Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN


SYOK NEUROGENIK
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Kegawatdaruratan 2
yang diampu oleh Ns. Fajri Andi R.,M.Kep

DISUSUN OLEH :
1. DILA RAMADHANI (2016.02.011)
2. KHOLIFATUL ISTIQOMAH (2016.02.018)
3. NI LUH PUTU MELIA KY (2016.02.027)
4. RESI DWI (2016.02.082)
5. MOH. KHOIRUL ROFIQ (2014.02.063)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan yang baik materi maupun pikirannya.
    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah menjadi lebih baik lagi.
 Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Banyuwangi, 26 Oktober 2020

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syok adalah suatu keadaan / syndrome gangguan perfusi jaringan yang
menyeluruh sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan metabolisme jaringan.
(Rupii, 2005). Syok merupakan Keadaan kritis akibat kegagalan sistem
sirkulasi dalam mencukupi nutrien dan oksigen baik dari segi pasokan &
pemakaian untuk metabolisme selular jaringan tubuh sehingga terjadi
defisiensi akut oksigen akut di tingkat sekuler.(Tash Ervien S, 2005)
Ada beberapa jenis syok yang akan dibahas yaitu : Syok Hipovolemik,
Syok Kardiogenik,Syok Distributif yang terdiri dari : Syok septic, Syok
Neurogenik, dan Syok Anapilaktik, dan Syok Obstruksi. Dalam makalah ini
penulis membahas secara lebih detail tentang syok neurogenik beserta asuhan
keperawatan pada syok neurogenik.
Syok neurologik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok
distributif, Syok neurogenik terjadi akibat  kegagalan pusat vasomotor karena
hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh.sehingga
terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung
(capacitance vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah
sistemik ini  diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala,
cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam.
Syok neurogenik, merupakan tipe lain dari syok distributif, yaitu akibat
kehilangan atau supresi dari tonus simpatik. Kekurangan hantaran toinus
simpatik  menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi dari respon
syok umum (Linda, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep dasar dari syok neurogenik?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan syok
neurogenik?

3
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan oleh dosen
fasilitator, serta mengetahui bagaimana konsep dasar Syok Neurogenik
serta bagaimana Asuhan Keperawatannya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui dan memahami bagaimana konsep dasar dari
syok neurogenik?
2) Mengetahui dan memahami bagaimana asuhan keperawatan
pada pasien dengan syok neurogenik?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dari Syok Neurogenik


2.1.1 Definisi
Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan system
sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat organ-organ vital
tubuh. Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi
oksigen dan zat gizi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi
menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ dan
akhirnya kematian penderita (Boswick, 1997)
Syok sulit didefinisikan, hal ini berhubungan dengan sindrom klinik
yang dinamis yang ditandai dengan perubahan sirkulasi volume darah
yang menyebabkan ketidaksadaran dan memyebabkan kematian
(Skeet,1995). Shock tidak terjadi dalam waktu lebih lama dengan tanda
klinis penurunan tekanan darah, dingin, kulit pucat, penurunan cardiac
output , ini semua tergantung dari penyebab shock itu sendiri.
Syok neurologik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok
distributif, Syok neurogenik terjadi akibat  kegagalan pusat vasomotor
karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh
tubuh sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh
tampung (capacitance vessels). Hasil dari perubahan resistensi pembuluh
darah sistemik ini  diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti:
trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam.
Syok neurogenik, merupakan tipe lain dari syok distributif, yaitu akibat
kehilangan atau supresi dari tonus simpatik. Kekurangan hantaran tonus
simpatik  menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi dari
respon syok umum (Linda, 2008).
Syok Neurogenik (depresi pusat vasomotor). Syok neurogenik, juga
diketahui sebagai syok spinal, adalah akibat dari kehilangan tonus
vasomotor yang mengakibatkan dilatasi vena dan arteriol umum. Syok

