Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN DISKUSI KELOMPOK

PEMICU 1

MODUL RESPIRASI

Nama : DEWINTA PUTRI UTAMI

NIM : I1011151070

Kelompok :2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2017
1. Anatomi dan Histologi Saluran Pernapasan
Sistem respirasi dimulai dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
hingga paru-paru. Dibagi menjadi 2 bagian :
 Saluran pernapasan atas : hidung, nasal cavity, dan faring.
 Saluran pernapasan bawah : trakea, bronkus, dan paru-paru.
Secara struktural saluran pernapasan dibagi mejadi 2 zona yakni :
 Zona konduksi
Dimulai dari rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus, dan bronkiolus terminalis. Fungsinya menyaring,
menghangatkan, melembabkan udara dan menghantarkannya ke paru-
paru.
 Zona Respiratorik
Dimulai dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus
alveolaris, dan alveolus. Fungsinya sebagai tempat berlangsungnya
pertukaran gas.

Sebagian besar bagian konduksi dilapisi sel epitel bertingkat silindris


bersilia yang dikenal dengan epitel respiratotik. Epitel ini sedikitnya memiliki
lima jenis sel, yakni : sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush
cells), sel granul kecil, dan sel basal.
Rongga Hidung
Rongga hidung kiri dan kanan terdiri atas dua struktur : vestibulum di
luar dan rongga hidung (fossa nasalis) di dalam. Vestibulum, epitelnya
respiratorik. Rongga hidung dipisahkan oleh septum nasi oseosa. Dari setiap

1
dinding lateral, terdapat 3 tonjolan bertulang yakni conchae. Concha media
dan inferior dilapisi oleh epitel respiratorik, concha superior ditutupi epitel
penghidu khusus. Kemoreseptor olfaktorius terletak di epitel olfaktorius,
yaitu regio khusus membran mukosa concha superior yang terletak di atap
rongga hidung. Epitel ini merupakan epitel bertingkat silindris yang terdiri
atas tiga jenis sel : sel-sel basal, sel penyokong, dan neuron olfaktorius
Sinus dan Nasofaring
Sinus paranasalis adalah rongga bilateral di tulang frontal, maksila,
ethmoid dan sfenoid tengkorak. Sinus ini dilapisi oleh epitel respiratorik yang
lebih tipis dengan sedikit sel goblet. Nasofaring dilapisi oleh epitel repiratorik
dan memiliki tonsila pharyngealis di media dan muara bilateral tuba
auditorius untuk setiap telinga tengah.

Laring
Dinding laring diperkuat oleh kartilago hialin dan kartilago elastis
yang kesemuanya dihubungan oleh ligamen. Epiglotis memiliki permukaan
lingual dan laringeal yang ditutupi oleh epitel berlapis gepeng. Di bawah
epiglotis terdapat plica vestibularis (pita suara palsu) dan plica vocalis (pita
suara sejati).
Trakea
Trakea dilapisi mukosa respiratorik khas. Di lamina propria terdapat
sejumlah besar kelenjar seromukosa menghasilkan mukus encer.

2
Bronkus dan Bronkiolus
Di bronkus primer, kebanyakan cincin kartilago sepenuhnya
mengelilingi lumen bronkus, tetapi seiring dengan mengecilnya diameter
bronkus, cincin kartilago secara perlahan digantikan lempeng kartilago hialin.
Bronkiolus tidak memiliki kartilago maupun kelenjar dalam mukosanya. Pada
bronkiulus yang lebih besar, epitelnya masih epitel bertingkat silindris
bersilia, tetapi semakin memendek dan sederhana sampai menjadi epitel
selapis silindris bersilia atau selapis kuboid di bronchiolus terminalis.
Bronchiolus Respiratorius
Bagian ini dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel clara, tetapi pada
tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel-sel alveolus
gepeng.
Ductus Alveolaris
Ductus alveolaris dilapisi oleh sel alveolus gepeng yang sangat halus.
Duktus alveolaris bermuara ke dalam atrium di dua saccus alveolaris atau
lebih.
Alveolus
Alveoli dilapisi oleh selapis tipis sel alveolus gepeng atau sel
pneumosit tipe I. Alveoli mengandung makrofag alveolaris atau sel debu.
Bertugas membersihkan alveoli dari organisme yang masuk dan memfagosit
partikel asing.
Sumber:
Fisiologi Tortora, Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem, Junqueira, Histologi
diFiore

2. Fisiologi
Proses pertukaran gas dalam tubuh (repirasi) memiliki 3 langkah dasar yakni :
1) Ventilasi paru atau pernapasan, adalah inhalasi (inflow) dan hembusan
uudara (outflow, melibatkan pertukaran udara antara atmosfir dan
alveoli paru-paru.
2) Pernapasan eksternal (pulmonal) : pertukaran gas antara alveoli paru-
paru dan darah di kapiler paru. Meningkatkan O2 dan kehilangan CO2.

3
3) Respirasi internal (jaringan) : pertukaran gas antara darah dalam
kapiler sistemik dan sel jaringan.

Volume dan Kapasitas Paru-paru

Sumber : Fisiologi Tortora

3. Mekanisme Batuk
Batuk adalah suatu refleks napas yang terjadi karena adanya
rangsangan reseptor iritan yang terdapat di seluruh saluran napas.4 Refleks
batuk dibentuk oleh 3 jalur yakni :5
1) Jalur aferen : Serabut saraf sensorik (cabang saraf vagus) yang
terletak di epitel bersilia dari saluran udara bagian atas (paru-paru,
aurikuler, faring, laring, lambung), serta cabang jantung dan
kerongkongan dari diafragma. Dorongan aferen masuk ke medula
secara menyebar.
2) Jalur sentral (coughcenter) : Daerah koordinasi sentral untuk batuk
terletak di batang otak bagian atas dan pons.
3) Jalur eferen : Impuls dari pusat batuk berjalan melalui nervus vagus,
phrenic, dan saraf spinal ke diafragma, dinding otot perut. Inti
retroambigualis oleh saraf phrenic dan saraf spinal lainnya,

4
mengirimkan impuls ke otot inspirasi dan ekspirasi dan inti
ambiguus, oleh cabang laringeal ke vagus ke laring.
Mekanisme batuk dapat dibagi menjadi 3 fase yakni :5
1) Fase inspirasi : Dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari
sejumlah udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka.
2) Fase kompresi : Penutupan laring bersama dengan kontraksi otot
dinding dada, diafragma, dan dinding.
3) Fase ekspirasi : Glotis terbuka, menghasilkan aliran udara ekspirasi
yang tinggi dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang
ada sehingga menimbulkan suara batuk.
Sumber : Polverino. Mario, Francesca Polverino, Marco Fasolino, Filippo
Ando, Antonio Alfieri, Francesco De Blasio. Anatomy and neuro-
pathophysiology of the cough reflex arc. Mutlidisciplinary Respiratory
Medicine 2012, 7 : 5.

4. Spirometri
Spirometri adalah tes fisiologis yang mengukur bagaimana seseorang
menghirup dan menghembuskan volume udara dalam satu waktu. Hal utama
yang diukur dalam spirometri ialah volume atau aliran udara. Spirometri
merupakan tes skrining kesehatan pernafasan secara umum yang dapat
memberikan informasi penting tentang kesehatan pasien secara umum.
Namun,hasil pemeriksaan spirometri tidak mengarahkan dokter ke diagnosis
etiologis.
Sumber: V. Brusasco, R. Crapo, G. Viegi. ATS/ERS task Force:
Standardisation of Lunf Function Testing. Eur Repir J 2005;26:153-56.

Anda mungkin juga menyukai