Anda di halaman 1dari 23

Pengaruh Faktor Keuangan terhadap Manajemen Laba dengan Good

Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi

Ade Fakhrini Umami

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang

E-mail : adefakhriniumami@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis secara empiris


pengaruh faktor keuangan terhadap manajemen laba dengan Good Corporate
Governance sebagai variabel moderasi. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah manajemen laba dan variabel independen penelitian ini adalah earning
power, leverage, ukuran perusahaan, dan Good Corporate Governance sebagai
variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan 52 sampel perusahaan manufaktur
yang terdapat di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011- 2015. Metode analisis
data pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dan metode uji
residual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor keuangan earning power
dan leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Ukuran berpengaruh
negatif signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikian Institusional dapat di
jadikan variabel moderasi yang dapat memperkuat hubungan variabel independen
dengan variabel dependen.

ABSTRACT

This study aims to identify and anlyze empirically the financial factors on
earnings management with Good Corporate Governanace as variable
moderation. Dependent variable in this reseaach is earnings management in
independent variable of this research is earnings power, leverage. Size of the
company and Corporate Governance as a moderating variable. This research
uses 52 sample manufacturing company wich is listed in indonesia stock exchange
in period 2011-2015. Data analysis method in this research is multiple linear
regretion analysis and residual test method, The result of this research show that
financial factor earnng power and leverage have not significant effect on earnings
managament. Size firm have possitive significant on earnings managamant. The
ownership of institutional can be a moderation variable that strengthen the
relation of independent variable and dependent variabel.

PENDAHULUAN komponen dari laporan keuangan


memiliki potensi yang sangat penting
Dalam laporan keuangan baik bagi pihak internal maupun
pengungkapan dan penyajian eksternal. Informasi laba merupakan
informasi secara akurat sangat perhatian utama dalam mengukur
dibutuhkan oleh para pengguna keberhasilan atau kegagalan bisnis
laporan keuangan. Informasi yang dalam mencapai tujuan operasi yang
disajikan dalam laporan keuangan telah ditetapkan (Siallagan dan
juga harus andal. Informasi yang Machfoeds, 2006 dalam Naftalia dan
memiliki kualitas andal yaitu apabila Marsono, 2013). Hal inilah yang
tidak menyesatkan, tidak ada menjadikan informasi earnings
kesalahan material, dan dapat di memainkan suatu peranan yang
andalkan pemakainya sebagai signifikan dalam proses pengambilan
informasi yang jujur dan disajikan keputusan oleh pengguna laporan
secara wajar (SAK, 2004 dalam keuangan.
Putra, 2012). Kondisi tersebut mendorong
Salah satu informasi yang manajemen melakukan tindakan
terdapat di dalam laporan keuangan yang dapat membuat laporan
adalah informasi mengenai laba keuangan terlihat baik. Tindakan
perusahaan. Laba dapat diartikan oportunitis tersebut dilakukan
sebagai selisih dari pendapatan dengan cara memilih kebijakan
dengan biaya. Menurut Suwardjono akuntansi akuntansi tertentu,
(2010: 464) laba merupakan sehingga laba perusahaan dapat
keuntungan atas upaya perusahaan diatur, dinaikan atau diturunkan
dalam menghasilkan dan menjual sesuai keinginannya. Secara disadari
barang atau jasanya. Pada umumnya atau tidak, hal tersebut telah
users cenderung menilai bahwa suatu mendorong para manajer untuk
perusahaan dikatakan baik atau sehat melakukan manajemen laba
dengan memperhatikan laba yang (earnings management) atau bahkan
diperoleh perusahaan tersebut. terdorong untuk melakukan
Informasi laba yang merupakan manipulasi laba (earnings
manipulation). Manajemen laba juga oleh penyedia dana (kreditor),
diduga muncul atau dilakukan oleh manajer, pemilik atau pemegang
manajer atau para pembuat laporan saham serta oleh pemerintah dalam
keuangan dalam proses pelaporan hal pembuatan keputusan (Purnomo
keuangan suatu organisasi karena dan Pratiwi, 2009).
mereka mengharapkan suatu manfaat Dengan melakukan analisis
dari tindakan yang dilakukan. profitabilitas perusahaan, maka
Manajemen laba muncul karena stakeholder dapat menilai
adanya konflik keagenan. Adanya kemampuan perusahaan dalam
hubungan keagenan antara pihak menghasilkan laba (earning power).
manajemen (agen) dengan investor Analisis profitabilitas merupakan
(prinsipal) sering menimbulkan analisis untuk menilai kemampuan
konflik kepentingan antara pemilik perusahaan dalam menghasilkan laba
dan agen terjadi karena kemungkinan (earning power) dan sejauhmana
agen tidak selalu berbuat sesuai efektifitas pengelolaan perusahaan
dengan kepentingan prinsipal, pada masa-masa yang lalu. Menurut
sehingga menimbulkan biaya Statement of Financial Accounting
keagenan. Sebagai agen, manajer Concepts (SFAC) No. 1, informasi
secara moral bertanggung jawab laba merupakan perhatian utama
untuk mengoptimalkan keuntungan untuk menaksir kinerja atau
para pemilik (prinsipal) dan sebagai pertanggungjawaban manajemen.
imbalannya akan memperoleh Selain itu informasi laba juga
kompensasi sesuai dengan kontrak. membantu pemilik atau pihak lain
Earning power merupakan salah dalam menaksir earnings power
satu faktor keuangan pemicu perusahaan di masa mendatang.
timbulnya manajemen laba. Hal ini Adanya kecenderungan lebih
didukung oleh penelitian Purnomo memperhatikan laba ini disadari oleh
dan Pratiwi (2009) yang menyatakan manajemen, khususnya manajer yang
bahwa earnings power atau kinerjanya diukur berdasarkan
profitabilitas perusahaan dalam informasi tersebut, sehingga hal ini
menghasilkan laba sangat ber- menjadikan motivasi kepada pihak
pengaruh terhadap tindakan mana- manajemen dalam melakukan praktik
jemen laba. Earnings power adalah manajemen laba yang dapat
kemampuan perusahaan dalam memberikan keuntungan kepada
menghasilkan laba. Earnings power pribadi dan juga nilai pasar
sering digunakan oleh para calon perusahaan.
investor dalam menilai efisiensi Return On Assets (ROA)
perusahaan dalam menghasilkan merupakan salah satu rasio
besar kecilnya laba perusahaan. profitabilitas yang digunakan untuk
Investor beranggapan bahwa earning mengetahui efisinsi perusahaan
power yang tinggi akan menjamin dengan melihat kepada besar
pengembalian investasi serta kecilnya laba usaha dalam
memberikan keuntungan yang layak. hubungannya dengan asset peru-
Selain investor, keuntungan atau sahaan. Menurut Modigliani &Miller
perolehan secara akuntansi (MM) dalam Alhavid (2009)
(accounting income) ini digunakan mengemukakan bahwa earnings
power untuk menyatakan nilai efektif dan efisien maka akan
perusahaan dari rasio keuangan meningkatkan nilai perusahaan.
dimana variabel ROA mewakili Tetapi apabila dilakukan dengan
efektifitas peru-sahaan yang dalih untuk menarik perhatian para
mencerminkan kinerja manajemen kreditur, maka justru akan memicu
dalam menghasilkan laba bersamaan manajer untuk melakukan
dengan aset yang ada, hasil positif manajemen laba. Selain itu, adanya
menunjukkan bahwa semakin tinggi perjanjian kontrak hutang memicu
earnings power semakin efisien laba manajemen untuk meningkatkan
usaha yang dilihat dari aset dan atau discretionary accrualnya dengan
semakin tinggi profit margin yang tujuan memperlihatkan kinerja
diperoleh perusahaan. positif pada kreditur, sehingga
Investor untuk melihat memperoleh suntikan dana atau
kemampuan dan resiko perusahaan, untuk memperoleh penjadwalan
salah satunya dengan leverage rasio. kembali pembayaran hutang.
