Anda di halaman 1dari 16

AKUNTANSI PERPAJAKAN

“LAPORAN REKONSILIASI FISKAL”

PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY

Geraldine Wydia P / 170423169

Regina Victoria A / 170423185

Gilang Aji Saputro / 170423342

Ignasius Bintang Waskito A / 170423637

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam sebuah entitas dibutuhkan adanya laporan keuangan untuk memberikan


gambaran lengkap dan jumlah dari setiap asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban
tentang kondisi suatu keuangan perusahaan. Laporan keuangan adalah laporan informasi
keuangan lengkap suatu perusahaan dalam setiap periode yang telah ditetapkan berguna bagi
investor dalam pengambilan keputusan, serta dapat untuk menentukan kinerja perusahaan
dengan membandingkan pendapatan dan beban. Apabila pendapatan lebih besar dibanding
beban maka akan mendapatkan keuntungan, jika beban lebih besar daripada pendapatan akan
mengalami kerugian.

Laporan yang dibuat oleh entitas kebanyakan adalah laporan keuangan komersial yang
sesuai dengan aturan yang ada dalam PSAK. Dari informasi laporan keuangan tersebut menjadi
acuan bagi pemerintah dalam menetapkan pajak sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Ketentuan yang berlaku sesuai dengan Undang-Undang No 28 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Umum Perpajakan, Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh prbadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat. Menurut undang-undang nomer 28 tahun 2007 pasal 2, wajib
pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan
pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

Dalam penerapannya sangat berbanding terbalik jika laporan keuangan komersial


menginginkan laba yang lebih tinggi, namun dalam laporan keuangan fiskal laba lebih
ditekankan seminimal mungkin sehingga hasil dalam laporan tersebut berbeda dan karenanya
diperlukan rekonsiliasi yang akan memunculkan koreksi negatif maupun koreksi positif yang
akan mempengaruhi laba perusahaan. Rekonsiliasi Fiskal adalah proses penyesuaian atas laba
komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto/laba
yang sesuai dengan ketentuan pajak yang akan mengakibatkan terjadinya koreksi fiskal positif
maupun negatif. Koreksi Fiskal Positif adalah koreksi atau penyesuaian yang akan
mengakibatkan meningkatnya laba kena pajak yang pada akhirnya akan membuat PPh badan
terhutangnya juga akan meningkat sedangkan Koreksi Fiskal Negatif adalah
koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan menurunnya laba kena pajak yang membuat
PPh badan terhutangnya juga akan menurun.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalahnya dapat sebagai berikut:

1. Bagaimanakah profil singkat mengenai PT. PT Ultrajaya Milk Industry Tbk?


2. Bagaimana perbedaan laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal?
3. Cara melakukan rekonsialiasi yang baik dan benar?

C. Tujuan masalah

Adapun tujuan dari laporan keuangan PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk.

1. Dapat memahami profil perusahaan PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk


2. Untuk mengetahui adanya perbedaan pelaporan dari laporan keuangan komersial
dengan laporan keuangan fiskal.
3. Dapat menentukan penentuan pajak yang benar dalam melakukan rekonsiliasi fiskal.

D. Manfaat Masalah

Adapun manfaat dari laporan ini adalah

1. Bagi Perusahaan
Sebagai pertimbangan atau masukan bagi perusahaan mengenai akuntansi perpajakan
serta sebagai informasi tambahan bagi perusahaan dalam menjalankan dan membuat
kebijakan yang akan diterapkan dimasa yang akan datang
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profil Perusahaan
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk., selanjutnya disebut
"Perseroan", didirikan dengan Akta No. 8 tanggal 2 November 1971 juncto Akta
Perubahan No. 71 tanggal 29 Desember 1971 yang dibuat di hadapan Komar
Andasasmita, S.H., Notaris di Bandung. Akta-akta tersebut telah mendapat persetujuan
Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Keputusan No. Y.A.5/34/21 tanggal 20
Januari 1973, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 34
tanggal 27 April 1973, Tambahan No. 313 Perseroan mulai beroperasi secara komersial
pada awal tahun 1974.
Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan
terakhir dilakukan untuk disesuaikan dengan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar
Biasa (RUPSLB) No. 1 tanggal 22 Juni 2017 dibuat oleh Ari Hambawan S.H., M.Kn.,
Notaris di Bandung, yang disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-0083504.AH.01.11. Tahun 2017
tanggal 07 Juli 2017. Perseroan memiliki kantor pusat dan pabrik yang berlokasi di Jl.
Raya Cimareme 131 Padalarang Kabupaten Bandung 40552.
Perseroan bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman. Di bidang
minuman, Perseroan memproduksi minuman seperti susu cair, sari buah, teh, minuman
tradisional dan minuman kesehatan, yang diolah dengan teknologi UHT (Ultra High
Temperature) dan dikemas dalam kemasan karton aseptik. Di bidang makanan, Perseroan
memproduksi susu kental manis, susu bubuk dan konsentrat buah-buahan tropis.
Perseroan memasarkan produknya dengan penjualan langsung, penjualan tidak langsung
dan melalui pasar modern.

B. Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal


Laporan keuangan komersial disusun berdasarkan standar-standar yang telah
ditetapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang bersifat netral atau tidak memihak.
Sementara, laporan keuangan fiskal merupakan informasi akuntansi yang dibuat untuk
kepentingan perpajakan, penyajiannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku beserta aturan pelaksanaannya. Jika kita bandingkan
antara laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal maka dapat kita ketahui
beberapa hal terkait dengan perbedaannya, yaitu:
1. Pendapatan atau Penghasilan
Konsep penghasilan menurut akuntansi dan perpajakan berbeda. Ini merupakan
hal yang wajar, mengingat tujuan dan pembuat kebijakan pada kedua laporan
keuangan tersebut juga berbeda. Pada akuntansi atau komersial, pendapatan (revenue)
dan penghasilan (income) adalah hal yang berbeda, tetapi keduanya masuk dalam
laporan keuangan, sedangkan di dalam akuntansi pajak atau fiskal pendapatan adalah
penghasilan.
Definisi pendapatan menurut IFRS dalam IAS 18, Pendapatan atau revenue
adalah arus masuk bruto atas manfaat ekonomi selama periode tertentu yang timbul
dari aktivitas biasa dari suatu perusahaan atau entitas di mana arus kas masuk tersebut
menghasilkan peningkatan ekuitas, selain dari peningkatan yang terkait kontribusi
dari para pemilik modal.
Sedangkan, menurut UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 Tentang Pajak
Penghasilan, penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak, baik berasal dari Indonesia atau luar
Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak
dengan nama serta dalam bentuk apapun. Selanjutnya pajak merinci penghasilan
kedalam tiga kategori, yaitu; penghasilan yang merupakan objek pajak, penghasilan
yang dikenakan pajak final, dan penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
penghasilan.
Atas perbedaan tersebut, maka terjadilah perbedaan laba dalam akuntansi
komersial dan akuntansi fiskal di mana pada akuntansi fiskal terdapat penghasilan
yang bukan merupakan objek pajak yang artinya penghasilan tersebut tidak
menyebabkan kenaikan laba fiskal.
2. Beban atau Biaya
Sama halnya dengan konsep pendapatan yang berbeda antara akuntansi
komersial dan akuntansi fiskal, ,konsep beban pada kedua laporan ini juga berbeda.
Beban pada akuntansi komersial didefinisikan sebagai penurunan manfaat ekonomi
selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva
atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal (IAI, 2007:13). Beban pada akuntansi
komersial berbeda dengan biaya. Perbedaanya terletak pada adanya manfaat ekonomi
di masa mendatang untuk biaya.
Pada akuntansi pajak beban didefinisikan sebagai biaya untuk menagih,
memperoleh, dan memelihara penghasilan atau biaya yang berhubungan langsung
dengan perolehan penghasilan. Namun, tidak semua biaya dapat diakui sebagai
pengurang pada laporan keuangan fiskal, meskipun biaya tersebut digunakan untuk
operasional perusahaan. Hal ini dikarenakan pada akuntansi fiskal biaya
dikelompokan menjadi dua, yaitu biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan
bruto (deductible expense) dan biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto (non deductible expense). Adapun rincian biaya-biaya yang termasuk dalam
kelompok deductible dan non deductible diatur oleh peraturan yang dibuat oleh
pemerintah, perusahaan tidak dapat mengklasifikasikannya sendiri. Perbedaan inilah
yang membuat laba pada laporan keuangan fiskal dan laporan keuangan komersial
berbeda.

