Anda di halaman 1dari 52

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata kopling berasal dari kata coupling yang kata dasarnya couple
artinya pasangan. Pengertian Kopling adalah komponen motor yang
menghubungkan antara poros engkol dengan poros roda gigi transmisi
percepatan. Dengan mengaplikasikan sistem kopling maka putaran poros engkol
akan terhubung dengan putaran poros input roda gigi transmisi percepatan yang
dapat menghasilkan tenaga dalam bentuk putaran. Penggunaan sistem kopling
pada kendaraan bermotor sangat dibutuhkan karena kopling sebagai komponen
yang mentransfer tenaga dari mesin dalam bentuk putaran sehingga untuk
menggerakkan roda pada kendaraan agar kendaraan dapat bergerak.
Sistem kopling tetap ialah sebuah sistem atau komponen yang
berfungsi sebagai penyalur putaran dan tenaga dari putaran poros penggerak
tersebut disalurkan ke poros yang digerakkan. Dimana sumbu poros tersebut
sejajar garis lurus atau jika menggunakan kopling universal joint sedikit berbeda
dari sumbunya. Alasannya karena pada kopling tetap ini mudah dipasang serta
dilepaskan dan mentransmisikan daya penuh dari putaran poros.
Sistem kopling tak tetap ialah sebuah sistem atau komponen yang
berfungsi menyalurkan atau memutuskan tenaga tanpa menghentikan mesin.
Fungsi kopling tidak tetap adalah pemutus, penerus daya yang berbentuk putaran
disalurkan melalui putaran mesin ke transmisi, kemudian transmisi mengubah
tingkat kecepatan mesin sesuai yang diinginkan. Cara kerja kopling tidak tetap
adalah daya yang diteruskan melaui Fly wheel atau roda gila meneruskan
sekaligus menyimpan energy dari crankshaft ( krukas ) mesin saat mesin hidup
(berputar), plat kopling menjadi satu-satunya perantara tenaga mesin dengan
transmisi percepatan dan tenaga ini akan diteruskan ke roda ( ban ). Sedangkan

1
dekrup bekerja sebagai pengatur kapan tenaga mesin tidak diteruskan, hal ini
dilakukan oleh kaki saat menginjak atau melepas sistem kopling.
Ada banyak jenis kopling pada kendaraan, ada beberapa macam
kopling yang digunakan pada kendaraan khususnya mobil dan motor, diantaranya
:
o Kopling plat gesek ialah sebuah komponen yang memindahkan daya dari
putaran poros input dengan poros output melalui bidang gesekan.
o Kopling magnet ialah sebuah sebuah komponen yang melakukan
pemindahan dayanya dengan memanfaatkan gaya magnet, akan tetapi
magnet yang digunakan bukan magnet permanent. Karena arus listrik yang
digunakan sangatlah kecil maka magnet ini tidak cukup kuat untuk
dijadikan sebagai kopling pemindah daya yang utama, jenis kopling ini
hanya digunakan pada kopling AC mobil
o Kopling satu arah ( One Clutch Way ) ialah sebuah komponen yang dalam
memutus atau menghubungkan putaran tergantung pada kecepatan putaran
poros tersebut. Jika putaran poros penggeraknya lebih cepat daripada poros
yang digerakkan maka kopling ini dapat bergerak. Dan bila, putaran poros
penggeraknya lebih lambat dari poros yang digerakkan maka kopling ini
berkerja memutuskan putaran pada poros penggerak dengan poros yang
digerakkan.
o Kopling hidrolik ialah sebuah komponen yang dalam melakukan
pemindahan dayanya dilakukan dengan cara memanfaatkan tenaga
hidrolik. Tenaga tersebut bisa berupa cairan atau fluida ( transmisi
otomatis ).
Dari keempat jenis kopling yang ada maka pada perancangan ini
digunakan jenis kopling plat gesek.
Pemakain sistem kopling bekerja pada kendaraan bermotor
sehingga kendaraan bermotor tersebut mampu bekerja untuk bergerak, menambah
kecepatan, dan menurunkan kecepatan tanpa mengalami terjadinya slip dan
getaran sistem transmisi percepatan. Daya yang timbul dari sumber daya utama
yaitu mesin dalam bentuk putaran akan diteruskan melalui plat gesek dan kanpas
gesek pada kopling. Daya dan putaran ini diteruskan ke plat gesek yang ditekan

2
oleh plat penekan karena adanya tekanan dari pegas matahari. Akibat putaran dari
plat gesek poros yang digerakkan ikut berputar dengan perantara spline dan naaf.
Pegas pendorong (pegas matahari) mendesak plat penekan ke kiri sehingga plat
gesek terjepit diantara flywheel dan plat penekan, sehingga daya dapat diteruskan
ke transmisi percepatan untuk menggerakkan kendaraan bermotor tersebut.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas terdapat berbagai permasalahan yang perlu
dikaji lebih lanjut, yaitu :
1. Perencanaan poros
2. Perencanaan spline
3. Perencanaan naff
4. Perencanaan plat gesek
5. Perencanaan paku keling
6. Perencanaan pegas
7. Perencanaan baut
8. Perencanaan bantalan

1.3 Batasan Masalah


Pada perancangan ini yang akan dibahas adalah desain kopling
kendaraan bermotor roda dua yaitu sepeda motor yang digunakan untuk
memindahkan dan memutuskan putaran dan daya antara poros output dengan daya
dan putaran sebagai berikut:
Daya : 7,40 kw
Putaran : 8000 Rpm.
Dalam hal ini akan dihitung ukuran dan pada komponen kopling
tersebut yakni meliputi : poros, plat gesek, spline, naaf, dan bantalan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk


mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan
(driven shaft), dimana putaran inputnya akan sama dengan putaran outputnya.
Tanpa kopling, sulit untuk menggerakkan elemen mesin sebaik – baiknya (Yen-Chen,
2007). Dengan adanya kopling pemindahan daya dapat dilakukan dengan teratur
dan seefisien mungkin, mesin yang dirancang seharusnya dapat meringankan
beban manusia dalam melakukan kegiatannya secara individu maupun kelompok.
Untuk memberikan hasil yang memuaskan maka perancangan mesin harus
ditingkatkan, pada setiap komponennya.

