Anda di halaman 1dari 7

DEFINISI KEBISINGAN

Bising dalam kesehatan kerja, bising diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan
frekuensi pendengaram baik secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun
secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran) berkaitan dengan faktor intensitas,
frekuensi, durasi dan pola waktu.

Kebisingan didefinisikan sebagai “suara yang tak dikehendaki “, misalnya yang yang
merintangi terdengarnya suara – suara, musik dsb, atau yang menyebabkan rasa sakit atau
yang menghalangi gaya hidup.

JENIS KEBISINGAN

Berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas:

a. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bising ini relatif tetap
dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut – turut. Misalnya
mesin, kipas angin, dan dapur pijar.
b. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relatif
tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500,
1000, dan 4000 hz). Misalnya gergaji serkuler, katup gas.
c. Bising terputus – putus (Intermitten). Bising ini tidak terjadi secara terus – menerus,
melainkan ada periode relatif tenang. Misalnya suara lalu lintas, kebisingan di
lapangan terbang.
d. Bising Impulsif
Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu
sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya tembakan, suara
ledakan mercon, meriam.

e. Bising Impulsif Berulang


Sama dengan bising impulsif, hanya saja disini terjadi secara berulang – ulang.
Misalnya mesin tempa.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas :

a. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras. Misalnya
mendengkur.

b. Bising yang menutupi (Masking Noise) . Merupakan bunyi yang menutupi


pendengarn yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan
dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam
bising dari sumber lain.

c. Bising yang merusak (damaging/ injurious noise)

bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau
menurunkan fungsi pendengaran.

NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN

NAB kebisingan adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga
kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu.

Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No. SE-
01/MEN/1978, Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja ada;ah intensitas
tertingi dan merupakan nilai rata – rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetao untuk waktu terus menerus tidak lebih dari
8 jam sehari atau 40 jam seminggunya.

Waktu maksimum untuk bekrja adalah sebagai berikut :

a. 82 dB : 16 jam per hari


b. 85 dB : 8 jam per hari
c. 88 dB : 4 jam per hari
d. 91 dB : 2 jam per hari
e. 97 dB : 1 jam per hari
f. 100 dB : ¼ jam per hari
NAB Kebisingan menurut SK Menteri Tenaga Kerja No : Kep-51/Men/1999 tentang
NAB batas faktor fisik di tempat kerja :
Sedangkan menurut OSHA untuk batas waktu pemaparan bising yang diperkenankan
adalah

GANGGUAN PENDENGARAN

Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat


kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami
pembicaraan. Menurut ISO derajat ketulian sebagai berikut :

 Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - < 25 dB, masih normal


 Jika peningkatan ambang dengar antara 26 – 40 dB, disebut tuli ringan
 Jika peningkatan ambang dengar antara 41 – 60 dB, disebut tuli sedang
 Jika peningkatan ambang dengar antara 61 – 90 dB, disebut tuli berat
 Jika peningkatan ambang dengar antara > 90 dB disebut tuli sangat berat

PENGARUH ATAU GANGGUAN KEBISINGAN TERHADAP PEKERJA

Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis,
gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang menggolongkan
gangguannya berupa gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan
gangguan non auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan,
menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress.
1. Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal
metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur,
emosi dan lain –lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit,
psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung koroner, dan lain –lain.
3. Gangguan komunikasi
Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin
terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan
komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat
tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas
kerja
4. Gangguan Keseimbangan
Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala
pusing, mual dan lain –lain.
5. Gangguan terhadap pendengaran (Ketulian)
Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan
terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling seirus karena dapat menyebabkan
hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau
awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus menerus di tempat bising tersebut
maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli.

Tuli dibagi menjadi beberapa yaitu sebagai berikut :

a. Tuli Sementara (Temporary Treshold Shift = TTS)


Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi, tenaga kerja
akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara. Biasanya
waktu pemaparannya terlalu singkat. Apabila kepada tenaga kerja diberikan
waktu istirahat secara cukup. Daya dengarnya akan pulih kembali kepada
ambang dengar semula dengar semula.
b. Tuli menetap (Permanent Treshold Shift = PTS)
Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS dipengaruhi
oleh faktor – faktor berikut :
 Tingginya level suara
 Lama pemaparan
 Spektrum suara
 Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan
terjadinya TTS akan lebih besar.
 Kepekaan individu
 Pengaruh Obat – Obatan
Beberapa obat dapat memperberat (pengaruh sinergestik) ketulian
apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara. Misalnya quinine,
aspirin, streptomycin, dan beberapa obat lainnya.
 Keadaan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/6942405/MAKALAH_TENTANG_KEBISINGAN_Disusun_unt
uk_Memenuhi_Tugas_Penyakit_Akibat_Kerja_Semester_VI_Pengampu_Drs._Hery_Koesya
nto_MS

Anda mungkin juga menyukai