BEDA TETAP
Merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara akuntansi
komersial dengan kententuan Undang-undang PPh yang sifatnya permanen, artinya koereksi
fiskal yang dilakukan tidak akan diperhitungkan dengan laba kena pajak tahun berikutnya.

a. Beda Tetap Penghasilan


1. Penerimaan yang menurut SAK merupakan penghasilan, tetapi menurut Undang-
Undang PPh bukan obyek PPh.
Contoh: dividen yang diterima oleh PT sebagai WP DN, BUMN, BUMD serta
koperasi, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan atau
berkedudukan di Indonesia dengan syarat tertentu.
2. Penerimaan yang menurut SAK bukan merupakan penghasilan tetapi menurut
Undang-Undang PPh merupakan obyek PPh.
Contoh: penerimaan hibah / bantuan /sumbangan dari pihak-pihak yang ada
hubungan istimewa.

3. Penerimaan yang menurut SAK merupakan penghasilan tetapi menurut Undang-


Undang PPh telah dikenakan PPh final.
Contoh:
 Bunga deposito dan tabungan lainnya.
 Penghasilan berupa hadiah undian.
 Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan bangunan.
 Penghasilan dari usaha jasa kontruksi
 Penghasilan dari persewaan tanah dan bangunan dan sebagainya (pasal 4 ayat 2
UU PPh)

b. Beda Tetap Biaya


Pengeluaran yang menurut SAK merupakan beban tetapi menurut undang – undang
PPh tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
Contoh: pasal 9 UU PPh yang dikenakan PPh final.

c. Beda Tetap Yang Murni


1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memlihara penghasilan yang bukan
merupakan obyek pajak.

2. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang dikenakan


PPh final.
3. Penggantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang diberikan dalam
bentuk natura/kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman untuk
seluruh pegawai dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan oleh menteri keuangan.
4. Bantuam/sumbangan.
5. Sanksi administrasi perpajakan.
6. Kerugian usaha dari luar negeri.
7. Rugi karena penjualan/pengalihan aktiva dan hak yang dimiliki yang tidak
dipergunakan dalam kegiatan usaha dalam rangka mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan.
8. PPh pasal 26 yang ditanggung oleh pemberi penghasilan, kecuali dalam
menghitungnya mnggunakan metode gross up. (PPh 26 atas dividen tidak boleh
dengan metode gross up)
d. Beda Tetap Yang Disebabkan Tidak Dipenuhi Syarat-Syarat Khusus
1. Biaya perjalanan
2. Biaya promosi
3. Biaya entertainment
4. Biaya penelitian dan pengembangan
5. Kerugian piutang

e. Beda Tetap Yang Disebabkan Praktik-Praktik Akuntansi Yang Tidak Sehat


1. Keperluan pribadi pemilik atau pemegang saham dan keluarganya yang dibayar
perusahaan dan dibukukan sebagai beban usaha.

2. Keperluan pribadi pegawai perusahaan yang dibayar perusahaan dan dibukukan


sebagai beban usaha.

BEDA WAKTU
Merupakan perbedaan pembebenan biaya tiap-tiap tahun buku atau tahun pajak karena
perbedaan metoda yang digunakan, tetapi secara keseluruhan jumlah yang dibebankan sebagai
biaya adalah sama.

a. Perbedaan Temporer Berupa Future Taxable Amount (Kewajiban Pajak


Tangguhan)
Timbul sebagai akibat dari terpulihkannya suatu aktiva yang terkait dengan
penghasilan atau keuntungan yang dikenakan pajak dalam periode setelah
pengakuannya sebagai elemen laba rugi akuntansi keungan atau sering disebut
perbedaan temporer kena pajak.
Contoh: piutang yang timbul dari hasil penjualan angsuran yang diakui sebagai
elemen laba rugi akuntansi keungan dalam peridoe terjadinya transaksi penjualan, dan
dalam periode terjadinya penerimaan kas sebagai elemen penghasilan kena pajak atau
laba rugi.
b. Perbedaan Temporer Berupa Future Taxable Amount
Yang timbul sebagai akibat dari terpulihkannya suatu aktiva yang terkait dengan
setiap biaya atau kerugian yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk
perhitungan laba rugi fiskal dalam periode sebelum pengakuannya sebagai elemen laba
rugi akuntansi keuangan.
Contoh: suatu aktiva tetap yang disusutkan lebih cepat untuk perhitungan laba
rugi fiskal atau penghasilan kena pajak draipada penyusutannya untuk perhitungan laba
rugi akuntansi keuangan.