5
ini menimbulkan hipotensi , dengan penumpukan darah pada pembuluh
penyimpanan atau penampung dan kapiler organ splanknik. Tonus
vasomotor dikendalikan dan dimediasi oleh pusat vasomotor di medulla
dan serat simpatis yang meluas kemedula spinalis sampai pembuluh
darah perifer secara berurutan. Karenanya,kondisi apa pun yang menekan
fungsi medulla atau integritas medulla spinalis serta persarafan dapat
mencetuskan syok neurogenik. Salah satu contohnya adalah kondisi
cedera kepala yang secara langsung dan tidak langsung berefek negative
pada area medulla batang otak. Cedera langsung akibat edema serebral,
dengan peningkatan tekanan intracranial yang menyertai trauma kepala
atau iskemia otak. Contoh lain yang dapat menimbulkan syok neurogenik
karena depresi batang otak medulla adalah anesthesia umum dan takar
lajak (overdose) obat, khususnya barbiturate, opium, dan tranquilizer.
Episode sinkope atau pingsan dipertimbangkan menjadi bentuk syok
neurogenik ringanyang relative sementara (Tambayong, 2000).

2.1.2 Etiologi
Syok neurogenik disebabkan oleh gangguan susunan saraf simpatis,
yang menyebabkan dilatasi arteriola dan kenaikan kapasitas vakular.
Tekanan darah sistolik biasanya akan turun hingga dibawah 80-90 mm
Hg walaupun curah jantung normal atau meningkat. Pingsan yang biasa
merupakan contoh syok neurogenik sementara. Kerusakan medula
spinalis servikalis merupakan sebab tersering syok neurogenik traumatik.
(Boswick, 1997).
Syok neurogenik disebabkan oleh kerusakan alur simpatik di spinal
cord. Alur system saraf simpatik keluar dari torakal vertebrae pada
daerah T6. Kondisi pasien dengan syok neurogenik : Nadi normal,
tekanan darah rendah , keadaan kulit hangat, normal, lembab. Kerusakan
alur simpatik dapat menyebabkan perubahan fungsi autonom normal
(elaine cole, 2009):

6
2.1.3 Manifestasi Klinis
Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat, dan
bukan dingin, lembab seperti yang terjadi pada syok hipovolemik. Tanda
lainnya adalah bradikardia dan bukan takikardia seperti yang terjadi pada
bentuk syok lainnya (Smeltzer & Brenda 2013). Gangguan neurologis
akibat syok neurogenik dapat meliputi paralisis flasid, reflex ekstremitas
hilang dan priapismus (Leksana, 2015).
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik
terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan
dapat lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit
neurologis berupa quadriplegia atau paraplegia . Sedangkan pada
keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi
bertambah cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol,
kapiler dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna
kemerahan.
2.1.4 Patofisiologi
Syok neurogenik disebabkan oleh cedera pada medulla spinalis yang
menyebabkan gangguan aliran keluar otonom simpatis. Sinyal-sinyal
tersebut berasal dari kornu grisea lateralis medulla spinalis antara T1 dan
L2. Konsekuensi penurunan tonus adrenergic adalah ketidakmampuan
meningkatkan kerja inotopik jantung secara tepat dan konstriksi buruk
vaskularisasi perifer sebagai respon terhadap stimulasi eksitasional.
Tonus vagal yang tidak mengalami perlawanan menyebabkan hipotensi
dan bradikardia. Vasodilatasi perifer menyebabkan kulit menjadi hangat
dan kemerahan. Hipotermia dapat disebabkan oleh tidak adanya
vasokontriksi pengatur otonomik pada redistribusi darah ke inti tubuh.
Lebih tinggi tingkat cedera medulla spinalis karena lebih banyak massa
tubuh terpotong dari regulasi simpatisnya. Syok neurogenik biasanya
tidak terjadi cedera dibawah T6 (Greenberg, dkk. 2007).

