Anda di halaman 1dari 24

PRESENTASI KASUS

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK


Disusun untuk Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
Rumah Sakit Umum Daerah Tjitrowardjojo Purworejo

Disusun oleh :
Ghina Rihhadatul A
20184010160

Dokter Pembimbing :
dr. Y. Kristyanta, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Telah di presentasikan dan disahkan presentasi kasus dengan judul :

Gangguan Skizoafektif tipe Manik

Disusun oleh :

Ghina Rihhadatul Aisy

20184010160

Telah disetujui oleh Pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa

Pada Tanggal : Mei 2019

dr. Y. Kristyanta, Sp. KJ


ANAMNESIS
I. Identitas Pasien

Nama : Tn. S

Usia : 34 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Kawin (2 kali)

Pekerjaan : Menyetak Batako

Pendidikan Terakhir : SMA kelas 1

Agama : Islam

Alamat : Harjobinangun, RT 02/05, Grabag, Purworejo

Masuk Rumah sakit : 5 Mei 2019

Tgl pemeriksaan : 10 Mei 2019

Tgl penyajian : 14 Mei 2019

Sumber Anamnesis

Alloanamnesis pada tanggal 12 Mei 2019 dari :

Nama Ny.Sj Tn. JP Tn. Tg Tn. P


Alamat Grabag Grabag Grabag Grabag
Pekerjaan IRT Buruh Pedagang Petani
Pendidikan SD Tidak sekolah SMK SMA
Usia 58 th 64 th 26 th 52 th
Agama Islam Islam Islam Islam
Hubungan Ibu kandung Ayah kandung Adik kandung Tetangga
Lama kenal Sejak lahir Sejak lahir Sejak lahir Sejak kecil
Sifat perkenalan Akrab Akrab Akrab Biasa saja

II. Riwayat Perjalanan Penyakit


Keluhan utama : Pasien dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD Purworejo
karena sering mengamuk tanpa sebab.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pada bulan Mei tahun 2019 muncul gejala-gejala seperti pasien sering
berjoget sendiri, mengamuk tanpa sebab, kadang menyanyi sendiri,
meyakini bahwa pasien adalah utusan presiden yang bertugas untuk
menegakkan keadilan. Gejala-gejala tersebut muncul setelah istri kedua
pasien mendatangi rumah keluarga pasien untuk meminta cerai untuk yang
kedua kalinya dan ingin membawa sang anak akan tetapi pasien menolak
hal tersebut, sehingga pada tanggal 5 Mei 2019 pasien dibawa ke RSUD
Purworejo.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pada tahun 2007 ketika pasien tengah di perjalanan pulang dari


pekerjaan di perkebunan daerah Riau, pasien mengalami peristiwa berupa di
rampok dan di sandera oleh sekelompok orang. Setelah satu minggu pasien
hilang, tiba-tiba pihak kepolisian menghubungi keluarga pasien, ternyata
pasien sudah berada di kantor polisi dengan kondisi badan memar dan
menurut keterangan polisi pasien dihakimi oleh warga karena dituduh
sebagai perampok namun nyatanya pasien lah yang menjadi korban
perampokan dan penyanderaan. Setelah kejadian itu, pasien dibawa pulang
oleh keluarga sehingga meninggalkan pekerjaannya di Riau. Beberapa
bulan setelah peristiwa perampokan dan penyanderaan tersebut, mulai
timbul gejala-gejala pada pasien berupa sering mengamuk, jalan-jalan
sendiri, bersolawat dengan nada kencang, sering menantang orang-orang
yang pasien temui, dan munculnya keyakinan (waham) bahwa pasien
memiliki sebuah ilmu sehingga merasa kuat. Setelah melihat adanya gejala-
gejala tersebut, keluarga berinisiatif untuk membawa pasien berobat ke RSJ
Magelang. Setelah keluar dari RSJ Magelang, pasien dirawat oleh keluarga
di rumah dan tidak lama setelah itu pasien mendapat pekerjaan di
perkebunan sawit di Kalimantan.
Sekitar tahun 2010 pasien menikah dan bekerja di perkebunan sawit di
daerah Medan. Pernikahan hanya bertahan selama 1 tahun karena pasien
merasa lelah bekerja dan merasa tidak dihargai oleh istri karena istri banyak
mengatur serta melarang pasien untuk melakukan hal-hal yang pasien
senangi seperti merokok, berkumpul bersama teman. Sehingga pada tahun
2011 pasien berpisah dengan istrinya dan pulang ke keluarga di Purworejo.
Di Purworejo pasien bekerja di sebuah pabrik ban.

