Anda di halaman 1dari 8

PLASENTA PREVIA

1. Konsep dari penyakit

a. Definisi Plasenta previa

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen


bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang
ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa
adanya rasa nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan
kedelapan (Chalik, 2008).

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di segmen bawah Rahim


yang dapat memberikan dampak yang sangat merugikan ibu maupun janin
berupa perdarahan, prematuritas dan peningkatan angka kesakitan dan
kematian perinatal (Romundstad et all, 2006).

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat


abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (Mochtar, 1998)

b. Etiologi Plasenta previa

Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak diketahui. Tetapi
diduga hal tersebut berhubungan dengan abnormalitas dari vaskularisasi
endometrium yang mungkin disebabkan oleh timbulnya parut akibat trauma
operasi/infeksi. (Mochtar, 1998). Perdarahan berhubungan dengan adanya
perkembangan segmen bawah uterus pada trimester ketiga. Plasenta yang
melekat pada area ini akan rusak akibat ketidakmampuan segmen bawah
rahim. Kemudian perdarahan akan terjadi akibat ketidakmampuan segmen
bawah rahim untuk berkonstruksi secara adekuat.

Faktor risiko plasenta previa termasuk:

1) Riwayat plasenta previa sebelumnya.


2) Riwayat seksio sesarea.
3) Riwayat aborsi.
4) Kehamilan ganda.
5) Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun.
6) Multiparitas.
7) Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim, sehingga mempersempit
permukaan bagi penempatan plasenta.
8) jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya. Misalnya dari indung
telur setelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis.
9) Adanya trauma selama kehamilan.
10) Sosial ekonomi rendah/gizi buruk, patofisiologi dimulai dari usia
kehamilan 30 minggu segmen bawah uterus akan terbentuk dan mulai
melebar serta menipis.

11) Mendapat tindakan Kuretase.

c. Patofisiologi Plasenta previa

Perdarahan antarpartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20


minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta
menipis. Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen uterus
mengalami banyak perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan
pembukaan servik menyebabkan sinus robek karena lepasnya plasenta dari
dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dan plasenta. Perdarahan
tidak dapat diarahkan karena ketidak mampuan serabut otot bawah segmen
uterus untuk berkontraksi seperti plasenta letak normal. Keadaan endometrium
yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk
mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati
atau menutup ostium uteri internum. Endometrium yang kurang baik juga
dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu
ditempat yang rendah dekat ostium uteri internum (Sulaiman
Sastrawinata.2005)
Dengan berkembangannya segmen bawah uterus dan dengan menipisnya
serta membukanya cervix, placenta terlepas dari dinding uterus. Keadaan ini
disertai ruptura pembuluh-pembuluh darah yang terletak dibawahnya. Jika
pembuluh darah yang pecah berukuran besar, perdarahan akan banyak sekali
(Harry Oxorn & Wiliam R. Forte,2010)

Pathway

Faktor pendukung

Kehamilan
Multi paritas Riwayat aborsi Riwayat Riwayat Kehamilan di
ganda insisi uterus kelahiran sesar usia tua >35 th

Gestasi
Embrio lebih dari 1
sering Terbentuk scar pada uterus Uterus tua

Kebututuhan O2 &
nutrisi meningkat Kerusakan lapisan Vaskularisasi
uterus tempat blastisol Penipisan uterus menurun
biasa berimplantasi endrometrium
Plasenta lebih besar

Voskularisasi uterus
tempat blastisol biasa
berimplantasi

Plasenta
memperluas
Blastosit mencari permukaannya
tempat yg lebih baik

Blaskosit implantasi di dekat


segmen bawah uterus

Plasenta mendekati,
menutupi sebagian/seluruh
jalan lahir
Tidak dapat diikiuti oleh plasenta yg melekat
Plasenta pervia

Pembentukan segmen bawah uterus dan dilatasi ostium uteri

Servix membuka

Perdarahan Kurang pengetahuan

Penurunan Ketakutan ibu


Kehilangan SDM
volume darah tentang abortus
(Sel Darah Merah)

Berkurangnya volume cairan Ansietas


Penurunan jumlah eritrosit
tubuh yang terbawa keluar
bersama darah
Penurunan kadar Hb

Dehidrasi

Kompensasi Jantung Kompensasi Paru-paru


Kekurangan volume cairan

Beban kerja
Penurunan
jantung meningkat
transport oksigen

Penurunan curah jantung Hipoksia Lemah, lesu

Peningkatan Intoleransi
Ketidakefektifan pola nafas Dyspnea frekuensi napas aktivitas
d. Manifestasi Klinis Plasenta previa

1) Pendarahan pervagina
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau
awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Pendarahan
pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi
perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari perdarahan
sebelumnya.
2) Tanpa rasa nyeri

Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa
nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir
trimester kedua atau sesudahnya.

3) Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang .
Perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan
waktu yang singkat dapat menimbulkan anemia sampai syok.

