Anda di halaman 1dari 19

10.

1 Karakteristik dan Terjadinya Hutang

10.1.1 Karekteristik Hutang

Dalam FASB dalam SFAC No. 6, hutang didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat
ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk
menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa mendatang sebagai akibat
transaksi masa lalu.
Sama dengan definisi hutang yang dikemukakan FASB, IAI definisi hutang (kewajiban)
yaitu hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat
ekonomi.
Kewajiban (hutang) adalah pengorbanan ekonomi yang harus dilakukan perusahaan dimasa
mendatang karena tindakan atau transaksi sebelumnya. Pengorbanan ekonomi dapat berbentuk
penyerahan uang, aktiva lain, jasa-jasa atau dilakukannya pekerjaan tertentu. Tindakan atau
transaksi itu dapat berupa diterimanya uang, barang atau jasa, diakuinya suatu biaya atau
kerugian. Kewajiban mengakibatkan adanya ikatan yang memberikan hak kreditur untuk
mengklaim aktiva perusahaan. Kewajiban biasanya dapat ditentukan jumlahnya atau mudah
ditaksir dan dinyatakan dalam satuan uang.
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas hutang/kewajiban adalah suatu
pengorbanan ekonomi yang dilakukan perusahaan dimasa yang akan datang yang timbul dari
aktivitas transaksi sebelumnya. Pengorbanan tersebut dapat berupa penyerahan uang, barang atau
jasa yang diakui sebagai biaya atau kerugian.

Dari pengertian tersebut komponen utama hutang antara lain:

1. Kewajiban Sekarang
Kewajiban timbul karena pada saat sekarang suatu entitas memiliki tanggung jawab yang
tidak dapat dihindari untuk menyerahkan barang/jasa. FASB mengatakan bahwa hutang
merupakan pengorbanan dimasa mendatang dari keuntungan ekonomi. Definisi diatas lebih
didasarkan atas pada peristiwa masa mendatang yang belum diketahui terjadinya. Oleh karena itu
pengorbanan tersebut belum benar-benar terjadi, maka pengorbanan tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai sesuatu yang nyata.
Objek hutang yang sebenarnya adalah kewajiban yang ada pada saat sekarang. Oleh karena
itu, definisi hutang yang lebih menunjukkan pada saat sekarang adalah kewajiban suatu unit
usaha yang merupakan keharusan bagi unit usaha tersebut untuk menyerahkan aktiva/jasa pada
pihak lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi di masa lalu.
Hutang juga sering disebut klaim atau hak tertentu pihak lain kepada aktiva perusahaan.
Hal ini disebabkan suatu unit usaha dapat memiliki aktiva atau jasa karena adanya pihak lain
yang menyediakan dana untuk memperoleh aktiva yang ada pada neraca pada dasarnya
merupakan klaim pihak lain terhadap sumber ekonomi sehingga suatu entitas memiliki
kewajiban untuk menyerahkan aktiva atau jasa pada pihak lain tersebut.
Kewajiban dikelompokkan menjadi dua jenis, antara lain:
1.  Kewajiban pada kreditor/hutang
2.  Kewajiban kepada pemilik

Meskipun kedua pihak tersebut memiliki hak terhadap aktiva, namun keduanya memiliki
hak yang berbeda. Kreditor memiliki hak untuk didahulukan pelunasannya dalam kasus
likuidasi. Sedangkan untuk pemilik, hak atas aktiva hanya didasarkan pada sisa aktiva setelah
kewajiban terhadap kreditor terpenuhi.
Dalam kasus subtance defeasance menimbulkan pertanyaan : “ kapan hutang akan
diakui ?” definisi FASB atas hutang menunjukkan bahwa hutang disesuaikan ketika aktiva atau
jasa telah ditransfer terhadap entitas lainnya. Dalam statement no. 76 mayoritas kelompok
percaya terhadap FASB bahwa suatu obligasi memuaskan bilamana debitur menempatkan
aktiva-aktiva perjanjian yang tidak dapat dibatalkan dengan tujuan melayani suatu kewajiban
hutang yang diberi. Pengorbanan seharusnya dibuat karena perusahaan telah dilepaskan
penggunaannya terhadap aktiva. Sebaliknya kelompok minoritas mendesak bahwa debitur
perusahaan tidak dibebaskan atau dilepaskan dari hutang sampai kreditur aktual membayar atau
menyetujui bahwa debitur sudah tidak lagi obliger utama.

2. Hasil Transaksi Masa Lalu


Syarat lain dari hutang adalah berasal dari transaksi masa lalu. Transaksi tersebut menunjukkan
transaksi yang benar-benar telah terjadi sehingga dapat digunakan untuk memastikan bahwa
hanya kewajiban sekarang yang harus dicatat sebagai hutang dalam neraca.
3.  Kredit Tangguhan
Seperti halnya aktiva atau kredit tangguhan ada sebuah pernyataan tentang masukan atas
kredit tangguhan tertentu sebagai hutang. Tidak semua kredit tangguhan yang ada menjadi
diragukan. Contoh, kas dikumpulkan dari pelanggan yang terlebih dahulu menunjukkan hutang
untuk menyerahkan aktiva atau jasa terhadap pelanggan pada masa yang akan datang. Kasus ini
merupakan hutang. Contoh, melalui kredit tangguhan, pertanyaan hutang adalah laba kotor yang
ditunda untuk penjualan cicilan. Ketika pengakuan pendapatan atas penjualan cicilan digunakan
penerimaan atas kas dibandingkan penjualan merupakan kesempatan untuk mencatat laba.
Perbedaan antara penjualan dan biaya atas barang–barang yang dijual ditempatkan dalam akun
khusus, sedangkan laba ditangguhkan.

