Blok Cairan PBL 1
Blok Cairan PBL 1
1.1 Definisi
Cairan adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut. Cairan adalah salah satu dari 4
fase benda yang bentuknya ditentukan oleh wadah penampangnya. Pada larutan fase
cair, cairan merupakan pelarutnya.
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri atas 2 komponen zat atau lebih.
Komponen yang jumlahnya sedikit dinyatakan sebagai solute ( zat terlarut), sedangkan
yang jumlahnya lebih banyak dinyatakn sebagai solven (zat pelarut).
1.2 Klasifikasi
A. Larutan
1. Berdasarkan Fasanya
Solvent Contoh Solute Contoh Contoh campuran
(Pelarut) (Terlarut)
Zat cair Air Zat cair Alkohol Spiritus
Zat cair Aseton Gas Asetilen Zat untuk las
Zat cair Air Zat padat Garam Larutan garam
Gas Udara Zat cair Minyak Spray
Wangi
Gas O2 Gas He Gas untuk
mengelas
Gas O2 Zat padat Naftalen Kamfer
Zat Cd Zat cair Hg Amalgam gigi
padat
Zat Pd Gas H2 Gas oven
padat
Zat Au Zat padat Ag
padat
2. Berdasarkan Kejenuhan
a. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang
dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh atau dengan kata lain,
larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi
(masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b. Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang
larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya atau dengan
kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan
pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila
hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c. Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung
lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau
dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut
sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
3. Berdasarkan Daya Hantar Listriknya
Kekuatannya tergantung pada nilai koefisien ionisasinya (α)
a. Elektrolit, dapat menghantarkan arus listrik, kuat → α=1 dan lemah → 0 <
α<1
b. Non Elektrolit, tidak dapat menghantarkan arus listrik α = 0
4. Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut
a. Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute
dibanding solvent.
b. Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding
solvent.
B. Cairan
Kira-kira 2/3 dari cairan tubuh berada di spasium intraseluler (cairan intrasel), dan
1/3 berada dalam spasium ekstraseluler (cairan ekstrasel).
Cairan Ekstraseluler
Cairan ekstrasel adalah cairan yang terdapat di luar sel tubuh. Cairan ekstrasel
terditi dari :
1. Cairan Interstisium atau cairan antar-sel, yang berada diantara sel-sel.
2. Cairan Intravaskular atau berada dalam pembuluh darah yang merupakan
bagian air dari plasma darah.
3. Cairan Trans-sel yang berada dalam rongga-rongga khusus ex: cairan otak (likuor
serebrospinal), bola mata, sendi. Dan jumlah dari trans-sel ini relative sedikit.
Dua kategori cairan ekstraselular yang tergolong sedikit terdiri dari cairan limfe dan cairan
transelular. Limfe adalah cairan yang dikembalikan dari cairan interstitial ke plasma darah
melalui sistem limfe, yang juga berfungsi sebagai imunitas tubuh. Cairan transelular terdiri
dari kumpulan cairan-cairan yang terspesialisasi, yaitu cairan yang disekresikan oleh sel
tertentu, yang ditujukan kepada bagian tubuh tertentu dengan fungsi spesifik. Cairan
transelular meliputi cairan cerebrospinal (mengelilingi, melindungi, dan menutrisi otak dan
saraf tulang belakang), cairan intraocular (mempertahankan bentuk dan menutrisi
mata),cairan synovial (melumasi dan berfungsi sebagai bantalan persendian), cairan
pericardial, intrapleural, dan peritoneal (secara berurutan, melumasi gerakan jantung, paru-
paru dan usus), dan cairan digestivus (mencerna makanan yang dikonsumsi).
Meskipun fungsinya sangat penting, namun cairan-cairan tersebut hanya merupakan bagian
kecil dari cairan tubuh. Bahkan, cairan transelular tidak dapat dijadikan tolok
ukur perubahan keseimbangan cairan tubuh. Sebagai contoh, cairan
cerebrospinal tidak berkurang apabila seseorang mengalami kekurangan H2O. Namun juga
tidak berarti cairan-cairan tersebut selalu konstan, dan tidak pernah mengalami perubahan.
