Anda di halaman 1dari 12

LO 1.

Memahami dan menjelaskan caira dan larutan

1.1 Definisi

Cairan adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut. Cairan adalah salah satu dari 4
fase benda yang bentuknya ditentukan oleh wadah penampangnya. Pada larutan fase
cair, cairan merupakan pelarutnya.

Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri atas 2 komponen zat atau lebih.
Komponen yang jumlahnya sedikit dinyatakan sebagai solute ( zat terlarut), sedangkan
yang jumlahnya lebih banyak dinyatakn sebagai solven (zat pelarut).

1.2 Klasifikasi

A. Larutan
1. Berdasarkan Fasanya
Solvent Contoh Solute Contoh Contoh campuran
(Pelarut) (Terlarut)
Zat cair Air Zat cair Alkohol Spiritus
Zat cair Aseton Gas Asetilen Zat untuk las
Zat cair Air Zat padat Garam Larutan garam
Gas Udara Zat cair Minyak Spray
Wangi
Gas O2 Gas He Gas untuk
mengelas
Gas O2 Zat padat Naftalen Kamfer
Zat Cd Zat cair Hg Amalgam gigi
padat
Zat Pd Gas H2 Gas oven
padat
Zat Au Zat padat Ag
padat

2. Berdasarkan Kejenuhan

a. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang
dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau dengan kata lain,
larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi
(masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b. Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang
larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya atau dengan
kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan
pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila
hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c. Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung
lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau
dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut
sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
3. Berdasarkan Daya Hantar Listriknya         
Kekuatannya tergantung pada nilai koefisien ionisasinya (α)
a. Elektrolit, dapat menghantarkan arus listrik, kuat  →  α=1 dan lemah → 0 <
α<1
b. Non Elektrolit, tidak dapat menghantarkan arus listrik α = 0
4. Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut
a. Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute
dibanding solvent.
b. Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding
solvent.

B. Cairan

 Kira-kira 2/3 dari cairan tubuh berada di spasium intraseluler (cairan intrasel), dan
1/3 berada dalam spasium ekstraseluler (cairan ekstrasel).

 Kira-kira 2/3 dari cairan ekstraseluler berada di spasium interstitial (cairan


interstitial), dan 1/3 berada dalam spasium intravaskuler (cairan
intravaskuler/plasma).

 Cairan Intrasel (CIS)


CIS memiliki volume lebih kurang 33% BB atau 605 dari jumlah air tubuh
total; merupakan air yang terdapat di dalam sel. Kandungan air di intasel lebih
banyak dibandingkan di ekstrasel dan presentase volume cairan intrasel pada anak
kecil lebih kecil dibandingkan orang dewasa karena jumlah sel lebih sedikit dan
ukuran sel lebih kecil. CIS Berperan menghasilkan, menyimpan, dan penggunaan
energy serta proses perbaikan sel. Selain itu, cairan intrasel juga berperan dalam
proses replikasi dan berbagai fungsi khusus antara lain sebagai cadangan air untuk
mempertahankan volume dan osmolalitas cairan ekstrasel.

 Cairan Ekstraseluler
Cairan ekstrasel adalah cairan yang terdapat di luar sel tubuh. Cairan ekstrasel
terditi dari :
1. Cairan Interstisium atau cairan antar-sel, yang berada diantara sel-sel.
2. Cairan Intravaskular atau berada dalam pembuluh darah yang merupakan
bagian air dari plasma darah.
3. Cairan Trans-sel yang berada dalam rongga-rongga khusus ex: cairan otak (likuor
serebrospinal), bola mata, sendi. Dan jumlah dari trans-sel ini relative sedikit.

Cairan Ekstrasel berperan sebagai :


1. Pengantar semua keperluan sel (Nutrien, Oksigen, berbagai Ion, trace minerals, dan
regulator hormone/molekul)
2. Pengangkutan CO2, sisa metabolism, bahan toksik atau bahan yang telah mengalami
detoksifikasi (Proses pembuangan racun dari dalam tubuh) dari sekitar lingkungan
sel.