4.  Kerugian Kontijensi
Merupakan dampak adanya hutang. Usaha untuk membuat perbedaan antara hutang
sekarang dan hutang dimasa mendatang bukanlah hal yang sederhana. Perbedaan ini terjadi
disebabkan adanya penilaian atas peristiwa masa lalu sehingga sulit diintepretasi. FASB dalam
statement no. 5 mendefinisikan kerugian kontijensi sebagai berikut : “ suatu kondisi, situasi atau
serangkaian keadaan yang menimbulkan ketidakpastian akan timbulnya kemungkinan hutang
atau rugi suatu perusahaan, dimana timbulnya kemungkianan tersebut tergantung pada
terjadi/tidaknya satu peristiwa atau lebih dimasa mendatang.”
FASB mengatakan kerugian harus diakui jika hutang terjadi dan jumlahnya dapat
diestimasi secara logis. Jika kondisi ini tidak sesuai maka ini disebut dengan kerugian kontijensi.
Hutang kontijensi yang timbul tidak dilakukan pencatatan karena tidak menghasilkan hutang.

5. Pensiun
Merupakan salah satu contoh atas peristiwa masa lalu.dalam program pensiun perusahaan
berjanji untuk memberikan dana pensiun bagi karyawan yang telah memasuki masa akhir
jabatan. Melalui program ini apakah sebuah hutang terjadi ? Apakah yang mendasri hutang ?
Apakah perusahaan berjanji untuk membayarnya ? Beberapa perusahaan mengatakan bahwa
perusahaan berjanji untuk membayar bagi karyawan yang pensiun. Pendapat lain mengatakan
bahwa suatu entitas berkewajiban untuk mmeberikan keuntungan aktuak bagi karyawan yang
pensiun. Seperti hutang lainnya, keputusan didasarkan pada apakah sebuah hutang tergantung
pada seperti apa peristiwa masa lalu. FASB mengeluarkan sebuah pembahasan memorantum atas
perencanaan pensiun dalam beberapa point penting :
1. Seperti karyawan memandang jasa
2. Kapan perusahaan dapat memberikan kontribusi atas perencaaan yang kan digunakan untuk
membayar keuntungan
3. Kapan perusahaan menurut batas hukum memberikan keuntungan walaupun jika
perencanaan berkahir
4. Kapan karyawan pensiun
5. Kapan keuntungan pensiun dibayarkan kepda orang yang dipensiunkan

10.1.2 Terjadinya Hutang

Intrepretasi terhadap terjadinya hutang cenderung didasarkan konsep economic substance


over legal form bukan semata-mata pada aspek yuridisnya. Dengan demikian, apabila dinilai dari
substansi ekonomi suatu transaksi/peristiwa memenuhi kriteria hutang, otomatis hutang akan
diakui dan disajikan dalam neraca.

1.  Keadaan Yang Dapat Menimbulkan Hutang


Untuk menentukan suatu transaksi sebagai hutang atau bukan, sangat tergantung pada
kemampuan untuk menafsurkan transaksi/kejadian yang menimbulkannya. Namun demikian,
ditinjau dari penafsiran sematik apabila suatu kewajiban dalam kenyataannya memang ada, maka
yang paling penting adalah mencatat hal tersebut sebagai suatu hutang tanpa memperhatikan
bagaimana terjadinya.
Hutang adalah suatu jumlah yang harus dibayar dalam bentuk uang, barang, atau jasa
khususnya hutang yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Terjadi/telah terjadi
b. Terjadi pada suatu saat tertentu di masa mendatang
c.  Terjadi karena tidak dilaksanakannya suatu tindakan di masa yang akan datang.
Hutang dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain:
1.  Kewajiban legal/kontrak (Contractual liabilities)
Kewajiban legal adalah hutang yang timbul karena adanya ketentuan formal berupa peraturan
hukum untuk membayar kas atau menyerahkan barang (jasa) kepada entitas tertentu.
2. Kewajiban konstruktif (constructive liabilities)
Kewajiban konstruktif timbul karena kewajiban tersebut sengaja diciptakan untuk tujuan/kondisi
tertentu, meskipun secara formal tidak dilakukan melalui perjanjian tertulis untuk membayar
sejumlah tertentu dimasa yang akan datang.
3.  Kewajiban equitable
Kewajiban ekuitabel adalah hutang yang timbul karena adanya kebijakan yang diambil oleh
perusahaan karena alasan moral/etika dan perlakuannya diterima oleh praktik secara umum.