Leverage adalah ukuran persentase Faktor ketiga yang dapat
total aset perusahaan yang diperoleh mepengaruhi tindakan manajemen
dari pihak kreditur (Kieso et al, laba yaitu ukuran perusahaan. Barton
2009:796). Menurut Gunawan, dkk dan Simko (2002) dalam Sri dan
(2015) Leverage adalah hutang yang Agustono (2009) menyatakan bahwa
digunakan oleh perusahaan untuk ukuran perusahaan sebagai proksi
membiayai asetnya dalam rangka dari political cost, dianggap sangat
menjalankan aktivitas operasional- sensitif terhadap pelaku pelaporan
nya. Semakin besar rasio leverage, laba. Ukuran Perusahaan merupakan
berarti semakin tinggi nilai hutang salah satu tolok ukur yang
perusahaan maka semakin besar pula menunjukkan besar kecilnya suatu
resiko yang dihadapi pemilik perusahaan. Menurut Agnes Sawir
sehingga pemilik akan meminta (2004) dalam Sosiawan (2012)
tingkat keuntungan yang semakin ukuran perusahaan dinyatakan
tinggi agar perusahaan tersebut tidak sebagai determinan dari struktur
terancam dilikuidasi. keuangan dalam hampir setiap studi
Dengan demikian, perusahaan untuk alasan yang berbeda: Pertama,
yang mempunyai rasio leverage yang ukuran perusahaan dapat
tinggi, berarti proporsi hutangnya menentukan tingkat kemudahan
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan memperoleh dana dari
proporsi assetnya akan cenderung pasar modal. Kedua, ukuran
melakukan manipulasi dalam bentuk perusahaan menentukan kekuatan
manajemen laba . Dengan melakukan tawar-menawar dalam kontrak
manajemen laba, kinerja perusahaan keuangan. Ketiga, ada kemungkinan
tersebut akan tampak baik dimata pengaruh skala dalam biaya dan
pemegang saham dan publik return membuat perusahaan yang
walaupun perusahaannya dalam lebih besar dapat memperoleh lebih
keadaan terancam di likuidasi. banyak laba.
Widyaningdyah dalam Saffuadin Penelitian terkait manajemen
(2011) juga berpendapat bahwa jika laba masih menjadi topik yang
hutang yang dipergunakan secara menarik untuk diteliti, karena praktik
manajemen laba (earnings Besarnya jumlah kepemilikan
management) telah memunculkan instituional memilki peran yang
beberapa kasus skandal pelaporan sangat besar dalam menurunkan
akuntansi yang secara luas. Beragam praktek manajemen laba (earning
fenomena pernah terjadi terkait isu management). Dalam hal ini
praktik manajemen laba diantaranya besarnya jumlah struktur kepe-
kasus pengunduran diri CEO milikan merupakan salah satu
Toshiba akibat terlibat skandal mekanisme untuk mengendalikan
pemalsuan laporan keuangan pada perilaku manajemen. Pihak
tanggal 21 Juli 2015. Perusahaan di institusional merupakan pihak yang
Indonesia juga tak luput dari berada di luar perusahaan yang
fenomena manajemen laba bertugas dalam membantu pemilik
diantaranya apa yang terjadi pada mengontrol dan mengawasi tindakan
PT. Timah (Persero) Tbk, manajer. Proporsi jumlah kepemi-
memberikan laporan keuangan fiktif likan saham oleh pihak institutional
pada semester I tahun 2015 lalu. perusahaan dinilai dapat mengurangi
Kegiatan laporan keuangan fiktif ini praktek manajemen laba karena
dilakukan guna menutupi kinerja manajemen menganggap institu-
keuangan PT Timah Tbk. Kegiatan sional sebagai sophisticated investor
laporan keuangan fiktif ini dilakukan dapat memonitor manajemen yang
guna menutupi kinerja keuangan PT dampaknya akan mengurangi
Timah Tbk. motivasi manajer untuk melakukan
Dari kasus tersebut, maka sangat manajemen laba (Midiastuty dan
relevan bila ditarik suatu pertanyaan Mas’ud, 2003 dalam Qomariah,
tentang bagaimana efektivitas peran 2013).
corporate governance (tata kelola Berdasarkan research gap yang
perusahaan) dalam memonitoring telah dijelaskan diatas, maka peneliti
manajer sebagai pengelola peru- mencoba meneliti kembali pengaruh
sahaan. Tata kelola perusahaan dapat faktor keuangan dengan praktik
diartikan sebagai seperangkat sistem manajemen laba. Perbedaan
yang mengatur dan mengendalikan penelitian ini dengan penelitian
perusahaan untuk menciptakan nilai terdahulu yaitu penelitian ini
tambah bagi para pemangku menggunakan Good Corporate
kepentingan (Nastiti, 2015). Governance (GCG) sebagai variabel
Penerapan Good Corporate moderasi. Kepemilikan institutional
Governance (GCG) dengan beberapa dalam penelitian ini didasari oleh
aspek mekanismenya dianggap pernyataan Rice (2016) menyebutkan
sebagai solusi efektif guna bahwa kepemilikan institusional
meminimalisir atau menekan dapat memperkuat pengaruh antara
terjadinya praktik manajemen laba. earning power, leverage dan ukuran
Disisi lain juga diharapkan untuk perusahaan terhadap tindakan
memotivasi perilaku manajemen manajemen laba.Penelitian ini
dengan cara mengendalikan secara dilakukan pada perusahaan
langsung perilaku manajer kearah manufaktur yang terdaftar di Bursa
yang benar demi meningkatkan Efek Indonesia (BEI).Alasan
bisnis. memilih perusahaan manufaktur
karena industri manufaktur kompensasi sesuai dengan kontrak
merupakan industri andalan dalam amun dalam kenyataannya, yang
usaha pemerintah mencapai target sering terjadi baik manajemen atau
pertumbuhan ekonomi dan manajer perusahaan sering
perusahaan manufaktur lebih mempunyai tujuan yang berbeda
dominan dari industri lain. Selain itu yang mungkin bertentangan dengan
Perusahaan manufaktur dalam tujuan utama antara pihak prinsipal.
kegiatan operasinya cenderung tidak Permasalahan yang timbul akibat
stabil karena dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara
berbagai faktor. Hal inilah yang para manajer dan pemegang saham
mendorong untuk terjadinya variasi disebut dengan agency problem.
laba yang tinggi. Periode dalam
penelitian ini selama lima tahun yang Manajemen Laba
dimulai dari tahun 2011 sampai Manajemem laba menurut
2015. Schipper (1989) dalam Machmuddah
KAJIAN TEORI (2015) adalah proses pelaporan
keuangan eksternal dengan sengaja
Teori Keagenan dan memiliki maksud tertentu, untuk
Jensen and Meckling (1976) memperoleh beberapa keuntungan
dalam Handayani dan Rachadi pribadi. Healy dan Wahlen (1998)
(2009) mengatakan bahwa teori dalam Ahmar, dkk (2016)
keagenan merupakan bentuk kontrak menyatakan manajemen laba terjadi
antara satu atau lebih pihak sebagai ketika manajer menggunakan
principal dengan pihak-pihak lainnya kebijakan dalam pelaporan keuangan
sebagai agent untuk menjalankan dan penataan transaksi untuk
wewenang yang diembankan kepa- mengubah laporan keuangan
danya dan pengambilan keputusan sehingga menyesatkan stakeholder
atas nama principal. Lebih lanjut tentang performa perusahaan atau
Anthony dan Govindarajan dalam untuk mempengaruhi kontrak yang
Handayani dan Rachadi (2009) didasarkan pada angka dalam
menjelaskan teori keagenan me- laporan keuangan. Scott (2009) juga
rupakan hubungan atau kontrak mendefinisikan manajemen laba
antara principal dan agent dimana sebagai intervensi manajemen dalam
principal mempekerjakan agent proses menyusun pelaporan
untuk melakukan tugas demi keuangan eksternal sehingga dapat
kepentingan principal, termasuk di menaikkan atau menurunkan laba
dalamnya pendelegasian otoritas akuntansi sesuai dengan
pengambilan keputusan dari kepentingannya.