Dua kategori cairan ekstraselular yang tergolong sedikit terdiri dari cairan limfe dan cairan
transelular. Limfe adalah cairan yang dikembalikan dari cairan interstitial ke plasma darah
melalui sistem limfe, yang juga berfungsi sebagai imunitas tubuh. Cairan transelular terdiri
dari kumpulan cairan-cairan yang terspesialisasi, yaitu cairan yang disekresikan oleh sel
tertentu, yang ditujukan kepada bagian tubuh tertentu dengan fungsi spesifik. Cairan
transelular meliputi cairan cerebrospinal  (mengelilingi, melindungi, dan menutrisi otak dan
saraf tulang belakang), cairan intraocular (mempertahankan bentuk dan menutrisi
mata),cairan synovial (melumasi dan berfungsi sebagai bantalan persendian), cairan
pericardial, intrapleural, dan peritoneal (secara berurutan, melumasi gerakan jantung, paru-
paru dan usus), dan cairan digestivus (mencerna makanan yang dikonsumsi).
Meskipun fungsinya sangat penting, namun cairan-cairan tersebut hanya merupakan bagian
kecil dari cairan tubuh. Bahkan, cairan transelular tidak dapat dijadikan tolok
ukur  perubahan keseimbangan cairan tubuh. Sebagai contoh, cairan
cerebrospinal tidak  berkurang apabila seseorang mengalami kekurangan H2O. Namun juga
tidak berarti cairan-cairan tersebut selalu konstan, dan tidak pernah mengalami perubahan.
Perubahan volume yang terlokalisasi dapat terjadi dalam kondisi patologis, misalnya
penumpukan cairan di mata pada penderita glaukoma. Namun kondisi tersebut tidak
berpengaruh pada keseimbangan cairan tubuh secara menyeluruh. Oleh karena itu, cairan
transelular pada umumnya diabaikan pada penderita dengan gangguan keseimbangan
cairan. Kecuali pada kasus muntah atau diare yang berat, di mana penderita mengalami
kekurangan cairan digestivus. Hal ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan.
(Sherwood,et.al ., 2010).

1.3 Perbedaan cairan dan larutan.

Larutan adalah campuran yang homogen, antara pelarut dan zat terlarutnya tidak dapat
dibedakan lagi. Sedangkan cairan, adalah campuran yang heterogen yaitu antara pelarut
dan zat terlarutnya massih dapat dibedakan. Partikel-partikel pembentuknya solute
maupun solventnya masih dapat menunjukkan sifat dari masing-masing partikel
tersebut.

1.4 Faktor yang mempengaruhi

1. Suhu
2. Sifat solute dan solventnya
3. Tekanan
4. Pengaruh ion sejenis
5. Pengadukan
6. PH larutan

LO 2. Memahami dan menjelaskan keseimbangan cairan

2.1 Definisi

Keseimbangan antara jumlah pemasukan cairan melalui ingesti atau produksi


pengeluarannya melalui ekskresi atau konsumsi metabolic.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman dan cairan
intravena dan didistribusi keseluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh.

2.2 Kompartemen cairan tubuh

1. Kompartemen Intraseluler (CIS)

Kompartemen ini berada di dalam sel suatu organisme dan dipisahkan dari
kompartemen ekstraseluler oleh membrane sel. Sekktar 2/3 dari jumlah air dalam
tubuh adalah volume pada kompartemen ini sednagkan sisanya adalah
kompartemen ekstraseluler. Adapun perannya seperti menyediakan tempat bagi
sitokinensis dan sintesis protei, tranportasi molekul dan transduksi sinyal dlm
organel.

2. Kompartemen Ekstraseluler

Cairan ekstrasel adalah cairan yang terdapat di luar sel tubuh. Cairan ekstrasel
terditi dari :
Cairan Interstisium atau cairan antar-sel, yang berada di jaringan sel-sel yang
membuat sel tersebut terapung di larutan yang berisi nutrisi dan bahan kimia
pendukung lainnya.
Cairan Intravaskular atau berada dalam pembuluh darah yang merupakan
bagian air dari plasma darah.
Cairan Transeluler yang berada dalam rongga-rongga khusus ex: cairan otak
(likuor serebrospinal), bola mata, sendi. Dan jumlah dari trans-sel ini relative
sedikit.

Cairan Ekstrasel berperan sebagai :


Pengantar semua keperluan sel (Nutrien, Oksigen, berbagai Ion, trace minerals, dan
regulator hormone/molekul)
Pengangkutan CO2, sisa metabolism, bahan toksik atau bahan yang telah mengalami
detoksifikasi (Proses pembuangan racun dari dalam tubuh) dari sekitar lingkungan sel.