2. Unconditional Right Of Offset


Kewajiban yang berasal dari kontrak berjalan untuk memperoleh suatu barang dan jasa di
masa mendatang dapat dikatakan sebagai suatu transaksi hutang atau sebaliknya bukan hutang.
Kewajiban tersebut merupakan suatu transaksi keuangan yang berasal dari transaksi usaha dan
menimbulkan kewajiban untuk melakukan pembayaran di masa mendatang, apabila suatu barang
atau jasa telah diterima. Umumnya akuntan tidak akan mencatat kontrak tersebut apabila tidak
ada satu pihakpun yang melaksanakan suatu prestasi kerja. Alasannya adalah sebelum barang
tersedia, kewajiban pembeli terhadap hak penguasaan aktiva ditandai oleh hak pembeli untuk
menerima barang tersebut. Dalam kondisi tertentu kontrak yang harus dilaksanakan atas
pembelian barang atau jasa dapat tidak dilaporkan bila kewajiban terhadap komitmen pembelian
tersebut melebihi nilai barang yang diperoleh. Misalnya jika terdapat penurunan yang material
terhadap harga barang terjadi setelah kontrak pembelian jangka panjang ditandatangani, maka
kewajiban tersebut melebihi nilai hak menurut kontrak. Akibatnya timbul suatu kerugian. Oleh
karena itu pencatatan terhadap hutang hanya dilakukan sebesar kerugian yang terjadi dari
pelaporan laba bersih dan mengkredit jumlah yang sama dengan debet kerugian yang timbul.
Secara umum dapat dirumuskan bahwa hutang harus diakui dalam laporan keuangan apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Ada kemungkinan bahwa pengorbanan potensi jasa/manfaat ekonomi masa mendatang
akan dilakuka atau akan terjadi
b. Jumlah hutang dapat diukur dengan cukup pasti

Hutang dapat diakui berdasarkan kondisi berikut ini:


1. Didasarkan pada hukum
Adanya dasar hukum yang menyebabkan terjadinya hutang adalah syarat legal untuk mengakui
hutang, meskipun seringkali dapat terjadi karena kewajiban equitable.
2. Pemakaian prinsip konservatisme
Prisip konservatisme mensyaratkan untuk mengantisipasi kerugian dari pada keuntungan. Jadi
rugi/hutang akan segera diakui kalau ada kemungkinan akan terjadi. Pencatatan terhadap
rugi/hutang semacam ini merupakan praktek yang diterima umum.
3. Substansi ekonomi suatu transaksi
Apabila suatu transaksi ditinjau dari makna ekonominya telah terjadi, maka hutang dapat segera
diakui dan dilaporkan dalam laporan keuangan.
4. Kemampuan mengukur nilai hutang
Kriteria ini berkaitan dengan reabilitas informasi. Apabila pengukuran terhadap hutang sangat
subyektif/arbritrer, maka lebih baik tidak dilakukan pengukuran dan hutang tidak dicatat dalam
neraca.

10.2 Pengukuran dan Penyelesaian Hutang

10.2.1 Pengukuran Hutang

Ketika hutang didefinisikan ada suatu kebutuhan untuk menjelaskan secara spesifik tentang
hal-hal tertentu. Intepretasi ini merupakan aturan yang kita gunakan di dalam mengidentifikasi
atau mengakui hutang-hutang tertentu. Aturan ini dilihat didasarkan pada kreteria tertentu seperti
halnya telah dijelskan pada bahasan terdahulu pada aktiva. Berikut kriteria pengakuan terhadap
hutang :