Pada umumnya mekanisme yang dihasilkan adalah berasal dari motor


penggerak (engine) bisa berupa motor bakar ( bensin atau diesel ) atau motor
listrik. Penggerak ini sebagian besar memberikan gerakan putaran pada poros
yang biasa disebut dengan poros input atau poros penggerak, dan akan diteruskan
ke poros yang akan digerakkan atau sering disebut poros output dan dari sini akan
dilanjutkan ke berbagai komponen lainnya.

2. 1. Jenis-Jenis Kopling

Dari cara kerjanya, kopling dapat dibagi atas :

1. kopling tetap
2. kopling tidak tetap

Letak perbedaan yang sangat mendasar antara jenis kopling tetap dan
kopling tidak tetap adalah di mana kopling tidak tetap dapat dihubungkan sesuai
dengan keperluan, sedangkan kopling tetap adalah kopling yang selalu
dihubungkan poros input dan poros outputnya.

4
2. 1. 1. Kopling Tetap

Kopling tetap adalah salah satu komponen mesin yang memiliki fungsi
untuk meneruskan daya dan putaran dari poros input ke poros output. Di mana
hubungan ini adalah secara pasti tidak terjadi slip antara sumbu poros input dan
sumbu poros output yang terletak pada suatu garis lurus atau juga bisa
membentuk sudut yang sangat kecil.

Kopling tetap terbagi atas :

A. Kopling Kaku

Kopling ini digunakan jika kedua poros yang akan dihubungkan terletak
pada suatu sumbu / segaris. Biasanya penggunaan kopling ini adalah untuk poros
permesinan dan transmisi yang umumnya terdapat pada pabrik-pabrik. Jenis
kopling ini dirancang, di mana diantara kedua poros tidak boleh membentuk sudut
( harus segaris ) dan juga tidak dapat meredam getaran sewaktu proses transmisi
dan juga tidak dapat mengurangi tumbukan.

a) Kopling Bus

Jenis kopling Bus ini memiliki konstruksi yang sangat sederhana,


biasanya kopling ini digunakan untuk poros yang posisinya tegak, seperti pompa
pres untuk minyak.

Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar jenis kopling ini sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kopling Bus

5
b) Kopling Flens Kaku
Kopling flens kaku ini biasanya digunakan untuk poros yang
berdiameter 50 - 200 mm, biasanya terdapat pada poros-poros motor listrik.
Kopling ini terdiri dari flens kaku yang terbuat dari besi cor atau baja cor dan
dipasang pada ujung poros yang diberi pasak dan diikat dengan baut flensnya.

Gambar 2.2. Kopling Flens Kaku

c) Kopling Flens Tempa


Kopling flens tempa ini, ditempa menjadikan satu dengan porosnya.
Kopling ini biasanya difungsikan untuk meneruskan kopel yang besar, misalnya
untuk poros turbin air yang dihubungkan dengan generator untuk pembangkit
listrik.

Gambar 2.3. Kopling Flens Tempa.

6
d) Kopling Luwes

Kopling jenis ini digunakan untuk poros yang dihubungkan tidak benar-
benar satu sumbu / tidak segaris antara kedua poros. Kopling ini dapat meredam
getaran sewaktu proses transmisi dan juga dapat mengurangi tumbukan. Kopling
ini dapat dibedakan atas :

a. Kopling Flens Luwes

Kopling ini digunakan untuk menghubungkan poros input dengan poros


output untuk menghindari putaran yang merata, misalnya pada pabrik penggilas.

Gambar 2. 4. Kopling Flens Luwes

b. Kopling Karet Ban

Kopling karet ban ini menggunakan karet ban, di mana poros yang
dihubungkan tidak harus lurus atau segaris. Kopling ini dapat mengurangi
tumbukan dan meredam getaran saat proses transmisi. Kopling ini biasanya
digunakan untuk meneruskan gaya yang besar misalnya pada mesin aduk beto

7
Gambar 2.5. Kopling Karet Ban

c. Kopling Karet Bintang

Kopling ini biasanya digunakan untuk penyambungan daya yang besar,


seperti pada turbin uap untuk menggerakkan generator.

Gambar 6. Kopling Karet Bintang

d. Kopling Gigi

Kopling gigi biasanya difungsikan untuk konstruksi yang berat dan daya
yang besar. Kopling ini menyambung poros input dengan poros output dengan
menggunakan gigi, misalnya pada mesin pengaduk beton.

8
Gambar 2.7. Kopling Gigi

e. Kopling Rantai

Kopling jenis ini menggunakan rantai sebagai perantara untuk


menyambungkan dua poros yakni poros input dan poros output. Kopling
umumnya digunakan untuk memindahkan momen yang besar, seperti pada mesin
gilas dan turbin uap.

Gambar 2.8. Kopling Rantai

9
e) Kopling Universal

Kopling ini digunakan apabila antara poros penggerak dan poros yang
digerakkan membentuk sudut yang sangat besar. Kopling ini dapat dibedakan
atas:
a. Kopling Universal Hooks

Kopling ini digunakan untuk menggunakan poros sekrup yang dapat


disetel, misalnya pada mesin freis.

Gambar 2.9. Kopling Universal Hooks

b. Kopling Universal Kecepatan Tetap

Kopling Universal Kecepatan Tetap umumnya digunakan pada poros


penggerak utama mobil.

2. 1. 2. Kopling Tidak Tetap

Kopling ini merupakan penghubung poros input dengan poros output


dengan putaran yang sama dalam meneruskan daya. Kopling ini dapat melepas
ataupun menyambungkan walaupun dalam keadaan bergerak ataupun diam.
Kopling tetap dapat dibedakan atas :

10
a) Kopling Cakar

Kopling cakar berfungsi untuk menghubungkan poros input dan poros


output tanpa dengan perantara gesekan (kontak positif) sehingga kemungkinan
terjadinya slip adalah sangat kecil. Kopling cakar ada dua jenis, yakni berbentuk
spiral dan persegi.
Kopling yang berbentuk spiral dapat menghubungkan poros pada saat
berputar dan digunakan untuk satu arah putaran saja, itupun putaran poros
penggerak harus di bawah 50 rpm. Sedangkan kopling cakar berbentuk persegi,
dapat digunakan pada keadaan tidak berputar dan dapat meneruskan momen
dengan dua arah putaran.

Gambar 2.10. Kopling Cakar

b) Kopling Kerucut

Kopling ini memiliki plat gesek yang berbentuk kerucut. Kopling ini
tidak dapat meneruskan daya dan putaran dengan seragam namun dengan gaya
aksial yang kecil dapat mentransmisikan momen yang besar.