Tiga tahun kemudian tepatnya di bulan Oktober 2015 pasien menikah


lagi dengan teman kerjanya dan memiliki seorang anak laki-laki. Pasien
beserta istrinya merantau ke Jakarta untuk bekerja dan menitipkan anaknya
di rumah orangtua pasien. Kondisi rumah tangga yang kedua tidak begitu
baik dan sering bertengkar karena sang istri sering meminta untuk dibelikan
barang-barang apabila melihat temannya membeli barang baru sedangkan
pada saat itu pasien tidak bisa memenuhinya sehingga sering timbul
pertengkaran, selain itu pada saat kehamilan anak pertamanya mertua
pasien menyuruh untuk menggugurkan kandungan tersebut karena merasa
sang istri masih terlalu muda untuk memiliki seorang anak akan tetapi
pasien menolak hal tersebut, lalu istri pasien pernah berselingkuh dengan
laki-laki lain dan dibiarkan begitu saja oleh sang mertua sehingga membuat
pasien cemburu, dan sang istri pernah meminta untuk cerai tapi pasien
menolak hal tersebut.

Dengan keadaan rumah tangga yang tidak stabil, sekitar pada tahun
2018 bulan Juni muncul kembali gejala-gejala seperti pasien banyak
melamun, sering menyendiri, mulai mendengar bisikan-bisikan (halusinasi
auditorik), meyakini bahwa pasien adalah seorang raja (waham kebesaran).
Pada saat itu juga atas pendapat dari tetangga, keluarga pasien membawa
pasien berobat di RSJ Magelang, selama kurang lebih 3 minggu pasien
pulang. Di rumah, pasien tidak rutin meminum obat karena merasa tidak
sakit sehingga kurang lebih 2 minggu setelah pasien pulang dari RSJ
Magelang, pasien dibawa kembali oleh keluarga ke RSJ Magelang karena
mulai timbul gejala lagi. Setelah 16 hari dirawat di RSJ Magelang, pasien
pulang. Selama pengobatan di Magelang, istri pasien tidak pernah
menengoki pasien. Pasien pernah satu kali kontrol pengobatan ke fasilitas
kesehatan terdekat akan tetapi setelah itu pasien tidak melanjutkan
pengobatannya karena merasa minder dengan penyakitnya dan merasa
bahwa dirinya tidak sakit. Gejala-gejala yang ada pada pasien hilang timbul
sehingga kegiatan pasien setelah keluar dari RSJ ialah banyak diam
dirumah, tidak bekerja di pabrik, dan hanya membantu sang ayah mencetak
batako.

Grafik Perjalanan Penyakit


III. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Psikiatri

 Tahun 2007 pernah di rawat di RSJ Magelang karena pasien


sering mengamuk, jalan-jalan sendiri, bersolawat dengan nada
kencang, sering menantang orang-orang yang pasien temui, dan
munculnya keyakinan (waham) bahwa pasien memiliki sebuah
ilmu sehingga merasa kuat.

 Tahun 2018 pernah di rawat di RSJ Magelang 2 kali karena timbul


kembali gejala-gejala seperti pasien banyak melamun, sering
menyendiri, mulai mendengar bisikan-bisikan (halusinasi
auditorik), serta meyakini bahwa pasien adalah seorang raja
(waham kebesaran).

