DISUSUN OLEH :
1. DILA RAMADHANI (2016.02.011)
2. KHOLIFATUL ISTIQOMAH (2016.02.018)
3. NI LUH PUTU MELIA KY (2016.02.027)
4. RESI DWI (2016.02.082)
5. MOH. KHOIRUL ROFIQ (2014.02.063)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan yang baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syok adalah suatu keadaan / syndrome gangguan perfusi jaringan yang
menyeluruh sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan metabolisme jaringan.
(Rupii, 2005). Syok merupakan Keadaan kritis akibat kegagalan sistem
sirkulasi dalam mencukupi nutrien dan oksigen baik dari segi pasokan &
pemakaian untuk metabolisme selular jaringan tubuh sehingga terjadi
defisiensi akut oksigen akut di tingkat sekuler.(Tash Ervien S, 2005)
Ada beberapa jenis syok yang akan dibahas yaitu : Syok Hipovolemik,
Syok Kardiogenik,Syok Distributif yang terdiri dari : Syok septic, Syok
Neurogenik, dan Syok Anapilaktik, dan Syok Obstruksi. Dalam makalah ini
penulis membahas secara lebih detail tentang syok neurogenik beserta asuhan
keperawatan pada syok neurogenik.
Syok neurologik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok
distributif, Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena
hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh.sehingga
terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung
(capacitance vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah
sistemik ini diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala,
cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam.
Syok neurogenik, merupakan tipe lain dari syok distributif, yaitu akibat
kehilangan atau supresi dari tonus simpatik. Kekurangan hantaran toinus
simpatik menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi dari respon
syok umum (Linda, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep dasar dari syok neurogenik?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan syok
neurogenik?
3
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan oleh dosen
fasilitator, serta mengetahui bagaimana konsep dasar Syok Neurogenik
serta bagaimana Asuhan Keperawatannya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui dan memahami bagaimana konsep dasar dari
syok neurogenik?
2) Mengetahui dan memahami bagaimana asuhan keperawatan
pada pasien dengan syok neurogenik?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
ini menimbulkan hipotensi , dengan penumpukan darah pada pembuluh
penyimpanan atau penampung dan kapiler organ splanknik. Tonus
vasomotor dikendalikan dan dimediasi oleh pusat vasomotor di medulla
dan serat simpatis yang meluas kemedula spinalis sampai pembuluh
darah perifer secara berurutan. Karenanya,kondisi apa pun yang menekan
fungsi medulla atau integritas medulla spinalis serta persarafan dapat
mencetuskan syok neurogenik. Salah satu contohnya adalah kondisi
cedera kepala yang secara langsung dan tidak langsung berefek negative
pada area medulla batang otak. Cedera langsung akibat edema serebral,
dengan peningkatan tekanan intracranial yang menyertai trauma kepala
atau iskemia otak. Contoh lain yang dapat menimbulkan syok neurogenik
karena depresi batang otak medulla adalah anesthesia umum dan takar
lajak (overdose) obat, khususnya barbiturate, opium, dan tranquilizer.
Episode sinkope atau pingsan dipertimbangkan menjadi bentuk syok
neurogenik ringanyang relative sementara (Tambayong, 2000).
2.1.2 Etiologi
Syok neurogenik disebabkan oleh gangguan susunan saraf simpatis,
yang menyebabkan dilatasi arteriola dan kenaikan kapasitas vakular.
Tekanan darah sistolik biasanya akan turun hingga dibawah 80-90 mm
Hg walaupun curah jantung normal atau meningkat. Pingsan yang biasa
merupakan contoh syok neurogenik sementara. Kerusakan medula
spinalis servikalis merupakan sebab tersering syok neurogenik traumatik.
(Boswick, 1997).
Syok neurogenik disebabkan oleh kerusakan alur simpatik di spinal
cord. Alur system saraf simpatik keluar dari torakal vertebrae pada
daerah T6. Kondisi pasien dengan syok neurogenik : Nadi normal,
tekanan darah rendah , keadaan kulit hangat, normal, lembab. Kerusakan
alur simpatik dapat menyebabkan perubahan fungsi autonom normal
(elaine cole, 2009):
6
2.1.3 Manifestasi Klinis
Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat, dan
bukan dingin, lembab seperti yang terjadi pada syok hipovolemik. Tanda
lainnya adalah bradikardia dan bukan takikardia seperti yang terjadi pada
bentuk syok lainnya (Smeltzer & Brenda 2013). Gangguan neurologis
akibat syok neurogenik dapat meliputi paralisis flasid, reflex ekstremitas
hilang dan priapismus (Leksana, 2015).