principal kepada agent. Sedangkan menurut Sulistyanto
Munculnya earnings manage- (2008) mendefinisikan manajemen
ment dapat dijelaskan dengan teori laba adalah perilaku manajer untuk
keagenan. Sebagai agen, manajer bermain-main dengan komponen
secara moral bertanggung jawab akrual yang discretionary untuk
untuk mengoptimalkan keuntungan menentukan besar kecilnya laba,
para pemilik (prinsipal) dan sebagai sebab standar akuntansi menye-
imbalannya akan memperoleh diakan berbagai alternatif metode
dan prosedur yang bisa memiliki biaya tetap (beban tetap)
dimanfaatkan. dengan maksud agar meningkatkan
keuntungan potensial pemegang
Earning Power saham (Sartono, 2008:257).
Pada umumnya salah satu aspek Leverage adalah suatu tingkat
yang digunakan oleh pelaku pasar kemampuan perusahaan dalam
dalam menilai prospek suatu menggunakan aktiva dan atau dana
perusahaan adalah kemampuan yang mempunyai beban tetap
perusahaan tersebut dalam (hutang dan atau saham istimewa)
memperoleh laba (earnings power). dalam rangka mewujudkan tujuan
Menurut Riyanto (2008:37) perusahaan untuk memaksimisasi
“earnings power adalah kemampuan kekayaan pemilik perusahaan.
untuk mengetahui efisiensi Menurut Lukman (2004) dalam
perusahaan dengan melihat besar Elvira (2014) di dalam manajemen
kecilnya dalam menghasilkan laba”. keuangan perusahaan pada umumnya
Riyanto (2008:43) menyatakan dikenal tiga jenisleverage yaitu
bahwa perhitungan earnings power Operating Leverage, Financial
atas dasar suatu sistem analisa yang Leverage dan Combination
dimaksudkan untuk menunjukkan Leverage.
efisiensi perusahaan yang diguna- Ukuran leverage yang akan
kan oleh para pengguna laporan digunakan dalam penelitian ini
keuangan. Tinggi rendahnya adalah rasio total hutang terhadap
earnings power dapat ditentukan total asset (debt ratio). Rasio total
oleh beberapa faktor yang bisa hutang terhadap total asset yang
dilihat dari rasio keuangan, yaitu : umumnya disebut rasio hutang (debt
1) Profit Margin, Dimaksudkan ratio) mengukur peresentase dan
untuk mengetahui efisiensi yang diberikan oleh kreditor seperti
perusahaan dengan melihat yang dinyatakan berikut:
kepada besar kecilnya laba Total Hutang
usaha dalam hubungannya Rasio Hutang =
Total Assets
dengan sales.
2) Persentase laba bersih dari nilai Ukuran Perusahaan
aktiva (ROA) Dimaksudkan untuk Ukuran perusahaan adalah suatu
mengetahui efisinsi perusahaan skala dimana dapat diklasifikasikan
dengan melihat kepada besar besar kecil perusahaan menurut
kecilnya laba usaha dalam berbagai cara, antara lain: total
hubungannya dengan aktiva aktiva, log size, nilai pasar saham,
perusahaan dan lain-lain (Taco dan Ilat, 2016).
3) ROI, rasio keuntungan neto Ukuran perusahaan yang dilihat dari
sesudah pajak dengan jumlah total aktiva perusahaan meliputi
investasi.” aktiva tetap, aktiva tak berwujud dan
aktiva lain-lain yang dimiliki
Leverage perusahaan sampai dengan tahun
Leverage adalah penggunaan pelaporan keuangan (Rizal 2001:41)
aset dan sumber dana (source of dalam Hasanah (2013).
funds) oleh perusahaan yang
Ukuran perusahaan merupakan stakeholders. Ada dua hal yang
nilai yang menunjukkan besar ditekankan dalam konsep ini,
kecilnya perusahaan. Terdapat pertama pentingnya hak pemegang
berbagai proksi yang biasanya saham untuk memperoleh informasi
digunakan untuk mewakili ukuran dengan benar (akurat) dan tepat pada
perusahaan, yaitu jumlah karyawan, waktunya dan kedua kewajiban
total aset, jumlah penjualan, dan perusahaan untuk melakukan
kapitalisasi pasar. Semakin besar aset pengungkapan (disclosure) secara
maka semakin banyak modal yang akurat, tepat waktu, dan transparan
ditanam, semakin banyak penjualan terhadap informasi kinerja
maka semakin banyak perputaran perusahaan, kepemilikan, dan
uang dan semakin besar kapitalisasi stakeholders (Wulan, 2013).
pasar maka semakin besar pula Ada empat mekanisme corporate
ia dikenal dalam masyarakat governance yang dapat digunakan
(Sudarmadji dan Sularto, 2007). untuk mengatasi konflik keagenan,
Pada dasarnya ukuran yaitu meningkatkan kepemilikan
perusahaan hanya terbagi dalam 3 manajerial, meningkatkan kepemili-
kategori yaitu perusahaan besar kan institusional, komisaris indepen-
(large firm), perusahaan menengah den dan komite audit (Andri dan
(medium-size) dan perusahaan kecil Hanung, 2007 dalam Naftalia dan
(small firm). Penentuan ukuran Marsono, 2013).
perusahaan ini didasarkan kepada Salah satu bentuk penerapan dari
total asset perusahaan (Machfoedz, Corporate Governance adalah
1994 dalam Taco dan Ilat, 2016). adanya kepemilikan perusahaan oleh
Dalam penelitian ini ukuran pihak institusional. Kepemilikan
perusahaan dapat diukur dengan institusional diduga mampu
menggunakan total aktiva yang memberikan mekanisme pengawasan
dimiliki oleh perusahaan sampel dan serupa dalam perusahaan. Kepe-
tercatat dalam laporan keuangan milikan institusional merupakan
tahunan perusahaan yang terdaftar di adanya sejumlah saham perusahaan
Bursa Efek Indonesia periode 2010- yang dimiliki oleh institusi atau
2016 (Restuwulan,2013). lembaga (perusahaan asuransi, bank,
UP = Ln Total Aset perusahaan investasi dan kepemi-
likan institusi lainnya) (Trihesti,
Kepemilikan Institusional 2015). Tujuan adanya kepemilikan
Istilah “Corporate Governance” institusional yang dimilki pihak luar
pertama kali diperkenalkan oleh perusahaan yang berbentuk institusi
Cadbury Committee, Inggris di tahun karena dianggap pihak yang
1922 yang mengggunakan istilah independen, sehingga diharapkan
tersebut dalam laporannya yang dapat mengurangi tindakan kecu-
kemudian dikenal sebagai Cadbury rangan yang dilakukan manajemen
Report. Corporate governance (Naftalia dan Marsono, 2013).