2.3 Sumber input dan output


Input
Asupan cairan merupakan jumlah cairan yang masuk ke dalam tbuh manusia. Secara
fisiologis, manusia sudah dibekali dengan respon untuk memasukkan cairan ke
tubuh.
Asupan cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah kurang lebih 2.500 cc
per hari. Asupan cairan dapat lanhsung berupa cairan atau ditambah dari makanan
lain. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan
kurang atau adanya pendarahan. Maka curah jantung menurun, menyebabkan
terjadinya peurunan tekanan darah.
Sumber utama pemasukan cairan tubuh:
- Cairan dalam makanan dan air sehari-hari dikonsumsi yang menambah cairan
tubuh.
- Sintesis tubuh sebagai hasil oksidasi karbohidrat.

Output

Pengeluaran cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada org
dewasa, dlm kondisi normal adalah kurang lebih 2.300 cc. jumlah air yang apling
banyak keluar berasal dari eksresi ginjal (urine), sebanyak 1.500 cc per hari pada org
dewasa.

Hasil output cairan tubuh:

- Urine
- IWL ( insensible water loss)
- Keringat
- Feses

2.4 Mekanisma keseimbangan cairan

Cairan ekstraselular merupakan perantara antara sel dan lingkungan luar.


Semua pertukaran air dan konstituen lainnya antara ICF dan lingkungan harus terjadi
melewati ECF. Plasma hanyalah satu-satunya cairan yang bisa diatur secara langsung
baik volume maupun komposisinya. Cairan ini berada dalam sirkulasi. Perubahan
komposisi dan volume plasma juga akan mempengaruhi cairan interstisial. Oleh
karena itu, semua kontrol terhadap plasma akan mengatur keseluruhan ECF juga.
Dua faktor yang diatur untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh adalah
volume dan osmolaritasnya. Walaupun regulasi keduanya saling berhubungan (kadar
NaCl dan H2O), alasan mengapa keduanya dikontrol sangatlah berbeda adalah :
a. Volume CES
Regulasi volume CES sangat penting untuk mempertahankan tekanan darah.
Pemeliharaan keseimbangan garam sangat penting dalam regulasi jangka panjang
volume CES.

1. Regulasi jangka panjang


Regulasi ini dilakukan oleh ginjal dan mekanisme haus, yang masing-masing
melakukan pertukaran cairan yang diperlukan antara CES dan lingkungan eksternal
untuk mengatur volume cairan tubuh total.
2. Regulasi jangka pendek
Regulasi ini dilakukan dengan cara :
a) Reflek baroreseptor mengubah curah jantung dan resistensi perifer total, akan
meningkat untuk meningkatkan tekanan darah pada saat tekanan darah terlalu
rendah dan sebaliknya akan menurunkan tekanan darah bila tekanan darah terlalu
tinggi.
b) Perpindahan cairan berlangsung secara temporer dan otomatis antara plasma dan
cairan interstisium. Jika volume plasma teralalu besar, kelebihan cairan akan
berpindah kekompartemen interstisium dan sebaliknya jika volume plasma terlalu
rendah makan, cairan akan berpindah dari kompartemen interstisium ke plasma.
c) Regulasi pengeluaran darah di urin Regulasi ini dilakukan dengan dua cara, yaitu :
 Laju filtrasi glomerulus (LFG). Pada saat jumlah natrium dalam tubuh
menurun, ginjal akan menahan natrium yang difiltrasi agar eksresi
natrium menurun sehingga dapat meningkatkan konsentrasi NaCl dan
mengatasi penurunan natrium.
 Reabsorpsi natrium di tubulus. Pada saat kadar natrium menurun, aldosteron
akan meningkat dan natrium yang di reabsorpsi meningkat sehingga
menurunkan kadar natrium yang dieksresi dan meningkatkan konsentrasi
NaCl, hal ini akan mengatasi penurunan natrium

b. Regulasi Osmolaritas CES


Regulasi ini untuk mencegah membengkak atau menciutnya suatu sel. Setiap
perubahan, penambahan/pengurangan air menyebabkan perubahan osmolaritas
CES. Jika terjadi defisit air, maka zat terlarut pekat dan osmolaritas meningkat
(hipertonik) dan sebaliknya jika terjadi kelebihan air, maka zat terlarut akan encer
dan osmolaritas menurun (hipotonik). Ketonusan ECF dipertahankan oleh
mekanisme haus dan vasopressin

LO 3. Memahami dan menjelaskan gangguan keseimbangan cairan


3.1 Definisi dehidrasi

-Menurut Buku Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam Basa:

Dehidrasi adalah keadaan dimana volume air berkurang tanpa disertai


berkurangnya elektrolit (natrium) atau berkurangnya air jauh melebihi
berkurangnya natrium di cairan ekstrasel.