1. Wesel Bayar Dengan Tingkat Bunga Dibawah Tingkat Buang Pasar


Menurut APB Opinion no. 21 wesel bayar dengan tingkat bunga dibawah tingkat buang
pasar, tingkat bunga harus didiskontokan. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan wesel agar
ekuivalen dengan tingkat bunga pasar. Diskonto diamortisasi selama umur wesel dalam rangka
melakukan penyesuaian bunga berkala kepada tingkat bunga pasar. Ini juga dilakukan untuk
wesel tagih.
2. Hutang Obligasi
Obligasi dicatat pertama kali berdasarkan nilai bunga bersih dari transaksi. Nilai bersih
sama dengan nilai sekarang atas pembayaran bunga dimasa yang akan datang dan pengembalian
pembayaran yang didiskontokan pada tingkat bunga pasar. Sangat perlu membetuk diskonto dan
premium bila bunga obligasi tidak sama dengan tingkat bunga pasar. Nilai obligasi dibawaan
neraca desajikan dengan cara menambahkan nilai nominal dengan niali premiun yang belum
diamortisasi atau nilai nominal dikurangi dengan diskonto yang belum diamortisasi. Metode
amortisasi premium dan diskonto adalah metode garis lurus dan metode bunga efektif.
3. Obligasi Konversi
Adalah obligasi yang boleh ditukar dengan saham biasa. Obligasi konversi mempunyai
tingakt bungan yang rendah dari obligasi biasa. Ada dua pendekatan untuk membukukan obligasi
konversi. Pertama diperlakukan sebagai hutang sampai dengan terjadinya konversi. Kedua
menyisihkan sejumlah hutang sebagai harta pembayaran dan jumlah ini ditambahkan pada modal
sumbangan.
4. Hutang Dengan Waran Saham
Waran yang dapat dipisahkan mengijinkan pemegangnya untuk memeliki ekuitas dan
hutang. Oleh karena itu bagian yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pembayaran langsung
untuk hak membeli saham.
5. Redeemable Prefered Stock dan Other Hybrid Securities
Manajer keuangan biasanya berupaya untuk menghilangkan hutang dalam neracanya.
Karena untuk berusaha menembus kembali saham-saham preferen. Dengan cara ini hutang
berubah menjadi ekuitas pemilik. Saham ini dikelompokkan sebagai hutang karena saham ini
tidak mempunyai hak suara, memiliki jangka waktu untuk ditebus sebesar nilai nominalnya. Bisa
dilunasi sesuai dengan pilihan perusahaan. Deviden kumulatif harus didahuluakn dari deviden
saham biasa dan devidennya tetap sebesar preferensinya. Saham preferen yang bisa ditebus bisa
dikonversi dengan saham biasa. Saham prefren adalah jenis lain dari saham hybrid. Saham ini
dalam neraca disajikan diantara hutang dan ekuitas. Saham jenis ini disebut seperti ekuitas sebab
memiliki jatuh tempo yang panjang dan bebarapa mampu untuk menunda deviden.
6. Sekuritasi
Sekuritas adalah proses penjualan aset piutang dari kreditur awal pada pihak lain
(investor) sehingga kreditor awal menerima dana segar dari penjualan piutang dan investor akan
menerima bunga dengan memegang investasi yang berasal dari investasi tersebut. Secara umum
sekuritasi dimaknai sebagai suatu proses mengkonversi suatu aset keuangan berupa tagihan
ataupun aset apapun yaang memiliki suatu arus pendapatan misalnya pembiayaan kepemilikan
mobil, tagihan kartu kredit, leasing, pembiayaan property komersial serta kredit pinjaman
perbankan secara umum menjadi suatu komoditas keuangan yang dapat diperjualbelikan dengan
mengubah bentuk aktiva menjadi sekuritas (surat berharga). Pokok dan return dari
hutang/tagihan yang menjadi underlying dibayarkan kepada investor pemegang sekuritas secara
reguler dengan metode perhitungan yang disesuaikan dengan tipe underlying aset dan
sekuritasnya. Sedangkan BI mendefinisikan sekuritas aset sebagai penerbitan surat berharga oleh
penerbit efek beragam aset yang didasarkan pada pengalihan aset keuangan dari kreditur asal
yang diikuti dengan pembayaran yang berasal dari hasi penjualan beragun aset kepada pemodal.
Atau sekuritas adalah proses penjualan aset piutang dari kreditur awal kepada pihak lain
sehingga kreditur awal menerima dana segar dari penjualan piutang dan investor akan menerima
bunga dengan memegang investasi yang berasal dari investasi tersebut.
Kreiteria aset yang dapat disekuritisasi adalah :
1. Aset keuangan yang dapat dialihkan dalam rangka sekuritisasi aset, wajib berupa aset
keuangan yang terdiri dari kredit, tagihan yang timbul dari surat berharga, tagihan yang timbul
dikemudian hari dan aset keuangan lain yang setara.
2. Aset keuangan yang dialihkan wajib memenuhi kriteria :
a. Memiliki arus kas
b. Dimiliki dan dalam pengendalian kreditur asal
c. Dapat dipindah tangankan dengan bebas kepada penerbit
Sekuritisasi pada hakekatnya adalah teknik pembiayaan dengan mana dikumpulkan dan
dikemas sejumlah aset keuangan berupa piutang atau tagihan yang lahir dari transaski keuangan
perdagangan, yang biasanya kurang menjadi likuid karena mudah diperjualbelikan.
10.2.2 Penyelesaian Hutang

IAI (1994: paragraf 62) dalam SAK menyebutkan bahwa penyelesaian kewajiba masa kini
biasanya melibatkan perusahaan untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa
depan demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang
dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan :
a. Pembayaran kas
b. Penyerahan aktiva
c. Pemberian jasa
d. Penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban yang lain atau,
e. Konversi kewajiban menjadi ekuitas
Kewajiban juga dapat dihapus dengan cara lain seperti kreditor membebaskan atau membatalkan
haknya.

a. In-Subsance Defeseance
In-Subsance Defeseance adalah suatu rencana perjanjian dimana seorang debitur
menempatkan sejumlah tertentu harta moneter secukupnya yang bebas resiko pada kuasa badan
perwakilan (trust) tertentu untuk digunakan sebagai pembayaran hutang di masa mendatang.
Gambaran tentang pelunasan hutang dengan cara In-Subsance Defeseance dapat dilihat
pada contoh berikut ini. PT. A mempunyai hutang obligasi sebesar Rp. 10.000.000 dengan
tingkat bunga 8% per tahun, jangka waktu pelunasannya 10 tahun. Atas hutang tersebut PT. A
membeli sertifikat bank Indonesia senilai Rp. 10.000.000 dengan tingkat bunga 8% per tahun,
jangka waktu pelunasannya 10 tahun. Pembelian tersebut dilakukan secara tunai dengan total
pengeluaran Rp. 7.500.000. sertifikat Bank Indonesia kemudian diserahkan pada badan
perwakilan untuk digunakan sebagai pelunasan hutang.
Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Pada saat pembelian:
Investasi sertifikat Bank Indonesia                  Rp. 10.000.000
      Kas                                                                                                            Rp. 10.000.000