c. Perbedaan Temporer Berupa Future Deductible Amount (Aktiva Pajak


Tangguhan)
Timbul dari pembayaran atau penyelesaiaan suatu kewajiban yang terkait
dengan biaya atau kerugian yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk laba
rugi fiskal dalam peridode sebelum pengakuannya sebagai elemen biaya dalam laporan
keungan.
Contoh: kwajiban atau utang garansi uang diakui sebagai elemen biaya dalam
periode terjadinya transaksi penjualan barang untuk perhitungan laba rugi akuntansi
keunagan tetapi diakui sebagai biaya fiskal dalam periode terjadinya transaksi
pembayaran atau pengeluaram kas untuk biaya garansi dalam periode mendatang.
d. Perbedaan Temporer Berupa Future Deductible Amount
Timbul sebagai akibat dari pembayaran atau penyelesaian kewajiban yang
terkait dengan penghasilan atau keuntungan yang diakui sebagai elemen laba-rugi fiskal
atau penghasilan kena pajak dalam periode sebelum pengakuannya sebagai elemen
laba-rugi akuntansi keuangan.
Contoh: penghasilan dari surat kabar harian atau majalah untuk masa satu tahun
yang diterima dimuka, yang diakui sebagai elemen laba-rugi fiskal atau penghasilan
kena pajak dalam periode terjadinya penerimaan kas, tetapi diakui sebagai elemen laba-
rugi akuntansi dalam periode diperoleh atau direalisasikannya penghasilan tersebut
dikemudian hari.
1. Laporan Komersial PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRI Tbk.
B
PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRI & TRADING COMPANY Tbk. DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN KONSOLIDASIAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2018
(Disajikan dalam Jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

KETERANGAN JUMLAH
Penjualan Rp5.472.882

Beban langsung
Pemakaian bahan langsung Rp2.861.449
Upah langsung Rp29.165
Total Beban Langsung Rp2.890.614
Beban Produksi Tidak Langsung
Penyusutan:
Aset tetap Rp133.641
Listrik dan energi Rp109.921
Pemeliharaan dan perbaikan Rp105.118
Gaji dan upah Rp52.374
Pemakaian bahan pembantu Rp42.718
Pemakaian suku cadang Rp41.082
Keperluan pabrik Rp22.887
Asuransi Rp2.645
Kerusakan barang Rp862
Lain-lain Rp55.680
Total Beban Produksi Tidak Langsung Rp566.199
Beban Pokok Produksi Rp3.456.813
Persediaan Barang Jadi
Persediaan Awal Rp213.271
Persediaan Akhir (Rp153.478)
BPP Rp3.516.606

Laba Kotor Rp1.956.276

Beban Penjualan
Iklan dan promosi Rp452.819
Angkutan:
Pihak ketiga Rp184.391
Pihak afiliasi - PT Toll Indonesia Rp19.269
Gaji Rp68.743
Sewa Rp56.588
Kerusakan Barang Rp8.128
Bahan Bakar Rp5.951
Asuransi Rp5.476
Perjalanan dinas Rp4.425
Pemeliharaan dan perbaikan Rp1.644
Penyusutan aset tetap Rp1.649
Komunikasi Rp2.786
Lain-lain Rp43.489
Total Beban Penjualan Rp855.358
Beban Administrasi dan Umum
Gaji Rp113.711
Listrik dan energy Rp9.288
Penyusutan aset tetap Rp6.461
Amortisasi aset tak berwujud Rp2.532
Sewa Rp4.009
Lain-lain Rp60.899
Total Beban Administrasi dan Umum Rp196.900
Rugi selisih kurs- bersih Rp25.851
Rugi penjualan aset tetap Rp2.900

Laba selisih nilai wajar hewan ternak Rp4.030


Lain-lain- Bersih Rp13.268
Jumlah (Rp1.063.711)
Laba dari Usaha Rp892.565

Pendapatan Keuangan Rp60.084


Beban Keuangan (Rp2.107)
Bagian rugi neto entitas asosiasi dan ventura bersama (Rp1.524)
Jumlah Rp56.453
Laba Bersih Sebelum Pajak Penghasilan Rp949.018
2. Laporan Rekonsiliasi Fiskal

PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRI & TRADING COMPANY Tbk. DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN KONSOLIDASIAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2018
(Disajikan dalam Jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