2.1.5 Komplikasi
Syok neurogenik dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:

7
1) Hipoksia jaringan, kematian sel, dan kegagalan multiorgan akibat
penurunan aliran darah yang berkepanjangan.
2) Sindrom distres pernapasan pada orang dewasa akibat destruksi
pembatasan alveolus-kapiler karena hipoksia.
3) Kebanyakan pasien yang meninggal karena syok, disebabkan
koagulasi intravascular diseminata akibat hipoksia dan kematian
jaringan yang luas sehingga terjadi stimulus berlebihan kaskade
koagulasi (Corwin, 2009)

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan beberapa diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) CT-scan
Pemeriksaan CT-scan Berhubungan dengan omen atau lavasi
peritoneal bila diduga ada perdarahan atau cedera berhubungan
dengan ominal (Batticaca, 2008). Menentukan tempat
luka/jejas, mengevalkuasi gangguan structural
2) Elektrolit serum menunjukkan kekurangan cairan dan
elektrolit.
3) Sinar X spinal: menentukan lokasi dan jenis cedera tulang
(fraktur , dislokasi), untuk kesejajaran traksi atau operasi
4) MRI: mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema
dan kompresi
5) Mielografi: untuk memperlihatkan kolumna spinalis jika
terdajat oklusi pada subaraknoid medulla spinalis
6) Rongent torak : untuk memperlihatkan keadan paru
7) Pemeriksaan fungsi paru: mengukur volume inspirasi maksimal
dan ekpirasi maksimal terutama pada kasus trauma servikal
bagian bawah
8) GDA : menunjukan keefektifan pertukaran gas atau upaya
ventilasi.

8
2.1.7 Penatalaksanaan
1) Imobilisasi pasien untuk mencegah semakin beratnya cedera
medulla spinalis atau kerusakan tambahan
2) Kolaborasi tindakan pembedahan untuk mengurangi tekanan
pada medulla spinalis akibat terjadinya trauma yang dapat
mengurangi disabilitas jangka panjang.
3) Pemberian steroid dosis tinggi secara cepat (satu jam pertama)
untuk mengurangi pembengkakan dan inflamasi medulla
spinalis serta mengurangi luas kerusakan permanen.
4) Fiksasi kolumna vertebralis melalui tindakan pembedahan
untuk mempercepat dan mendukung proses pemulihan.
5) Terapi fisik diberikan setelah kondisi pasien stabil.
6) Penyuluhan dan konseling mengenai komplikasi jangka
panjang seperti komplikasi pada kulit, system reproduksi, dan
system perkemihan dengan melibatkan anggota keluarga
(Corwin, 2009).
Sedangkan menurut Batticaca dan Fransisca B, (2008)
penatalaksanaan syok spinal yaitu :
1) Lakukan kompresi manual untuk mengosongkan kandung
kemih secara teratur agar mencegah terjadinya inkontinensia
overfloe dan dribbling
2) Lakukan pengosongan rectum dengan cara tambahkan diet
tinggi serat, laksatif, supposutoria, enema untuk BAB atau
pengosongan secara teratur tanpa terjadi inkontinensia.

2.2 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Syok Neurogenik


1) Pengkajian
(1) Identitas klien
Meliputi nama, usia (kebanyakan terjadi pada. usia muda), jenis
kelamin (kebanyakan laki-laki karena sering mengebut saat mengendarai
motor tanpa pengaman helm), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku

9
bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan
diagnosis medis.
(2) Kesadaran
A : (Alert/sadar) klien dan korban dapat dikatakan sadar apabila dapat
berorientasi terhadap tempat, waktu,dan orang
V : (Verbal/ respon terhadap suara) klien dalam keadaan disorientasi
namun masih bisa diajak bicara
P : (Pain/respon terhadap nyeri) korban/klien hanya berrespon terhadap
nyeri
U : (Unresponsive/tidak sadar) klien tidak sadar/ tidak merespon saat
diberi semua rangsangan
(3) Keluhan utama
Keluhan yang sering ditemui pada penderita syok neurogenik yaitu :
nyeri dada, irama jantung melambat, suhu tubuh menurun (hipotermia).
(4) Primary survey
a. Airway (jalan nafas)
Membuka jalan nafas pasien baik menggunakan metode
langsung/tounge blade method maupun metode tidak langsung / up
sliding method. Dengan menggunakan endotracheal tube (ETT),
Nasopharingeal airway, LMA, ataupun teknik bedah sesuai kondisi
klien.
b. Breathing (Nafas)
Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen,
sebaiknya dengan menggunakan masker. Pada pasien dengan distress
respirasi dan hipotensi yang berat, penggunaan endotracheal tube dan
ventilator mekanik sangat dianjurkan. Langkah ini untuk menghindari
pemasangan endotracheal yang darurat jika terjadi distres respirasi
yang berulang. Ventilator mekanik juga dapat menolong menstabilkan
hemodinamik dengan menurunkan penggunaan oksigen dari otot-otot
respirasi. Amankan saluran pernapasan yang adekuat dan mulai
pemberian oksigen 3 sampai 5 liter per menit. Pastikan ventilasi per
menit normal atau meningkat.