Pada saat penempatan sertifikat Bank Indonesia pada badan perwakilan:


Hutang Obligasi                                                     Rp. 10.000.000
        Investasi sertifikat Bank IndonesiaRp. 7.500.000
        Untung (extraordinary)                                                                    Rp. 2.500.000

Keuntungan PT. A dalam melakukan transaksi semacam itu adalah:


1. Hutang akan berkurang sehingga rasio debt equity menjadi lebih baik
2. Laba bersih tahun berjalan akan meningkat
3. Untuk tujuan pajak, untung tidak dapat diakui
4. Pendapatan bunga dari Sertifikat Bank Indonesia dapat digunakan untuk menutup biaya bunga
atas hutang obligasi

b. Kredit Tangguhan (Deferred Credit)


Dalam APB no. 4 hutang didefinisikan sebagai kewajiban ekonomi yang diakui dan diukur
sesuai dengan prinsip akuntansi. Definisi tersebut juga meliputi kredit tangguhan yang bukan
merupakan kewajiban ekonomi. Dalam laporan keuangan sering kali timbul masalah yang
berkaitan dengan perlakuan kredit tangguhan tertentu yang dimasukkan sebagai hutang misalnya
uang muka yang dibayar pembeli tetapi produk belum diserahkan kepada pembeli. Kasus
demikian menunjukkan adanya kewajiban untuk menyerahkan aktiva atau jasa pada masa
mendatang kepada pembeli. Dengan demikian transaksi tersebut jelas dianggap sebagai hutang.
Kredit tangguhan yang sering menjadi masalah laba kotor belum direalisir yang timbul dari
penjualan angsuran. Apabila prinsip pengakuan pendapatan atas penjualan angsuran diterapkan,
laba hanya akan diakui bila terdapat kas yang diterima atas penjualan angsuran tersebut. Laba
kotor yang belum direalisir merupakan perbedaan antara penjualan dan cost barang terjual atas
penjualan angsuran.

c. Hutang Dan Rugi Kontijensi (Contingent loss/Liabilities)


Dalam FASB Statement No. 5 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kontijensi adalah
suatu kondisi atau situasi yang menimbulkan ketidakpastian akan timbulnya kemungkinan
hutang atau rugi suatu perusahaan, dimana timbulnya kemungkinan tersebut tergantung pada
terjadi atau tidaknya suatu hutang terutama menyangkut kewajiban sekarang atau masa
mendatang.
10.3 Konsep Ekuitas

Ekuitas pemilik adalah hak pemegang saham atas suatu aktiva yang tersisa dalam
perusahaan. Definisi ini cenderung menganut teori kepemilikan. Menurut APB Statement no 4
ekuitas pemilik adalah kelebihan aktiva perusahaan diatas kewajiban. Ekuitas juga merupakan
hak milik sisa (residual interest) dalam aktiva suatu badan usaha yang tersisa sesudah dikurangi
utang. Jadi dapat disimpulkan bahwa Ekuitas pemilik adalah hak dari pemilik atas aktiva yang
tersisa dalam perusahaan.
Pada perusahaan perseroan, ada perbedaan hukum antara modal kontribusi dan laba
ditahan. Modal legal adalah batas kewajiban dari pemegang saham yang diukur berdasarkan nilai
nominal atau nilai yang ditetapkan bila tidak ada nilai nominal. Modal kontribusi lainnya adalah
modal yang meliputi premium saham, modal sumbangan, modal penempatan saham treasury,
modal penempatan saham opsi dan warran.
Seperti yang telah dijelaskan, ekuitas merupakan hak pemilik atas kekayaan perusahaan.
Kekayaan perusahaan dalam neraca dicatat sebagai aktiva. Pada perusahaan berbentuk perseroan
terbatas , ekuitas terdiri atas modal disetor dan laba ditahan. FASB menjelaskan bahwa ekuitas
merupakan:
“Ekuitas adalah tingkat residual aktiva dari suatu entitas yang tersisa setelah pengurangan
hutang-hutang. Pada perusahaan bisnis, ekuitas adalah tingkat kepemilikan”.
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa dua karakteristik ekuitas adalah sebagai berikut:
1. Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan hutang
perusahaan.
2. Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan aktiva neto baik
yang berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan biaya) maupun investasi oleh pemilik
atau distribusi kepada pemilik.
Definisi ini menyajikan teori proprietary menurut stakeholders yang dirasa menjadi
pemilik perusahaan. APB No.1 dalam menjelaskan tentang hutang tidak tampak ada perbedaan
yang dibuat diantara hutang dan ekuitas pemilik. Namun demikian,APB statement no.4 dan
SFAC no.6 membuat perbedaan diantara keduanya: APB statement no.4 menawarkan definisi
pasif dari ekuitas pemilik sebagai akses terhadap aktiva perusahaan melalui hutang-hutangnya.
Pendekatan yang sama juga di ambil SFAC no. 6. Kedua definisi ini menyiratkan kepemilikan
proprietary perusahaan oleh stockholders.
Pengakuan Dan Pengukuran Ekuitas Pemilik
Transaksi ekuitas pemilik dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu : transaksi modal atau
transaksi yang berkaitan dengan penghasilan. Transaksi modal menyangkut transaksi langsung
dari pemilik terhadap perusahaan. Transaksi yang berkaitan dengan penghasilan menyajikan
transaksi laba rugi dan penyesuaian laba tahun sebelumnya.