-Menurut Buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V:

Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih
banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah
yang sama (dehidrasi isotonic), atau hilangnya natrium lebh banyak daripada air
(dehidrasi hipotonik).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bawha


dehidrasi adalah kekurangan cairan ekstra selular yang mengakibatkan berpindahnya cairan
atau hilang dari tubuh. Dehidrasi akan mengakibatkan banyak masalah dan gangguan bagi
tubuh, seperti gangguan dalam pembuangan toksin (racun), pengiriman nutrisi dan oksigen
ke sel-sel tubuh, produksi energi, dan pelumasan sendi.

3.2 Derajat dehidrasi dan klasifikasi

Dehidrasi dikategorikan menjadi tiga; ringan, sedang dan berat. Yang mana ketiganya
dikategorikan berdasarkan jumlah cairan yang hilang di dalam tubuh. Dehidrasi sedang
hingga berat bisa berubah menjadi kondisi darurat yang mengancam jiwa. Bayi, anak-anak,
atlet dan orang yang berusia lanjut sangat rentan terhadap dehidrasi dan komplikasinya,
meskipun dehidrasi dialami semua kelompok usia.
Dehidrasi dapat digolongkan berdasarkan derajat atau jenisnya.

a. Derajat. Dehidrasi digolongkan menjadi ringan, sedang atau berat


1) Dehidrasi ringan dicirikan dengan kehilangan 5% dari berat badan sebelum sakit
2) Dehidrasi sedang dicirikan dengan kehilangan 5-10% dari berat badan sebelum
sakit
3) Dehidrasi berat dicirikan dengan kehilangan lebih dari 10% berat badan sebelum
sakit

b. Tipe. Terdapat tiga tipe dehidrasi, dehidrasi isotonis, dehidrasi hipertonik, dan
dehidrasi hipotonik
1) Dehidrasi isotonis dicirikan dengan defisit air dan elektrolit yang terjadi dalam
proporsi seimbang. Isotonis merupakan jenis dehidrasi yang paling sering terjadi.
2) Dehidrasi hipertonik dicirikan dengan kehilangan cairan melebihi kehilangan
elektrolit.
3) Dehidrasi hipotonik dicirikan dengan kehilangan sejumlah eletrolit melebihi
kehilangan cairan.
Klasifikasi menurut gangguan keseimbangancairan dan elektrolit
1. Hipovolemi
Berkurangnya volume cairan tubuh. Hipovolwmi terbagi menjadi dua,
deplesi dan dehidrasi
a. Deplesi: Berkurangnya cairan dan elektrolit (Na) tubuh terutama CES à air
berkurang maka Na juga berkurang
b. Dehidrasi: Berkurangnya volume cairan tubuh total tanpa kehilangan
elektrolit (Na) à Na ekstrasel meningkat (hipertonus) à volume cairan intrasel
berkurang (dehidrasi). Hipovelemi terbagi dalam tiga kategori:
a. Hipovolemi ringan : Kehilangan 2% dari BB.
b. Hipovolemi sedang : Kehilangan 5% dari BB.
c. Hipovolemi berat : Kehilangan 8% atau lebih dari BB.
2. Hipervolemi

Peningkatan volume cairan ekstrasel khususnya intravaskuler (plasma) melebihi


kemampuan tubuh mengeluarkan air melalui ginjal, saluran intestinal, dan kulit.
3.3 Manisfetasi klinis dehidrasi

Gejala dehidrasi bervariasi pada tiap individu tergantung dari penyebabnya.