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik
terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan
dapat lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit
neurologis berupa quadriplegia atau paraplegia . Sedangkan pada
keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi
bertambah cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol,
kapiler dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna
kemerahan.
2.1.4 Patofisiologi
Syok neurogenik disebabkan oleh cedera pada medulla spinalis yang
menyebabkan gangguan aliran keluar otonom simpatis. Sinyal-sinyal
tersebut berasal dari kornu grisea lateralis medulla spinalis antara T1 dan
L2. Konsekuensi penurunan tonus adrenergic adalah ketidakmampuan
meningkatkan kerja inotopik jantung secara tepat dan konstriksi buruk
vaskularisasi perifer sebagai respon terhadap stimulasi eksitasional.
Tonus vagal yang tidak mengalami perlawanan menyebabkan hipotensi
dan bradikardia. Vasodilatasi perifer menyebabkan kulit menjadi hangat
dan kemerahan. Hipotermia dapat disebabkan oleh tidak adanya
vasokontriksi pengatur otonomik pada redistribusi darah ke inti tubuh.
Lebih tinggi tingkat cedera medulla spinalis karena lebih banyak massa
tubuh terpotong dari regulasi simpatisnya. Syok neurogenik biasanya
tidak terjadi cedera dibawah T6 (Greenberg, dkk. 2007).
2.1.5 Komplikasi
Syok neurogenik dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
7
1) Hipoksia jaringan, kematian sel, dan kegagalan multiorgan akibat
penurunan aliran darah yang berkepanjangan.
2) Sindrom distres pernapasan pada orang dewasa akibat destruksi
pembatasan alveolus-kapiler karena hipoksia.
3) Kebanyakan pasien yang meninggal karena syok, disebabkan
koagulasi intravascular diseminata akibat hipoksia dan kematian
jaringan yang luas sehingga terjadi stimulus berlebihan kaskade
koagulasi (Corwin, 2009)
8
2.1.7 Penatalaksanaan
1) Imobilisasi pasien untuk mencegah semakin beratnya cedera
medulla spinalis atau kerusakan tambahan
2) Kolaborasi tindakan pembedahan untuk mengurangi tekanan
pada medulla spinalis akibat terjadinya trauma yang dapat
mengurangi disabilitas jangka panjang.
3) Pemberian steroid dosis tinggi secara cepat (satu jam pertama)
untuk mengurangi pembengkakan dan inflamasi medulla
spinalis serta mengurangi luas kerusakan permanen.
4) Fiksasi kolumna vertebralis melalui tindakan pembedahan
untuk mempercepat dan mendukung proses pemulihan.
5) Terapi fisik diberikan setelah kondisi pasien stabil.
6) Penyuluhan dan konseling mengenai komplikasi jangka
panjang seperti komplikasi pada kulit, system reproduksi, dan
system perkemihan dengan melibatkan anggota keluarga
(Corwin, 2009).
Sedangkan menurut Batticaca dan Fransisca B, (2008)
penatalaksanaan syok spinal yaitu :
1) Lakukan kompresi manual untuk mengosongkan kandung
kemih secara teratur agar mencegah terjadinya inkontinensia
overfloe dan dribbling
2) Lakukan pengosongan rectum dengan cara tambahkan diet
tinggi serat, laksatif, supposutoria, enema untuk BAB atau
pengosongan secara teratur tanpa terjadi inkontinensia.
9
bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan
diagnosis medis.
(2) Kesadaran
A : (Alert/sadar) klien dan korban dapat dikatakan sadar apabila dapat
berorientasi terhadap tempat, waktu,dan orang
V : (Verbal/ respon terhadap suara) klien dalam keadaan disorientasi
namun masih bisa diajak bicara
P : (Pain/respon terhadap nyeri) korban/klien hanya berrespon terhadap
nyeri
U : (Unresponsive/tidak sadar) klien tidak sadar/ tidak merespon saat
diberi semua rangsangan
(3) Keluhan utama
Keluhan yang sering ditemui pada penderita syok neurogenik yaitu :
nyeri dada, irama jantung melambat, suhu tubuh menurun (hipotermia).