REKONSILIASI FISKAL
KEUANGAN KEUANGAN
KOREKSI KOREKSI
KOMERSIAL FISKAL
POSITIF NEGATIF
Penjualan Rp5.472.882 Rp5.472.882

Beban langsung
Pemakaian bahan langsung Rp2.861.449 Rp2.861.449
Upah langsung Rp29.165 Rp29.165
Total Beban Langsung Rp2.890.614 Rp2.890.614
Beban Produksi Tidak Langsung
Penyusutan:
Aset tetap Rp133.641 Rp133.641
Listrik dan energy Rp109.921 Rp109.921
Pemeliharaan dan perbaikan Rp105.118 Rp105.118
Gaji dan upah Rp52.374 Rp52.374
Pemakaian bahan pembantu Rp42.718 Rp42.718
Pemakaian suku cadang Rp41.082 Rp41.082
Keperluan pabrik Rp22.887 Rp22.887
Asuransi Rp2.645 Rp2.645
Kerusakan barang Rp862 Rp862
Lain-lain Rp55.680 Rp55.680
Total Beban Produksi Tidak
Langsung Rp566.199 Rp566.199
Beban Pokok Produksi Rp3.456.813 Rp3.456.813
Persediaan Barang Jadi
Persediaan Awal Rp213.271 Rp213.271
Persediaan Akhir (Rp153.478) (Rp153.478)
BPP Rp3.516.606 Rp3.516.606

Laba Kotor Rp1.956.276 Rp1.956.276

Beban Penjualan
Iklan dan promosi Rp452.819 Rp452.819
Angkutan:
Pihak ketiga Rp184.391 Rp184.391
Pihak afiliasi - PT Toll
Indonesia Rp19.269 Rp19.269
Gaji Rp68.743 Rp68.743
Sewa Rp56.588 Rp56.588
Kerusakan Barang Rp8.128 Rp8.128
Bahan Bakar Rp5.951 Rp5.951
Asuransi Rp5.476 Rp5.476
Perjalanan dinas Rp4.425 Rp4.425
Pemeliharaan dan perbaikan Rp1.644 Rp1.644
Penyusutan aset tetap Rp1.649 Rp1.649
Komunikasi Rp2.786 Rp2.786
Lain-lain Rp43.489 Rp43.489
Total Beban Penjualan Rp855.358 Rp855.358
Beban Administrasi dan Umum
Gaji Rp113.711 Rp113.711
Listrik dan energy Rp9.288 Rp9.288
Penyusutan aset tetap Rp6.461 Rp6.461
Amortisasi aset tak berwujud Rp2.532 Rp2.532
Sewa Rp4.009 Rp4.009
Lain-lain Rp60.899 Rp60.899
Total Beban Administrasi dan
Umum Rp196.900 Rp196.900
Rugi selisih kurs- bersih Rp25.851 Rp25.851
Rugi penjualan aset tetap Rp2.900 Rp2.900

Laba selisih nilai wajar hewan


ternak Rp4.030 Rp4.030
Lain-lain- Bersih Rp13.268 Rp13.268
Jumlah (Rp1.063.711) (Rp1.063.711)
Laba dari Usaha Rp892.565 Rp892.565

Pendapatan Keuangan Rp60.084 Rp60.084


Beban Keuangan (Rp2.107) (Rp2.107)
Bagian rugi neto entitas
asosiasi dan ventura bersama (Rp1.524) (Rp1.524)
Jumlah Rp56.453 Rp56.453
Laba Bersih Sebelum Pajak
Penghasilan Rp949.018 Rp949.018
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Rekonsiliasi Fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib
pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak badan dan wajib pajak
orang pribadi (yang menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena pajak).
Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan perlakuan / pengakuan penghasilan
maupun biaya antara akuntansi komersial dan akuntansi pajak yang meliputi beda tetap dan
beda waktu. Rekonsiliasi fiskal dilakukan terhadap seluruh unsur penyusunan laporan laba
rugi, meliputi pendapatan dan biaya, terutama dilakukan terhadap :
1) Wajib Pajak yang memiliki penghasilan final.
2) Wajib Pajak yang memiliki penghasilan yang bukan objek pajak.
3) Wajib Pajak yang mengeluarkan biaya-biaya yang tidak boleh menjadi pengurang
penghasilan (pasal 9 UU PPh)
4) Wajib Pajak mengeluarkan biaya yang boleh menjadi pengurang tetapi metode
pengakuan biaya tersebut diatur oleh ketentuan fiskal.
5) Wajib Pajak mengeluarkan biaya yang dikeluarkan bersama untuk mendapatkan
pendapatan yang dikenakan PPh Final.

Anda mungkin juga menyukai