secara definitif merupakan sistem
yang mengatur dan mengendalikan Pengembangan Hipotesis
perusahaan untuk menciptakan nilai 1. Pengaruh Earning Power
tambah (value added) untuk semua terhadap tindakan manajemen
laba laba
Penelitian yang dilakukan oleh Terdapat dua pandangan tentang
Doerjat (2009), menyatakan earnings bentuk hubungan ukuran perusahaan
power memiliki dampak positif yang manajemen laba. Pandangan pertama
signifikan terhadap praktik menyatakan bahwa ukuran
manajemen laba. Perusahaan perlu perusahaan memiliki hubungan
melakukan analisis earnings power positif dengan manajemen laba,
yang tepat, karena kekuatan karena perusahaan besar memiliki
pendapatan memiliki dampak positif aktivitas operasional yang lebih
yang signifikan terhadap praktek kompleks dibandingkan perusahaan
manajemen laba. kecil, sehinggalebih memungkinkan
Semakin tingginya jumlah laba untuk melakukan manajemen laba.
yang dapat diperoleh menyebabkan Moses (1997)mengemukakan bahwa
manajer perusahaan cenderung akan perusahaan – perusahaan yang lebih
melakukan penurunan jumlah laba besar memiliki dorongan yang lebih
yang diperoleh dengan tujuan untuk besar untuk melakukan perataan laba
menghindari tuntutan diperolehnya (salah satu bentuk manajemen laba)
jumlah laba yang lebih banyak di dibandingkandengan perusahaan
masa datang. kecil, karena memiliki biaya politik
2. Pengaruh Leverage terhadap lebih besar. Biaya politik muncul
tindakan manajemen laba dikarenakan profitabilitas perusahaan
Leverage menunjukkan seberapa yang tinggi dapat menarik perhatian
besar tingkat aset yang dibiayai oleh media dan konsumen.
hutang. Rasio Solvabilitas atau Rasio Penelitian oleh Siregar dan
Pengungkit (Leverage Ratio) adalah Utama (2005) dalam Nastiti dan
rasio yang digunakan untuk Gumanti (2011) menemukan bahwa
mengetahui kemampuan perusahaan ukuran perusahaan yang diukur
dalam membayar kewajiban jika dengan menggunakan natural
perusahaan tersebut dilikuidasi dan logaritma dati total asset perusahaan
dapat digunakan untuk melihat pada akhir tahun berpengaruh negatif
seberapa banyak aset perusahaan terhadap besaran pengelolaan laba,
yang dibiayai dengan menggunakan artinya semakin besar ukuran
hutang. Perusahaan dengan jumlah perusahaan semakin kecil besaran
utang lebih besar dari aset pengelolaan labanya.
digolongkan memiliki leverage 4. Pengaruh Earning Power
tinggi. Terhadap Manajemen Laba
Penelitian Agustia (2013) dengan Kepemilikan Institu-
menyimpulkan bahwa Leverage ratio sional sebagai variabel
berpengaruh terhadap earnings moderating
management. Begitu juga dengan Masalah keagenan sering
penelitian Kurniasih yang membuk- muncul karena adanya perbedaan
tikan bahwa leverage memiliki kepentingan antara manajer dengan
hubungan positif dan berpengaruh pemegang saham. Agen dalam hal
signifikan dengan manajemen laba ini adalah manajemen yang diwajib-
3. Pengaruh Ukuran Perusahaan kan membuat laporan keuangan
terhadap tindakan manajemen sebagai bentuk pertanggungjawaban
kepada prinsipal. Disisi lain, pengelolaan laba. Demikian juga
prinsipal ingin mengetahui bagai- Midiastuty dan Machfoedz (2003)
mana kinerja manajemen dalam dalam Dananjaya dan Ardiana
mengelola perusahaan. Namun, yang (2016), mereka menemukan bahwa
seringkali terjadi adalah kecende- kepemilikan institusional berhubung-
rungan manajemen untuk melakukan an negatif dengan manajemen laba.
tindakan yang membuat laporan 6. Pengaruh Ukuran Perusahaan
keuangan terlihat baik. Tingkat Terhadap Manajemen Laba
earning power (profitabilitas) yang dengan Kepemilikan
tinggi akan memberikan keyakinan Institusional sebagai variabel
bagi investor bahwa perusahaan moderating
memiliki kinerja yang baik dan juga Kepemilikan institusional yaitu
dapat mempengaruhi dalam pengam- kepemilikan saham perusahaan oleh
bilan keputusan investasi kedepan- pihak luar perusahaan yang
nya, perusahaan dengan tingkat berbentuk institusi, yang diharapkan
profitabilitas yang tinggi, akan dapat mengurangi tindakan mana-
mendorong manjemen untuk jemen perusahaan yang menyim-
melakukan praktik manajemen laba. pang. Dengan tingginya kepemilikan
Demsetz dan Lehn (1985) dalam manajerial, para investor institu-
Faisal (2004) Mahiswari dan sional akan mendapatkan kesempat-
Nugroho (2014) menyimpulkan an kontrol perusahaan yang lebih
bahwa konsentrasi kepemilikan digu- sedikit.
nakan perusahaan untuk menghilang- Dengan proporsi jumlah
kan masalah keagenan. kepemilikan institusional pada suatu
5. Pengaruh Leverage Terhadap perusahaan akan memperkuat penga-
Manajemen Laba dengan ruh ukuran perusahaan terhadap
Kepemilikan Institusional manajemen laba. Berdasarkan pen-
sebagai variabel moderating jelasan tersebut dapat disimpulkan
Kepemilikan institusional bahwa keberadaan kepemilikan
memiliki kemampuan untuk institusional dapat memperkuat
mengendalikan pihak manajemen pengaruh ukuran perusahaan
melalui proses monitoring secara terhadap manajemen laba.
efektif sehingga dapat mengurangi
manajemen laba.Sehingga dengan Kerangka Pemikiran
semakin banyaknya pihak institusi Gambar 1 manyajikan kerangka
yang terlibat di dalam perusahaan, pemikiran sebagai berikut:
dapat membantu meminimalkan Gambar 1. Kerangka Pemikiran
tindakan manajemen laba.
Penelitian ini menggunakan
kepemilikan instituional. Karena dari
pernyataan diatas sesuai dengan
penelitian Jensen dan Meckling
(1976) dalam Dananjaya dan
Ardiana (2016) membuktikan bahwa Hipotesis
kepemilikan institusional yang tinggi
membatasi manajer untuk melakukan
H1 : Earning power berpengaruh Variabel Penelitian dan
positif terhadap manajemen Pengukurannya
laba Variabel Dependen
H2 : Leverage berpengaruh positif Manajemen laba yang dihitung
terhadap manajemen laba dengan menggunakan Modified
H3: Ukuran Perusahaan ber- Jones (Dechow et.al, 1995) . Model
pengaruh negatif terhadap perhitungannya sebagai berikut:
manajemen laba a. Menghitung Total Akrual
H4: Kepemilikan instituional Tait= Nit-CFOit
memperkuat hubungan Nilai total accrual yang diestimasi
earning power terha-dap dengan persamaan regresi OLS
manajemen laba. sebagai berikut:
H5 : Kepemilikan institusional Tait/Ait-1 = α1 (1/Ait-1) + β1 (
memperkuat hubungan leve- ∆Reci /Ait-1) + β2(PPEt/Ait-1)+e
rage terhadap manajemen b. Menghitung Non Discretionary
laba. Accruals
H6: Kepemilikan institusional Dari persamaan regresi diatas,
memperkuat hubungan antara NDA dapat dihitung dengan
ukuran perusahaan terhadap rumus: NDAit=α1(1/Ait-
manajemen laba 1)+β1(∆Salesit/Ait-1-∆Recit/Ait-
1)+β2(PPEt/Ait-1)
METODE PENELITIAN c. Menghitung Discretionary
Jenis penelitian yang dilakukan Accruals
adalah penelitian asosiatif kausal. Selanjutnya DA dapat dihitung
Penelitian asosiatif kausal. Dalam sebagai berikut:
penelitian ini yang menjadi objek DAit = (Tait/Ait-1) – NDAit
penelitian adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI Variabel Independen
Tahun 2011 sampai dengan Tahun 1. Earning Power
2015. Earning Power = Laba Bersih x
Populasi yang akan diteliti 100 %
dalam penelitian ini adalah seluruh penjualan
perusahaan manufaktur yang 2. Leverage
terdaftar di BEI selama tahun DAR =Total Debt x 100 %
pengamatan yaitu dari tahun 2011 Total Asset
sampai dengan tahun 2015 berjumlah c. Ukuran perusahaan
151 perusahaan. Size = In ( Total Asset )
Teknik pengambilan sampel Variabel Moderasi
dalam penelitian ini menggunakan Variabel moderating yang
metode purposive sampling. digunakan dalam penelitian ini
Berdasarkan kriteria dari 140 adalah kepemilikan institusional.
