Dalam FASB dalam SFAC No. 6, hutang didefinisikan sebagai pengorbanan manfaat
ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk
menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain di masa mendatang sebagai akibat
transaksi masa lalu.
Sama dengan definisi hutang yang dikemukakan FASB, IAI definisi hutang (kewajiban)
yaitu hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat
ekonomi.
Kewajiban (hutang) adalah pengorbanan ekonomi yang harus dilakukan perusahaan dimasa
mendatang karena tindakan atau transaksi sebelumnya. Pengorbanan ekonomi dapat berbentuk
penyerahan uang, aktiva lain, jasa-jasa atau dilakukannya pekerjaan tertentu. Tindakan atau
transaksi itu dapat berupa diterimanya uang, barang atau jasa, diakuinya suatu biaya atau
kerugian. Kewajiban mengakibatkan adanya ikatan yang memberikan hak kreditur untuk
mengklaim aktiva perusahaan. Kewajiban biasanya dapat ditentukan jumlahnya atau mudah
ditaksir dan dinyatakan dalam satuan uang.
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas hutang/kewajiban adalah suatu
pengorbanan ekonomi yang dilakukan perusahaan dimasa yang akan datang yang timbul dari
aktivitas transaksi sebelumnya. Pengorbanan tersebut dapat berupa penyerahan uang, barang atau
jasa yang diakui sebagai biaya atau kerugian.
1. Kewajiban Sekarang
Kewajiban timbul karena pada saat sekarang suatu entitas memiliki tanggung jawab yang
tidak dapat dihindari untuk menyerahkan barang/jasa. FASB mengatakan bahwa hutang
merupakan pengorbanan dimasa mendatang dari keuntungan ekonomi. Definisi diatas lebih
didasarkan atas pada peristiwa masa mendatang yang belum diketahui terjadinya. Oleh karena itu
pengorbanan tersebut belum benar-benar terjadi, maka pengorbanan tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai sesuatu yang nyata.
Objek hutang yang sebenarnya adalah kewajiban yang ada pada saat sekarang. Oleh karena
itu, definisi hutang yang lebih menunjukkan pada saat sekarang adalah kewajiban suatu unit
usaha yang merupakan keharusan bagi unit usaha tersebut untuk menyerahkan aktiva/jasa pada
pihak lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi di masa lalu.
Hutang juga sering disebut klaim atau hak tertentu pihak lain kepada aktiva perusahaan.
Hal ini disebabkan suatu unit usaha dapat memiliki aktiva atau jasa karena adanya pihak lain
yang menyediakan dana untuk memperoleh aktiva yang ada pada neraca pada dasarnya
merupakan klaim pihak lain terhadap sumber ekonomi sehingga suatu entitas memiliki
kewajiban untuk menyerahkan aktiva atau jasa pada pihak lain tersebut.
Kewajiban dikelompokkan menjadi dua jenis, antara lain:
1. Kewajiban pada kreditor/hutang
2. Kewajiban kepada pemilik
Meskipun kedua pihak tersebut memiliki hak terhadap aktiva, namun keduanya memiliki
hak yang berbeda. Kreditor memiliki hak untuk didahulukan pelunasannya dalam kasus
likuidasi. Sedangkan untuk pemilik, hak atas aktiva hanya didasarkan pada sisa aktiva setelah
kewajiban terhadap kreditor terpenuhi.
Dalam kasus subtance defeasance menimbulkan pertanyaan : “ kapan hutang akan
diakui ?” definisi FASB atas hutang menunjukkan bahwa hutang disesuaikan ketika aktiva atau
jasa telah ditransfer terhadap entitas lainnya. Dalam statement no. 76 mayoritas kelompok
percaya terhadap FASB bahwa suatu obligasi memuaskan bilamana debitur menempatkan
aktiva-aktiva perjanjian yang tidak dapat dibatalkan dengan tujuan melayani suatu kewajiban
hutang yang diberi. Pengorbanan seharusnya dibuat karena perusahaan telah dilepaskan
penggunaannya terhadap aktiva. Sebaliknya kelompok minoritas mendesak bahwa debitur
perusahaan tidak dibebaskan atau dilepaskan dari hutang sampai kreditur aktual membayar atau
menyetujui bahwa debitur sudah tidak lagi obliger utama.