11
Gambar 2.11. Kopling Kerucut

c) Kopling Plat Gesek

Kopling jenis ini berfungsi untuk menghubungkan daya dan putaran dari
poros input ke poros output dengan perantaraan gesekan. Karena adanya gesekan,
maka pembebanan yang berlebihan pada poros input penggerak dapat dihindari
dan juga dapat membatasi momen sehingga slip tidak akan berpengaruh.
Kopling plat ini dapat dibedakan berdasarkan jumlah plat yang
digunakan, yakni kopling plat tunggal dan kopling plat banyak. Jika dilihat dari
cara pelayanannya, kopling ini dapat dibedakan atas kopling manual, hidrolik dan
magnetik.
Kopling ada yang kering dan ada yang basah, di mana plat gesek yang
bekerja pada keadaan kering dan keadaan basah apabila dilumasi atau terendam
dalam minyak.

12
Gambar 2.12. Kopling Plat

d) Kopling Fly wheel

Kopling ini dapat melepaskan hubungan antara kedua poros jika poros
input bergerak dengan lambat dan juga bila saat putaran berlawanan dengan arah
putaran poros output. Poros jenis ini sangat banyak dikembangkan, karena akan
memudahkan penggunaannya.

Gambar 2.13. Kopling Flywheel

13
2. 1. 3. Kopling banyak ( Multy Plate )

Kopling plat banyak adalah suatu kopling yang terdiri dari plat gesek
( friction plat ) dan plat yang digerakkan ( plain plat ) lebih dari satu pasang.
Biasanya plat gesek berjumlah 7, 8, dan 9 buah. Sedangkan plain plat selalu
kurang satu dari plat gesek karena penempatan plat selalu diapit diantara plat
gesek. Pada umumnya sepeda motor yang mempunyai mesin dengan posisi poros
engkol melintang menggunakan kopling tipe plat banyak. Alasannya adalah
kopling dapat dibuat diameter kecil, kopling plat banyak juga sedikit lebih ringan
dibandingkan kopling plat banyak. Namun masih banyak memberikan kekuatan
dan luas permukaan gesek yang besar. Kopling plat banyak yang digunakan pada
sepeda motor pada umumnya kopling banyak tipe basah ( wet multy-plat type ).
Konstruksi kopling banyak seperti terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 2. 14. Kopling Multy plat

14
2. 2. Dasar-Dasar Pemilihan Kopling

Dalam perencanaan kopling perlu diperhatikan beberapa faktor sebagai


berikut :

a. Kopling berfungsi sendiri menurut sinyal dan besar beban mesin yang
dipindahkan ke transmisi tanpa terjadi slip.
b. Koefisien gesek yamg dapat dipertahankan di bawah kondisi kerja.
c. Permukaan geseknya harus cukup keras untuk menahan keausan.
d. Massa dan luas permukaan plat gesek yang cukup untuk pengeluaran
panas.
e. Material tidak hancur akibat gesekan pada temperatur dan beban apit
pada proses kerja.
f. Konduktivitas panas untuk penyebaran panas dapat dipertahankan dan
dapat dihindari perubahan struktur dari komponen.

2. 3. Pengaruh Panas

Kerja penghubung pada koplimg akan menimbulkan panas karena


gesekan, sehingga temperatur kopling akan naik sampai 2000C dalam keadaan
sesaat. Tetapi untuk seluruh kopling umumnya dijaga agar suhunya tidak lebih
tinggi dari 300C. Jika kerja penghubung untuk satu kali pelayanan direncanakan
lebih kecil dari pada kerja penghubung yang diizinkan. Pada dasarnya
pemeriksaan temperatur tidak diperlukan lagi.

2. 4. Umur Plat Gesek

Umur plat gesek kopling kering lebih rendah sepersepuluh dari kopling
basah karena laju keausan plat gesek sangat tergantung pada macam bahan
geseknya, tekanan kontak, kecepatan keliling temperatur dan lain-lain. Maka agak
sukar melakukan atau menentukan umurnya secara teliti.

15
Tabel. 2. 1. Laju Keausan Permukaan Plat Gesek

Bahan Permukaan W (cm3/kg.m )

Paduan tembaga sinter ( 3 ÷ 6 ) × 10-7

Paduan sinter besi ( 4 ÷ 8 ) × 10-7

Setengah logam ( 5 ÷ 10) × 10-7

Damar cetak ( 6 ÷ 12) × 10-7

2. 5. Sistem Kerja Kopling

Sistem kerja kopling plat tunggal atau gesek ini dapat ditinjau yaitu :

Poros penggerak ( input ) yang berhubungan dengan mesin meneruskan


daya dan putaran ke flywheel (roda penerus) melalui baut pengikat. Daya dan
putaran ini diteruskan ke plat gesek yang ditekan oleh plat penekan karena adanya
tekanan dari pegas matahari. Akibat putaran dari plat gesek poros yang
digerakkan ikut berputar dengan perantara spline dan naaf. Pegas pendorong (
pegas matahari ) mendesak plat penekan ke kiri sehingga plat gesek terjepit
diantara flywheel dan plat penekan.

16
BAB III
ANALISA PERHITUNGAN KOPLING.

3. 1. Pemilihan Jenis Kopling.


Secara umum saat ini ada tiga macam type teknologi kopling yaitu
: kopling basah, kopling kering dan kopling licin. Pada perancangan ini
yang dibahas adalah jenis kopling yaitu kopling otomatis (sentrifugal) type
kering.

3. 1. 1. Perhitungan Poros.

Gambar 3.1. Poros.

Pada rancangan ini proses pemindah daya (P) sebesar 10,1 PS dan

P = 10,1PS x 0,74 KW

= 7,474 KW

Dimana :

1 PS = 0,74

1 PS = 0, 98 HP

Sebagaimana diketahui pada saat start diperlukan daya koreksi


rata-rata untuk setiap perencanaan elemen-elemen mesin pada ketetapan
bahwa daya (P) dikalikan terlebih dahulu dengan faktor koreksi (Fco)

17
sehingga diperoleh daya kuda (PS) maka harus dikalikan dengan 0,375
untuk mendapatkan dalam KW.

Diperoleh harga Fc sebagai berikut :

Tabel 3.1 ; Faktor koreksi daya yang ditransmisikan Fc.