Hak-hak
Hak memberikan pemilik modal kepastian hukum atau kebijakan perusahaan.
Kepemilikan tunggal atas sejumlah modal mengharuskan seorang kreditor memiliki klaim atas
pemilik atau suatu perusahaan. Dalam teori akuntansi, tidak menjadi masalah seperti apa bentuk
hukum dari organisasi, perusahaan diperkenalkan sebagai sebuah unit atas akuntabilitasnya.
Kreditur tidak memiliki hak untuk menggunakan aktiva perusahaan. Dengan cara yang
terbatas, dengan kontrak, mereka dapat mengganggu operasi yang mengharuskan laba ditahan
terbatas atau dengan dana cadangan yang dibentuk atau aktiva yang diberi tidak dijual tanpa
persetujuan mereka. Sebaliknya, pemilik memiliki hak, otoritas untuk mengoperasikan bisnis.

Substansi Ekonomi
Semua pemilik ekuitas memiliki resiko akan kerugian, tetapi karena tuntutan kreditur
sebelumnya, resiko mereka lebih kecil dari pemilik. Pemilik harus melakukan usaha
membendung kerugian yang dihasilkan dari setiap aktivitas perusahaan. Para pemilik atau wakil-
wakil mereka memiliki pengendalian atas aktiva-aktiva dalam akuisisi, komposisi, kegunaan dan
disposisi. Mereka memiliki pengendalian atas operasi, tanggungjawab untuk menjalankan bisnis
dan untuk keberlanjutan pendapatan.

Modal Legal
Akuntansi untuk ekuitas stakeholders dipengaruhi oleh preskripsi legal. Banyak syarat
untuk modal legal menuntut perbaikan perusahaan melalui sejumlah modal tertentu. Tujuannya
adalah untuk melindungi kreditor dari “cushion” atau “buffer”.
Opsi Saham
Opsi saham adalah hak beli saham dibawah harga pasar yang diberikan kepada karyawan
atas kompensasi jasa karyawan terhadap perusahaan. Ada 4 waktu yang membedakan cara
pengukuran saham yaitu tanggal pemberian, tanggal diterima oleh karyawan, tanggal dapat
diskon pertama dan tanggal pemotongan sesungguhnya.

Saham Treasury
Perolehan saham treasury merupakan metode signaling prospek yang akan datang bagi
pemegang saham. Sebab-sebab perusahaan membeli kembali treasury stock karena :
1. Keinginan untuk meningkatkan proporsi pemilikan saham
2. Untuk menyediakan opsi saham bagi karyawan
3. Untuk menghindari usaha pengambil alihan atau mengurangi jumlah pemegang saham
4. Membentuk harga pasar saham bagi perusahaan

Deviden Saham
Menurut APB 43, ada 2 kebijakan akuntansi untuk deviden saham, tergantung ukuran
dari deviden tersebut, yaitu :
1. Deviden saham besar (lebih dari 25 %) dan dicatat dengan reklasifikasi laba ditahan ke modal
kontribusi berdasarkan nilai nominal saham yang diterbitkan.
2. Deviden saham kecil (kurang dari 20 %), reklasifikasi laba ditahan ke dalam modal kontribusi
didasarkan atas harga pasar saham dan nilai deviden berdasarkan atas nilai pasar saham sebelum
pembagian deviden.
Alasan dibaginya deviden saham adalah keinginan manajemen untuk memberikan bukti
kepada pemegang saham untuk penghasilan mereka di dalam laba ditahan dan untuk menaikkan
jumlah lembar saham yang beredar. Kedua metode yang digunakan untuk mencatat deviden
saham tidak mempengaruhi penghasilan, aktiva dan hutang. Hanya komposisi ekuitas pemilik
yang berubah.
10.4 Laporan Nilai Tambah
Laporan keuangan suatu perusahaan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laba yang
belum dibagi dan perubahan posisi keuangan atau arus kas serta catatan atas laporan keuangan
sebenarnya tidak lain adalah laporan pertanggungjawaban manajemen kepada terutama para
pemilik perusahaan. Laporan keuangan ini disusun berdasarkan dua anggapan pokok. Pertama,
bahwa pemilik modal yang ditanamkan dalam perusahaan adalah pemegang saham. Kedua,
tujuan penyusunan laporan keuangan dititik beratkan pada kebutuhan para pemegang saham
dan investor. Oleh karena itu laba bersih suatu perusahaan dapat dipandang sebagai pendapatan
yang dihasilkan perusahaan untuk para pemegang saham dan investor (ada investor yang
mendapat bunga).

Konsep teori enterprise memandang bahwa tujuan perusahaan adalah dalam rangka
memberikan kesejahteraan kepada beberapa kelompok orang yang berkepentingan terhadap
perusahaan tersebut. Untuk memberikan laporan kesejahteraan perusahaan kepada beberapa
kelompok yang berkepentingan terhadap perusahaan, dapat dilakukan dengan menyusun laporan
tambahan selain laporan keuangan yang biasa, yaitu laporan nilai tambah (value added
statement). Laporan nilai tambah menunjukkan pendapatan suatu perusahaan sebagai kesatuan
usaha dan bagaimana nilai tambah ini didistribusikan kepada kelompok-kelompok yang
menyumbangkan terciptanya nilai tambah tersebut.