4. Kerugian Kontijensi
Merupakan dampak adanya hutang. Usaha untuk membuat perbedaan antara hutang
sekarang dan hutang dimasa mendatang bukanlah hal yang sederhana. Perbedaan ini terjadi
disebabkan adanya penilaian atas peristiwa masa lalu sehingga sulit diintepretasi. FASB dalam
statement no. 5 mendefinisikan kerugian kontijensi sebagai berikut : “ suatu kondisi, situasi atau
serangkaian keadaan yang menimbulkan ketidakpastian akan timbulnya kemungkinan hutang
atau rugi suatu perusahaan, dimana timbulnya kemungkianan tersebut tergantung pada
terjadi/tidaknya satu peristiwa atau lebih dimasa mendatang.”
FASB mengatakan kerugian harus diakui jika hutang terjadi dan jumlahnya dapat
diestimasi secara logis. Jika kondisi ini tidak sesuai maka ini disebut dengan kerugian kontijensi.
Hutang kontijensi yang timbul tidak dilakukan pencatatan karena tidak menghasilkan hutang.
5. Pensiun
Merupakan salah satu contoh atas peristiwa masa lalu.dalam program pensiun perusahaan
berjanji untuk memberikan dana pensiun bagi karyawan yang telah memasuki masa akhir
jabatan. Melalui program ini apakah sebuah hutang terjadi ? Apakah yang mendasri hutang ?
Apakah perusahaan berjanji untuk membayarnya ? Beberapa perusahaan mengatakan bahwa
perusahaan berjanji untuk membayar bagi karyawan yang pensiun. Pendapat lain mengatakan
bahwa suatu entitas berkewajiban untuk mmeberikan keuntungan aktuak bagi karyawan yang
pensiun. Seperti hutang lainnya, keputusan didasarkan pada apakah sebuah hutang tergantung
pada seperti apa peristiwa masa lalu. FASB mengeluarkan sebuah pembahasan memorantum atas
perencanaan pensiun dalam beberapa point penting :
1. Seperti karyawan memandang jasa
2. Kapan perusahaan dapat memberikan kontribusi atas perencaaan yang kan digunakan untuk
membayar keuntungan
3. Kapan perusahaan menurut batas hukum memberikan keuntungan walaupun jika
perencanaan berkahir
4. Kapan karyawan pensiun
5. Kapan keuntungan pensiun dibayarkan kepda orang yang dipensiunkan
Ketika hutang didefinisikan ada suatu kebutuhan untuk menjelaskan secara spesifik tentang
hal-hal tertentu. Intepretasi ini merupakan aturan yang kita gunakan di dalam mengidentifikasi
atau mengakui hutang-hutang tertentu. Aturan ini dilihat didasarkan pada kreteria tertentu seperti
halnya telah dijelskan pada bahasan terdahulu pada aktiva. Berikut kriteria pengakuan terhadap
hutang :
IAI (1994: paragraf 62) dalam SAK menyebutkan bahwa penyelesaian kewajiba masa kini
biasanya melibatkan perusahaan untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa
depan demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang
dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan :
a. Pembayaran kas
b. Penyerahan aktiva
c. Pemberian jasa
d. Penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban yang lain atau,
e. Konversi kewajiban menjadi ekuitas
Kewajiban juga dapat dihapus dengan cara lain seperti kreditor membebaskan atau membatalkan
haknya.
a. In-Subsance Defeseance
In-Subsance Defeseance adalah suatu rencana perjanjian dimana seorang debitur
menempatkan sejumlah tertentu harta moneter secukupnya yang bebas resiko pada kuasa badan
perwakilan (trust) tertentu untuk digunakan sebagai pembayaran hutang di masa mendatang.