(4) Primary survey
a. Airway (jalan nafas)
Membuka jalan nafas pasien baik menggunakan metode
langsung/tounge blade method maupun metode tidak langsung / up
sliding method. Dengan menggunakan endotracheal tube (ETT),
Nasopharingeal airway, LMA, ataupun teknik bedah sesuai kondisi
klien.
b. Breathing (Nafas)
Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen,
sebaiknya dengan menggunakan masker. Pada pasien dengan distress
respirasi dan hipotensi yang berat, penggunaan endotracheal tube dan
ventilator mekanik sangat dianjurkan. Langkah ini untuk menghindari
pemasangan endotracheal yang darurat jika terjadi distres respirasi
yang berulang. Ventilator mekanik juga dapat menolong menstabilkan
hemodinamik dengan menurunkan penggunaan oksigen dari otot-otot
respirasi. Amankan saluran pernapasan yang adekuat dan mulai
pemberian oksigen 3 sampai 5 liter per menit. Pastikan ventilasi per
menit normal atau meningkat.
10
c. Circulation
Pada pasien dengan trauma neurogenik, resusitasi cairan yang
awal diberikan adalah cairan kristaloid NaCl 0,9% atau Ringer Laktat
sebaiknya diberikan perinfus secara cepat bolus 200-250 ml dengan
pengawasan adanya perbaikan.
Bila belum menunjukkan perbaikan berikan obat vasoaktif
- Dopamin >10 mg/kg/mnt
- Norepinevrin perIV
Bila pasien menunjukan perbaikan maka tetap lakukan
resusitasi caira sesuai kebutuhan. Resusitasi cairan diperhitungkan
dengan mengkaji output urinie, tekanan arteri rata-rata dan denyut
jantung digunakan sebagai pegangan untuk terapi cairan. Cairan
resusitasi terus dievaluasi sampai pasien stabil.
11
Kaji pencetus yang menyebabkan syok neurogenik seperti
gangguan susunan saraf simpatis dll.
g. Pemeriksaan head to toe
h. Penilaian masalah terhadap kasus syok neurologis :
- Perubahan kesadaran
- Perubahan mental
- Status pernapasan, diperlukan alat bantu respirasi atau tidak
- Perubahan tekanan intrakranial
- Kematian jaringan otak
2) Diagnosa keperawatan
Dari masalah diatas dapat ditentukan diagnosa yang mungkin muncul :
a. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb
oksigen, penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi,
gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan vena
b. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume,
pre load dan afterload, kontraktilitas jantung.
c. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan:
- Infeksi, disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus,
alergi jalan nafas, asma, trauma
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan,
banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus,
adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
d. Resiko Aspirasi berhubungan dengan ketidakbersihan jalan napas,
penurunan tingkat kesadaran, kaku rahang
e. Hipertermia berhubungan dengan penyakit/ trauma, peningkatan
metabolisme, aktivitas yang berlebih, dehidrasi
f. Kecemasan berhubungan dengan Faktor keturunan, Krisis situasional,
Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan
konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi
12
3) Intervensi:
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan Intervensi
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil
13
45o tergantung pada
konsisi pasien dan
order medis
14
Batuk, bunyi jantung leher Monitor adanya
S3/S4 - Warna kulit normal dyspneu, fatigue,
Kecemasan tekipneu dan
ortopneu
Anjurkan untuk
menurunkan stress
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
Monitor jumlah,
bunyi dan irama
jantung
Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
Monitor pola
pernapasan abnormal
Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya
cushing triad
15
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
Jelaskan pada
pasien tujuan dari
pemberian oksigen
Sediakan
informasi untuk
mengurangi stress
Kelola pemberian
obat anti aritmia,
inotropik,
nitrogliserin dan
vasodilator untuk
mempertahankan
kontraktilitas jantung
Kelola pemberian
antikoagulan untuk
mencegah trombus
perifer
Minimalkan stress
lingkungan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Bersihan Jalan Nafas NOC:
tidak efektif Respiratory status : Pastikan kebutuhan
berhubungan dengan: Ventilation oral / tracheal
Infeksi, disfungsi Respiratory status : suctioning.