10
c. Circulation
Pada pasien dengan trauma neurogenik, resusitasi cairan yang
awal diberikan adalah cairan kristaloid NaCl 0,9% atau Ringer Laktat
sebaiknya diberikan perinfus secara cepat bolus 200-250 ml dengan
pengawasan adanya perbaikan.
Bila belum menunjukkan perbaikan berikan obat vasoaktif
- Dopamin >10 mg/kg/mnt
- Norepinevrin perIV
Bila pasien menunjukan perbaikan maka tetap lakukan
resusitasi caira sesuai kebutuhan. Resusitasi cairan diperhitungkan
dengan mengkaji output urinie, tekanan arteri rata-rata dan denyut
jantung digunakan sebagai pegangan untuk terapi cairan. Cairan
resusitasi terus dievaluasi sampai pasien stabil.

(5) Secondary survey


a. Simptomp
Syok neurogenik biasanya memiliki gejala kulit kering,
hangat, dan bukan dingin, lembab seperti yang terjadi pada syok
hipovolemik. Tanda lainnya adalah bradikardia dan bukan takikardia
seperti yang terjadi pada bentuk syok lainnya.
b. Alergic
Kaji apakah klien memiliki riwayat alergi terhadap obat
maupun makanan.
c. Medications
Kaji riwayat penggunaan obat yang sering atau rutin digunkan
oleh pasien.
d. Post illness
Kaji riwayat penyakit yang pernah diderita klien
e. Last meal
Kaji riwayat makanan yang terakhir kali dikonsumsi klien
yang kemungkinan menjadi pemicu timbulnya penyakit saat ini
f. Event

11
Kaji pencetus yang menyebabkan syok neurogenik seperti
gangguan susunan saraf simpatis dll.
g. Pemeriksaan head to toe
h. Penilaian masalah terhadap kasus syok neurologis :
- Perubahan kesadaran
- Perubahan mental
- Status pernapasan, diperlukan alat bantu respirasi atau tidak
- Perubahan tekanan intrakranial
- Kematian jaringan otak
2) Diagnosa keperawatan
Dari masalah diatas dapat ditentukan diagnosa yang mungkin muncul :
a. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb
oksigen, penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi,
gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan vena
b. Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume,
pre load dan afterload, kontraktilitas jantung.
c. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan:
- Infeksi, disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus,
alergi jalan nafas, asma, trauma
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan,
banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus,
adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
d. Resiko Aspirasi berhubungan dengan ketidakbersihan jalan napas,
penurunan tingkat kesadaran, kaku rahang
e. Hipertermia berhubungan dengan penyakit/ trauma, peningkatan
metabolisme, aktivitas yang berlebih, dehidrasi
f. Kecemasan berhubungan dengan Faktor keturunan, Krisis situasional,
Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan
konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi

12
3) Intervensi:
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan Intervensi
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil

Perfusi jaringan NOC : NIC :


cerebral tidak efektif  Circulatio  Monitor TTV
b/d gangguan afinitas Hb n status  Monitor AGD,
oksigen, penurunan  Neurologi ukuran pupil,
konsentrasi Hb, c status ketajaman,
Hipervolemia,  Tissue kesimetrisan dan
Hipoventilasi, gangguan Prefusion : cerebral reaksi
transport O2, gangguan Setelah dilakukan asuhan  Monitor adanya
aliran arteri dan vena selama………ketidakefektifan diplopia, pandangan
perfusi jaringan cerebral teratasi kabur, nyeri kepala
DO : dengan kriteria hasil:  Monitor level
 Gangguan status - Tekanan systole dan kebingungan dan
mental diastole dalam rentang orientasi
 Perubahan yang diharapkan  Monitor tonus otot
perilaku - Tidak ada pergerakan
 Perubahan respon ortostatikhipertensi  Monitor tekanan
motorik - Komunikasi jelas intrkranial dan respon
 Perubahan reaksi - Menunjukkan konsentrasi nerologis
pupil dan orientasi  Catat perubahan
 Kesulitan - Pupil seimbang dan pasien dalam
menelan reaktif merespon stimulus
 Kelemahan atau - Bebas dari aktivitas  Monitor status
paralisis ekstrermitas kejang cairan
 Abnormalitas - Tidak mengalami nyeri  Pertahankan
bicara kepala parameter
hemodinamik
 Tinggikan kepala 0-

13
45o tergantung pada
konsisi pasien dan
order medis

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan curah jantung NOC : NIC :
b/d gangguan irama jantung,  Cardiac Pump  Evaluasi adanya
stroke volume, pre load dan effectiveness nyeri dada
afterload, kontraktilitas  Circulation Status  Catat adanya
jantung.  Vital Sign Status disritmia jantung
 Tissue perfusion: perifer  Catat adanya
DO/DS: Setelah dilakukan asuhan tanda dan gejala
 Aritmia, takikardia, selama………penurunan penurunan cardiac
bradikardia kardiak output klien teratasi putput
 Palpitasi, oedem dengan kriteria hasil:  Monitor status
 Kelelahan - Tanda Vital dalam pernafasan yang
 Peningkatan/penuru rentang normal menandakan gagal
nan JVP (Tekanan darah, Nadi, jantung
 Distensi vena respirasi)  Monitor balance
jugularis - Dapat mentoleransi cairan
 Kulit dingin dan aktivitas, tidak ada  Monitor respon
lembab kelelahan pasien terhadap efek
 Penurunan denyut - Tidak ada edema paru, pengobatan
nadi perifer perifer, dan tidak ada antiaritmia
 Oliguria, kaplari asites  Atur periode
refill lambat - Tidak ada penurunan latihan dan istirahat
 Nafas pendek/ sesak kesadaran untuk menghindari
nafas - AGD dalam batas kelelahan

 Perubahan warna normal  Monitor toleransi


kulit - Tidak ada distensi vena aktivitas pasien

14
 Batuk, bunyi jantung leher  Monitor adanya
S3/S4 - Warna kulit normal dyspneu, fatigue,
 Kecemasan tekipneu dan
ortopneu
 Anjurkan untuk
menurunkan stress
 Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
 Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD
pada kedua lengan
dan bandingkan
 Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
 Monitor jumlah,
bunyi dan irama
jantung
 Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan
 Monitor pola
pernapasan abnormal
 Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis
perifer
 Monitor adanya
cushing triad

15
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
 Jelaskan pada
pasien tujuan dari
pemberian oksigen
 Sediakan
informasi untuk
mengurangi stress
 Kelola pemberian
obat anti aritmia,
inotropik,
nitrogliserin dan
vasodilator untuk
mempertahankan
kontraktilitas jantung
 Kelola pemberian
antikoagulan untuk
mencegah trombus
perifer
 Minimalkan stress
lingkungan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Bersihan Jalan Nafas NOC:
tidak efektif  Respiratory status :  Pastikan kebutuhan
berhubungan dengan: Ventilation oral / tracheal
 Infeksi, disfungsi  Respiratory status : suctioning.
neuromuskular, Airway patency  Berikan O2  ……

