Masuknya era globalisasi ditandai dengan keterbukaan akses informasi
dan transfer teknologi dari negara maju kepada negara sedang berkembang seperti Indonesia. Tidak selamanya globalisasi membawa dampak yang baik bagi negara Indonesia karena luasnya wilayah Indonesia yang terdiri dari gugusan pulau yang menyebabkan tidak terjadinya pemerataan baik terhadap akses informasi maupun dalam pembangunan. Akses teknologi informasi di Indonesia masih mengalami kesenjangan dimana pengguna internet masih didominasi di pulau-pulau pusat pemerintahan seperti Jawa dan Bali. Hal ini mengakibatkan terjadinya kesenjangan digital antara pulau Jawa dan pulau- pulau di wilayah timur Indonesia. Selain itu, kesenjangan digital juga terjadi tidak hanya antar pulau, tetapi juga antara pusat kota dan wilayah pinggiran yang mengakibatkan tidak bisa terjadi pemerataan pembangunan di Indonesia.
Selain karena kesenjangan digital yang terjadi, pembangunan di wilayah
pedesaan (rural development) juga terkendala dengan adanya aturan-aturan adat yang mengikat suatu desa serta budaya-budaya tradisional yang menolak diterimanya paham-paham atau teknologi-teknologi baru hasil dari globalisasi. Untuk menghindari ketimpangan pembangunan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, tentunya harus dilakukan perubahan paradigma pembangunan pedesaan yang menggabungkan antara kemajuan teknologi infomasi dan komunikasi dengan kearifan lokal di mana keduanya akan saling menguatkan satu sama lain. Teknologi informasi dan komunikasi akan membuka akses pengetahuan dan kerjasama baik dengan wilayah lain ataupun dari negara lain, sedangkan kearifan lokal akan berfungsi sebagai ciri dari desa tersebut dengan desa yang lain atau bisa dikatakan sebagai corak alamiah dari suatu desa. Dalam dua dekade ini, terhitung sejak fase awal perkembangan internet di Indonesia tahun 1990-an, jumlah pengguna ini terjadi beriringan pula dengan ekspansi kelas menengah, pertumbuhan ekonomi negara, dan proses demokratisasi. Namun, peningkatan ini tidak dibarengi dengan pemerataan pengguna internet di Indonesia secara geografis. Menurut riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), dan didukung banyak sumber lainnya menyatakan bahwa penggunaan internet terbesar di Indonesia didominasi di wilayah Barat, yaitu khususnya di pulau Jawa. (Marius and Sapto 2015, v) Hal ini mengakibatkan sebaran akses infomasi dan komunikasi tidak bisa merata atau dirasa sangat lambat untuk bisa terjangkau di wilayah- wilayah pinggiran seperti wilayah timur Indonesia.
Di masa sekarang ini, kebanyakan masyarakat Indonesia tidak lagi dapat
melepaskan diri dari kegiatan komunikasi berbasis internet. Sejak pemerintah Indonesia mengembangkan infrastruktur internet pada tahun 1980-an, jumlah pengguna internet terus meningkat, hingga tahun 2013 terdapat 71.19 juta pengguna internet di Indonesia. Dengan jumlah tersebut, penetrasi internet di Indonesia tahun 2013 adalah sebesar 28%, walaupun angkat penetrasi terus mengalami peningkatan, namun pengguna internet di Indonesia tidak merata secara geografis. Pengguna internet di Indonesia paling banyak ada di Indonesia bagian Barat, yakni di pulau Jawa (terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya), Bali dan Sumatera. Menurut hasil survey APJII mayoritas pengguna internet di Indonesia hidup di wilayah barat Indonesia, khususnya pulau Jawa. (Marius and Sapto 2015, 2) ketimpangan digital ini selanjutnya menjadi penentu utama pemerintah dalam melaksanakan pemerataan pembangunan di Indonesia yang semula hanya bisa dinikmati oleh wilayah-wilayah pusat pemerintahan. 1.2 Permusan Masalah
Gambaran ketimpangan digital diatas juga merefleksikan
ketidakmerataan kesejahteraan warga negara di Indonesia secara keseluruhan baik di wilayah pusat pemerintahan maupun di wilayah pinggiran (rural). Upaya pemerataan akses internet sedang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia melalui program Pita Lebar 2014-2019. Perhatian perlu ditujukan pula pada pengetahuan bahwa pembangunan infrastruktur internet bukan hanya menyangkut hak atas akses informasi, tapi juga berkaitan erat dengan pengentasan kemiskinan, pemerataan pendidikan, dan pemberdayaan komunitas tertinggal. Perencanaan program pembangunan ataupun pengembangan bisnis yang tepat sasaran perlu didukung oleh data empirik. (Marius and Sapto 2015, v) Dengan melihat latar belakang diatas maka sangat menarik sekali jika kita menelaah lebih jauh bagaimana pengaruh kesenjangan digital di Indonesia terhadap perubahan paradigma pembangunan di wilayah pinggiran /pedesaan (rural development)?.