Gejala dehidrasi dapat muncul secara tiba-tiba (akut), seperti selama atau setelah
sakit yang disertai muntah atau diare berulang. Dehidrasi juga dapat berubah
menjadi berkelanjutan (kronis), seperti pada orang yang tidak minum cukup cairan
karena khawatir akan inkontinensia (ketidakmampuan dalam mengontrolairkemih).
Pada sebagian orang, terutama orang yang berusia lanjut, seringkali tidak menyadari
bahwa mereka mengalami gejala dehidrasi. Hal ini mungkin karena mereka tidak
menyadari atau merasakan gejalanya.

a) Dehidrasi ringan:

Muka memerah
Rasa sangat haus
Kulit kering dan pecah-pecah
Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
Pusing dan lemah
Kram otot terutama pada kaki dan tangan
Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
Sering mengantuk
Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang

b) Dehidrasi sedang:

Tekanan darah menurun


Pingsan
Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
Perut kembung
Gagal jantung
Ubun-ubun cekung
Denyut nadi cepat dan lemah

c) Dehidrasi Berat
Kesadaran berkurang
Tidak buang air kecil
Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan

3.4 Tata laksana dehidrasi


Dehidrasi dapat terjadi karena hal-hal berikut :

1. Aktivitas. Orang yang banyak aktivitasnya lebih banyak mengeluarkan cairan


tubuh melalui keringat dari pada orang yang tidak beraktivitas.
2. Diare. Diare merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan kehilangan
cairan dalam jumlah besar. Di seluruh dunia, 4 juta anak anak mati setiap tahun
karena dehidrasi akibat diare.
3. Usia. Semakin tua usianya, kerja organ semakin menurun
4. Muntah.Muntah sering menyebabkan dehidrasi karena sangat sulit untuk
menggantikan cairan yang keluar dengan cara minum.
5. Berkeringat. Tubuh kehilangan banyak cairan saat berkeringat. Kondisi
lingkungan
yang panas akan menyebabkan tubuh berusaha mengatur suhu tubuh dengan
mengeluarkan keringat. Bila keadaan ini berlangsung lama sementara
pemasukan
cairan kurang maka tubuh dapat jatuh ke dalam kondisi dehidrasi.
6. Diabetes. Peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes atau kencing
manis
akan menyebabkan banyak gula dan air yang dikeluarkan melalui kencing
sehingga
penderita diabetes akan mengeluh sering kebelakang untuk kencing.
7. Luka bakar. Penderita luka bakar dapat mengalami dehidrasi akibat keluarnya
cairan
berlebihan pada pada kulit yang rusak oleh luka bakar.
8. Kesulitan minum. Orang yang mengalami kesulitan minum oleh karena suatu
sebab
rentan untuk jatuh ke kondisi dehidrasi.
9. Gastroenteritis. Ini adalah penyebab paling umum dehidrasi.Jika disertai
muntah
dan diare, dehidrasi akan semakin mudah terjadi.
10. Stomatitis. Nyeri dapat membatasi asupan oral.
11. Diabetic ketoasidosis (DKA). Dehidrasi ini disebabkan oleh diuresis osmotik.
Penurunan berat badan disebabkan oleh kehilangan cairan yang berlebihan dan
katabolisme jaringan. Rehidrasi cepat, dapat menimbulkan hasil neurologis yang
buruk. DKA sangat spesifik dan memerlukan perawatan yang intensif.
12. Demam penyakit. Demam mengakibatkan peningkatan insensible loss water
dan dapat menganggu nafsu makan.

LO 4. Memahami dan menjelaskan mineral tubuh


4.1 Sifat klasifikasi sumber dan kebutuhan mineral

1. Natrium merupakan kation dlm tubuh yang berfungsi sebagai


pengaturan osmolaritas serta volume cairan tubuh. Pengaturan
konsenyrasi ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosterone. Aldosterone
dihasilkan oleh korteks suprarenal dan berfungsi untuk mempertahankan
keseimbangan konsentarsi natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu
oleh ADH . ADH mengatur sejumlah air yang diserap kedalam ginjal dari
tubulus renalis.
2. Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel
yang berfungsi sebagai exitability neuromukuler dan kontarksi otot.
Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan meknisme perubahan ion
natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosterone. Alsodteron juga
verfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan
ekstrasel).
3. Klorida merupakan anion uatam dalam cairan ekstrasel. Fungsi klorida
biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan
tekanan osmotic dalam darah.

4.2 Eksresi mineral


1. Natrium
Na yang diabsorpsi dibawa oleh aliran darah ke ginjal. Kemudian Na di
saring dan dikembalikan ke aliran darah untuk mempertahankan jumlah
Na dalam darah. Kelebihan Na akan dikeluarkan melalui urine. Diatur
oleh hormone aldosterone.