16
hiperplasia dinding  Aspiration Control l/mnt, metode………
bronkus, alergi jalan Setelah dilakukan tindakan  Anjurkan pasien
nafas, asma, trauma keperawatan selama untuk istirahat dan
 Obstruksi jalan …………..pasien menunjukkan napas dalam
nafas : spasme jalan keefektifan jalan nafas  Posisikan pasien
nafas, sekresi dibuktikan dengan kriteria untuk memaksimalkan
tertahan, banyaknya hasil : ventilasi
mukus, adanya jalan - Mendemonstrasikan  Lakukan fisioterapi
nafas buatan, sekresi batuk efektif dan suara dada jika perlu
bronkus, adanya nafas yang bersih, tidak  Keluarkan sekret
eksudat di alveolus, ada sianosis dan dyspneu dengan batuk atau
adanya benda asing (mampu mengeluarkan suction
di jalan nafas. sputum, bernafas dengan  Auskultasi suara
DS: mudah, tidak ada pursed nafas, catat adanya
 Dispneu lips) suara tambahan
DO: - Menunjukkan jalan  Berikan
 Penurunan suara nafas yang paten (klien bronkodilator :
nafas tidak merasa tercekik, ………………………
 Orthopneu irama nafas, frekuensi ……………………….
 Cyanosis pernafasan dalam rentang ………………………
 Kelainan suara normal, tidak ada suara  Monitor status
nafas (rales, nafas abnormal) hemodinamik
wheezing) - Mampu  Berikan pelembab
 Kesulitan mengidentifikasikan dan udara Kassa basah NaCl
berbicara mencegah faktor yang Lembab
 Batuk, tidak penyebab.  Berikan antibiotik :
efekotif atau tidak - Saturasi O2 dalam batas …………………….
ada normal …………………….
 Produksi sputum - Foto thorak dalam batas  Atur intake untuk
 Gelisah normal cairan mengoptimalkan
 Perubahan keseimbangan.
frekuensi dan irama  Monitor respirasi

17
nafas dan status O2
 Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
mengencerkan sekret
 Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi.

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Aspirasi NOC : NIC:
DO:  Respiratory Status :  Monitor tingkat
 Peningkatan Ventilation kesadaran, reflek batuk
tekanan dalam  Aspiration control dan kemampuan
lambung  Swallowing Status menelan
 elevasi tubuh Setelah dilakukan tindakan  Monitor status paru
bagian atas keperawatan selama…. pasien  Pelihara jalan nafas
 penurunan tidak mengalami aspirasi dengan  Lakukan suction
tingkat kesadaran kriteria: jika diperlukan
 peningkatan - Klien dapat bernafas  Cek nasogastrik
residu lambung dengan mudah, tidak sebelum makan
 menurunnya irama, frekuensi  Hindari makan
fungsi sfingter pernafasan normal kalau residu masih
esofagus - Pasien mampu menelan, banyak
 gangguan mengunyah tanpa terjadi  Potong makanan
menelan aspirasi, dan kecil kecil
 NGT mampumelakukan oral  Haluskan obat
 Penekanan reflek hygiene sebelumpemberian
batuk dan gangguan - Jalan nafas paten, mudah  Naikkan kepala 30-
reflek bernafas, tidak merasa 45 derajat setelah

18
 Penurunan tercekik dan tidak ada makan
motilitas suara nafas abnormal
gastrointestinal

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan : Thermoregulasi  Monitor suhu sesering
 penyakit/ trauma mungkin
 peningkatan Setelah dilakukan tindakan  Monitor warna dan
metabolisme keperawatan suhu kulit
 aktivitas yang selama………..pasien  Monitor tekanan
berlebih menunjukkan : darah, nadi dan RR
 dehidrasi Suhu tubuh dalam batas normal  Monitor penurunan
dengan kreiteria hasil: tingkat kesadaran
DO/DS: - Suhu  36 – 37C  Monitor WBC, Hb,
 kenaikan suhu - Nadi dan RR dalam dan Hct
tubuh diatas rentang rentang normal  Monitor intake dan
normal - Tidak ada perubahan output
 serangan atau warna kulit dan tidak ada  Berikan anti piretik:
konvulsi (kejang) pusing, merasa nyaman  Kelola Antibiotik:
 kulit kemerahan ……………
 pertambahan RR  Selimuti pasien
 takikardi  Berikan cairan
 Kulit teraba intravena
panas/ hangat  Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi
udara
 Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi

19
 Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
 Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
 Monitor hidrasi
seperti turgor kulit,
kelembaban membran
mukosa)
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kecemasan NOC : NIC :
berhubungan dengan  Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
Faktor keturunan, Krisis  Koping (penurunan kecemasan)
situasional, Stress, Setelah dilakukan asuhan  Gunakan
perubahan status selama ……………klien pendekatan yang
kesehatan, ancaman kecemasan teratasi dgn kriteria menenangkan
kematian, perubahan hasil:  Nyatakan dengan
konsep diri, kurang - Klien mampu jelas harapan terhadap
pengetahuan dan mengidentifikasi dan pelaku pasien
hospitalisasi mengungkapkan gejala  Jelaskan semua
cemas prosedur dan apa yang
DO/DS: - Mengidentifikasi, dirasakan selama
 Insomnia mengungkapkan dan prosedur
 Kontak mata menunjukkan tehnik  Temani pasien
kurang untuk mengontol cemas untuk memberikan
 Kurang istirahat - Vital sign dalam batas keamanan dan
 Berfokus pada normal mengurangi takut
diri sendiri - Postur tubuh, ekspresi  Berikan informasi
 Iritabilitas wajah, bahasa tubuh dan faktual mengenai
 Takut tingkat aktivitas diagnosis, tindakan
menunjukkan prognosis

20
 Nyeri perut berkurangnya kecemasan  Libatkan keluarga
 Penurunan TD untuk mendampingi
dan denyut nadi klien
 Diare, mual,  Instruksikan pada
kelelahan pasien untuk
 Gangguan tidur menggunakan tehnik

 Gemetar relaksasi

 Anoreksia, mulut  Dengarkan dengan

kering penuh perhatian

 Peningkatan TD,  Identifikasi tingkat

denyut nadi, RR kecemasan

 Kesulitan  Bantu pasien

bernafas mengenal situasi yang

 Bingung menimbulkan
kecemasan
 Bloking dalam
pembicaraan  Dorong pasien
untuk mengungkapkan
 Sulit
perasaan, ketakutan,
berkonsentrasi
persepsi
 Kelola pemberian
obat anti cemas:........

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan system
sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat organ-organ vital
tubuh. Syok neurogenik, juga diketahui sebagai syok spinal, adalah akibat
dari kehilangan tonus vasomotor yang mengakibatkan dilatasi vena dan
arteriol umum. Syok ini menimbulkan hipotensi , dengan penumpukan
darah pada pembuluh penyimpanan atau penampung dan kapiler organ
splanknik. Penatalaksanaan untuk kasus syok neurogenik ini adalah
dengan imobilisasi pasien untuk mencegah semakin beratnya cedera
medulla spinalis atau kerusakan tambahan. Selain itu, dengan pemberian
resusitasi pada pasien. Resusitasi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
peredarahan pada pasien sehingga perfusi pasien akan membaik.
3.2 Saran
Penting bagi kita mempelajari tentang syok, agar dalam
penatalaksanaan konsep asuhan keperawatan gawat darurat dapat kita
lakukan dengan cepat dan tepat sesuai dengan metode yang telah di
pelajari di atas.

22
DAFTAR PUSTAKA

Boswick, John A. 1997. Perawatan Gawat Darurat (Emergency Care). Jakarta:


EGC.
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Greenberg, Michael I. dkk. 2007. Teks-Atlas Kedokteran Kegawatdaruratan
Greenberg. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Cole, Elaine. 2009. Trauma Care: Initial Assessment and Management in the
Emergency Departement. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta. EGC.
Urden, Linda D., Stacy Kathleen M, & Lough, Mary E. 2012. Prioritas in Critical
Care Nursing-Seventh edition.St, Louis, Missouri: ELSEVIER
Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi, (2012), Aplikasi Asuhan Keperawatan
NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.
Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta. EGC.
Leksana, Ery. 2015. Dehidrasi dan Syok. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Vol 42 No. 5 hal 393.
http://nursingbegin.com/penatalaksanaan-syok-neurogenik/.20.10.2015
https://ml.scribd.com/doc/92985428/SYOK-NEUROGENIK.20.10.2015

23

Anda mungkin juga menyukai