perusahaan manufaktur yang Kepemilikan Institutional=
dijadikan populasi, maka yang Jumlah Saham Institutional x
dijadikan sampel adalah sebanyak 52 100%
perusahanan
Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif (hipotesis)
2. Analisis Induktif
a. Model Regresi Data Panel
Model regresi yang digunakan HASIL PENELITIAN
dalam penelitian ini adalah
Statistik Deskriptif
persamaan Moderated Regression
Hasil statistik deskriptif untuk
Analysis. Bentuk persamaan
data yang dianalisis dapat dilihat
Moderated Regression Analysis
pada Tabel 1berikut ini:
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Statistik Deskriptif
Y = α + β X1 + β X2+ β X3+ β
Std.
Independen*GCGi +e
Mi Ma Deviati
Keterangan:
Model N n x Mean on
EMi = Earning Management Index
EP 26 .001 .3798 .07783 .055564
α = Konstanta
0 1 6 6
β1-β3 = Koefisien Regresi
LEV 26 .026 .8603 .40073 .172151
X1= Earning Power
0 2 9 7
X2 = Leverage
X3 = Ukuran Perusahaan SIZE 26 25.3 33.13 28.336 1.64902
Independen*GCGi = Interaksi antara 0 084 41 165 21
Variabel Independen dengan GCG GCG 26 .139 .9812 .63304 .215962
ε = Disturbance error (faktor 0 0 6 7
pengganggu/ residual) DA 26 - .3051 .02073 .082360
b. Uji Asumsi Klasik 0 .701 5 4
Terdiri dari uji normalitas, uji 0
multikolinieritas, uji heterokedas- Valid 26 .001
tisitas, dan uji autokorelasi. N 0 1
c. Uji Model (listwi
Terdiri dari uji koefisien se)
determinasi uji F, dan uji t Sumber: Hasil olahan SPSS 21
(2018)
berdasarkan estimasi regresi panel
dengan pendekatan fixed effect. Dari
pengolahan menggunakan SPSS 21
yang terdapat pada Tabel 2 berikut
Model Regresi Data Panel
ini.
Analisis ini digunakan untuk
Tabel 2.Hasil Uji Regresi Data
membahas pengaruh variable
Panel
independent (bebas) terhadap
variable dependent (terikat) dalam Unstandardize
bentuk gabungan data runtut waktu d Coefficients
(time series) dan runtut tempat (cross Std.
section). Dari hasil penelitian model Model B Error t Sig.
ini dapat ditentukan earning power
1 EP .503 .270 1.86 .063
(X1), leverage (X2) dan ukuran
(X1) 6
perusahaan (X3) terhadap
manajemen laba (Y) dengan GCG LEV .008 .263 .029 .977
sebagai variabel moderasi (X2)
SIZE .042 .090 .467 .641 Variabel earning power (X1)
(X3) memiliki koefisien regresi sebesar
0,008. Artinya setiap peningkatan
GCG -.007 .004 - .042 satu satuan earning power akan
2.04 meningkatkan manajemen laba
0 sebesar 0,008 dengan anggapan
X1*G -.441 .419 - .293 variabel bebas lainnya tetap.
CG 1.05 Koefisien regresi bernilai positif
4 artinya semakin tinggi earning
X2*G .401 .413 .972 .332 power maka semakin meningkat-
CG nya tindakan manajemen laba.
c. Koefisien regresi (β) X2
X3*G -.095 .145 -.654 .514 Variabel leverage (X2) memiliki
CG koefisien regresi sebesar 0,095.
Sumber: Hasil olahan SPSS 21 Artinya setiap peningkatan satu
(2018) satuan leverage akan meningkat-
kan manajemen laba sebesar
Berdasarkan Tabel 2 di atas 0,042 dengan anggapan variabel
maka diperoleh persamaan regresi bebas lainnya tetap. Koefisien
data panel sebagai berikut: regresi bernilai positif artinya
Y= 0,503 + 0,008(X1) + 0,042 (X2 ) semakin tinggi leverage maka
- 0,007 (X2) + 0,401 (X1* GCG) - semakin meningkatnya tindakan
0,095 (X2* GCG) + 0,14 (X3* manajemen laba.
GCG) d. Koefisien regresi (β) X3
Variabel ukuran perusahaan (X2)
Keterangan hasil pengujian diatas memiliki koefisien regresi sebesar
dijelaskan sebagai berikut: -0,007. Artinya setiap pening-
katan satu satuan ukuran
perusahaan akan menurunkan
manajemen laba sebesar 0,007
a. Konstanta (α) dengan anggapan variabel bebas
Dari hasil uji analisis regresi lainnya tetap. Koefisien regresi
panel terlihat bahwa nilai bernilai positif artinya semakin
konstanta sebesar 0,016. Hal ini tinggi ukuran perusahaan maka
berarti bahwa jika variabel semakin menurunnya tindakan
independen (earning power, manajemen laba.
leverage, dan ukuran perusahaan) e. Koefisien regresi (β) (X1*GCG)
tidak ada atau bernilai nol, maka Variabel interaksi earning power
besarnya tingkat manajemen laba (X1) dengan GCG memiliki
yang terjadi adalah sebesar 0,503. koefisien regresi sebesar 0,401.
Angka 0,503 menggambarkan Artinya jika interaksi variabel
bahwa manajer perusahaan earning power dengan GCG
melakukan praktik manajemen meningkat satu satuan maka
laba dengan cara menaikan laba manajemen laba (Y) akan
dilihat dari angka yang bernilai mengalami peningkatan sebesar
positif.
b. Koefisien regresi (β) X1
0,401 dengan anggapan variabel Unstandardi
bebas lainnya tetap. zed
f. Koefisien regresi (β) (X1*GCG) Residual
Variabel interaksi earning power
(X1) dengan GCG memiliki N 260
koefisien regresi sebesar 0,401. Normal Mean .0000000
Artinya jika interaksi variabel Parametersa,,b Std. .08040827
earning power dengan GCG Deviation
meningkat satu satuan maka Most Extreme Absolute .082
manajemen laba (Y) akan Differences Positive .070
mengalami peningkatan sebesar
0,401 dengan anggapan variabel Negative -.082
bebas lainnya tetap. Kolmogorov-Smirnov Z 1.325
g. Koefisien regresi (β) (X2*GCG) Asymp. Sig. (2-tailed) .060
Variabel interaksi leverage (X2) Sumber: Hasil olahan SPSS 21
dengan GCG memiliki koefisien (2018)
regresi sebesar -0,095. Artinya
jika interaksi variabel leverage Berdasarkan hasil perhitungan
dengan GCG meningkat satu uji normalitas pada Tabel 3 diperoleh
satuan maka manajemen laba (Y) nilai Asymp.Sig 0,060 nilai
akan mengalami penurunan Asymp.Sig ini di atas 0,05, maka
sebesar -0,095 dengan anggapan dapat diambil kesimpulan bahwa
variabel bebas lainnya tetap. data berdistribusi normal.