1.3 Tujuan
Dilakukannya perubahan paradigma pembangunan pedesaan yang
menggabungkan antara kemajuan teknologi infomasi dan komunikasi dengan kearifan lokal di mana keduanya akan saling menguatkan satu sama lain, untuk menghindari ketimpangan pembangunan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Teknologi informasi dan komunikasi akan membuka akses pengetahuan dan kerjasama baik dengan wilayah lain ataupun dari negara lain, sedangkan kearifan lokal akan berfungsi sebagai ciri dari desa tersebut dengan desa yang lain atau bisa dikatakan sebagai corak alamiah dari suatu desa. 1.4 Manfaat
Mengetahui kesenjangan teknologi informasi yang ada di Indonesia dan
juga mengetahui kebijakan apa yang harus dilakukan pemerintah untuk menyikapi hal ini.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Masuknya Era Globalisasi
Globalisasi merupakan isu penting yang muncul dalam beberapa dekade
yang lalu, dimana era ini ditandai dengan semakin majunya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Globalisasi sendiri merupakan konsep yang berkaitan dengan internasionalisasi, universalisasi, liberalisasi, dan westernisasi. Selain itu, globalisasi menyebabkan terjadinya kompleksitas isu dan nilai yang menyebar dan menjadi universal (Battersby and Siracusa 2009, 59) Di dalam tiga kelompok besar globalisasi, kelompok hiperglobalis mendefiniskan globalisasi sebagai sejarah baru kehidupan manusia dimana negara tradisional telah menjadi tidak relevan lagi dan mulai berubah menjadi menjadi unit-unit bisnis dalam sebuah ekonomi global. (Winarno 2007, 11) Dengan berubahnya negara tradisional menjadi unit-unit bisnis ini, maka perubahan arah kebijakan yang diambil sebuah negara akan lebih banyak kepada efisiensi dan orientasi ekonomi.
Pada sisi lain, globalisasi adalah sebuah fenomena yang melibatkan
prosesproses sosial integrasi ekonomi, budaya, kebijakan-kebijakan negara, dan pergerakan politik di seluruh dunia. Menurut Appadurai (2006), globalisasi merujuk pada keseluruhan proses-proses sosial yang melibatkan perpindahan orang, komoditas (barang), kapital, pengetahuan, pemikiran, informasi, dari satu negara ke negara lain. Kajian mengenai global village tidak dapat dipisahkan dari globalisasi. Konsep global village dalam terminologi studi globalisasi seringkali disebut sebagai globality. Globalisasi tidak hanya terbatas melalui media tetapi prosesproses politik dan ekonomi, serta berkaitan dengan relasi dominasi dan hegemoni. Sementara globality atau global village merujuk pada fenomena global saling ketergantungan yang merupakan hasil dari proses globalisasi. (Appadurai 2006) Global village merupakan bentukan dari globalisasi dan akibat yang ditimbulkan dari apa yang dilakukan manusia di era globalisasi ini yaitu manusia yang lebih condong berorientasi dengan kehidupan digital. Orientasi inilah yang selanjutnya yang mendorong terbentuknya komunitaskomunitas digital (yang tidak bertatap muka secara langsung) dan disebut juga dengan global village.