2. Medis Umum

Riwayat asma dan penyakit jantung disangkal

Riwayat batuk lama disangkal

Riwayat trauma kepala disangkal

Riwayat kejang disangkal

IV. Riwayat Keluarga

A. Pola Asuh Keluarga

Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pasien dirawat oleh
orangtua kandungnya sejak kecil. Orangtua pasien tidak pernah memaksa
pasien beserta saudaranya dalam memilih suatu keputusan atau tindakan
yang harus diambil, jikalau memang tindakan pasien atau saudara pasien
yang lainnya tidak baik kedua orangtua akan mengingatkan dan mencoba
untuk meluruskannya dan tidak pernah bersikap keras. Pola asuh yang
diterima dari kedua orangtua adalah tipe demokratis.
B. Pola Hubungan Keluarga

Hubungan pasien dengan kedua orangtua baik karena pasien selalu


membantu meringankan beban keluarga dengan mulai bekerja di usia
muda, sedangkan hubungan pasien beserta saudara kandung lainnya pun
baik karena terkadang saling membantu bila salah satu dari mereka
mengalami kesulitan.

C. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki riwayat gangguan


jiwa, baik dari keluarga ibu ataupun ayah.
Genogram Keluarga Tn. S
V. Riwayat Pribadi

Riwayat Prenatal dan Perinatal

Kehamilan dan kelahiran pasien direncanakan dan diinginkan oleh


orangtua. Saat hamil ibu sehat secara fisik dan mental, tidak pernah
mengalami perdarahan, tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan.
Pasien lahir spontan tanpa penyulit, berat lahir ibu pasien tidak ingat. Tidak
ada cacat saat lahir. Riwayat imunisasi dasar lengkap.

Usia 0-3 Tahun (Masa Kanak Awal)

Sejak lahir pasien diberi ASI oleh ibu kandung, tidak ada kendala dalam
kemampuan berbicara, menulis, berjalan, mendengar. Pasien tidak pernah
sakit, kejang atau jatuh yang menyebabkan cedera trauma kepala sampai
dirawat di rumah sakit. Makan cukup dan tidak pilih-pilih. Perkembangan
sesuai anak seusianya.

Usia 3-11 Tahun (Masa Kanak Pertengahan)

Pertumbuhan dan perkembangan pasien normal seperti anak-anak


seusianya, mau bermain bersama dengan anak-anak yang lain. Pasien
mudah berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Masa Kanak Akhir (Pubertas – remaja)

Pada periode ini pasien sering bermain diluar bersama teman-teman


sekolahnya, memiliki banyak teman sewaktu disekolah, dan memiliki
kebiasaan merokok serta meminum alkohol bersama teman-temannya.
Kebiasaan meminum alkohol sering dilakukan saat pasien masih sekolah.
Selain itu, pasien sempat terlibat dalam kejadian tawuran sewaktu pasien di
SMP dan SMA.
Masa Dewasa

 Riwayat Pendidikan

Saat SD prestasi pasien di sekolah biasa-biasa saja, pernah


tinggal kelas satu kali karena sering bertengkar dengan teman
satu kelasnya. Lulus SD melanjutkan ke SMP dengan prestasi
belajar biasa saja, tidak pernah tinggal kelas dan lulus dengan
nilai cukup. Kemudian melanjutkan ke SMA, pretasi belajar biasa
saja, dan memutuskan untuk berhenti sekolah saat akan kenaikan
kelas dikarenakan pasien merasa tidak ada cukup biaya untuk
melanjutkan pendidikannya sehingga pendidikan terakhir pasien
SMA kelas 1.

 Riwayat Pekerjaan

Pertama kali pasien bekerja di perkebunan di daerah Riau setelah


pasien memutuskan untuk berhenti sekolah dari SMA. Pasien
bekerja di Riau mengikuti pamannya. Setelah itu pekerjaan
pasien berpindah-pindah kota mulai dari bekerja di perkebunan
Sawit di Kalimantan, perkebunan sawit di Medan pada tahun
2010, pabrik di Jakarta, dan terakhir pasien bekerja di pabrik ban
di Purworejo. Pasien tidak memiliki masalah dengan teman-
teman di tempat kerjanya, alasan pasien berpindah-pindah tempat
kerja ialah karena pasien merasa gaji yang di dapat tidak bisa
mencukupi kehidupan pasien dan keluarga sehingga mencari
pekerjaan di tempat baru yang gajinya lebih besar.