neuromuskular, Airway patency Berikan O2 ……
16
hiperplasia dinding Aspiration Control l/mnt, metode………
bronkus, alergi jalan Setelah dilakukan tindakan Anjurkan pasien
nafas, asma, trauma keperawatan selama untuk istirahat dan
Obstruksi jalan …………..pasien menunjukkan napas dalam
nafas : spasme jalan keefektifan jalan nafas Posisikan pasien
nafas, sekresi dibuktikan dengan kriteria untuk memaksimalkan
tertahan, banyaknya hasil : ventilasi
mukus, adanya jalan - Mendemonstrasikan Lakukan fisioterapi
nafas buatan, sekresi batuk efektif dan suara dada jika perlu
bronkus, adanya nafas yang bersih, tidak Keluarkan sekret
eksudat di alveolus, ada sianosis dan dyspneu dengan batuk atau
adanya benda asing (mampu mengeluarkan suction
di jalan nafas. sputum, bernafas dengan Auskultasi suara
DS: mudah, tidak ada pursed nafas, catat adanya
Dispneu lips) suara tambahan
DO: - Menunjukkan jalan Berikan
Penurunan suara nafas yang paten (klien bronkodilator :
nafas tidak merasa tercekik, ………………………
Orthopneu irama nafas, frekuensi ……………………….
Cyanosis pernafasan dalam rentang ………………………
Kelainan suara normal, tidak ada suara Monitor status
nafas (rales, nafas abnormal) hemodinamik
wheezing) - Mampu Berikan pelembab
Kesulitan mengidentifikasikan dan udara Kassa basah NaCl
berbicara mencegah faktor yang Lembab
Batuk, tidak penyebab. Berikan antibiotik :
efekotif atau tidak - Saturasi O2 dalam batas …………………….
ada normal …………………….
Produksi sputum - Foto thorak dalam batas Atur intake untuk
Gelisah normal cairan mengoptimalkan
Perubahan keseimbangan.
frekuensi dan irama Monitor respirasi
17
nafas dan status O2
Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
mengencerkan sekret
Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi.
18
Penurunan tercekik dan tidak ada makan
motilitas suara nafas abnormal
gastrointestinal
19
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
Monitor hidrasi
seperti turgor kulit,
kelembaban membran
mukosa)
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kecemasan NOC : NIC :
berhubungan dengan Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
Faktor keturunan, Krisis Koping (penurunan kecemasan)
situasional, Stress, Setelah dilakukan asuhan Gunakan
perubahan status selama ……………klien pendekatan yang
kesehatan, ancaman kecemasan teratasi dgn kriteria menenangkan
kematian, perubahan hasil: Nyatakan dengan
konsep diri, kurang - Klien mampu jelas harapan terhadap
pengetahuan dan mengidentifikasi dan pelaku pasien
hospitalisasi mengungkapkan gejala Jelaskan semua
cemas prosedur dan apa yang
DO/DS: - Mengidentifikasi, dirasakan selama
Insomnia mengungkapkan dan prosedur
Kontak mata menunjukkan tehnik Temani pasien
kurang untuk mengontol cemas untuk memberikan
Kurang istirahat - Vital sign dalam batas keamanan dan
Berfokus pada normal mengurangi takut
diri sendiri - Postur tubuh, ekspresi Berikan informasi
Iritabilitas wajah, bahasa tubuh dan faktual mengenai
Takut tingkat aktivitas diagnosis, tindakan
menunjukkan prognosis
20
Nyeri perut berkurangnya kecemasan Libatkan keluarga
Penurunan TD untuk mendampingi
dan denyut nadi klien
Diare, mual, Instruksikan pada
kelelahan pasien untuk
Gangguan tidur menggunakan tehnik
Gemetar relaksasi
Bingung menimbulkan
kecemasan
Bloking dalam
pembicaraan Dorong pasien
untuk mengungkapkan
Sulit
perasaan, ketakutan,
berkonsentrasi
persepsi
Kelola pemberian
obat anti cemas:........
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan system
sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat organ-organ vital
tubuh. Syok neurogenik, juga diketahui sebagai syok spinal, adalah akibat
dari kehilangan tonus vasomotor yang mengakibatkan dilatasi vena dan
arteriol umum. Syok ini menimbulkan hipotensi , dengan penumpukan
darah pada pembuluh penyimpanan atau penampung dan kapiler organ
splanknik. Penatalaksanaan untuk kasus syok neurogenik ini adalah
dengan imobilisasi pasien untuk mencegah semakin beratnya cedera
medulla spinalis atau kerusakan tambahan. Selain itu, dengan pemberian
resusitasi pada pasien. Resusitasi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
peredarahan pada pasien sehingga perfusi pasien akan membaik.
3.2 Saran
Penting bagi kita mempelajari tentang syok, agar dalam
penatalaksanaan konsep asuhan keperawatan gawat darurat dapat kita
lakukan dengan cepat dan tepat sesuai dengan metode yang telah di
pelajari di atas.
22
DAFTAR PUSTAKA
23