Daya yang akan ditransmisikan Fc


Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 – 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2
Daya normal 1,0 – 1, 5

Pd = Fc.P (KW)........................lit sularso hal. 7

Faktor koreksi yang diambil 1,2 daya maksimum dengan demikian:

Pd = 1,2 x 7,474 KW

= 8,9680 KW

Momen puntir yang terjadi :

𝑃𝑑
T = 9,74 x 105 x [ 𝑛 ]

8,9680 𝐾𝑊
= 9,74 x 105 𝑥 8000 𝑅𝑝𝑚

= 109,185.4 kg.mm

3. 1. 2. Pemilihan Bahan Poros.

Ada 9 baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja yang di finis dingin
untuk poros.

Tabel 3.2 ; Baja karbon untuk konstruksi mesin dan baja batang yang difinis
dingin untuk poros.

18
Standard dan lambang Perlakuan Kekuatan Keterangan
macam panas tarik
Baja karbon S 30 C Pernomalan 48
konstruksi S 35 C Pernomalan 52
mesin JIS S 40 C Pernomalan 55
G4501 S 45 C Pernomalan 58
S 50 C Pernomalan 62
S 55 C Pernomalan 66
Batang baja S 35 C-D Ditarik dingin,
yang difinis S 45 C-D - 52 di gerinda
dingin S 55 C-D - 60 dibubut, atau
- 72 gabungan
antara hal-hal
tersebut

Bahan poros diambil dari baja karbon untuk konstruksi mesin (s-c) baja
yang difinis dingin dalam hal ini diambil bahan poros S 35 C dengan kekuatan
tarik ab 52 kg/mm2. Dengan faktoer keamanan Sf1 x Sf2

Tb
Ta = (mm)
( sf 1 sf 2 )

Dimana :

Sf 1 = faktor keamanan untuk bahan S55 C dengan diambil = 6

Sf 2 = faktor keamana poros karena adanya alur spline, harga

= ( 1,3 – 3,0) diambil 2,0

Tb = tegangan geser izin (kg/mm 2 )

Maka :

52 kg /mm
Ta = 6,0 x 20

19
= 4,333 kg/mm 2

Torsi maksimum:

T maks = 0,95 kg.m = 950kg.mm

n = 4000 rpm

maka daya yang diperlukan pada T maks adalah :

T . 2 n
Pd = ………………………Lit sularso hal. 7
1000 . 60.102

950 . 2 4000
=
1000 . 60.102

= 4.1 kw

Diameter poros :

1
 5,1  3
ds =  , Cb, Kt, T 
 a 

dimana :

ds = diameter poros

Kt = Faktor koreksi tumbukan, harganya berkisar (1,5 - 3,0)


direncanakan (1,7).

Cb = Faktor keamanan terhadap beban lentur harganya

(1,2 - 2,3) direncanakan (1,7).

Maka diameter poros dapat dihitung :

20
1
 5,1  3
ds =  . x 1,7 x 1.2 x 109,185.4 
 4,333kg / mm 

= 12,966 mm

= 13 mm

Menghitung tegangan geser (tg) digunakan rumus :

 5,1 . Td 
Tg =  ……………………Lit. Sularso Hal. 7
 ds 3 

 5.1 . 109,185.4 
=  
 133 

= 2,123 kg/mm 2

Pada pemeriksaan kekuatan, dimana tegangan puntir (tg) yang


ditimbulkan harus lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan

Ta = 4,333 kg/mm

Tg = 2,123 kg/mm

Bearti diketahui bahwa Ta > tg dengan demikian bahwa konstruksi


aman untuk digunakan.

Tabel 3.3 ; diameter poros (satuan mm)

4 10 *224 40 100 *224 400

4,5 24 (105) 240

5 11 25 42 110 250 420

*5,6 260 440

6 *11,2 28 45 *112 280 450

21
*6,3 12 30 120 300 460

7 *31,5 48 *315 480

7,1 *12,5 50 125 320 500

8 130 340 530

9 35 55

14 *35,5 56 140 *3350 560

(15) 150 360

16 38 60 160 380 600

(17) 170

18 63 180 630

19 190

20 200

22 65 220

70

74

75

80

85

90

95

Keterangan :

22
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari
bilangan standart.
2. Bilangan didalam kurung hanya dipakai untuk bagian dimana
dipasang bantalan gelinding.
3. 2. Perhitungan Perencanaan Plat Gesek

Pelat gesek adalah suatu elemen yang terdapat pada kopling yang
berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran poros penggerak dalam
bentuk gesekkan.

Gambar 3.2 Plat Gesek.

3. 2. 1. Perhitungan Plat Gesek.

Pada perenangan ini direncanakan bahan permukaan plat gesek adalah dari
besi cor dan asbes.

Tabel 3.4 ; Koefisien gesek plat gesek

23
Beban Permukaan 
Pa (kg/mm 2 )
kontak Kering Dilumasi

Besi cor dan beso 0,10 – 0,80 – 0,09 – 0,17


cor 0,20 0,12

Besi cor dan 0,10 – 0,10 – 0,05 – 0,08


perunggu 0,20 0,20

Besi cor dan asbes 0,35 – - 0,007 – 0,07


0,65

Besi cor dan serat 0,05 – 0,05 – 0,005 – 0,03


0,10 0,10

Besi cor dan kayu - 0,10 – 0,02 – 0,03


0,35

Untuk mencari diameter luas plat gesek dapat dirumuskan :


F 
4

x D22  D12 x Pa 

Dimana :

T = torsi yag direncanakan : 914,90742 kg.mm

µ = koefisien gesek (0,35-0,65) dipilih 0,50 untuk gesek kering.


F = gaya tekan F 
4
 
x D22  D12 x Pa

D1 x D2
Rm = jari-jari rata-rata rm 
4

24
Pm = tekan rata-rata pada bidang gesek dengan nilai 0,007 0,07 dipilih
0,02 kg/mm2

D = diameter plat gesek, dimana nilai D1 / D2 ≥0,5 diambil D1 / D2


=0,5 sehingga D1=D2 x 0,5

Maka :

T
D23 
 (0,5  1)
 x (1  0,5 2 ). pa x
4 4
Tx16
D23 

 x (1  0,5 2 ). pa x (0,5  1)
4
D 3
2  8287,90
3

D2  91,03mm
D2  9,2cm

Diameter dalam plat gesek (D1) :

D1 = D2 x 0,5

= 91,03mm x 0,5

= 45,5 mm

= 4,6 cm

Jari-jari rata-rata :

25
D1  D2
rm 
4
D2 x0,5 xD2

4
91,03mm x 0,5  91,03mm

4
 34,13mm

Gaya yang ditimbulkan tekanan plat gesek (F) dapat dicari:

𝜋
𝐹 = (D2 – D1). Pa
4

3,14 𝑘𝑔
= (91,03𝑚𝑚2 − 45,5𝑚𝑚2 ). 0,02
4 𝑚𝑚

= 6216,2109kg

Lebar bidang gesek :

D1 = 2 x rm – b

b = 2 x rm – D1

= 2 x 34,13 mm – 45,5 mm

= 22,76 mm

b = 2,3 cm

3. 2. 2. Perhitungan Momen Plat Gesek.