h. Koefisien regresi (β) (X3*GCG) b. Uji Multikolinieritas
Variabel interaksi ukuran Hasil Uji multikolinearitas dapat
perusahan (X3) dengan GCG dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
memiliki koefisien regresi sebesar Tabel 4.Hasil Uji Multikolinieritas
0,014. Artinya jika interaksi Collinearity
variabel ukuran perusahaan Statistics
dengan GCG meningkat satu
satuan maka manajemen laba (Y) Toleran
akan mengalami peningkatan Model ce VIF
sebesar 0,014 dengan anggapan 1 (Constan
variabel bebas lainnya tetap. t)
EP .914 1.094
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas LEV .952 1.050
Berikut ini hasil uji normalitas SIZE .943 1.061
menggunakan uji Kolmogorov GCG .965 1.037
Smirnov:
EP*GCG .632 1.583
Tabel 3.Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov LEV*GC .607 1.648
Test G
Size*GC .421 2.378
G
Sumber: Hasil olahan SPSS 21 1.54- 2.46 maka ini berarti tidak
(2018) terjadi autokorelasi. Sehingga
kesimpulan-nya adalah Uji
Berdasarkan hasil perhitungan Autokorelasi terpenuhi terbebas
statistik yang telah dilakukan dari autokorelasi. Adapun hasil
didapatkan hasil ketiga variabel pengujian nya terdapat dalam
bebas dan variabel moderator tabel berikut :
memiliki nilai tolerance > 0,10 Tabel 6.Hasil Uji Multikolinieritas
dan VIF < 10.00, sehingga dapat
Model R Durbin-Watson
disimpulkan bahwa model regresi
tersebut bebas dari 1 .244a 1.998
multikolinieritas. Sumber: Hasil olahan SPSS 21
(2018)
c. Uji Heterokedastisitas
Tabel 5.Hasil Uji Multikolinieritas Uji Model
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
t Sig. Pada uji R2 dapat dilihat tabel
berikut :
1 (Constan Tabel 7.Hasil Uji Multikolinieritas
t) Model Summaryb
EP .754 .452 Std.
LEV -.152 .879 R Adjust Error
Mod
R Squar ed R of the
SIZE .519 .604 el
e Square Estima
GCG -.535 .593 te
EP*GCG -.445 .656 a
.244 .059 .033 .080977
1
LEV*GC .538 .591 5
G Sumber: Hasil olahan SPSS 21
Size*GC -.259 .796 (2018)
G Berdasarkan tabel diatas dapat
diketahui bahwa nilai R2 yang
Sumber: Hasil olahan SPSS 21 diperoleh sebesar 0,059. Hal ini
(2018) berarti bahwa manajemen laba
Dalam uji ini, apabila hasilnya perusahaan manufaktur yang
sig > 0,05 maka tidak terdapat gejala terdaftar di BEI tahun 2011-2015
heteroskedastisitas, model yang baik dapat dijelaskan oleh variabel
adalah tidak terjadi heteroskedas- independen yaitu earning power,
tisitas. Pada Tabel 4, dapat dilihat leverage, ukuran perusahaan, dan
nilai sig keseluruhan variabel di atas GCG sebagai variabel moderasi
0.05. Maka disimpulkan bahwa tidak sebesar 5,9 % atau 94,1 %
terjadi gejala heteroskedastisitas ditentukan oleh variabel lain yang
pada penelitian ini. tidak dianalisis dalam penelitian
ini.
d. Uji Autokorelasi b. Uji F (Simultan)
Berdasarkan kriteria yang telah Berikut hasil perhitungan uji F
ditentukan DW hitung berada statistik :
Tabel 8.Hasil Uji F bahwa koefisien β leverage
ANOVAb bernilai positif sebesar 0,042 nilai
thitung sebesar 0,467 dan nilai
Sum Mea
signifikansi 0,641 < 0,05. Hal ini
of n
sesuai tidak sesuai dengan
Squar Squa Sig
hipotesis, dengan demikian dapat
Model es df re F .
disimpulkan bahwa hipotesis 2
1 Regre .104 7 .015 2.2 .02 ditolak.
ssion 75 9a 3) Hipotesis ketiga dalam penelitian
Resid 1.652 252 .007 ini adalah ukuran perusahaan
ual berpengaruh negative terhadap
manajemen laba pada perusahaan
Total 1.757 259
manufaktur yang terdaftar di BEI.
Sumber: Hasil olahan SPSS 21 Berdasarkan tabel diketahui
(2018) bahwa koefisien β ukuran
Berdasarkan tabel diatas hasil perusahaan bernilai negatif
pengolahan data menunjukkan hasil sebesar 0,007 nilai thitung
Fhitung > Ftabel sebesar 2,275 > sebesar -2,040 dan nilai
2,10 dengan signifikansi pada 0,029 signifikansi 0,042 < 0,05. Hal ini
< 0,05. Hal ini berarti bahwa sesuai sesuai dengan hipotesis,
persamaan regresi yang diperoleh dengan demikian dapat
dapat diandalkan atau model yang disimpulkan bahwa hipotesis 3
model yang digunakan sudah fix. diterima.
4) Hipotesis keempat dalam
c. Uji Hipotesis (t-Test) penelitian ini adalah kepemilikan
1) Hipotesis pertama dalam institusional memperkuat
penelitian ini adalah Earning hubungan earning power terhadap
power berpengaruh positif manajemen laba pada perusahaan
terhadap manajemen laba pada manufaktur yang terdaftar di BEI.
perusahaan manufaktur yang Berdasarkan tabel diketahui
terdaftar di BEI. Berdasarkan bahwa koefisien β variabel
tabel diketahui bahwa koefisien β interaksi earning power dengan
Earning power bernilai positif kepemilikan institusional bernilai
sebesar 0,008 nilai thitung positif sebesar 0,401 nilai thitung
sebesar 0,029 dan nilai sebesar 0.972 dan nilai
signifikansi 0,977 < 0,05. Hal ini signifikansi 0,332>0,05. Dengan
sesuai tidak sesuai dengan adanya interaksi antara variabel
hipotesis, dengan demikian dapat interaksi earning power dengan
disimpulkan bahwa hipotesis 1 kepemilikan institusional
ditolak. koefisien β variabel interaksi
2) Hipotesis kedua dalam penelitian meningkat menjadi 0,401 dimana
ini adalah leverage berpengaruh koefisien β variabel earning
positif terhadap manajemen laba power tanpa interaksi dengan
pada perusahaan manufaktur kepemilikan institusional bernilai
yang terdaftar di BEI. positif 0,008. Dapat disimpulkan
Berdasarkan tabel diketahui bahwa dengan adanya
kepemilikan institusional signifikansi 0,339>0,05. Dengan
memperkuat hubungan antara adanya interaksi antara variabel
earning power dengan manajemen interaksi ukuran perusahaan
laba, sehingga dapat disimpulkan dengan kepemilikan institusional
hipotesis 4 diterima. koefisien β variabel interaksi
5) Hipotesis kelima dalam penelitian meningkat menjadi 0,014
ini adalah kepemilikan institu- dimana koefisien β variabel
sional memperkuat hubungan ukuran perusahaan tanpa interaksi
antara leverage terhadap dengan kepemilikan institusional
manajemen laba pada perusahaan bernilai negative 0,007. Dapat
manufaktur yang terdaftar di BEI. disimpulkan bahwa dengan
Berdasarkan tabel diketahui adanya kepemilikan institusional
bahwa koefisien β variabel memperkuat hubungan antara
interaksi leverage dengan ukuran perusahaan dengan
kepemilikan institusional bernilai manajemen laba, sehingga dapat
negartif sebesar -0.095 nilai disimpulkan hipotesis 6 diterima.