Perubahan volume yang terlokalisasi dapat terjadi dalam kondisi patologis, misalnya
penumpukan cairan di mata pada penderita glaukoma. Namun kondisi tersebut tidak
berpengaruh pada keseimbangan cairan tubuh secara menyeluruh. Oleh karena itu, cairan
transelular pada umumnya diabaikan pada penderita dengan gangguan keseimbangan
cairan. Kecuali pada kasus muntah atau diare yang berat, di mana penderita mengalami
kekurangan cairan digestivus. Hal ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan.
(Sherwood,et.al ., 2010).
Larutan adalah campuran yang homogen, antara pelarut dan zat terlarutnya tidak dapat
dibedakan lagi. Sedangkan cairan, adalah campuran yang heterogen yaitu antara pelarut
dan zat terlarutnya massih dapat dibedakan. Partikel-partikel pembentuknya solute
maupun solventnya masih dapat menunjukkan sifat dari masing-masing partikel
tersebut.
1. Suhu
2. Sifat solute dan solventnya
3. Tekanan
4. Pengaruh ion sejenis
5. Pengadukan
6. PH larutan
2.1 Definisi
Kompartemen ini berada di dalam sel suatu organisme dan dipisahkan dari
kompartemen ekstraseluler oleh membrane sel. Sekktar 2/3 dari jumlah air dalam
tubuh adalah volume pada kompartemen ini sednagkan sisanya adalah
kompartemen ekstraseluler. Adapun perannya seperti menyediakan tempat bagi
sitokinensis dan sintesis protei, tranportasi molekul dan transduksi sinyal dlm
organel.
2. Kompartemen Ekstraseluler
Cairan ekstrasel adalah cairan yang terdapat di luar sel tubuh. Cairan ekstrasel
terditi dari :
Cairan Interstisium atau cairan antar-sel, yang berada di jaringan sel-sel yang
membuat sel tersebut terapung di larutan yang berisi nutrisi dan bahan kimia
pendukung lainnya.
Cairan Intravaskular atau berada dalam pembuluh darah yang merupakan
bagian air dari plasma darah.
Cairan Transeluler yang berada dalam rongga-rongga khusus ex: cairan otak
(likuor serebrospinal), bola mata, sendi. Dan jumlah dari trans-sel ini relative
sedikit.
Output
Pengeluaran cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada org
dewasa, dlm kondisi normal adalah kurang lebih 2.300 cc. jumlah air yang apling
banyak keluar berasal dari eksresi ginjal (urine), sebanyak 1.500 cc per hari pada org
dewasa.
- Urine
- IWL ( insensible water loss)
- Keringat
- Feses
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih
banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah
yang sama (dehidrasi isotonic), atau hilangnya natrium lebh banyak daripada air
(dehidrasi hipotonik).
Dehidrasi dikategorikan menjadi tiga; ringan, sedang dan berat. Yang mana ketiganya
dikategorikan berdasarkan jumlah cairan yang hilang di dalam tubuh. Dehidrasi sedang
hingga berat bisa berubah menjadi kondisi darurat yang mengancam jiwa. Bayi, anak-anak,
atlet dan orang yang berusia lanjut sangat rentan terhadap dehidrasi dan komplikasinya,
meskipun dehidrasi dialami semua kelompok usia.
Dehidrasi dapat digolongkan berdasarkan derajat atau jenisnya.
b. Tipe. Terdapat tiga tipe dehidrasi, dehidrasi isotonis, dehidrasi hipertonik, dan
dehidrasi hipotonik
1) Dehidrasi isotonis dicirikan dengan defisit air dan elektrolit yang terjadi dalam
proporsi seimbang. Isotonis merupakan jenis dehidrasi yang paling sering terjadi.
2) Dehidrasi hipertonik dicirikan dengan kehilangan cairan melebihi kehilangan
elektrolit.
3) Dehidrasi hipotonik dicirikan dengan kehilangan sejumlah eletrolit melebihi
kehilangan cairan.
Klasifikasi menurut gangguan keseimbangancairan dan elektrolit
1. Hipovolemi
Berkurangnya volume cairan tubuh. Hipovolwmi terbagi menjadi dua,
deplesi dan dehidrasi
a. Deplesi: Berkurangnya cairan dan elektrolit (Na) tubuh terutama CES à air
berkurang maka Na juga berkurang
b. Dehidrasi: Berkurangnya volume cairan tubuh total tanpa kehilangan
elektrolit (Na) à Na ekstrasel meningkat (hipertonus) à volume cairan intrasel
berkurang (dehidrasi). Hipovelemi terbagi dalam tiga kategori:
a. Hipovolemi ringan : Kehilangan 2% dari BB.
b. Hipovolemi sedang : Kehilangan 5% dari BB.
c. Hipovolemi berat : Kehilangan 8% atau lebih dari BB.
