Anda di halaman 1dari 3

3. Kasus Eksonerasi.

Fenomena transpotasi online sekarang ini sedang marak-maraknya dibicarakan oleh


masyarakat terutama di Indonesia. Kehadiran penyedia jasa transportasi online semakin banyak
bermunculan contoh nya Go-jek, transportasi online ini sendiri mendapat respon positif dari
masyarakat. Namun banyak juga penyalahgunaan atas Transportasi online ini seperti penipuan
atas nama Go-jek. Perlindungan atas privasi informasi data pribadi di Indonesia tergolong
lemah,masih banyak terjadi penyalahgunaan dan peretasan terhadap peenggunaan data pribadi
seseorang tanpa diketahui oleh pemilik data tersebut. Seperti yang kita ketahui pada saat
konsumen mengunduh aplikasi Go-jek terlebih dahulu kita harus mengisi data pribadi seperti
nama, nomor telepon dan email. Sebelum pemilik data menikmati layanan pada aplikasi tersebut,
secara tidak langsung pemilik data telah memberikan akses kepada penyedia jasa untuk dengan
mudah mengakses data prbiadi pemilik data.

Banyak cara yang dilakukan oleh pelaku penipuan untuk mengelabuhi korbannya. Salah
satunya penipuan yang mengatasnamakan Go-jek dengan iming- iming memberikan hadiah
berupa Go- Pay kepada konsumennya. Pada kasus ini hacker meretas data pribadi konsumen Go-
jek. Lalu menghubungi konsumen dan mengatas namakan dirinya sebagai Customer Services
dari Go-jek dan meminta konsumen untuk memberikan kode keamanan OTP (One Time
Password) kepada hacker. Dengan kode tersebut hacker dapat memanipulasi akun pribadi
konsumen dan menyalahgunakan data pribadi konsumen tersebut. Biasanya pada kasus ini
pelaku akan mengambil saldo Go-pay dari konsumen.

Dalam syarat dan ketentuan didalam gojek yang ditujukan kepada konsumen, ketentuan
informasi pribadi yang berisi “ Pengumpulan, penyimpanan, pengolahan, penggunaan dan
pembagian informasi pribadi Anda, seperti nama, alamat surat elektronik, dan nomor telepon
genggam Anda yang Anda berikan ketika Anda membuka Akun tunduk pada Kebijakan Privasi,
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Ketentuan Penggunaan ini Go-jek.

Pihak Go- jek telah menekankan lewat pesan SMS (Short Message Service) berupa kalimat
peringatan yang menyatakan bahwa “Ini adalah kode verifikasi untuk memasang PIN Go- pay
Anda yang baru. Waspada penipuan: JANGAN pernah berikan kode ini pada SIAPAPUN.” Pada
pesan tersebut menyatakan bahwa pernyataan secara sepihak dari PT Go- jek dapat dikategorikan
sebagai klausula eksonerasi dan disetujui oleh pihak konsumen walaupun seacara nyata pihak
konsumen tidak menyatakan dengan tegas menerima pernyataan tersebut. Undang-Undang
nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen memang telah dituliskan dengan jelas,
namun perealisasiannya belum maksimal dengan kata lain peraturan yang ada belum/tidak sesuai
dalam praktek dikehidupan bermasyarakat. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (UUPK) tidak memuat definisi perjanjian baku dan klausula eksonerasi,
tetapi merumuskan pengertian klausula baku sebagaimana terkandung dalam Pasal 1 Angka 10
yang menyatakan Klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syaratsyarat yang telah
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan
dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen.