thitung sebesar 0.654 dan nilai
signifikansi 0,514>0,05. Dengan Pembahasan
adanya interaksi antara variabel 1. Pengaruh Earning Power
interaksi leverage dengan terhadap Manajemen Laba
kepemilikan institusional Berdasarkan hasil analisis
koefisien β variabel interaksi statistik dalam penelitian ini,
menurun menjadi 0,095 dimana ditemukan bahwa hipotesis pertama
koefisien β variabel leverage ditolak dan dapat disimpulkan bahwa
tanpa interaksi dengan dengan adanya earning power tidak
kepemilikan institusional bernilai dapat menpengaruhi praktik
positif 0,042. Dapat disimpulkan manajemen laba pada perusahaan
bahwa dengan adanya manufaktur yang terdaftar di Bursa
kepemilikan institusional Efek Indonesia. Tidak berpengaruh-
memperlemah hubungan antara nya earning power terhadap
leverage dengan manajemen laba, manajemen laba dalam penelitian ini
sehingga dapat disimpulkan dapat ditarik sebuah kesimpulan
hipotesis 4 ditolak. bahwa perilaku manajer yang
6) Hipotesis keenam dalam melakukan praktek manajemen laba
penelitian ini adalah kepemilikan baik dengan cara menaikkan laba
institusional memperkuat hubung- (income maximization) ataupun
an antara ukuran perusahaan menurunkan laba (income
terhadap manajemen laba pada minimization) ternyata tidak
perusahaan manufaktur yang tergantung pada besarnya laba yang
terdaftar di BEI. Berdasarkan diperoleh dari hasil penjualan yang
tabel diketahui bahwa koefisien β dimiliki perusahaan. Akan tetapi
variabel interaksi ukuran peru- tergantung kepada motivasi dari
sahaan dengan kepemilikan masing-masing perusahaan. Artinya
institusional bernilai positif jika suatu perusahaan tidak mampu
sebesar -0.014 nilai thitung memperoleh laba atau earning
sebesar 0.957 dan nilai power-nya rendah maka teknik yang
akan digunakan oleh manejemen kemungkinan kesalahan dalam
tidaklah selalu menaikan laba mengungkapan total aset dalam
(income maximization) begitu juga perusahaan tersebut. Hasil penelitian
sebaliknya. ini sesuai dengan hasil penelitian
2. Pengaruh Leverage terhadap Rice (2016) yang menemukan
Manajemen Laba bahwa ukuran perusahaan yang
Berdasarkan hasil analisis berpengaruh negatif signifikan
statistik dalam penelitian ini, terhadap tindakan manajemen laba.
ditemukan bahwa hipotesis kedua 4. Pengaruh Kepemilikan
ditolak dan dapat disimpulkan bahwa Instituional terhadap
dengan adanya leverage tidak dapat Hubungan Earning Power
mempengaruhi praktik manajemen dengan Manajemen laba.
laba pada perusahaan manufaktur Pengujian hipotesis keempat,
yang terdaftar di Bursa Efek berdasarkan hasil analisis statistik
Indonesia. Tidak berpengaruhnya dalam penelitian ini, ditemukan
leverage terhadap manajemen laba bahwa hipotesis keempat diterima
dalam penelitian ini diduga bahwa dan dapat disimpulkan bahwa
nilai leverage pada perusahaan dengan adanya kepemilikian
manufaktur yang menjadi sampel Institusional mampu memperkuat
penelitian rata-rata tidak terlalu hubungan earning power dengan
tinggi sehingga tidak mempengaruhi praktek manajemen laba. Pengaruh
manajer untuk melakukan praktek kepemilikian Institusional terhadap
manajemen laba. Hasil penelitian hubungan earning power terhadap
Agustia (2013) menunjukkan bahwa manajemen laba ditentukan dengan
perusahaan yang mempunyai rasio menginteraksikan variabel earning
leverage yang tinggi, berarti proporsi power dengan variabel GCG dengan
hutangnya lebih tinggi dibandingkan proksi kepemilikan institisional.
dengan proporsi aktivanya akan Dengan menginteraksikan kedua
cenderung melakukan manipulasi variabel tersebut dihasilkan temuan
dalam bentuk manajemen laba. bahwa dengan adanya kepemilikan
3. Pengaruh Ukuran Perusahaan institusional pengaruh earning power
terhadap Manajemen Laba terhadap manajemen laba menjadi
Hasil pengujian pengaruh semakin kuat, semakin kuatnya
ukuran perusahaan terhadap interaksi kepemilikan institusional
manajemen laba dalam penelitian ini dan earning power maka praktek
menyimpulkan bahwa ukuran manajemen laba juga semakin
perusahaan berpengaruh negatif meningkat.
terhadap manajemen laba. Hasil 5. Pengaruh Kepemilikan Insti-
koefisien ukuran perusahaan bernilai tuional terhadap Hubungan
negatif. Hal ini menunjukkan bahwa Leverage dengan Manajemen
ukuran perusahaan dapat memper- laba.
kecil kemungkinan terjadinya Pengujian hipotesis kelima,
manajemen laba, karena perusahaan berdasarkan hasil analisis statistik
besar lebih banyak memiliki aset dan dalam penelitian ini, ditemukan
memungkinkan banyak aset yang bahwa hipotesis kelima ditolak dan
tidak dikelola dengan baik sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya kepemilikian Institusional dalam penelitian ini, ditemukan
tidak mampu memperkuat hubungan bahwa hipotesis keenam diterima
leverage dengan praktek manajemen dan dapat disimpulkan bahwa
laba. Pengaruh kepemilikian dengan adanya kepemilikian
Institusional terhadap hubungan Institusional mampu memperkuat
leverage terhadap manajemen laba hubungan ukuran perusahaan dengan
ditentukan dengan menginteraksikan praktek manajemen laba. Pengaruh
variabel leverage dengan variabel kepemilikian Institusional terhadap
GCG dengan proksi kepemilikan hubungan ukuran perusahaan
institisional. Dengan menginteraksi- terhadap manajemen laba ditentukan
kan kedua variabel tersebut dengan menginteraksikan variabel
dihasilkan temuan bahwa dengan ukuran dengan variabel GCG dengan
adanya kepemilikan institusional proksi kepemilikan institisional.
pengaruh leverage terhadap Dengan menginteraksikan kedua
manajemen laba menjadi lemah, variabel tersebut dihasilkan temuan
semakin lemahnya interaksi bahwa dengan adanya kepemilikan
kepemilikan institusional dan institusional pengaruh ukuran
leverage maka praktek manajemen perusahan terhadap manajemen laba
laba juga semakin menurun. menjadi kuat, semakin kuatnya
Semakin besar rasio leverage, berarti interaksi kepemilikan institusional
semakin tinggi nilai utang dan ukuran perusahaan maka praktek
perusahaan. Dengan demikian, manajemen laba juga semakin
perusahaan yang mempunyai rasio meningkat.
leverage yang tinggi. berarti proporsi
hutangnya lebih tinggi dibandingkan Kesimpulan
dengan proporsi aktivanya akan Berdasarkan hasil temuan
cenderung melakukan manipulasi penelitian dan pengujian hipotesis
dalam bentuk manajemen laba. Hal yang diajukan sebelumnya dapat
ini bertujuan untuk menghindari disimpulkan bahwa:
pelanggaran perjanjian utang (Astuti, 1) Earning power tidak berpengaruh
2004). Bagi kreditur, semakin positif terhadap tindakan manaje-
tingginya tingkat rasio tersebut akan men laba.
menyebabkan perlindungan yang 2) Leverage tidak berpengaruh
diperoleh kreditur pada waktu positif terhadap tindakan manaje-
perusahaan dilikuidasi. Sebaliknya men laba.
bagi perusahaan semakin tinggi rasio 3) Ukuran Perusahaan berpengaruh
ini semakin disukai karena akan negatif terhadap tindakan manaje-
memperbesar tingkat keuntungan men laba.
tanpa harus mengurangi kendali 4) Dengan adanya kepemilikan
terhadap perusahaan tersebut institusional, memperkuar hu-
6. Pengaruh Kepemilikan Institui- bungan earning power terhadap
onal terhadap Hubungan manajemen laba.