2. Hipervolemi
a) Dehidrasi ringan:
Muka memerah
Rasa sangat haus
Kulit kering dan pecah-pecah
Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
Pusing dan lemah
Kram otot terutama pada kaki dan tangan
Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
Sering mengantuk
Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
b) Dehidrasi sedang:
c) Dehidrasi Berat
Kesadaran berkurang
Tidak buang air kecil
Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan
2. Klorida
Klorida diabsoprsi di dalam usus halus dan di ekskresi melalui kelenjar
dan urin.
3. Kalium
Diabsorpsi di usus halsu 80%-90%, dieksresikan melalui urin. Selebihnya
melalui feses.
4.3 Fungsi
1. Natrium
Mengatur kelancaran kerja otot, terutama otot jantung dan mengatur
keseimbangan cairan dalam tubuh.
Fungsi
- Menjaga keseimbangan cairan dalam kompartemen ekstraseluer.
- Mengatur tekanan osmosis yang menjaga cairan tidak keluar dari darah dan
masuk ke dalam sel.
- Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh dengan mengimbangi zat-
zat yang membentuk asam.
- Berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot.
- Berperan dalam absorbsi glukosa dan sebagai alat angkut zat gizi lain
melalui membran, terutama melalui dinding usus sebagai pompa natrium.
2. Kalium
Mengatur kerja otot jantung, mengatur tekanan osmosis dalam sel dan
membantu mengantarkan implus saraf.
Fungsi
- Berperan dalam pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta
keseimbangan asam dan basa bersama natrium.
- Bersama kalsium, kalium berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot.
- Di dalam sel, kalium berfungsi sebagai katalisator dalam banyak reaksi
biologic, terutama metabolisme energi dan sintesis glikogen dan protein.
- Berperan dalam pertumbuhan sel.
3.Klorida
Membentuk asam lambung (HCL) dan memelihara keseimbangan cairan
dalam tubuh.
Fungsi
- Berperan dalam memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
cairan ekstraseluler.
- Memelihara suasana asam dalam lambung sebagai bagian dari HCL, yang
diperlukan untuk bekerjanya enzim-enzim pencernaan.
- Membantu pemeliharaan keseimbangan asam dan basa bersama unsur-
unsur pembentuk asam lainnya.
- Ion klor dapat dengan mudah keluar dari sel darah merah dan masuk ke
dalam plasma darah guna membantu mengangkut karbondioksida ke paru-
paru dan keluar dari tubuh.
- Mengatur system rennin – angiotensin – aldosteron yang mengatur
keseimbangan cairan tubuh.
4.4 Kadar
Kadar normal
1. Natrium : 135-145 mEq/L
2. Kalium : 3.5-5.5 mEq/L
3. Klorida : 100-106 mEq/L
4.5 Metabolisme
1. Natrium : Natrium yang di konsumsi sebagian besar akan diserap oleh usus
dan dibuang kembali oleh ginjal melalui urine. Akan tetapi bila jumlah yang
dikonsumsi melebihi kapasitas ginjal untuk mengeluarkannya kembali, maka
kadar natrium dalam darah akan meningkat. Untuk mengembalikan kadar
natrium darah ke tingkat yang normal, tubuh mengaturnya dengan cara
menambah jumlah cairan dalam darah untuk mengencerkan kelebihan
natrium tersebut.
2. Kalium : Kalium bergerak di dalam tubuh secara difusi, absorbsi, dan
sekresi. Kalium memasuki tubuh dari saluran usus dengan cara difusi melalui
dinding kapiler dan absorbsi aktif. Kalium masuk ke dalam sel-sel juga dengan
cara difusi dan membutuhkan proses metabolisme yang aktif. Kalium dibuang
melalui urine dengan cara sekresi dan penyaringan , dan sebagian kecil
dibuang melalui feces.
3. Klorida : klorida banyak terdapat dalam plasma darah dan juga pada
kelenjar pencernaan lambung sebagai asam klorida. Ion-ion klorida
mengaktifkan enzim amilase dalam mulut untuk memecah pati yang
dikonsumsi.