Konsep Nilai Tambah


Konsep nilai tambah secara umum dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara
penghasilan kotor yang diterima oleh suatu perusahaan dari hasil penjualan produk dan jasa
dengan jumlah uang yang dibayarkan untuk membeli bahan baku dan jasa lain yang disediakan
oleh pemasok dari luar perusahaan. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa nilai tambah pada
dasarnya adalah hasil penjualan dikurangi dengan biaya bahan baku dan jasa pihak luar yang
digunakan dalam rangka menciptakan penghasilan tersebut.
Sebagian dari hasil penjualan dipakai untuk membayar bahan baku dan jasa yang dibeli
dari masyarakat di luar perusahaan. Sisanya adalah kekayaan atau nilai tambah perusahan atau
nilai tambah perusahaan yang diciptakan oleh pegawai yang ada di dalam perusahaan yang
bekerja dengan sejumlah modal yang berasal dari pemegang saham, kreditur dan pemakaian
fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah.
MetodePenentuan Nilai Tambah

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menghitung nilai tambah suatu perusahaan
yaitu Metode Subtractive dan Metode additive.

1. Metode Subtractive, yaitu nilai tambah (NT) perusahaan dapat dihitung dari besarnya nilai
penjualan atau output kotor perusahaan yaitu dengan cara hasil penjualan (HP) dikurangi dengan
beban input (BI) yang terdiri dari bahan baku atau jasa yang dibeli dari luar perusahaan yang
dipakai untuk menghasilkan penjualan tersebut atau secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut:

NT = HP- BI

2. Metode additive merupakan nilai tambah (NT) perusahaan dapat dihitung dari laporan laba
opeasi, yaitu dengan cara menjumlahkan jumlah input produksi yang berasal dari modal dan
tenaga kerja dalam rangka menghasilkan penjualan. Dalam istilah akuntansi adalah jumlah laba
operasi (sebelum pajak, bunga dan pos-pos luar biasa tetapi setelah menghilangkan unsur beban
operasi dan laba yang berasal dari kegiatan non produksi) ditambah dengan biaya gaji dan upah
pegawai atau secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

NT = BG + (LO – NP)
NT : Nilai Tambah
BG : Beban Gaji dan Upah
LO : Laba Operasi
NP : Beban Operasi dan Laba yang Berasal dari Kegiatan Non Produksi.

Metode additive memiliki beberapa kelebihan dibandingkan metode substractive dalam


hal penyusunannya lebih mudah karena cukup dengan memodifikasi laporan laba rugi.
Disamping itu metode ini mudah pula diterapkan untuk segala jenis bidang usaha, misalnya
perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan jasa, jasa keuangan dan sebagainya.

Penyusunan Laporan Nilai Tambah

Seperti halnya laporan laba rugi, laporan nilai tambah juga disusun atas dasar konsep
akrual dan matching principles. Disamping itu, laporan nilai tambah merupakan laporan hasil
operasi perusahaan (tidak termasuk transaksi modal) untuk periode waktu tertentu, bukan pada
tanggal tertentu. Dengen metode additive, laporan keuangan nilai tambah dapat disusun dengan
mudah hanya dengan mengubah laporan laba rugi. Laporan keuangan nilai tambah dapat
disusun dengan mudah hanya dengan mengubah laporan Laba Rugi. Besarnya laba yang ditahan
perusahaan dapat dihitung dengan cara mengurangkan berbagai macam beban, pajak dan deviden
dari hasil penjualan atau secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

LD = HP – BI – Dep – BG – I – Div – T…….(1)

LD : Laba Ditahan
HP : Hasil Penjualan
BI : Total Beban Input Bahan Baku dan Jasa Lain
BG : Beban Gaji dan Upah Pegawai
Dep : Beban Depresiasi
I : Beban Bunga
Div : Deviden yang Dibayar
T : Pajak Penghasilan
Dengan mengubah persamaan (1), yaitu memindahkan elemen basil penjualan, beban
input dan beban depresiasi ke sebelah kiri persamaan serta memindahkan elemen beban gaji,
beban bunga, deviden, pajak dan Iaba ditahan ke sebelah kanan persamaan, maka dapat dihitung
besarya nilai tambah bersih:

HP - Bl - Dep = BG + I + Div + T + LD .............. (2)

Jika nilai depresiasi dalam persamaan (2) dipindahkan ke sebelah kanan persamaan,
maka akan didapat besarnya nilai tambah kotor:

HP - BI = BG+ I+ Div+ T + LD + Dep ...................(3)

Perbedaan antara nilai tarnbah bersih dan nilai tambah kotor terletak pada perlakuan
beban depresiasi. Perbedaan kedua nilai tambah tersebut adalah sebagai berikut.