Gambaran tentang pelunasan hutang dengan cara In-Subsance Defeseance dapat dilihat
pada contoh berikut ini. PT. A mempunyai hutang obligasi sebesar Rp. 10.000.000 dengan
tingkat bunga 8% per tahun, jangka waktu pelunasannya 10 tahun. Atas hutang tersebut PT. A
membeli sertifikat bank Indonesia senilai Rp. 10.000.000 dengan tingkat bunga 8% per tahun,
jangka waktu pelunasannya 10 tahun. Pembelian tersebut dilakukan secara tunai dengan total
pengeluaran Rp. 7.500.000. sertifikat Bank Indonesia kemudian diserahkan pada badan
perwakilan untuk digunakan sebagai pelunasan hutang.
Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Pada saat pembelian:
Investasi sertifikat Bank Indonesia Rp. 10.000.000
Kas Rp. 10.000.000
Ekuitas pemilik adalah hak pemegang saham atas suatu aktiva yang tersisa dalam
perusahaan. Definisi ini cenderung menganut teori kepemilikan. Menurut APB Statement no 4
ekuitas pemilik adalah kelebihan aktiva perusahaan diatas kewajiban. Ekuitas juga merupakan
hak milik sisa (residual interest) dalam aktiva suatu badan usaha yang tersisa sesudah dikurangi
utang. Jadi dapat disimpulkan bahwa Ekuitas pemilik adalah hak dari pemilik atas aktiva yang
tersisa dalam perusahaan.
Pada perusahaan perseroan, ada perbedaan hukum antara modal kontribusi dan laba
ditahan. Modal legal adalah batas kewajiban dari pemegang saham yang diukur berdasarkan nilai
nominal atau nilai yang ditetapkan bila tidak ada nilai nominal. Modal kontribusi lainnya adalah
modal yang meliputi premium saham, modal sumbangan, modal penempatan saham treasury,
modal penempatan saham opsi dan warran.
Seperti yang telah dijelaskan, ekuitas merupakan hak pemilik atas kekayaan perusahaan.
Kekayaan perusahaan dalam neraca dicatat sebagai aktiva. Pada perusahaan berbentuk perseroan
terbatas , ekuitas terdiri atas modal disetor dan laba ditahan. FASB menjelaskan bahwa ekuitas
merupakan:
“Ekuitas adalah tingkat residual aktiva dari suatu entitas yang tersisa setelah pengurangan
hutang-hutang. Pada perusahaan bisnis, ekuitas adalah tingkat kepemilikan”.
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa dua karakteristik ekuitas adalah sebagai berikut:
1. Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan hutang
perusahaan.
2. Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan aktiva neto baik
yang berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan biaya) maupun investasi oleh pemilik
atau distribusi kepada pemilik.
Definisi ini menyajikan teori proprietary menurut stakeholders yang dirasa menjadi
pemilik perusahaan. APB No.1 dalam menjelaskan tentang hutang tidak tampak ada perbedaan
yang dibuat diantara hutang dan ekuitas pemilik. Namun demikian,APB statement no.4 dan
SFAC no.6 membuat perbedaan diantara keduanya: APB statement no.4 menawarkan definisi
pasif dari ekuitas pemilik sebagai akses terhadap aktiva perusahaan melalui hutang-hutangnya.
Pendekatan yang sama juga di ambil SFAC no. 6. Kedua definisi ini menyiratkan kepemilikan
proprietary perusahaan oleh stockholders.
Pengakuan Dan Pengukuran Ekuitas Pemilik
Transaksi ekuitas pemilik dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu : transaksi modal atau
transaksi yang berkaitan dengan penghasilan. Transaksi modal menyangkut transaksi langsung
dari pemilik terhadap perusahaan. Transaksi yang berkaitan dengan penghasilan menyajikan
transaksi laba rugi dan penyesuaian laba tahun sebelumnya.
Hak-hak
Hak memberikan pemilik modal kepastian hukum atau kebijakan perusahaan.
Kepemilikan tunggal atas sejumlah modal mengharuskan seorang kreditor memiliki klaim atas
pemilik atau suatu perusahaan. Dalam teori akuntansi, tidak menjadi masalah seperti apa bentuk
hukum dari organisasi, perusahaan diperkenalkan sebagai sebuah unit atas akuntabilitasnya.
