Anda di halaman 1dari 6

Cekungan Kutai

Siapa yang tidak mengenal Kutai, salah satu daerah terkaya di Indonesia dengan sumber daya
alam yang melimpah. Hidrokarbon dan mineral melimpah di daerah ini. Bagaimana aspek
geologi membahas sehingga begitu banyaknya sumber daya alam yang terkamulasi di daerah
ini?

Secara geogragis cekungan kutai terletak pada 3 LU – 2 LS, dan 113 – 118 BT. Sebelah utara
berbatasan dengan cekungan tarakan yang dibatasai oleh busur mangkalihat. Sebelah selatan
berbatasan dengan cekungan barito dibatasi oleh Adang flexure yang berarah barat laut-
tenggara. Dibagian barat ada tinggian kucing dan sebelah timur berbatasan dengan cekungan
Lariang. Ketebalan sedimen antara 1.500 – 12.000 m dan kedalaman cekungan yang
mencapai 15.000 m inilah yang membuat cekungan kutai kaya dengan akumulasi
hidrokarbonnya.

TEKTONIK DAN STRUKTUR GEOLOGI

Cekungan kutai merupakan salah satu cekungan terbesar di Indonesia. Dengan basement
adalah batuan kerak benua dan akresi dari mikrokontinen, cekungan berumur tersier ini
terbagi atas cekungan kutai bagian atas yang berada di bagian barat  dan cekungan kutai
bagian bawah yang posisinya di sebelah timur pulau kalimantan.
Pulau Kalimantan telah mengalami sejarah tektonik yang cukup panjang, termasuk cekungan
kutai. Tektonik yang cukup kompleks terjadi selama masa Paleogen hingga resen
menghasilkan struktur-struktur yang cukup kompleks.

Awalnya, cekungan kutai terbentuk dari interaksi tiga lempeng yaitu Eurasia, India-Australia
dan Pasifik. Struktur batuan yang ada merupakan hasil tektonik akhir Mesozaikum hingga
awal tersier. Evolusi tektonik di cekungan kutai menurut Asikin (1995) dalam internal Vico
terbagi menjadi 8 kejadian utama :

#Jurasik-Kapur Awal

Lempeng australia terpisah dari  antartika diikuti pergerak lempeng india-australia ke bagian
utara. Cekungan kutai berada pada lempeng Eurasia pada saat itu.

#Kapur akhir-Eosen Tengah


Selama akhir kapur, laut cina selatan mulai membuka (spreading) dan terjadi sampai Eosen
tengah. Pada saat itu Kalimantan terpisah dari pulau Hainan dan berkembang ke arah selatan
mengikuti rifting. Kejadian rift pertama ini mengakibatkan pembentukan intra-cratonic
graben di daratan Cina dan Kalimantan sepanjang patahan ekstensi yang berarah NE-SW.
Rifting ini kemungkinan berkaitan dengan tahap awal dari ekstrusi daratan Sunda
(Tapponier,1986).

#Kapur akhir-Paleosen

Selama pemekaran diatas, juga beririsan dengan sebuah kejadian subduksi dari kerak
samudera india-australia yang menujam kerak Sunda. Zona  ini membentuk komplek
subduksi Meratus. Sekarang bisa kita lihat sebagai punggungan kutai, dimana bagian sebelah
barat dari punggungan kutai merupakan forc arc basin pada saat itu (cekungan kutai atas) dan
cekungan kutai bawah adalah cekungan samudera dengan suplai sedimen yang masih
sedikit. Mendekati akhir dari kejadian ini, fragmen kontinen dari Gondwana yang
dikenal dengan blok Kangean-Paternosfer mengalami collision dengan kompleks
subduksi Meratus. Pemotongan ini disebabkan oleh sayatan dari aktifitas magmatik.

#Paleosen Akhir-Miosen Tengah

Pemekaran laut cina selatan masih berlangsung selama periode ini. Terjadi subduksi Lupar
akibat rifting yang diikuti spreading tersebut. Pada masa itu, cekungan kutai atas merupakan
busur magmatik dan cekungan kutai bawah merupakan back arc basin dibuktikan dengan
diendapkannya beberapa formasi.

#Eosen Tengah

Pada masa ini terjadi collision antara lempeng india dan asia yang mendorong terjadinya
rotasi pulau kalimantan berlawanan arah jarum jam. Beberapa lempeng besar mengalami
modifikasi dan reaktifikasi sesar yang sudah ada. Pergerakan patahan strike slip
enechelon berasosiasi dengan displacement besar ke arah selatan dari fragmen Asia
sepanjang patahan Sungai Merah, di lempeng Indo-Cina hingga zona Lupar di Kalimantan,
telahmenghasilkan transtension (wrench) basin di Laut Cina Selatan (Cekungan Natuna)
dan di bagian Kalimantan Tengah dan Barat.

#Eosen Tengah-Oligosen Akhir

Penekanan ke arah tenggara akibat tubrukan antara india-asia menyebabkan ekstrusi dan
membuat adanya bukaan di selat makassar yang kembali mengaktifkan sesar-sesar
tua. Selama masa ini Cekungan Kutai didefinisikan sebagai rift basin. Pengangkatan dan
deformasi regangan sepanjang shear paralel pada batuan dasar kerak kontinen telah
menghasilkan pemekaran (rifting) tersebut.