1. Nilai tarnbah tidak lain adalah kekayaan yang diciptakan oleh perusahaan dan kekayaan ini
akan dinilai terlalu tinggi apabila tidak diakui adanya akumulasi penurunan nilai aktiva tetap
karena pemakaian aktiva tersebut.
2. Sesuai dengan konsep konsistensi dan matching antara penghasilan dan beban, maka beban
depresiasi harus diperlakukan pula seperti halnya beban input bahan baku yaitu pengurangi hasil
penjualan.

3. Nilai tambah bersih menghilangkan adanya perhitungan ganda, sedangkan nilai tambah kotor
akan menghasilkan perhitungan ganda, kerana tidak dikurangkannya beban depresiasi dari hasil
penjualan.

Manfaat Laporan Nilai Tambah

1. Pengungkapan
Laporan nilai tambah merupakan usaha memberikan informasi yang lengkap dan relevan
tentang kegiatan perusahaan dengan memasukkan informasi beberapa kelompok orang yang
berkepentingan terhadap perusahaan, seperti pemilik, kreditur, pegawai dan pemerintah.
Bagi pemakai laporan keuangan yang sudah ahli hal ini dapat dibenarkan karena mereka
dengan mudah dapat mencari informasi yang sama dari laporan tahunan perusahaan. Namun
demikian, perlu diingat bahwa tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi
yang berguna bagai berbagai macam pemakai laporan keuangan yang memiliki kebutuhan dan
kemampuan menganalisa yang berbeda

2. Sederhana dan Fleksibel


Laporan nilai tambah sangat mudah disusun hanya dengan memodifikasi laporan laba
rugi. Desamping itu, bentuk dan isi laporan nilai tambah lebih mudah dipahami dibandingkan
laporan laba rugi, khususnya bagi para pegawai, pemilik modal dan pemerintah, karena laporan
tersebut mengelompokkan pihak-pihak yang ikut menyumbang terciptanya nilai tambah
perusahaan.

Namun demikian, para pemakai laporan nilai tambah harus memiliki pemahaman tentang
isi informasi yang disajikan, jika tidak kesederhanaan laporan nilai tambah menjadi
menyesatkan. Laporan nilai tambah memiliki fleksibilitas dalam penyusunannya, karena dapat
disusun atas dasar biaya historis, constant purchasing power bahkan atas dasar current cost
accounting sekalipun.

3. Hubungan Industrial
Laporan nilai tambah dimaksudkan dapat mencerminkan adanya "team spirit" di dalam
organisasi perusahaan. Laporan Nilai tambah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
laporan laba-rugi :

1). Laporan nilai tambah menggambarkan peranan pegawai di dalam perusahaan oleh karena
dipandang sebagai pihak yang ikut menyumbangkan terciptanya kekayaan perusahaan.
2). Dengan pemberian insentif kepada para pegawai atas dasar besarnya sumbangan mereka
terhadap nilai tambah perusahaan, maka dengan sendirinya akan menaikkan motivasi pegawai
didalam proses penciptaan kekayaan perusahaan.

3). Laporan nilai tambah dapat dipakai sebagai referensi guna penyelesaian kasus-kasus
perburuhan.

4. Kebijakan Ekonomi
Laporan nilai tambah berperan dalam memperbaiki kegiatan analisa ekonomi, oleh
karena konsep nilai tambah konsisten dengan analisa input-output yang sering dipakai para
ekonomi untuk menghitung pendapatan nasional. Apabila setiap perusahaan secara konsisten
menyajikan laporan nilai tambah, maka pemerintah akan mampu mengumpulkan data ekonomi
secara akurat dan tepat waktu yang pada gilirannya akan memberikan data yang akurat bagi
keperluan peramalan dan penyusunan kebijakan ekonomi pemerintah.

5. Analisis Komparasi
Laporan nilai tambah memberikan tambahan kriteria yang dapat dipakai sebagai dasar
untuk menilai dan membandingkan prestasi suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Dengan
mengetahui besarnya rasio antara nilai tambah dan gaji pegawai akan dapat diprediksi sehat
tidaknya suatu perusahaan. Disamping itu laporan nilai tambah dapat pula dipakai sebagai alat
untuk mengukur besar dan pentingnya suatu perusahaan. Besarnya perusahaan biasanya
tercermin dari besarnya nilai penjualannya, tetapi perlu diingan bahwa angka nilai penjualan
dapat menyesatkan jika besarnya turnover perusahaan hanyalah pencerminan dari biaya
pembelian produk dari perusahaan lain yang di jual kembali kepada konsumen.

Perusahaan yang padat modal dan hanya memperkerjakan sedikit pegawai akan tampak
lebih besar dan penting dibandingkan perusahaan padat karya. Laporan nilai tambah memberikan
informasi tentang besarnya jumlah pegawai dan besarnya penciptaan kekayaan bersih
perusahaan, serta distribusi kekayaan ini kepeda beberapa kelompok yang terlibat dalam
proses penciptaan kekayaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 2012. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta


Lubis, Arfan Ikhsan. 2017. Teori Akuntansi. Medan: Madenatera
Soemarso, 2008. Akuntansi suatu pengantar Edisi 4. Jakarta: PT Rineka Citra
https://dexsuar.wordpress.com/2013/09/18/konsep-hutang-dan-ekuitas/

Anda mungkin juga menyukai