Kreditur tidak memiliki hak untuk menggunakan aktiva perusahaan. Dengan cara yang
terbatas, dengan kontrak, mereka dapat mengganggu operasi yang mengharuskan laba ditahan
terbatas atau dengan dana cadangan yang dibentuk atau aktiva yang diberi tidak dijual tanpa
persetujuan mereka. Sebaliknya, pemilik memiliki hak, otoritas untuk mengoperasikan bisnis.
Substansi Ekonomi
Semua pemilik ekuitas memiliki resiko akan kerugian, tetapi karena tuntutan kreditur
sebelumnya, resiko mereka lebih kecil dari pemilik. Pemilik harus melakukan usaha
membendung kerugian yang dihasilkan dari setiap aktivitas perusahaan. Para pemilik atau wakil-
wakil mereka memiliki pengendalian atas aktiva-aktiva dalam akuisisi, komposisi, kegunaan dan
disposisi. Mereka memiliki pengendalian atas operasi, tanggungjawab untuk menjalankan bisnis
dan untuk keberlanjutan pendapatan.
Modal Legal
Akuntansi untuk ekuitas stakeholders dipengaruhi oleh preskripsi legal. Banyak syarat
untuk modal legal menuntut perbaikan perusahaan melalui sejumlah modal tertentu. Tujuannya
adalah untuk melindungi kreditor dari “cushion” atau “buffer”.
Opsi Saham
Opsi saham adalah hak beli saham dibawah harga pasar yang diberikan kepada karyawan
atas kompensasi jasa karyawan terhadap perusahaan. Ada 4 waktu yang membedakan cara
pengukuran saham yaitu tanggal pemberian, tanggal diterima oleh karyawan, tanggal dapat
diskon pertama dan tanggal pemotongan sesungguhnya.
Saham Treasury
Perolehan saham treasury merupakan metode signaling prospek yang akan datang bagi
pemegang saham. Sebab-sebab perusahaan membeli kembali treasury stock karena :
1. Keinginan untuk meningkatkan proporsi pemilikan saham
2. Untuk menyediakan opsi saham bagi karyawan
3. Untuk menghindari usaha pengambil alihan atau mengurangi jumlah pemegang saham
4. Membentuk harga pasar saham bagi perusahaan
Deviden Saham
Menurut APB 43, ada 2 kebijakan akuntansi untuk deviden saham, tergantung ukuran
dari deviden tersebut, yaitu :
1. Deviden saham besar (lebih dari 25 %) dan dicatat dengan reklasifikasi laba ditahan ke modal
kontribusi berdasarkan nilai nominal saham yang diterbitkan.
2. Deviden saham kecil (kurang dari 20 %), reklasifikasi laba ditahan ke dalam modal kontribusi
didasarkan atas harga pasar saham dan nilai deviden berdasarkan atas nilai pasar saham sebelum
pembagian deviden.
Alasan dibaginya deviden saham adalah keinginan manajemen untuk memberikan bukti
kepada pemegang saham untuk penghasilan mereka di dalam laba ditahan dan untuk menaikkan
jumlah lembar saham yang beredar. Kedua metode yang digunakan untuk mencatat deviden
saham tidak mempengaruhi penghasilan, aktiva dan hutang. Hanya komposisi ekuitas pemilik
yang berubah.
10.4 Laporan Nilai Tambah
Laporan keuangan suatu perusahaan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laba yang
belum dibagi dan perubahan posisi keuangan atau arus kas serta catatan atas laporan keuangan
sebenarnya tidak lain adalah laporan pertanggungjawaban manajemen kepada terutama para
pemilik perusahaan. Laporan keuangan ini disusun berdasarkan dua anggapan pokok. Pertama,
bahwa pemilik modal yang ditanamkan dalam perusahaan adalah pemegang saham. Kedua,
tujuan penyusunan laporan keuangan dititik beratkan pada kebutuhan para pemegang saham
dan investor. Oleh karena itu laba bersih suatu perusahaan dapat dipandang sebagai pendapatan
yang dihasilkan perusahaan untuk para pemegang saham dan investor (ada investor yang
mendapat bunga).