 Riwayat Pernikahan

Pasien menikah pertama kali pada tahun 2010 dan dari


pernikahan ini tidak memiliki keturunan. Pernikahan hanya
bertahan selama 1 tahun sehingga pada tahun 2011 pasien
berpisah secara baik-baik. Lalu pada tahun 2015 pasien menikah
lagi, dari pernikahan yang kedua dikaruniai seorang anak laki-
laki yang saat ini berumur 3 tahun. Kedua pernikahan merupakan
keinginan pasien dan bukan paksaan dari pihak orangtua maupun
pihak lain. Kehidupan rumah tangga pasien yang pertama
memiliki beberapa konflik namun bisa diselesaikan secara baik-
baik, sedangkan konflik dengan istri yang kedua belum
terselesaikan secara baik.

 Aktivitas Sosial

Sebelum sakit pasien termasuk orang yang mudah berbaur dan


bersosialisasi, membantu meringankan beban orangtua dengan
bekerja, mudah bergaul dengan tetangga sekitar.

 Aktivitas Keagamaan

Dididik dalam ajaran agama Islam. Pasien mulai belajar sholat


sekitar umur 7 tahun, pasien termasuk anak yang kurang taat
menjalankan ibadah.

 Kebiasaan

Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak remaja sampai saat ini,


selain itu pasien memiliki kebiasaan meminum alcohol bersama
teman sekolahnya sewaktu pasien remaja.
 Situasi Hidup Sekarang

Ekonomi

Tingkat ekonomi pasien beserta keluarga ialah menengah


kebawah, pasien memiliki sebuah motor yang sering
dipergunakan juga oleh ayah serta adik pasien. Biaya hidup
sehari-hari diperoleh dari penghasilan ayah dan bantuan dari
saudara-saudara pasien. Pasien sampai saat ini belum memiliki
rumah sendiri, sehingga pasien masih tinggal di rumah
orangtuanya.

Sosial

Pasien tidak memiliki masalah dengan tetangga sekitar


karena pasien merupakan orang yang mudah berbaur dengan
lingkungan, kadang mengikuti kegiatan seperti gotong royong
bersama tetangga.

Hubungan Keluarga

Hubungan pasien dengan orangtua, kakak, serta adik-


adiknya baik-baik saja. Tidak ada masalah yang sampai memecah
belah keharmonisan hubungan keluarga pasien. Akan tetapi
hubungan dengan istri kedua pasien tidaklah harmonis. Istri
kedua pasien pernah beberapa kali meminta cerai pada pasien dan
ingin mengambil anak pasien.

Dukungan Moral

Orangtua, kakak, serta adik pasien mendukung pasien


dengan keadaan pasien yang saat ini sedang sakit. Akan tetapi
istri kedua berserta mertua pasien tidak pernah peduli terhadap
keadaan pasien, istri kedua pasien malah cuek dan tidak pernah
menengok pasien ketika pasien sakit.
Ringkasan Anamnesis

Riwayat Penyakit Sekarang

Pada Mei 2019 pasien dibawa ke RSUD oleh keluarga karena muncul
gejala berupa sering melamun, kadang menangis tanpa sebab, berjoget-joget
sendiri, mengamuk tanpa sebab, menyanyi sendiri, meyakini bahwa dirinya
adalah utusan presiden yang bertugas untuk menegakkan keadilan. Gejala
muncul dan meningkat dari sebelumnya lantaran pasien sering bertengkar
dengan istri keduanya serta sempat ada konflik dengan mertua pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu

Keluhan seperti sering mengamuk, jalan-jalan sendiri, bersolawat


dengan nada kencang, sering menantang orang-orang yang pasien temui,
dan munculnya keyakinan (waham) bahwa pasien memiliki sebuah ilmu
sehingga merasa kuat muncul pertama kali pada tahun 2007 dan pasien
sempat di rawat di RSJ Magelang. Setelah keluar dari RSJ Magelang,
pasien meneruskan kembali kehidupannya dan menikah pertama kali pada
tahun 2010. Pada tahun 2018 keluhan-keluhan seperti banyak melamun,
sering menyendiri, mulai mendengar bisikan-bisikan (halusinasi auditorik),
meyakini bahwa pasien adalah seorang raja (waham kebesaran) muncul
kembali setelah pasien mengalami banyak konflik dengan istri kedua serta
mertuanya. Pada saat itu orangtua membawa pasien ke RSJ Magelang
sebanyak 2 kali karena ketika pasien pulang dari RSJ, pasien tidak patuh
untuk meminum obat. Selama dirawat di Magelang, istri kedua pasien tidak
pernah menengoki pasien. Aktivitas sehari-hari pasien terbatas hanya
dirumah saja setelah pasien pulang dari RSJ Magelang.

- Faktor presipitasi :Istri kedua ingin bercerai

- Faktor predisposisi :Kebiasaan meminum alcohol waktu muda,


kepribadian emosional tak stabil
PEMERIKSAAN
A. Pemeriksaan Fisik

Tekanan darah : 100/70mmHg

Nadi : 90x/menit

Suhu : 36,8OC

Pernafasan : 20x/menit

B. Pemeriksaan Status Mental

S  Pasien mengatakan bisa tidur, aktivitas (+) mengikuti senam pagi,


makan (+) cukup, kadang merasa kecewa pada warga Indonesia, selain itu
pasien mengatakan bahwa dirinya merupakan utusan Presiden Soekarno
yang bertugas untuk menegakkan keadilan di Indonesia.

Ketika diajak berkomunikasi pasien cenderung banyak berbicara, kadang


dengan nada tinggi, menaruh curiga pada lawan bicara, dan tampak marah
bila lawan bicara menganggap tidak masuk akal mengenai waham pasien.

O

No Pemeriksaan Status Mental Hasil

1. Kesan Umum Seorang laki-laki usia 34 tahun


dengan rambut warna hitam,
berkulit sawo matang, tidak
tampak sakit jiwa, rawat diri
baik

2. Kesadaran Composmentis, GCS 15


3. Sikap & Tingkah Laku Kooperatif - normoaktif
4. Afek Luas
5. Mood Kecewa
6. Bicara Relevan – spontan
7. Pikiran Waham Kebesaran (+)
8 Persepsi Halusinasi Auditorik (+)
9. Orientasi Orang : baik
Waktu : baik
Tempat : baik
Situasi : baik
10. Insight Jelek
Kesimpulan : Terdapat sindrom afektif manik berupa waham kebesaran dengan
halusinasi, serta banyak bicara. Selain itu terdapat pula sindrom skizofrenia
berupa halusinasi auditorik disertai insight yang buruk.

C. Diagnosis Banding

Skizofrenia tak terinci (F20.3)


Gangguan waham (F22.0)
Gangguan skizoafektif tipe manik (F25.0)

D. Pedoman Diagnosis

Skizofrenia tak Terinci (F20.3)

Kriteria Diagnosis Pada Pasien


Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis
skizofrenia :
-Thought of echo, thought of insertion, thought (-)
of broadcasting
-Delusion of control, delusion of influence, (-)
delusion of passivity, delusion of perception
-Halusinasi auditorik (+)
-Waham menetap jenis lainnya yang menurut (+)
budaya setempat dianggap tidak wajar dan
sesuatu yang mustahil

Atau paling sedikit 2 gejala dibawah ini harus


selalu ada secara jelas :
-Halusinasi menetap dari panca-indera mana (+)
saja
-Arus pikiran yang terputus atau yang (-)
mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi
atau pembicaraan yang tidak relevan (-)
-Perilaku katatonik (-)
-Gejala negative
Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis
skizofrenia paranoid :

-Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


-Sebagai tambahan : (+)

Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;


a. Suara-suara halusinasi yang
mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik (-)

tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit


atau bunyi tawa
b. Halusianasi pembauan atau
pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atau lain-lain perasaan tubuh; (-)

halusinasi visual mungkin ada tapi


jarang menonjol
c. Waham dapat berupa hampir setiap
jenis, tapi waham dikendalikan,
dipengaruhi, atau passivity dan (-)

keyakinan dikejar-kejar yang beraneka


ragam, adalah yang paling khas;
-Gangguan afektif, dorongan kehendak dan
pembicaraan serta gejala katatonik secara (-)

relative tidak nyata/tidak menonjol


Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis
skizofrenia hebefrenik :

-Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia (+)

-Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya


ditegakkan pada usia remaja (onset biasanya
15-25 tahun) (-)

-Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas


pemalu, senang menyendiri
-Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan (-)

umumnya diperlukan pengamatan selama 2


atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan
bahwa gambaran yang khas berikut ini
memang benar bertahan :
a. Perilaku yang tidak bertanggung jawab
dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecenderungan untuk
selalu menyendiri, dan perilaku (-)

menunjukkan hampa tujuan dan hampa


perasaan
b. Afek pasien dangkal dan tidak wajar,
sering disertai cekikikan atau perasaan
puas diri, senyum sendiri, atau oleh
sikap tinggi hati, tertawa menyeringai, (-)

mannerism, mengibuli secara bersenda


gurau, keluhan hipokondriakal, dan
ungkapan kata yang diulang-ulang
-Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta
gangguan proses pikir umumnya menonjol.
Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi
biasanya tidak menonjol. Dorongan kehendak (-)

dan yang bertujuan hilang serta sasaran


ditinggalkan, sehingga perilaku penderita
memperlihatkan ciri khas yaitu perilaku tanpa
tujuan, dan tanpa maksud. Adanya suatu
preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-
buat terhadap agama, filsafat, dan tema
abstrak lainnya, makin mempersukar orang
memahami jalan pikirannya.

Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis


skizofrenia katatonik :

-Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis


skizofrenia (+)

-Satu atau lebih dari perilaku berikut harus


mendominasi gambaran klinisnya :
a. Stupor(amat berkurangnya dalam
reaktivitas terhadap lingkungan dan (-)

dalam gerakan serta aktivitas spontasn)


atau mutisme (tidak berbicara)
b. Gaduh-gelisah (tampak jelas aktivitas
motoric yang tak bertujuan, yang tidak (-)

dipengaruhi oleh stimuli external)


c. Menampilkan posisi tubuh tertentu (-)

d. Negativisme (-)

e. Rigiditas (-)

f. Fleksibilitas cerea (mempertahankan


anggota gerak dan tubuh dalam posisi (-)

yang dapat dibentuk dari luar)

Gejala-gejala lain seperti “command


automatism” dan pengulangan kata-kata serta
(-)
kalimat-kalimat
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia
residual :
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan,
persyaratan berikut harus dipenuhi semua :
a. Gejala negative dari skizofrenia yang
menonjol, missal aktivitas menurun,
afek menumpul, sikap pasif, tidak ada (-)
inisiatif, kemiskinan kuantitas atau isi
pembicaraan, komunikasi non-verbal
buruk
b. Setidaknya ada riwayat satu episode
psikotik yang jelas di masa lampau (+)
yang memenuhi kriteria untuk
diagnosis skizofrenia
c. Sedikitnya sudah melampaui kurun
waktu satu tahun dimana intensitas dan (-)
frekuensi gejala yang nyata seperti
waham dan halusinasi telah sangat
berkurang dan telah timbul sindrom
negative dari skizofrenia
d. Tidak ada dementia/gangguan otak
organic lain, depresi kronis yang dapat (-)
menjelaskan disabilitas negative
tersebut
Kesimpulan : Tidak memenuhi pedoman diagnosis skizofrenia
tak terinci

Gangguan Waham (F22.0)