Dalam perencanaan ini perlu diperhatikan momen gesek yang terjadi


pada plet gesek tersebut, supaya konstruksi kopling aman :

Momen yang dipindahkan:

M = C x T . . . . . . . . . . . . . . . . .c =1.3 (yang diambil)

M = 1,3 x 914,90742 kg/mm

26
= 1189,37 kg.mm

Gaya aksial :

𝑚
𝐹𝑎 = 𝑟𝑚

1189,37 𝑘𝑔.𝑚𝑚
= 34,13 𝑚𝑚

= 34,8 kg

Gaya gesek :

Fg = µ x Fa

= 0,5 x 34,8 kg

= 17,4 kg

Maka

Momen plat gesek :

Mg = Fg x Rm

= 17,4 kg x 34,13 mm

= 893,862 kg.mm

=0,0893862 kg.m

Momen gesek izin :

Mgizin = 2 x 𝜋 𝑥 𝜇 𝑥 𝑃𝑎 (𝑟23 − 𝑟13 )

𝑘𝑔⁄ 45,5 𝑚𝑚3 −22,76 𝑚𝑚3


= 2 𝑥 3,14 𝑥 0,50 𝑥 0,02 𝑚𝑚 ( )
3

27
= 172, 50 𝑘𝑔. 𝑚𝑚 = 1,7250 𝑘𝑔. 𝑚

Karna Mgizin = 1,7250 kg.m > Mg =0.0893862 kg.m maka konstruksi aman
digunakan.

3. 2. 3. Perhitungan Daya Plat Gesek.

𝑀𝑔 𝑥 𝑤 𝑥 𝑡 𝑥 𝑛
Ng = 2 𝑥 75 𝑥 3600

Dimana :

t = waktu kontak pelet gesek (1-3 detik diambil 3 detik )

2 .𝜋 . 𝑛
w = kecepatan sudut 𝑤 = 60

2 𝑥 3,14 𝑥 8000 𝑟𝑝𝑚


= 60

= 837,3 rad/detik

0.0893863 𝑥 837,3 𝑥 3 𝑥 6,2622


𝑁𝑔 = 2 𝑥 75 𝑥 3600

= 0,001356405 hp

Daya maksimum :

𝑀𝑡𝑝 𝑥 𝑛
Nmaks = 71620

Dimana :

𝑝
Mtp = 9,74 x 105 𝑛

6,27 𝑘𝑤
= 9,74 x 1058000 𝑟𝑝𝑚

= 7633, 725 kg.mm

= 76,33725kg.cm

28
Maka :

𝑘𝑔
76,33725 ⁄𝑐𝑚 𝑥 8000 𝑟𝑝𝑚
Nmaks = 71620

= 8,5269 hp

3. 2. 4. Perhitungan Tebal Plat Gesek.

𝑎 𝑥 𝐴𝑔 𝑥 𝐴𝑘
𝐿= 𝑁𝑔

Dimana :

Ak = kerusakan per satuan volume akibat dari kerja asbes (0,05 – 0,12) hp.
Jam/mm3 di ambil 0,12.

L = lama pemakaiann plat gesek = 5 tahun 5 jam/hari x 365 hari/tahun =


9125 jam

Ag = luas permukaan Plat gesek :

𝜋
Ag = 4 (𝐷22 − 𝐷12 ) 𝑧 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑧 = 2

3,14
= (9,2𝑐𝑚)2 − (4,6𝑐𝑚)2 𝑥2
4

3,14
= (84,64𝑐𝑚 − 21,16𝑐𝑚)𝑥2
4

= 99,6636 cm2

= 996,636 mm2

Sehingga tebal pelat gesek :

𝐿 𝑥 𝑁𝑔
𝑎 = 𝐴𝑔 𝑥 𝐴𝑘

9,125 𝑗𝑎𝑚 𝑥 0,001356405 ℎ𝑝


= 996,636 𝑚𝑚 𝑥 0,12 ℎ𝑝

29
= 0,10349 mm.

3. 2. 5. Perhitungan Temperatur.

Kerja pada plat gesek akan menimbulkan panas, akibat pergesekan


sehingga temperatur kopling akan naik, temperatur permukaan plat gesek
biasanya naik saat terjadi hubungan.

Kecepatan rata-rata :

𝑉𝑚 = 𝑤 𝑥 𝑟𝑚

= 837,3 rad/det x 34,13 mm

= 13218,549 mm/det = 132,18 m/det.

Tabel 3,5 ; koefisien panas dan kecepatan rata-rata.

Koefisien panas (α) kkal m2 0c Kecepatan rata-rata (Vm) m/det


4,5 0
24,0 5
4,6 10
57 15
62 20
72 25
83 30
88 35
96 40
104 45
114 50
125 55
130 60

30
Perubahan temperatur :

623 𝑥 𝑁𝑔
∆𝑇 = 𝐹𝑥𝑎

Karena untuk Vm = 132,18 m/det tidak terdapat pada tabel maka :

132,18 𝑚⁄𝑑𝑒𝑡−20
𝑎= 𝑥 (72 − 62) + 62
25−20

= 1615,392 𝐾𝑘𝑎 𝑒⁄𝑚2 ℃

Dimana :

F = 68,3349 cm2 – 0,00683349 m2

∆𝑇 = Perubahan tempeatur tergantung kecepatan rata-rata

Maka :

623 𝑥 0,01272935
∆𝑇 = 0,00683349 𝑥 1655,392 = 0,174 ℃

Temperatur kerta (Tw):

Tw =∆𝑇 + 𝑇𝑘 (℃)

Dimana :

Tk =temperatur kamar =28 ℃

Maka :

𝑇𝑤 = 0,174 ℃ + 28 ℃

= 28,174 ℃

Temperatur yang diizinkan untuk bahan asbes adalah

𝑇 = 80 ℃ − 200 ℃

Dimana perbandingan antara temperatur dan kerja adalah :

(𝑇 > 𝑇𝑤) = (80℃ > 28,174 ℃)

31
Maka konstruksi kopling dinyatakan aman dari temperatur akibat panas yang
ditimbulkan oleh plat gesek.

3. 3. Perhitungan Perencanaan Pegas.


