OH(aq) + CO2(g) → (NH4)2CO3(S) + H2O(1) (-22.080 cal/gmol)

CaSO4.H2O(aq) + (NH4)2CO3(s) → CaCO3(S) + (NH4)2SO4(S) + H2O(1) (-3.900cal/gmol)

Proses ini digunakan pada negara-negara yang memiliki sumber Kalsium Sulfat tetapi tidak
memiliki Sulfur untuk memproduksi Amonium Sulfat. Baik produk dari proses ini dapat
digunakan pada industri semen atau juga dapat digunakan pada pabrik Kalsium Amonium
Sulfat.

Proses Produksi Pupuk ZA

Proses yang sering digunakan dalam pembuatan pupuk ZA adalah proses netralisasi karena memiliki
beberapa keuntungan. Bahan baku yang digunakan dalamproses pembuatan pupuk ZA
dengan metode netralisasi adalah amoniak dan asam sulfat (reaktan murni). Digunakan
metode netralisasi karena mudah, cepat, memiliki konversiyang tinggi, dan menggunakan bahan
baku yang mudah didapat. Dibawah ini merupakan gambar diagram alir proses pembuatan
pupuk ZA denganmetode netralisasi.
1) Tahap Penguapan
Dalam proses pembuatan pupuk ZA, alat yang digunakan pada tahap penguapan ini
adalah vavorizer
2) Tahap Netralisasi
Alat yang digunakan pada tahap netralisasi pada proses pembuatan pupuk ZA adalah
saturator.
Kebanyakan dari produk Amonium Sulfat dibuat dari netralisasi dengan mereaksikan
Amoniak dan Asam Sulfat kuat pada tekanan atmosfer. Reaksi tersebut adalah sebagai
berikut
2NH3 (g) + H2SO4 (l) → (NH4)2SO4 (s) + Q
Reaksinya adalah eksotermis (65,5 kcal/gmol). Panas yang timbul ini dikendalikan
dengan pendinginan menggunakan air pada reaktor. Dalam proses ini lebih effisien
karena reaksi antara Amoniak dan Asam Sulfat terjadi di saturator yang mempunyai dua
fungsi yaitu sebagai penetral (netralisasi) dan pembentukan kristal (kristalisasi).
3) Tahap Pemisahan
Pada tahap pemisahan pada proses pembuatan pupuk ZA, alat yang digunakan adalah
Centrifuge. Amonium Sulfat yang terbentuk pada proses sebelumnya, kemudian
dipompakan ke centrifuge dimana dipisahkan antara kristal dan mother liquor  .

4) Tahap Pengeringan
Tahap akhir dalam proses pembuatan pupuk ZA adalah tahap pengeringan. Tahap
pengeringan adalah proses untuk menghilangkan sejumlah cairan volatile yang terdapat
dalam padatan dengan cara evaporasi. Dalam industri pupuk seperti ammonium sulfat
(ZA), proses pengeringan biasanya dilakukan dengan menggunakan rotary dryer. Untuk
dapat mendesain dan menganalisa kinerja suatu rotary dryer  , perlu diketahui terlebih
dahulu karakteristik pengeringan bahan padatyang dikeringkan. Hal ini dapat
dilaksanakan secara eksperimen denganmenggunakan alat tray dryer  . Selama proses
pengeringan dalam tray dryer  terjadi peristiwa fundamental secara bersamaan yang
meliputi transfer panas dari media pengering(biasanya udara) ke padatan yang
dikeringkan dan transfer massa air dari padatanyang dikeringkan ke media pengering
(udara).
5) Tahap Penyerapan
Tahap penyerapan dilakukan jika setelah tahap pengeringan masih tersisa cairanyang
tidak  volatile.
6) Tahap Penampungan Produk 
Produk/hasil yang didapatkan ditampung untuk selanjutnya dianalisis kadar
nitrogen,kadar sulfur, kadar air dan ukuran butirannya.
D. Proses Pembuatan Pupuk Alami
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan organik misal sisa-sisa tanaman,
hewan, manusia, limbah pasar, limbah pabrik, pupuk hiau, mineral alam, dan lain-lain.
Pupuk kompos ini  sangat membantu dalam pertumbuhan sebuah tanaman dimana pupuk
kompos mempunyai bahan yang alami yang dapat membuat tanaman tumbuh subur.
Alur Proses pembuatan pupuk organik :