Kriteria Diagnosis Pada Pasien


Waham-waham merupakan satu-satunya ciri
khas klinis atau gejala yang paling mencolok.
Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun (+)
multiple) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan
lamanya dan harus bersifat khas pribadi
(personal) dan bukan budaya setempat.
Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode
depresi yang lengkap mungkin terjadi secara
(-)
intermitten, dengan syarat bahwa waham-
waham tersebut menetap pada saat-saat tidak
terdapat gangguan afektif itu.
Tidak boleh adanya bukti-bukti tentang adanya (+)
penyakit otak.
Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya (-)
kadang-kadang saja dan bersifat sementara
Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (-)
(waham dikendalikan, siar pikiran, penumpulan
afek, dsb)
Kesimpulan : Tidak memenuhi pedoman diagnosis gangguan
waham
Gangguan Skizoafektif tipe Manik (F25.0)

Kriteria Diagnosis Pada Pasien


Kategori ini digunakan baik untuk episode
skizoafektif tipe manik yang tunggal maupun untuk
(+)
gangguan berulang dengan sebagian besar episode
skizoafektif tipe manik
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada
peningkatan afek yang tak begitu menonjol
(+)
dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan
memuncak
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya
satu atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang
(+)
khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia,
F20. – pedoman diagnostic a sampai d.
Kesimpulan : Memenuhi pedoman diagnosis gangguan skizoafektif
tipe manik

III. Diagnosis Multiaksial


Axis I
F25.0 (Gangguan Skizoafektif tipe Manik)
Axis II
F60.3 (Ciri Kepribadian Emosional tak Stabil)
Axis III
-
Axis IV
Masalah psikososial & lingkungan lain :
- Z91.1 (Ketidak-patuhan terhadap Pengobatan)
- Perkawinan tak Harmonis
- Ekonomi
Axis V
60
IV. Manajemen
a. Farmakologis :
 Haloperidol 3x10mg (tiap 8 jam)
Merupakan anti-psikotik tipikal golongan butyrophenone yang
bekerja memblokade dopamine pada dopamine D2 receptor
sehingga obat ini digunakan untuk menekan gejala-gejala positif
skizofrenia seperti waham, halusinasi, ilusi,dll.
 Clozapin 1x100mg (malam)
Merupakan anti-psikotik atipikal golongan dibenzodiazepine.
Selain bekerja untuk memblokade dopamine di D2 reseptor, obat
ini bekerja pula pada serotonin 5 HT2 receptor sehingga obat-
obatan antipsikotik atipikal efektik untuk menekan gejala positif
dan negative skizofrenia.
 Triheksipenidil 3x2mg
Obat ini berfungsi sebagai pendamping obat haloperidol untuk
menekan efek samping haloperidol yang berupa gangguan
ekstrapiramidal.
 Depacote 2x500mg
Obat ini merupakan obat tambahan yang berfungsi sebagai anti-
manik.
b. Non-farmakologis :
1) Terapi Suportif
 Persuasif
 Konseling pernikahan (dilakukan setelah keadaan pasien stabil)
2) Edukasi Keluarga
Memberi pengertian pada istri pasien mengenai kondisi pasien saat
ini dan betapa pentingnya dukungan dari istri bagi pasien, memberi
pengertian kepada keluarga tentang pentingnya pengawasan minum
obat
V. Prognosis

Indikator Pada pasien Prognosis


Premorbid
Riwayat Gangguan - Baik
Jiwa pada Keluarga
Pola Asuh Keluarga Baik Baik
Ciri Kepribadian Emosi tak stabil Buruk
Sosial Ekonomi Menengah kebawah Buruk
Status Perkawinan Kawin, tidak harmonis Buruk
Morbid
Onset Dewasa muda (22 tahun) Buruk
Jenis Penyakit F25.0 Baik
Kronologis Perjalanan Kronis episodic Buruk
Penyakit
Faktor Organik - Baik
Respon Terapi Kurang optimal Buruk
Aktifitas Mau aktifitas Baik
Dukungan Keluarga Tidak mendukung Buruk
(istri keduanya)
Kepatuhan Minum Tidak patuh Buruk
Obat

Kesimpulan : dubia ad malam

Anda mungkin juga menyukai