Konsep teori enterprise memandang bahwa tujuan perusahaan adalah dalam rangka
memberikan kesejahteraan kepada beberapa kelompok orang yang berkepentingan terhadap
perusahaan tersebut. Untuk memberikan laporan kesejahteraan perusahaan kepada beberapa
kelompok yang berkepentingan terhadap perusahaan, dapat dilakukan dengan menyusun laporan
tambahan selain laporan keuangan yang biasa, yaitu laporan nilai tambah (value added
statement). Laporan nilai tambah menunjukkan pendapatan suatu perusahaan sebagai kesatuan
usaha dan bagaimana nilai tambah ini didistribusikan kepada kelompok-kelompok yang
menyumbangkan terciptanya nilai tambah tersebut.
Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menghitung nilai tambah suatu perusahaan
yaitu Metode Subtractive dan Metode additive.
1. Metode Subtractive, yaitu nilai tambah (NT) perusahaan dapat dihitung dari besarnya nilai
penjualan atau output kotor perusahaan yaitu dengan cara hasil penjualan (HP) dikurangi dengan
beban input (BI) yang terdiri dari bahan baku atau jasa yang dibeli dari luar perusahaan yang
dipakai untuk menghasilkan penjualan tersebut atau secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
NT = HP- BI
2. Metode additive merupakan nilai tambah (NT) perusahaan dapat dihitung dari laporan laba
opeasi, yaitu dengan cara menjumlahkan jumlah input produksi yang berasal dari modal dan
tenaga kerja dalam rangka menghasilkan penjualan. Dalam istilah akuntansi adalah jumlah laba
operasi (sebelum pajak, bunga dan pos-pos luar biasa tetapi setelah menghilangkan unsur beban
operasi dan laba yang berasal dari kegiatan non produksi) ditambah dengan biaya gaji dan upah
pegawai atau secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
NT = BG + (LO – NP)
NT : Nilai Tambah
BG : Beban Gaji dan Upah
LO : Laba Operasi
NP : Beban Operasi dan Laba yang Berasal dari Kegiatan Non Produksi.
Seperti halnya laporan laba rugi, laporan nilai tambah juga disusun atas dasar konsep
akrual dan matching principles. Disamping itu, laporan nilai tambah merupakan laporan hasil
operasi perusahaan (tidak termasuk transaksi modal) untuk periode waktu tertentu, bukan pada
tanggal tertentu. Dengen metode additive, laporan keuangan nilai tambah dapat disusun dengan
mudah hanya dengan mengubah laporan laba rugi. Laporan keuangan nilai tambah dapat
disusun dengan mudah hanya dengan mengubah laporan Laba Rugi. Besarnya laba yang ditahan
perusahaan dapat dihitung dengan cara mengurangkan berbagai macam beban, pajak dan deviden
dari hasil penjualan atau secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
LD : Laba Ditahan
HP : Hasil Penjualan
BI : Total Beban Input Bahan Baku dan Jasa Lain
BG : Beban Gaji dan Upah Pegawai
Dep : Beban Depresiasi
I : Beban Bunga
Div : Deviden yang Dibayar
T : Pajak Penghasilan
Dengan mengubah persamaan (1), yaitu memindahkan elemen basil penjualan, beban
input dan beban depresiasi ke sebelah kiri persamaan serta memindahkan elemen beban gaji,
beban bunga, deviden, pajak dan Iaba ditahan ke sebelah kanan persamaan, maka dapat dihitung
besarya nilai tambah bersih:
Jika nilai depresiasi dalam persamaan (2) dipindahkan ke sebelah kanan persamaan,
maka akan didapat besarnya nilai tambah kotor:
Perbedaan antara nilai tarnbah bersih dan nilai tambah kotor terletak pada perlakuan
beban depresiasi. Perbedaan kedua nilai tambah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Nilai tarnbah tidak lain adalah kekayaan yang diciptakan oleh perusahaan dan kekayaan ini
akan dinilai terlalu tinggi apabila tidak diakui adanya akumulasi penurunan nilai aktiva tetap
karena pemakaian aktiva tersebut.