#Oligosen akhir-Miosen Awal

Tahap kedua membukanya (spreading) dari laut cina selatan. Aktivitas geologi ini diiringi
dengan collision  yang terjadi antara lempeng Palawan-Red Bank yang diakhiri dengan
pemekaran sekaligus berhentinya rotasi dari pulau Kalimantan. Pada kala itu, tinggian kucing
sudah terangkat (miosen tengah).
#Miosen Tengah

Collision  dari kontinen Bangaisula pada sulawesi sekaligus pengangkatan pegunungan


Meratus.

STRATIGRAFI CEKUNGAN

Rekaman pada stratigrafi cekungan menunjukkan terjadi beberapa kali fase transgresi dan
regresi. Siklus transgresi Paleogen terjadi pada pertengahan Eosen hingga miosen awal.
Sedangkan regresi terjadi pada miosen tengah pada miosen akhir. Batuan dasar berupa batuan
mafik  berasosiasi dengan batuan sedimen yang tingkat metamorfismenya berbeda

#Endapan Paleogen

Endapan paling tua berumur pada Formasi Kilam Haloq yang merupakan sedimen Alluvial
pada cekungan dalam (Satyana dkk.,1999) yang prosesnya beriringan dengan pembukaan
cekungan. Tersusun dari batupasir dan konglomerat dengan ketebalan sampai 2000 m.

Terjadi penurunan cekungan yang begitu cepat akibat melenturnya cekungan (basin
sagging).  Pada saat itu diendapkanlah formasi Atan yang litologinya terdiri atas serpih dan
batulumpur dengan ketebalan 200 – 400 m (Satyana dan Bintaro, 1996).Aktivitas tektonik
ikut mengambil peran dengan adanya pengangkatan pada batas-batas cekungan.

#Endapan Oligosen akhir-Miosen tengah

Di atas Formasi Atan diendapkan  Formasi Marah dan Formasi Pamuluan. Formasi Marah
tersusun atas batupasir dan konglomerat dengan perselingan serpih dan batubara. Formasi
Pamuluan yang terbentuk pada Oligosen akhir hingga miosen awal tersusun atas
batulempung, serpih, napal, batupasir dan batugamping.

Secara selaras diendapkan kelompok Bebulu yang terbentuk pada awal Miosen awal sampai
akhir dari miosen awal. Kelompok Bebulu terdiri atas Formasi Pulau Balang dan Formasi
Maruat. Formasi Maruat tersusun dari dua sikuen karbonat yang keudanya terdiri
dari kalkarenit bioklastik yang dipisahkan oleh lapisan serpih dan batupasir lempungan yang
merupakan bagian dari Formasi Pulau Balang. Formasi ini diendapkan pada lingkungan
paparan karbonat dangkal dengan umur Miosen Awal hingga awal Miosen Tengah.Formasi
Pulau Balang adalah endapan laut dan menjari dengan batugamping Maruat. Terdiri atas
batupasir, batulanau dengan sisipan batugamping dan batulempung. Diendapkan pada
lingkungan neritik awal hingga tengah pada miosen awal.

#Endapan Miosen tengah-Miosen Akhir

Fase kedua adalah regresi yang membentuk endapan progadasi selama periode miosen awal-
pleistosen. Selama masa inilah diendapakan kelompok Balikpapan, Kelompok Kampung
Baru dan Kelompok Mahakam.

Kelompok Balikpapan terdiri dari Formasi Mentawir dan Gelingseh. Formasi Mentawir
tersusun atas batupasir dengan perlapisan batulumpur dan batulanau, mengalami interkelasi
dengan batunapal dan batugamping Formasi Gelingseh. Tidak ada struktur pada formasi yang
diendapkan selama miosen tengah ini. Sedangkan Formasi Gelingseh terdiri atas batupasir,
batulanau, batulempung, dan lapisan batugamping. Diendapkan pada neritik tengah selama
miosen tengah.

#Endapan Pliosen-Kuarter

Kelompok Kampung Baru menutupi Kelompok Balikpapan dengan formasi Sepinggan dan
Tanjung Batu yang berumur miosen tengah-pleistosen. Formasi Sepinggan tersusun atas
litologi batupasir, batulempung, batu lanau, dan batubara. Berumur miosen tengah dengan
pengendapan neritik tengah. Sedangkan Formasi Tanjung Batu tersusun oleh batupasir,
batulanau, dan batulempung. Formasi ini diendapkan pada lingkungan pengendapan delta
hingga laut dangkal dengan umur Miosen Tengah hingga Pliosen.

#Endapan Kuarter-Resen

Kelompok Mahakam terdiri atas Formasi Handil Dua, Formasi Attaka, dan endapan Kuarter
Delta Mahakam. Kelompok ini diendapkan di atas Kelompok Kampung baru secara selaras
dan diendapkan pada kala Pleistosen hingga Resen di daerah neritik. Formasi Attaka tersusun
oleh batupasir, batulempung, dan kalkarenit bioklastik (Satyana dkk., 1999). Formasi ini
diendapkan pada lingkungan pengendapan neritik tengah hingga laut terbuka dengan umur
Pleistosen hingga Resen. Formasi Handil Dua tersusun oleh batupasir yang diendapkan pada
kala Holosen dengan lingkungan pengendapan berupa delta (Marks dkk., 1982). Sementara
endapan Kuarter Delta Mahakan tersusun oleh pasir, kerikil, lumpur, dan endapan pantai
yang terbentuk pada lingkungan rawa, pantai, sungai, dan delta yang terendapkan secara tidak
selaras terhadap batuan di bawahnya.
                  
Kolom stratigrafi Cekungan Kutai (Satyana dkk., 1999).

Anda mungkin juga menyukai