Ukuran Perusahaan dengan 5) Dengan adanya kepemilikan
Manajemen laba. institusional, memperlemah hu-
Pengujian hipotesis keenam, bungan leverage terhadap
berdasarkan hasil analisis statistik manajemen laba.
6) Dengan adanya kepemilikan Istilah Investasi. Jakarta:
institusional, memperkuat hu- Hikmah Zaman Baru
bungan ukuran perusahaan Handayani, RR. Sri dan Agustono Dwi
terhadap manajemen laba. Rachadi. 2009. Pengaruh Ukuran
Perusahaan Terhadap Manajemen
Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi
Saran Vol. 11, No. 1, April 2009, Hlm.
1) Bagi peneliti selanjutnya 33-56.
hendaknya menggunakan variabel Handayani, Yuviska Pitri. 2014.
lain yang dapat mempengaruhi Analisis Perbedaan Manajemen
manajemen laba, disamping itu Laba Sebelum dan Sesudah
menggunakan variabel GCG Penerapan Standar Akuntansi
dengan ukuran lainnya seperti Keuangan. Artikel Skripsi,
komisaris independen, komite Universitas Negeri Padang.
audit, dll untuk variabel moderasi. Hasanah, Marsidatul . 2013. Pengaruh
2) Peneliti hanya mengambil sampel Ukuran Perusahaan, Financial
tahun 2011 pengamatan hingga Leverage dan kebijakan Deviden
Terhadap Praktik Perataan Laba.
tahun 2015 saja, jadi diharapkan Skripsi. Program Sarjana
untuk penelitian berikutnya bisa Universitas Negeri Padang.
melakukan penelitian hingga Hararap, Sofyan Syafri. 2008. Analisis
setelah tahun pengamatan 2015. Kritis Atas Laporan Keuangan.
Jakarta: PT. Raja Gragindo.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2015.
DAFTAR PUSTAKA Pengantar Standar Akuntansi
Keuangan. Jakarta.
Agsutia, Dian. 2013. Pengaruh Faktor Indriani, Yohana (2010) Pengaruh
Good Corporate Governance, Kualitas Auditor, Corporate
Free Cash Flow, dan Leverage Governance, Leverage,
Terhadap Manajemen Laba. dan Kinerja Keuangan Terhadap
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Manajemen Laba
Vol. 15, No. 1, Mei 2013, 27-42 Kasmir, 2012. Analisis Laporan
Ahmar, Nurmala, Rohkmania, Nuraini, Keuangan. PT. Rajagrafindo
dan Sameto, Agus. 2016. Model Persada. Jakarta
Manajemen Laba Akrual dan Rill Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt
Berbasis Implementasi dan Terry P. Warfield. 2011.
International Financial Reporting Accounting
Standards. Jurnal Akuntansi dan Principles. 10th Edition.
Investasi. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc
Dananjaya, Dewa Gede Yudha dan Martani, Dwi. 2012. Akuntansi
Ardiana, Putu Agus. 2016. Keuangan Menengah. Jakarta:
Proporsi Dewan Komisaris Salemba Empat.
Independen Sebagai Pemoderasi Naftalia,Veliandina Chivan dan
Pengaruh Kepemilikan Marsono. 2013. Pengaruh
Institutional Pada Manajemen Leverage Terhadap Manajemen
Laba. E-Jurnal Akuntansi Laba dengan Corporate
Universitas Udayana Governance Sebagai Variabael
Vol.15.2. Mei (2016): 1595-1622 Pemoderasi. Diponogoro Journal
Guinan, Jack. 2010. Investopedia: Of Accounting.
Cara Mudah Memahami
Nastiti, A. S. dan Tatang, A. G. 2011. Ukuran Perusahaan, dan Leverage
Kualitas audit dan Manajemen Terhadap Praktik Manajemen
Laba pada Initial Public Offerings Laba dan Konsekuensi
di Indonesia, Prosiding, Manajemen Laba Terhadap
Simposium Nasional Akuntansi Kinerja Keuangan. Diponegoro
XIV. Aceh, 21 – 22 Juli 2011 Journal Of Accounting.
Nastiti, Anggraini Dwi. 2015. Analisis Sari, Nieken Herman dan Ahmar,
Pengaruh Konvergensi IFRS Nurmala. 2014 . Revenue
Terhadap Manajemen Laba Discretionary Model Pengukuran
dengan Cororate Governace Manajemen Laba: Berdasarkan
Sebagai Variabel Moderasi. Sektor Industri Manufaktur di
Skripsi Universitas Diponegoro. Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. Akuntansi dan Keuangan, Vol.
2007. Pengaruh Corporate 16, No. 1, Mei 2014, 43-51
Governance Terhadap Manajemen Scott, William R., 2009. Financial
Laba di Industri Perbankan Accounting Theory, Fifth Edition,
Indonesia. Makalah Simposium Prentice Hall, USA.
Nasional Akuntansi X di Sosiawan,Santhi Yuliana. 2012.
Makassar, 26-28 Juli. Pengaruh Kompensasi, Leverage,
Ningsaptiti,Restie. 2010. Analisis Ukuran Perusahaan, Earnings
Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Power Terhadap Manajemen
Mekanisme Corporate Laba. JRAK, Volume 8, No.1
Governance Terhadap Manajemen Februari 2012.
Laba. Sri RR Handayani dan Agustono Dwi
Purnomo, Budi S dan Pratiwi, Puji. Rachadi 2009. Pengaruh Ukuran
2009. Pengaruh Earning Power perusahaan terhadap Manajemen
Terhadap Praktek Manajemen Laba. Jurnal bisnis dan Akuntansi
Laba (Earning Management). April Vol.11,No 1 hal 33-56.
Jurnal Media Ekonomi Vol. 14 Sulistyanto, Sri. (2008). Manajemen
No. 1, April 2009. Laba: Teori dan Model Empiris.
Restuwulan. 2013. Pengaruh Asimetri Jakarta: Grasindo.
Informasi Dan Ukuran Suwardjono, 2012. Teori Akuntansi
Perusahaan Terhadap Manajemen Perekayasaan Pelaporan
Laba (Penelitian Pada Keuangan, Edisi ketiga BPFE,
Perusahaan Di Sektor Industri Yogyakarta
Food And Boverages Yang Taco, Clarissa dan Venje Ilat. 2016.
Terdaftar di BEI Tahun 2009- Pengaruh Earning Power,
2011). Skripsi Program Sarjana Komisaris Independen, Dewan
Widyatama. Direksi, Komite Audit dan
Rice. 2016. Pengaruh Faktor Keuangan Ukuran Perusahaan Terhadap
Terhadap Manajemen Laba Manajemen Laba Pada
dengan Good Corporate Sebagai Perusahaan Manufaktur yang
Variabel Moderasi. Jurnal Wira Terdaftar Di BEI. Jurnal EMBA
Ekonomi Mikroskil Vol.4 No.4 Desember 2016, Hal.
Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar 873-884
Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Trihesti, Ninik Intan. 2015. Pengaruh
4. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Konvergensi IFRS, Kepemilikan
Saffuadin, Achmad Zakki. 2011. Manajerial, dan Kepemilikan
Analisis Pengaruh Kepemilikan Instituional Terhadap Manajemen
Instituional, Kualitas Audit, Laba
Widyastuti, Tri. 2009. Pengaruh
Struktur Kepemilikan dan Kinerja
Keuangan Terhadap Manajemen
Laba: Studi pada Perusahaan
Manufaktur di BEI.
Wulan, Nawang. 2013. Pengaruh
Mekanisme Corporate Governace
dan Profitabilitas Terhadap
Manajemen L aba.

Anda mungkin juga menyukai