2. Klorida
Klorida diabsoprsi di dalam usus halus dan di ekskresi melalui kelenjar
dan urin.
3. Kalium
Diabsorpsi di usus halsu 80%-90%, dieksresikan melalui urin. Selebihnya
melalui feses.

4.3 Fungsi
1. Natrium
Mengatur kelancaran kerja otot, terutama otot jantung dan mengatur
keseimbangan cairan dalam tubuh.
Fungsi
- Menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen ekstraseluer.
- Mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah dan
masuk ke dalam sel.
- Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh dengan mengimbangi zat-
zat yang membentuk asam.
- Berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot.
- Berperan dalam absorbsi glukosa dan sebagai alat angkut zat gizi lain
melalui membran, terutama melalui dinding usus sebagai pompa natrium.

2. Kalium
Mengatur kerja otot jantung, mengatur tekanan osmosis dalam sel dan
membantu mengantarkan implus saraf.
Fungsi
- Berperan dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta
keseimbangan asam dan basa bersama natrium.
- Bersama kalsium, kalium berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot.
- Di dalam sel, kalium berfungsi sebagai katalisator dalam banyak reaksi
biologic, terutama metabolisme energi dan sintesis glikogen dan protein.
- Berperan dalam pertumbuhan sel.

3.Klorida
Membentuk asam lambung (HCL) dan memelihara keseimbangan cairan
dalam tubuh.
Fungsi
- Berperan dalam memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
cairan ekstraseluler.
- Memelihara suasana asam dalam lambung sebagai bagian dari HCL, yang
diperlukan untuk bekerjanya enzim-enzim pencernaan.
- Membantu pemeliharaan keseimbangan asam dan basa bersama unsur-
unsur pembentuk asam lainnya.
- Ion klor dapat dengan mudah keluar dari sel darah merah dan masuk ke
dalam plasma darah guna membantu mengangkut karbondioksida ke paru-
paru dan keluar dari tubuh.
- Mengatur system rennin – angiotensin – aldosteron yang mengatur
keseimbangan cairan tubuh.

4.4 Kadar
Kadar normal
1. Natrium : 135-145 mEq/L
2. Kalium : 3.5-5.5 mEq/L
3. Klorida : 100-106 mEq/L

4.5 Metabolisme

1. Natrium : Natrium yang di konsumsi sebagian besar akan diserap oleh usus
dan dibuang kembali oleh ginjal melalui urine. Akan tetapi bila jumlah yang
dikonsumsi melebihi kapasitas ginjal untuk mengeluarkannya kembali, maka
kadar natrium dalam darah akan meningkat. Untuk mengembalikan kadar
natrium darah ke tingkat yang normal, tubuh mengaturnya dengan cara
menambah jumlah cairan dalam darah untuk mengencerkan kelebihan
natrium tersebut.
2. Kalium : Kalium bergerak di dalam tubuh secara difusi, absorbsi, dan
sekresi. Kalium memasuki tubuh dari saluran usus dengan cara difusi melalui
dinding kapiler dan absorbsi aktif. Kalium masuk ke dalam sel-sel juga dengan
cara difusi dan membutuhkan proses metabolisme yang aktif. Kalium dibuang
melalui urine dengan cara sekresi dan penyaringan , dan sebagian kecil
dibuang melalui feces.
3. Klorida : klorida banyak terdapat dalam plasma darah dan juga pada
kelenjar pencernaan lambung sebagai asam klorida. Ion-ion klorida
mengaktifkan enzim amilase dalam mulut untuk memecah pati yang
dikonsumsi.

LO 5. Mamahami dan mempelajari minum dalam etika islam

5.1 Ayat dan hadist


Al-Qur’an
(QS. Al-Waqi’ah: 68-69)
“Maka terangkanlah kepadaKu tentang air yang kamu minum. Kamukah yang
menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan.
(QS.Al-Araf :31)
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap hari (memasuki) Mesjid, makan, dan
minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan.”
Hadits
a. diriwayatkan dari Anan RA, dia berkata : Rasulullah SAW melarang seseorang minum
dengan berdiri. Maka mereka bertanya, “bagaimana dengan makan?” Beliau menjawab ,
“lebih lagi waktu makan” (HR.Muslim)
b. diriwayatkan dari Hafshah RA. : “Rasulullah SAW menggunakan tangan kanannya ketika
makan dan minum serta tangan kirinya untuk yang lainnya.” (HR.Abu Dawud dan at-
Tirmidzi)

Anda mungkin juga menyukai