4) Pada janin, turunnya bagian terbawah janin dalam Pintu Atas Panggul
(PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam
rahim dan dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam
rahim.

e. Penatalaksanaan Plasenta previa

1) Apabila perdarahan terjadi pada msa kehamilan lebih awal, biasanya


diberikan transfusidan tokolitik sampai usia kehamilan 32-24 minggu

2) Pada usia 34 minggu dipertimbangkan antara risiko perdarahan dan


maturasi kandungan
3) Waktu kelahiran biasanya ditentukan tingkat kematangan paru janin.
Maturasi paru dilakukan dengan pemberian dexametason 2 x 12 mg IM
dalam jarak 24 jam atau dexametason 4x6 mg per oral selama 2 hari.

Pilihan cara kelahiran

1) Seksio sesarea

2) Kelahirana pervagina

f. Komplikasi Plasenta previa


Menurut Manuaba (2008) , ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada ibu
hamil yang menderita plasenta previa, yaitu:
1) Komplikasi pada ibu janin
a) Dapat terjadi anemia bahkan syok
b) Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang
rapuh
c) Infeksi karena perdarahan yang banyak
2) Komplikasi pada janin
a) Kelainan letak janin
b) Prematuritas dengan morbiditas dan mortilitas tinggi

c) Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian

g. Pemeriksaan Diagnostik Plasenta previa

1) Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta,


dengan cara ini maka pembuluh-pembuluh darah yang terbuka dapat
tertutupkembali (tamponade pada plasenta) ( Mose, 2003).Menurut
Mochtar (1998) penekanan tersebut dapat dilakukan melaluibeberapa
cara yaitu:
a) Amniotomi ( pemecahan selaput ketuban)
Cara ini merupakan cara yang dipilih untuk melancarkan
persalinan pervaginam. Cara ini dilakukan apabila plasenta previa
lateralis, plasenta previa marginalis, atau plasenta letak rendah,
namun bila ada pembukaan. Pada primigravida telah terjadi
pembukaan 4 cm atau lebih. Juga dapat dilakukan pada plasenta
previa lateralis/ marginalis dengan janin yang sudah meninggal
(Mochtar,1998).
b) Memasang cunam Willet Gausz
Pemasangan cunam Willet Gausz dapat dilakukan dengan
mengklem kulit
kepala janin dengan cunam Willet Gausz. Kemudian cunam diikat
dengan
menggunakan kain kasa atau tali yang diikatkan dengan beban
kira-kira 50-100 gr
atau sebuah batu bata seperti katrol. Tindakan ini biasanya hanya
dilakukan pada
janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif karena
seringkali
menimbulkan perdarahan pada kulit kepala janin (Mochtar, 1998).
c) Metreurynter
Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan kantong karet yang
diisi
udara dan air sebagai tampon, namun cara ini sudah tidak dipakai
lagi (Mochtar,1998).
d) Versi Braxton-Hicks
Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari
kakinya
sehingga dapat ditarik keluar. Cara ini dilakukan dengan
mengikatkan kaki
dengan kain kasa, dikatrol, dan juga diberikan beban seberat 50-
100 gr (Mochtar,
1998).
2) Dengan cara seksio sesarea, yang dimaksud untuk mengosongkan rahim
sehingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
Selain itu seksio sesarea juga dapat mencegah terjadinya robekan
serviks dan segmen bawah rahim yang sering terjadi pada persalinan
pervaginam (Mochtar, 1998). Persalinan seksio sesarea diperlukan
hampir pada seluruh kasus plasenta previa. Pada sebagian besar kasus
dilakukan melalui insisi uterus transversal. Karena perdarahan janin
dapat terjadi akibat insisi ke dalam plasenta anterior (Cunningham et al,
2005). Menurut Mochtar (1998) Indikasi dilakukannya persalinan
seksio sesarea pada plasenta previa adalah:
a) Dilakukan pada semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau
meninggal, serta semua plasenta previa lateralis, posterior, karena
perdarahan yang sulit dikontrol.
b) Semua plasenta pevia dengan perdarahan yang banyak, berulang dan
tidak berhenti dengan tindakan yang ada.
c) Plasenta previa yang disertai dengan panggul sempit, letak
lintang.Menurut Winkjosastro (1997) dalam Sihaloho (2009) gawat
janin maupun kematian janin dan buka merupakan halangan untuk
dilakukannya persalinan seksio sesarea, demi keselamatan ibu.
Tetapi apabila dijumpai gawat ibu kemungkinan persalinan seksio
sesarea ditunda sampai keadaan ibunya dapat diperbaiki, apabila
fasilitas memungkinkan untuk segera memperbaiki keadaan ibu,
sebaiknya dilakukan seksio sesarea jika itu merupakan satu-satunya
tindakan yang terbaik untuk mengatasi perdarahan yang banyak
pada plasenta previa
totalis.

Anda mungkin juga menyukai