Pegas tekan berfungsi memberi gaya aktual terhadap plat tekan, agar
penyambung dan pemutar daya pada poros penggerak keporos yang digerakan
dapat terlaksana.
Direncanakan jumlah pegas tekan (i) = 3 buah, gaya yang diterima oleh
plat gesek saat penekanan .

Gambar 3.3 Pegas

𝐹𝑎 = 𝐴𝑔 𝑥 𝑃𝑎

Dimana :

Ag = 996,636 mm2

Pa = 0,02 kg/mm2

Maka :

Fa = 996,363 mm x 0,12 kg/mm

= 19,932 kg

3. 3. 1. Besar Gaya Yang Diterima Setiap Pegas (Fni)

32
𝐹𝑎
Fni =
𝑖

19,932 𝑘𝑔
= 3

= 6,644

3. 3. 2. Diameter kawat pegas (d)

𝜏 8 𝑥 𝑐 𝑥 𝑓𝑛𝑖
𝑖𝑧𝑖𝑛=
𝜋 𝑥 𝑑2

Tabel 3.6 ; bahan pegas.

Bahan Lambang Harga G (kg/mm)


Baja pegas SUP 8 x 103
Kawat baja keras SW 8 x 103
Kawat piano SWP 8 x 103
Kawat distemper dengan - 8 x 103
minyak SUS 7.5 x 103
Kawat baja tahan karat (SUS 27 BSW 4 x 103
; 32 ; 40) NSWS 4 x 103
Kawat kuningan PBW 4,.5 x 103
Kawat perak nikel BeCuW 5 x 103
Kawat perunggu pospor
Kawat tembaga birilium

Tabel 3.7 ; sifat mekanis

Lambang Perlakuan panas ( o ) Batas Kekuatan Kekerasan


mulur tarik (H B )
Celup dingin Temper
(regangan (kg/mm 2 )
permanen

33
0,2 %)
kg/mm 2

SUP 4 450 – 90 115 352 – 415


500

SUP 6 480 – 110 125 363 – 429


530
830 – 860
SUP 7 490 – 110 125 363 – 429
Pendinginan
540
minyak
SUP 9 460 – 110 125 363 – 429
510

SUP 10 470 – 110 125 363 – 429


540

SUP 11 460 – 110 125 363 – 429


510

Bahan pegas baja yang dipakai adalah SUP 4 dengan 𝜏 = 115 kg/mm2

𝜏𝑖𝑧𝑖𝑛 = 0,8 . 𝜏

= 0,8 . 115

= 92 kg / mm2

Faktor tegangan (K) dengan indeks pegas (c) dipilih 5

4𝐶−1 0.615
𝐾= 4𝐶−4
+ 𝐶

4 . 5−1 0.615
=
4 . 5−4
+
5
= 1,31 m

Maka :

8 𝑥 𝑐 𝑥 𝐹𝑛𝑖
𝑑2 = 𝜋 𝑥 𝜏𝑖𝑧𝑖𝑛

34
8 𝑥 5 𝑥 6.644 𝑘𝑔
𝑑2 = 𝑘𝑔⁄
3,14 𝑥 92 𝑚𝑚

= √0,9198283

= 0,95 mm.

Diameter lilitan rata-rata ;

D=Cxd

= 5 x 0,95 mm

= 4,75 mm

3. 3. 3. Defleksi Pada Pegas.

8 𝑥 𝑛 𝑥 𝐷 3 𝑥 𝐹𝑛𝑖
𝜎= 𝑑4 𝑥 𝛿

Dimana: :
n = jumlah lilitan aktif : 4

g = modulus geser

maka :

8 𝑥 4 𝑥 (4,75)3 𝑥 6,644
𝜎= (0,95)4 𝑥 92 𝑘𝑔\𝑚𝑚

= 190,045 mm

Jumlah seluruh lilitan:

N =2+ n

=2+4

= 6 lilitan

35
Jumlah antara lilitan (P) :

𝐷
P =3

4,75 𝑚𝑚
= 3

= 1.583 mm

Panjang pegas sebelum menerima gaya (L0) :

𝐿0 = (𝑛 𝑥 𝑃) + (2 𝑥 𝑑)

= (4 x 1,583mm) + (2 𝑥 0,95)

= 8,232 mm

Panjang pegas saat menerima gaya maksimal :

Lmin = Lo + (𝜎 − 𝜎1 )

Dimana :

𝜎1 = tegangan antara pelat gesek diperkirakan 0,1

Maka :

Lmin = 8,232 + (190,045 − 0,1)

= 198,177 mm

3. 3. 4. Besar Gaya Untuk Melepas Hubungan Plat Gesek Dengan Plat


Penekan

Besar gaya untuk melepas plat gesek :

36
𝜎1 𝑥 𝑑4 𝑥 𝛿
𝑓𝑡 = 8 𝑥 𝑛 𝑥 𝑑4

𝑘𝑔⁄
0,1 𝑚𝑚 𝑥 (0,95)4 𝑥 8 𝑥 103 𝑚𝑚
𝑓𝑡 = 8 𝑥 4 𝑥 (4,75)4

= 26064,2 kg

Gaya maksimum yang diterima pegas (Fmax) :

Fmax = Fni + Ft.

= 6,644 kg+ 26064,2 kg

= 260661,9 kg.

Kekuatan pegas (𝜏𝑚𝑎𝑥 ) ∶

8 𝑥 𝐷 𝑥 𝐹max 𝑥 𝐾
𝜏𝑚𝑎𝑥 = 𝜋 𝑥 𝑑3

8 𝑥 4,75 𝑚𝑚 𝑥 260661,9 𝑘𝑔 𝑥 1,31 𝑚𝑚


=
3,14 𝑥 (6,644)3

= 3783569,3 kg /mm2

Jadi 𝜏izin > 𝜏max yaitu 92 kg/mm2 > 3783569,3 kg /mm2 maka dinyatakan
mempunyai kekuatan yang aman untuk digunakan.

3. 4. Perhitungan Perencanaan Bantalan.

37
Gambar 3.4 Bantalan penduduk poros.

Kekuatan bantalan poros terhadap gaya radial dinamis :

P = X x Fr + Y x Fa ..............(kg)
Dimana :
X = Faktor radial = 0,56 ( untuk baris tangkai )
Y = faktor aksial = 1,00
Fr = Gaya radial ( 500 kg, direncanakan )
Fa = Gaya aksial ( 150 kg, direncanakan )

Maka:
P = X x Fr – Y x Fa
= 0,6 kg x 26,64kg + 0,5 kg x 21,703 kg
P = 53, 47 kg

Kapasitas nominal dinamis sfesifikasi (C) :


𝐹ℎ 𝑥 𝐹𝑟𝑑
C= 𝐹𝑛

Dimna :
Fh : faktor lama pemakaian
Fn : Faktor kecepatan.
Lh : lama pemakaian kopling (direncanakan kendaraan jarang dipakai
5000 – 15000 jam dipilih 10000)

3 𝑙ℎ 3 33,3
Fh : √500 Fn : √ 𝑛

3 1000 3 33,3
: √ 500 : √8000

38
: 2,71 jam : 0,00041625 rpm
Maka :
𝐹ℎ 𝑥 𝐹𝑟𝑑
C =
𝐹𝑛
2,71 𝑥 53,47 𝑘𝑔
C = 0,00041
= 248152,8 Kg
Tabel 3.7 : Bantalan.

Nomor bantalan Ukuran luar (mm) Kapasitas Kapasitas


Dua sekat nominal nominal
Jenis Dua tanpa dinamis statis
terbuka sekat kotak D D B r spesifikasi spesifik Co
C (kg) (kg)
6000 10 26 8 0,5 360 196
6001 6001 ZZ 6001VV 12 28 8 0,5 400 229
6002 6002 ZZ 6002 VV 15 32 9 0,5 440 263
6003 6003 ZZ 6003 VV 17 35 10 0,5 470 296
6004 6004 ZZ 6004 VV 20 42 12 1 735 465
6005 6005 ZZ 6005 VV 25 47 12 1 790 530
6006 6006 ZZ 6006 VV 30 55 13 1,5 1030 740
6007 6007 ZZ 6007 VV 35 62 14 1,5 1250 915
6008 6008 ZZ 6008 VV 40 68 15 1,5 1310 1010
6009 6009 ZZ 6009 VV 45 75 16 1,5 1640 1320
6010 6010 ZZ 6010 VV 50 80 16 1,5 1710 1430
6200 6200 ZZ 6200 VV 10 30 9 1 400 236
6201 6201 ZZ 6201 VV 12 32 10 1 535 305
6202 6202 ZZ 6202 VV 15 35 11 1 600 360
6203 6203 ZZ 6203 VV 17 40 12 1 750 460

39
6204 6204 ZZ 6204 VV 20 47 14 1,5 1000 635
6205 6205 ZZ 6205 VV 25 52 15 1,5 1100 730
6206 6206 ZZ 6206 VV 30 62 16 1,5 1530 1050
6207 6207 ZZ 6207 VV 35 72 17 2 2010 1430
6208 6208 ZZ 6208 VV 40 80 18 2 2380 1650
6209 6209 ZZ 6209 VV 45 85 19 2 2570 1880
6210 6210 ZZ 6210 VV 50 90 20 2 2750 2100
6300 6300 ZZ 6300 VV 10 35 11 1 635 365
6301 6301 ZZ 6301 VV 12 37 12 1,5 760 450
6302 6302 ZZ 6302 VV 15 42 13 1,5 895 545
6303 6303 ZZ 6303 VV 17 47 14 1,5 1070 660
6304 6304 ZZ 6304 VV 20 52 15 2 1250 785
6305 6305 ZZ 6305 VV 25 62 17 2 1610 1080
6306 6306 ZZ 6306 VV 30 72 19 2 2090 1440
6307 6307 ZZ 6307 VV 35 80 20 2,5 2620 1840
6308 6308 ZZ 6308 VV 40 90 23 2,5 3200 2300
6309 6309 ZZ 6309 VV 45 100 25 2,5 4150 3100
6310 6310 ZZ 6310 VV 50 110 27 3 4850 3650

Dengan melihat harga kapasitas normal dinamis sfesifik (C) di dapat


nomor bantalan 6001 zz ........(diperoleh ukuran lengkap)

d : diameter minimum ukuran lengkap bantalan : 12 mm

D: Diameter luar bantalan : 28 mm

B: tebal bantalan : 8 mm

R : jari-jari bantalan : 0,5 mm

40
3. 5. Perencanaan Spline.

Spline berfungsi untuk meneruskan daya dan putaran yang diterimadri


putaran pusat kopling yang diteruskan keporos utama tanpa terjadi slip.
Sistem kerja ini dapat dijumpai pada roda dua seperti sepeda motor
“Honda Beat”. Spline mempunyai gigi luar yang berhubungan langsung dengan
panas utama.

h
L

d
D

Gambar 3.5 Spline

Ukuran spline dapat diperoleh berdasarkan normalisasi yang diambil dari


elemen mesin.

Dimna :

Z : jumlah spline yaitu 6

41
𝑑𝑠 12,966
Ds: Diameter spline = = 15,25 mm
0,85 0,85

Jari-jari rata-rata spline :

𝐷𝑠+𝑑𝑠
Rm = 4

15,25+12,966
= 4

= 6,304 mm

3. 5. 1. Pemeriksaan Kekuatan Spline

Gaya tangensial (fs) dengan rumus sebagai berikut:


Fs = T/rm

Dimana :

T = momen torsi =914,9.

Rm = jari-jari rata-rata = 6,304

Maka :

914,9
Fs = 6,304

= 145,13 kg.

Gaya gesek diterima tiap-tiap spline (fi) adalah :

𝐹𝑠
F1 = 𝑧

Dimana :

Z : rm rata-rata

42
𝐹𝑠
F1 = 𝑧

145,13
= 6,304

= 23,021 kg ≈ 23,1

Perencanaan spline diperhitungkan terhadap gaya gesek yang terjadi


dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Tg = F1/ bg

Dimana :

Tg : tegangan geser

F1 : gaya gesek

bg : luas bidang yang mengalami gesekan

: w.L =837,3 x 9125 = 7640362,5

Maka :

23,1
Tg = 7640362,5

= 0,000003023 kg/mm2

Tegangan tumbuh yang terjadi (Tc) :

𝐹𝑖
Tc = ℎ𝑐

Dimana:

bc = h.l

= 8,712 x 9125

= 79497 mm

43
23,1
Fc = 79497

= 0,00029 mm

Tegangan kombinasi yang terjadi (𝑇):

T = √𝑇𝐿2 + 𝑇𝑔2

= √(0,00029)2 + (0,00000303)2

= 0,0002898

Tg < I maka konstruksi spline layak digunakan.