1. Bahan Utama

Ada berbagai macam bahan utama pembuatan pupuk organik, sedangkan yang mudah didapat
dengan harga terjangkau antara lain kotoran ayam (KA), kotoran sapi (KS), kompos (sampah
pertanian, perkebunan, pasar), blotong (bahan samping proses pembuatan gula), kompos
limbah jamur, dan masih banyak lagi bahan yang dianggap tidak berguna disekitar kita yang bisa
kita manfaatkan untuk diolah menjadi pupuk organik

2. Fermentasi

Proses kedua lakukan fermentasi pada semua bahan utama secara terpisah, fermentasi biasanya
memakan waktu 5 – 30 hari. Proses ini  bertujuan agar bahan baku utama dapat segera di olah
dan memenuhi spesifikasi pupuk organik seperti diatas. Jika tidak di fermentasi
bahan baku utama dapat diproses sekitar 1 – 2 tahun kemudian. Proses ini membutuhkan
bakteri starter (bakteri pengkompos) dan yang mudah didapat di pasar antara lain EM4, Stardec,
Orgadec, Harmoni, Super Degra, dll, setiap bakteri pengkompos yang ada dipasar mempunyai
perbedaan proses fermentasi, kualitas serta keunggulannya, dan semua itu tercantum pada
kemasannya.

3. Penghalusan

Proses ketiga setelah selesai fermentasi, semua bahan utama dihalusan dengan crusher
type CRC tujuannya agar dalam proses pencampuran didapatkan campuran yang homogen dan
hasil granulasi bulat padat, dalam proses ini bahan utama haruslah dalam kondisi kering dengan
kadar air maksimal 20%.

4. Pencampuran

Supaya mudah dalam proses granulasi dan untuk memenuhi spesifikasi standar pupuk organik,
bahan bakuutama dicampur bahan pendukung seperti clay, kapur, dan bahan lain sehingga
produk anda mempunyai keunggulan dibanding produk lain.

5. Granulasi

Proses selanjutnya adalah granulasi. Cara menggranul campuran yang sudah kita buat tadi
adalah sebagai berikut: jalankan semua pan granul, kemudian masukkan 0,5 ton campuran ke
dalam semua pan granul secara merata lalu jalankan water sprayer (semprotan air) selama ± 5
menit, tunggu beberapa saat sampai campuran mulai membentuk butiran kemudian tambahkan
lagi campuran ke dalam granulator dikit demi sedikit dan jalankan kembali water sprayer hingga
seluruh campuran didalam granulator terbentuk butiran kemudian butiran tersebut keluar
sendiri dari granulator dan secara otomatis akan dibawa conveyor masuk kedalam mesin
pengeringan. Proses granulasi bertujuan agar pupuk aman dalam penggunaan efektif dalam
pemakaian serta unik dalam tampilan. Agar proses granulasi efektif dan menghasilkan butiran
bulat padat kita gunakan mesin granulator type GN.

6. Pengeringan

Kemudian kita lakukan proses pengeringan untuk menurunkan kadar air menjadi 4-20 %
dengan  menggunakan dryer type DRY karena sudah teruji tidak membuat butiran pupuk pecah
atau bertambah besar sehingga produksi meningkat. Proses pengeringan bertujuan agar produk
tidak cepat rusak, membunuh bakteri yang merugikan, menghilangkan bau, dan membunuh
bibit tanaman merugikan yang mungkin tercampur dalam bahanbaku pupuk.
7. Pengayakan

Proses dilanjutkan dengan pengayakan untuk memisahkan ukuran yang dibawah standar
(under size) ukuran standar dan ukuran diatas standar (over size) mengunakan screen type SC.
Proses ini bertujuan agar pupuk yang kita kemas ukuran butirannya seragam sehingga
meningkatkan nilai jual.

8. Pendinginan
Proses selanjutnya pendinginan bertujuan agar pupuk tidak cepat rusak dan bisa langsung
dikemas, kita gunakan mesin pendingin cooler type CL untuk mempercepat proses produksi,
karena outlet mesin ini terintegrasi dengan karung pupuk.
9. Pengepakan
Proses terakhir adalah pengepakan menggunakan karung dengan ukuran sesuai  permintaan
pasar.

Cara lain dalam pembuatan kompos :

1. Siapkan Bak plastik (beri beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air)
2. Isi wadah bak plastik dengan pasir setelah itu masukkan sampah organik dan sampah
seperti sayuran, buah, atau dedaunan.
3. Lalu masukkan lagi kotoran ternak seperti kotoran ayam, kotoran kambing atau lainnya.
4. Lalu taburi dengan abu gosok kemudian ditaburi tanah secukupnya.
5. Diamkan selama 1 – 2 bulan dan jaga bak plastik tersebut agar tetap lembab. 

Anda mungkin juga menyukai