2. Sesuai dengan konsep konsistensi dan matching antara penghasilan dan beban, maka beban
depresiasi harus diperlakukan pula seperti halnya beban input bahan baku yaitu pengurangi hasil
penjualan.
3. Nilai tambah bersih menghilangkan adanya perhitungan ganda, sedangkan nilai tambah kotor
akan menghasilkan perhitungan ganda, kerana tidak dikurangkannya beban depresiasi dari hasil
penjualan.
1. Pengungkapan
Laporan nilai tambah merupakan usaha memberikan informasi yang lengkap dan relevan
tentang kegiatan perusahaan dengan memasukkan informasi beberapa kelompok orang yang
berkepentingan terhadap perusahaan, seperti pemilik, kreditur, pegawai dan pemerintah.
Bagi pemakai laporan keuangan yang sudah ahli hal ini dapat dibenarkan karena mereka
dengan mudah dapat mencari informasi yang sama dari laporan tahunan perusahaan. Namun
demikian, perlu diingat bahwa tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi
yang berguna bagai berbagai macam pemakai laporan keuangan yang memiliki kebutuhan dan
kemampuan menganalisa yang berbeda
Namun demikian, para pemakai laporan nilai tambah harus memiliki pemahaman tentang
isi informasi yang disajikan, jika tidak kesederhanaan laporan nilai tambah menjadi
menyesatkan. Laporan nilai tambah memiliki fleksibilitas dalam penyusunannya, karena dapat
disusun atas dasar biaya historis, constant purchasing power bahkan atas dasar current cost
accounting sekalipun.
3. Hubungan Industrial
Laporan nilai tambah dimaksudkan dapat mencerminkan adanya "team spirit" di dalam
organisasi perusahaan. Laporan Nilai tambah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
laporan laba-rugi :
1). Laporan nilai tambah menggambarkan peranan pegawai di dalam perusahaan oleh karena
dipandang sebagai pihak yang ikut menyumbangkan terciptanya kekayaan perusahaan.
2). Dengan pemberian insentif kepada para pegawai atas dasar besarnya sumbangan mereka
terhadap nilai tambah perusahaan, maka dengan sendirinya akan menaikkan motivasi pegawai
didalam proses penciptaan kekayaan perusahaan.
3). Laporan nilai tambah dapat dipakai sebagai referensi guna penyelesaian kasus-kasus
perburuhan.
4. Kebijakan Ekonomi
Laporan nilai tambah berperan dalam memperbaiki kegiatan analisa ekonomi, oleh
karena konsep nilai tambah konsisten dengan analisa input-output yang sering dipakai para
ekonomi untuk menghitung pendapatan nasional. Apabila setiap perusahaan secara konsisten
menyajikan laporan nilai tambah, maka pemerintah akan mampu mengumpulkan data ekonomi
secara akurat dan tepat waktu yang pada gilirannya akan memberikan data yang akurat bagi
keperluan peramalan dan penyusunan kebijakan ekonomi pemerintah.
5. Analisis Komparasi
Laporan nilai tambah memberikan tambahan kriteria yang dapat dipakai sebagai dasar
untuk menilai dan membandingkan prestasi suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Dengan
mengetahui besarnya rasio antara nilai tambah dan gaji pegawai akan dapat diprediksi sehat
tidaknya suatu perusahaan. Disamping itu laporan nilai tambah dapat pula dipakai sebagai alat
untuk mengukur besar dan pentingnya suatu perusahaan. Besarnya perusahaan biasanya
tercermin dari besarnya nilai penjualannya, tetapi perlu diingan bahwa angka nilai penjualan
dapat menyesatkan jika besarnya turnover perusahaan hanyalah pencerminan dari biaya
pembelian produk dari perusahaan lain yang di jual kembali kepada konsumen.
Perusahaan yang padat modal dan hanya memperkerjakan sedikit pegawai akan tampak
lebih besar dan penting dibandingkan perusahaan padat karya. Laporan nilai tambah memberikan
informasi tentang besarnya jumlah pegawai dan besarnya penciptaan kekayaan bersih
perusahaan, serta distribusi kekayaan ini kepeda beberapa kelompok yang terlibat dalam
proses penciptaan kekayaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA