Abstrak. Kebakaran adalah salah satu bencana yang sering terjadi di Kota Surabaya. Tercatat terjadi 596 kejadian
kebakaran di Kota Surabaya pada tahun 2015. Kawasan Segiempat Tunjungan Surabaya merupakan kawasan dengan
kepadatan bangunan, penduduk dan aktivitas yang tinggi sehingga jika terjadi kebakaran akan menyebabkan potensi
besarnya korban jiwa dan kerugian materi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat risiko
kebakaran di Kawasan Segiempat Tunjungan Surabaya. Analisis yang digunakan merupakan analisis risiko bencana
kebakaran dengan memperhitungkan variabel bahaya, kerentanan dan kapasitas. Hasil analisis risiko bencana
kebakaran terdapat 21 RT (Rukun Tetangga) dengan tingkat risiko kebakaran tinggi, 9 RT dengan tingkat risiko kebakaran
sedang dan 3 RT memiliki tingkat risiko kebakaran rendah.
[Title: Fire Risk of Segiempat Tunjungan Regional, Surabaya]. Fire is a common incident in Surabaya. There were 596
fire incidents in Surabaya City at 2015. Segiempat Tujungan Surabaya is an area with the high density of buildings,
population, and activities so that it will cause the high potential of fatalities and material loss when there is fire. The
purpose of this research is to identify the risk level of fire in Segiempat Tunjungan Surabaya. The analysis which is used
is the disaster risk analysis by calculating the variable of hazard, vulnerability, and capacity. Based on the disaster risk
analysis, it can be illustrated that there are 21 RT (Rukun Tetangga) has the high risk of fire, 9 RT has the medium risk
of fire and 3 RT has the low risk of fire.
Cara mengutip: Januandari, M. U., Rachmawati, T. A., & Heru, S. (2017). Risiko Kebakaran Kawasan Segiempat Tunjungan
Surabaya. Jurnal Pengembangan Kota. Vol 5 (2): 149-158. DOI: 10.14710/jpk.5.2.149-158
1. PENDAHULUAN
Kejadian kebakaran di Indonesia tercatat cukup
Kebakaran adalah salah satu bencana yang tinggi, khususnya di permukiman masyarakat
seringkali terjadi di perkotaan. Tercatat terjadi 596 menengah kebawah, karena mempunyai
kejadian kebakaran di Kota Surabaya pada tahun kepadadatan tinggi. Menurut Effendi, tingginya
2015 (Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya, korban jiwa akibat kebakaran di perkotaan pada
2015). Menurut Purbo, Kebakaran merupakan umumnya disebabkan korban tidak mampu keluar
bahaya yang mengancam keselamatan jiwa dari bangunan saat kebakaran akibat keterbatasan
manusia atau harta benda jika nyala api yang tidak fisik, seperti anak-anak, manula dan penyandang
terkendali (Rahmad, Kristiawan, & Sambowo, cacat (Bagir & Buchori, 2009).
2016). Kebakaran terjadi sebagai reaksi segitiga api ISSN 2337-7062 (print), 2503-0361 (online) © 2017
(fire triangle) yaitu reaksi dari bahan yang mudah This is an open access article under the CC-BY-NC-ND license
terbakar (fuel) oksigen dan panas (heat). Bencana (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/). – lihat
kebakaran di perkotaan tidak dapat diperkirakan halaman depan © 2017
atau diprediksikan kapan terjadinya dan *email: t_tyas@ub.ac.id
penyebabnya, yang dapat dilakukan adalah dengan
persiapan dan peringatn dini. Diterima 11 Juni 2017, disetujui 15 November 2017
Kota Surabaya merupakan salah satu kota besar di layanan, gangguan sosial dan ekonomi, atau
Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai kerusakan lingkungan (International Strategy for
2.853.661 jiwa. Kebakaran merupakan bencana Disaster Reduction, 2002). Bahaya kebakaran di
yang umum terjadi di Kota Surabaya, dalam kurun perkotaan cenderung mengalami peningkatan
waktu 2011-2015 di Kota Surabaya mengalami karena semakin padatnya wilayah perkotaan dan
peningkatan kecuali pada tahun 2013 mengalami fenomena perubahan iklim yang menyebabkan
penurunan (Dinas Pemadam Kebakaran Kota kemarau semakin panjang. Kerentanan merupakan
Surabaya, 2015) (Gambar 1). Tingkat kejadian derajat kemampuan suatu sistem atau bagian dari
kebakaran permukiman di Kota Surabaya cukup sistem untuk dapat bereaksi dengan peristiwa yang
tinggi (30%) dari jumlah kejadian kebakaran berbahaya (Usama dkk., 2014 dalam Danianti &
(Sufianto & Green, 2012). Penyebab kebakaran di Sariffuddin, 2015). Bencana terjadi karena adanya
Kota Surabaya masih didominasi oleh terjadinya interaksi bahaya dengan manusia dan infrastruktur
hubungan pendek arus listrik yang diperparah yang rentan (Canon, 2008 dalam Isa, Wajdi,
dengan hunian yang padat. Syamsudin, & Setyawan, 2014). Kapasitas adalah
kemampuan daerah dan masyarakat untuk
melakukan tindakan pengurangan tingkat ancaman
dan tingkat kerugian akibat bencana (BNPB, 2012).
Tingginya peluang bahaya dan didukung dengan
kerentanan tinggi akan menyebabkan tingginya
kerugian dan korban jiwa.
Berdasarkan hasil analisis risiko kebakaran pada Bagir, M., & Buchori, I. (2009). Model Optimasi
Kawasan Segiempat Tunjungan Surabaya, terdapat Lokasi Pos Pemadam Kebakaran (SK: Kota
21 RT dengan tingkat risiko tinggi terhadap Semarang). Universitas Diponegoro,
kebakaran, 9 RT dengan tingkat risiko kebakaran Semarang.
sedang dan 3 RT lainnya memiliki tingkat risiko BAPPEKO Surabaya. (2016). Laporan Evaluasi
kebakaran rendah. Hal tersebut dikarenakan RPJMD Kota Surabaya 2010-2015 dan
bahaya dan kerentanan mayoritas berada di tingkat Penyusunan RPJMD 2015-2020 Urusan
sedang dan ditunjang dengan minimnya tingkat Perumahan Rakyat Bidang Pencegahan dan
kapasitas masyarakat terkait penanggulangan dan Penanggulangan Kebakaran. Surabaya:
kesiapsiagaan terhadap kebakaran. Pengaruh BAPPEKO Surabaya.
variabel kapasitas masyarakat ini sangat penting Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
dalam menentukan resiko bencana kebakaran, hal Bencana Nomor 2 Tahun 2012 tentang
ini dapat dilihat dalam Tabel 2 yang menunjukkan Pedoman Umum Pengkajian Risiko
peningkatkan resiko bencana karena rendahnya Bencana, (2012).
kapasitas masyarakat. Hal ini sesuai dengan Chuvieco, E., Martínez, S., Román, M. V., Hantson,
penelitian sebelumnya yang menyebutkan S., & Pettinari, M. L. (2014). Integration of
pentingnya kesiapsiagaan dan adaptasi masyarakat Ecological and Socio-economic Factors to
dalam menghadapi bencana (McCaffrey, 2015; Assess Global Vulnerability to Wildfire.
Paveglio, dkk., 2015). Global Ecology and Biogeography, 23(2),
245-258.
Adapun saran berdasarkan hasil penelitian terkait Danianti, R. P., & Sariffuddin, S. (2015). Tingkat
perencanaan jalur dan titik evakuasi kebakaran kerentanan masyarakat terhadap bencana
pada Kawasan Segiempat Tunjungan Surabaya yaitu banjir di Perumnas Tlogosari, Kota
sebagai berikut. Semarang. Jurnal Pengembangan Kota,
1. Diperlukannya kajian lanjutan terkait 3(2), 90-99.
penggunaan Jalan Embong Malang untuk area Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya. (2011).
titik evakuasi. Data Wilayah Manajemen Kebakaran
2. Diperlukan adanya kajian lanjutan mengenai (WMK) Kota Surabaya 2011. Surabaya:
desain detail konsep jalur evakuasi untuk dapat Dinas Pemadam Kebakaran.
memberikan kemudahan pemahaman serta Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya. (2015).
kepatuhan penduduk untuk dapat mematuhi Data Kebakaran 2011-2015. Surabaya:
perencanaan. Dinas Pemadam Kebakaran.
3. Service area untuk penentuan estimasi waktu Hapsari, S. (2017). Peran Self Regulation dalam
evakuasi hanya mempertimbangkan panjang Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
jalan maksimal yang dapat ditempuh dalam sebagai Upaya Menyiapkan Generasi Emas
skenario sehingga diperlukannya kajian lanjutan 2045. Jurnal Pedagogika dan Dinamika
terkait penambahan kriteria lain seperti lebar Pendidikan, 6(1), 1-11.
jalan. International Strategy for Disaster Reduction.
4. Parameter yang dipergunakan perlu dikaji lebih (2002). Living with Risk: A Global Review of
luas sehingga hasil yang dikeluarkan terkait Disaster Reduction Initiatives: Preliminary
penentuan risiko tinggi, sedang dan rendah lebih Version Living with Risk: A Global Review of
akurat, khususnya untuk parameter bahaya yang Disaster Reduction Initiatives: Preliminary
belum mempertimbangkan terkait frekuensi Version. Japón: Secretariat; World
kebakaran di wilayah studi. Meteorological Organization (WMO). Asian
Disaster Reducion Center.