Bahan untuk spline direncanakan sama dengan poros S55 tanpa dilunakkan
dengan kekuatan tarik Tb = 72 kg / mm2 dan faktor keamanan V=b.

Maka :

𝑇𝑏
TB = V

72
=
6

= 12 kg /mm2

Jadi :
Ta = 0,8 . TB

= 0,8 . 12 kg /mm2

3. 5. 2. Naaf.

Ukuran naaf dapat diperoleh:

44
L = panjang spline.

L= 3,8 . ds.

= 3,8 . 12,966

= 49,2708 mm

Jarak naaf dengan naaf yang lain :

𝜋 . 𝑑𝑐−𝑧.𝑤
b= 𝑧

(3,14𝑥12,966)−(6𝑥837,3)
= 6

= -8305,5145

Tegangan geser yang dipakai / dialami naaf adalah (Tg):

𝐹𝑖
Tg = 𝑏𝑔

Dimana :

bg : luas bidang yang mengalami gesekan.

: b. L

: -8305,5145 x 49,2708

: 40920,11 mm2

Maka :

𝐹𝑖
Tg =
𝑏𝑔

23,1
= 40920,11

= 0,0005645 kg / mm2

Maka tegangan tumbuk yang terjadi (Tc) adalah:

45
𝐹𝑖
Tc = ℎ𝑖

Dimana :
H1 : luas bidang yang mengalami tumbukan.
=h.l
= 8,712 x 49,2708
= 429,247 mm
Maka :
23,1
Tc = 429,247

= 0,0538 kg

Tegangan kombinasi yang terjadi (T) adalah

T = √𝑡𝑐 2 + 𝑇𝑔2

= √(79497)2 + (0,00000303)2

= 251,390 kg / mm2

Tegangan kombinasi :

T = 251,390 kg / mm2 (tegangan geser izin) jadi Tg < T.

Maka konstruksi naaf yang digunakan layak dipakai.

3. 6. Perencanaan Mur.

46
Dalam perencanaan ini mur digunakan untuk menyambung kopling. Dalam
hal ini mur menerima beban sebesar gaya yang di terima oleh masing – masing
pelat , mur yang digunakan pada perencanaan ini (z) = 1 buah

Direncanakan :

- Jumlah mur (z) = 1 buah


- Jarak sumbu poros (f) = 50 mm

F = 487,4 kg

Sehingga gaya yang dialami mur adalah.

𝐹
F1 = 2

347,55
= 2

= 173,77

Jadi dalam perencanaan ini digunakan mur dengan ulir dalam kasar dari
bahan m8, tegangan geser yang di alami mur ini adalah :

𝐹𝑖
Tg : 𝐴

Dimana :

𝜋
A : 4 d2 dimna d = 8,00 dipilih dari lit,sularso hal 290.

3,14
: . (8,00)2 = 50,24 mm
4

Maka :

173,77
Tg : = 3,45 kg / mm2
50,24

Tegangan geser yang diizinkan adalah 18 kg / mm2 dengan memilih bahan


SL 37 dengan tegangan tarik izin maksimum 3,7 kg /mm2 dengan faktor
keamanan.

47
V=8-10

Maka :

Tegangan tarik izin (T) adalah :

𝑇𝐵
Tizin = 𝑉

37
= dimana : (V) dipilih = 9 dan TB= 37 kg /mm2
9

= 4,1 kg /mm2

Sehingga Ta yang direncanakan :

Ta = 0,8 . Tizin

= 0,8 x 4,1

= 3,28 kg /mm2

Dari hasil perhitungan diperoleh tegangan geser yang direncanakan lebih


kecil dari tegangan yang diizinkan yaitu :

Tizin > Ta = 3,7 kg /mm2 > 3,28 kg /mm2 maka mur layak dignakan

48
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan :

Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap :

Daya ( p ) = 10,1 ps

Putaran ( n ) = 8000 rpm

Yang menjadi dasar perencanaan beserta komponen-komponen yang


digunakan untuk mentransmisikan daya dan putaran mesin dalam perencanaan
mesin dalam perencanaan kopling gesek dengan data jenis bahan.

1. Perubahan poros
Momen torsi ( T ) = 1328,37 kg/mm

Tegangan geser (  a ) = 4,20 kg/mm 2

Diameter poros ( ds ) = 16 mm

2. Spline

Diameter luar: D = 37,04 mm

49
Diameter dalam: d = 30 mm

Tinggi : h = 3,57 mm

Lebar : L = 56,5 mm

Bahan : baja S55C-D

3. Naaf

Diameter luar: D = 37,57 mm

Diameter dalam: d = 30,44 mm

Tinggi : h = 3,63 mm

Lebar : L = 57,23 mm

Bahan : baja S55C-D

4. Plat Gesek

Diameter luar: D = 220 mm

Diameter dalam: d = 154 mm

Lebar : b = 33 mm

Tebal : a = 21 mm

Bahan : Asbes dan besi cor

5. Baut

a. Baut pengikat poros penggerak dengan flywheel

Diameter: d1 = 8 mm

50
Bahan: baja SAE/AISI 1010 dirol panas

b. Baut pengikat pegas matahari dengan plat penekan

Diameter: d2 = 6 mm

Bahan: baja SAE/AISI 1010 dirol panas

c. Baut pengikat flywheel dengan penutup kopling

Diameter: d3 = 7 mm

Bahan: baja SAE/AISI 1010 dirol panas

6. Bantalan

a. Bantalan pendukung poros

Type: bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal

Nomor ser: 6006

Diameter luar: D = 62 mm

Diameter lubang: d = 30 mm

Basic static load rating: Co= 1030 kg

Basic dinamic load rating: C = 1030 kg

Kecepatan putaran maximum: n = 10000 rpm

b. Bantalan pembebas

Type: bantalan bola aksial satu arah dengan bidang rata

Nomor seri: A-SD 3020

Diameter luar:62 mm

Diameter lubang: 30 mm

51
Lebar: b = 14 mm

Basic static load rating: Co= 840 kg

Basic dinamicload rating: C = 1030 kg

Kecepatan putaran maximum: n = 10000rpm

52

Anda mungkin juga menyukai