Memperhatikan substansi Pasal 18 Ayat (1) dan Ayat (2) Undang- Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen tersebut, maka dapat dipahami bahwa istilah dan
pengertian klausula baku tidak sama dengan istilah dan pengertian klausula eksonerasi. Klausula
baku penekanannya pada prosedur pembuatan atau pencantumannya secara sepihak dalam
kontrak, bukan pada isi kontraknya, sedangkan klausula eksonerasi tidak hanya menekankan
pada prosedur pembuatan atau pencantumannya dalam kontrak, tetapi juga isinya yang bertujuan
pengalihan kewajiban atau tanggung jawab pelaku usaha. Berdasarkan pasal tersebut dapat
diketahui unsur- unsur klausula eksonerasi yaitu dibuat sepihak dan mengalihkan tanggung
jawab. Go- jek tidak dapat menjamin keamanan database dan juga tidak dapat menjamin bahwa
informasi yang konsumen berikan tidak akan ditahan/terganggu saat sedang dikirimkan.

Sesuai dengan pasal 1313 KUHPerdata menyatakan suatu perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih. Dalam kasus ini pihak Go- jek tidak dapat membuat klausula eksonerasi seperti itu. Karena
pernyataan tersebut hanya akan membuat PT Go-jek melespakan tanggung jawab jika konsumen
megalami kerugian akibat akun diretas oleh pihak ketiga. Hal tersebut dapat dikategorikan
sebagai klausula eksonerasi dan disetujui oleh pihak konsumen walaupun seacara nyata pihak
konsumen tidak menyatakan dengan tegas menerima pernyataan tersebut.

Kalimat peringatan yang menyatakan “Ini adalah kode verifikasi untuk memasang PIN
Go- pay Anda yang baru. Waspada penipuan: Jangan pernah berikan kode ini pada siapapun.”
Sesuai dengan yang telah dijelaskan pada pasal 18 ayat (1) huruf a yang menyatakan pelaku
usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang
membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila
menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha. Sedangkan yang dicantumkan dalam
perjanjian antara PT Gojek secara tersirat mengandung arti menyatakan pengalihan tanggung
jawab pelaku usaha.

Pada pasal 19 ayat (1) Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen yang menyatakan pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas segala
kerugian, kerusakan, dan pencemeran konsumen pengguna jasa akibat 12 mengkonsumsi barang
dan ataupun jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Apabila melihat pasal 19 ayat (1)
Undang- Undang Perlindungan Konsumen, pihak Go- jek sebagai pelaku usaha memang
memiliki kewajiban untuk menjalankan tanggung jawab.

Ditinjau dari Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada pasal 21 ayat
(3) menyatakan jika kerugian atas Transaksi Elektronik disebabkan gagal beroperasinya Agen
Elektronik akibat tindakan pihak ketiga secara langsung terhadap Sistem Elektronik, segala
akibat hukum menjadi tanggung jawab penyelenggara Agen Elektronik.

Telah jelas diuraikan bahwa jika kerugian atas transasksi elektronik disebabkan oleh
gagal beroprasinya aplikasi Go- jek tersebut akibat pihak ketiga yang dalam hal ini ialah hacker
yang secara langsung merugikan konsumen merupakan tanggung jawab dari penyelenggara
Agen Elektronik yang dalam hal ini merupakan PT Go- jek.

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Az, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen (Suatu Pengantar), Diadit Media, Jakarta.

Ramli, Ahmad M, Pager Gunung, dan Indra Apriadi, 2007, Menuju Kepastian Hukum di Bidang:
Informasi dan Transaksi Elektronik, Departemen Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia, Jakarta.

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang- Undang Nomor 19
Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik.

Geistiar Yoga Pratama, 2016, Naskah Publikasi Perlindungan Hukum Terhadap Data Pribadi
Pengguna Jasa Transportasi Online dari Tindakan Penyalahgunaan Pihak Penyedia Jasa
Berdasarkan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Fakultas
Hukum Universitas Diponegoro.

Desak Ayu Lila Astuti, 2018, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Transaksi E-
Commerce dalam Hal Terjadinya Kerugian”, Vol.06, No.02, Maret 2018.

Elvina Esmerelda Fanani, 2018, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen yang Menggunakan
Jasa Transportasi PT. Gojek Indonesia di Kota Denpasar”, Vsol.4, No.3, Mei 2018.

Anda mungkin juga menyukai