Konsep globalisasi telah menghasilkan apa yang McLuhan prediksi
tentang global village yang unsur-unsur pembentuknya saling berhubungan namun demikian, anggota-anggota dari desa besar ini tidaklah bersifat terhubungkan (connected) secara homogen. (Walkosz, Jolls and Sund 2008) Lingkungan media global mengijinkan audiensnya berbagi beberapa hal yang sama seperti program-program TV, keinginan terhadap produk yang sama, dan hal-hal yang diiklankan oleh media. Konglomerasi media global yang bersifat komersial ini menyediakan akses terhadap program tv, film, video, daln lain- lain sehingga dikhawatirkan memunculkan imperialisme budaya dan menghasilkan kultur dominan. Generasi muda cenderung lebih percaya dan tergantung pada platform media daripada bimbingan orang tua mereka. Proses globaliasi dan lokalisasi menghasilkan output yang unik di daerah-daerah tertentu seperti telah disebutkan di muka menjadi relevan dalam hal ini. Globalisasi adalah sebuah proses dimana korporasi-korporasi global memproduksi dan memasarkan produknya dalam lingkungan tertentu di tingkat local untuk memenuhi variasi permintaan konsumen. Konsep ini juga merupakan kerangka untuk menganalisis cara-cara dimana aktor aktor sosial mengkonstruksi makna, identitas, dan bentuk bentuk kelembagaan di dalam konteks sosiologis globalisasi. (Pamungkas 2015, 256) Secara tidak langsung, pola-pola perilaku yang ditimbulkan dari efek munculnya globalisasi telah merubah pola perilaku masyarakat yang semakin mengesampingkan norma- normal social dan berubah arah menjadi norma-norma digital.
2.2 Dampak Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memiliki manfaat
dan efek yang mempengaruhi cara kerjanya komunikasi dan tekonologi itu sendiri. Teknologi informasi dan komunikasi terutama komputer telah banyak dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan misalnya di bidang pendidikan, industri, kesehatan, transportasi, dan sebagainya. Sekarang kita akan membahas tentang dampak yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, tentu saja dampak yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi komunikasi dan informasi memiliki dampak positif dan dampak negatif. Seperti yang kita ketahui perkembangan teknologi komunikasi dan informasi pada jaman sekarang sangatlah pesat, seperti yang kita ketahui di kota dengan mudah orang-orang dapat mengakses internet atau informasi di mana saja dan kapan saja tanpa ada batas usia dari yang muda hingga yang tua, berbeda dengan orangorang yang tinggalnya di pedesaan, orangorang yang ditinggal di perdesaan sangat susah untuk dapat mengakses internet atau sebuah informasi, jika mereka ingin mengakses atau mendapatkan sebuah informasi mereka harus keluar dari desa mereka seperti ke kota maka terjadilah kesenjangan sosial antara yang dikota dengan yang didesa. (Mareta 2014) bulkan dari perkembangan teknologi komunikasi dan informasi adalah selain mudah untuk mengakses informasi yang kita butuhkan, kita dapat dengan mudah mencari lowongan pekerjaan, karena pada jaman sekarang banyak sekali perusahaan yang memasang iklan lowongan pekerjaan di web dan dapat diakses oleh semua orang tanpa batasan, pada jaman sekarang orangorang dapat bekerja dirumah saja tanpa harus pergi ke kantor karena mereka dapat bekerja secara online yang biasanya disebut dengan freelance online dan bagi para mereka pengusaha rumahan, mereka dapat menawarkan atau menjual produk atau barang mereka secara online dan para pembeli dapat memesan dan membelinya secara online. Dampak positif terhadap bidang komunikasi adalah semua orang dapat berkomunikasi dengan lancar dan cepat tanpa terhalang oleh waktu dan jarak jauh, yang pada jaman dulu sangat menganggu seseorang jika ingin berkomunikasi dengan orang lain dan penyebaran informasi dengan mudah dan kita juga dapat dengan mudah mengirimkan informasi atau bertukar informasi, kita juga bisa mendapatkan banyak teman akibat pekembangan eknologi komunikasi dan informasi, bias melalui jejaringan sosial atau media sosial. (Mareta 2014)
Selain itu, juga terdapat dampak negatif perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi terhadap budaya diamana dengan mudah budaya asing masuk ke dalam suatu negara, misalnya budaya barat dan budaya korea yang masuk ke indonesia, akibatnya masyarakat Indonesia lebih senang dengan budaya barat atau korea itu sendiri dan mulai meninggalkan budaya asli mereka atau budaya asli indonesia. Dampak negatif terhadap manusianya sendiri adalah orang-orang pada jaman sekarang lebih banyak sibuk dengan handphonenya masing-masing sehingga menjadi makhluk individual bukan makhluk sosial, lebih senang sibuk sendiri daripada berkumpul dengan temantemannya, karena perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat manusia menjadi malas karena hamper semua kegiatan pada jaman sekarang bias dilakukan di rumah. Dan jika ingin membicarakan sesuatu bisa melalui jejaring sosial tanpa harus bertemu tatap muka dengan orang yang akan kita ajak berbicara. Dan bisa juga membuat seseorang tidak berpikir kreatif karena mereka bisa mencontek ide seseorang dengan mudah.
2.3 Kesenjagan Digital di Indonesia
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan
jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 88 juta orang hingga akhir tahun 2014. Berdasarkan populasi ini, jumlah pengguna Internet terbanyak adalah di Provinsi Jawa Barat sebanyak 16.4 juta, diikuti oleh Jawa Timur 12.1 juta pengguna dan Jawa Tengah 10.7 juta pengguna. (Marius and Sapto 2015, 20) Selain itu, Pengguna internet jika dibedakan setiap pulau maka pulau Jawa memiliki nilai tertinggi penduduk pengguna internet di Indonesia sedangkan penduduk dengan pengguna internet terendah berada di pulau Kalimantan Setelah itu pulau Maluku dan Irian Jaya.
2.4 Dampak Ketimpangan Digital Pada Rural Development
Dengan kesenjangan digital yang terjadi antara wilayah perkotaan dan
wilayah pinggiran maka semakin menambah jarak (GAP) kemajuan pembangunan antara wilayah kota dan wilayah pinggiran karena internet atau dunia digital merupakan pintu utama dalam rangka mempercepat laju pembangunan suatu daerah. Kalau kita melihat lebh jauh permasalahan yang dihadapi oleh wilayah pedesaan (rural) adalah masih banyaknya perangkat desa atau penduduk desa yang memiliki SDM (Sumber Daya Manusia) yang rendah, dan ini bertolak belakang dengan prasyarat diterimanya perkembangan teknologi informasi yang mensyaratkan majunya SDM sebagai kunci utamanya. Selama ini, tampak perjalanan pembangunan daerah masih didominasi oleh strategi yang menempatkan pembangunan masyarakat desa pada posisi setelah pembangunan Kota (kelurahan). Padahal sebagian besar penduduk Indonesia bermukim di daerah pedesaan yang pada umumnya taraf hidup mereka masih rendah. (Mulyadi 2009, 1) Prioritas pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah ini yang selanjutnya menjadikan desa pinggiran semakinterpinggirkan dengan rusaknya akses jalan atau informasi menuju desa tersebut atau minimnya sarana dan prasarana yang disediakan pemerintah di desa pinggiran. Dominasi pembangunan wilayah perkotaan inilah telah menciptakan kesenjangan antara wilayah kota dan wilayah desa.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Masuknya era globalisasi ditandai dengan keterbukaan akses informasi
dan transfer teknologi dari negara maju kepada negara sedang berkembang seperti Indonesia. Tidak selamanya globalisasi membawa dampak yang baik bagi negara Indonesia karena luasnya wilayah Indonesia yang terdiri dari gugusan pulau yang menyebabkan tidak terjadinya pemerataan baik terhadap akses informasi maupun dalam pembangunan. Pemerataan akses teknologi informasi dan komunikasi ini selanjutnya berperan penting dalam mendorong perkembangan pembangunan di suatu negara. Kesenjangan digital yang terjadi di Indonesia dipicu dari luasnya wilayah negara ini serta struktur negara Indonesia yang terbentuk dari gugusangugusan pulau-pulau. Kondisi geografis negara Indonesia ini pulau pusat pemerintahan dengan pulau-pulau pinggiran. Selain kesenjangan digital yang terjadi antar pulau, kesenjangan digital di Indonesia ini nyatanya juga terjadi antara wilayah perkotaan dan wilayah pedesaan (pinggiran). Kesenjangan digital antara wilayah kota dan wilayah pedesaan ini pada akhirnya mengakibatkan terjadinya ketimpangan yang tinggi antara pembangunan perkotaan dan pembangunan pedesaan.
Saran
Untuk memeratakan pembangunan di Indonesia, sebaiknya pemeritah
segera menyiapkan langkah strategis yang berkaitan dengan pemerataan teknologi informasi dan komunikasi. Kalau kita lihat sekarang perluasan jaringan teknologi informasi dan komunikasi masih mengandalkan BTS (tower) pemancar sebagai perluasan jaringan, mungkin kedepan pemerintah harus membuka langkah baru dengan memberikan akses informasi komunikasi langsung melalui satelit untuk daerah-daerah terpencil. Dengan demikian, harapan kedepan adalah tidak terjadi lagi kesenjangan digital di Indonesia sehingga pembangunan akan lebih merata baik di pulau pusat pemerintahan atau pulau terpencil atau antara kota dan pedesaan. DAFTAR PUSTAKA
PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL TERHADAP PEMBANGUNAN PEDESAAN (RURAL
DEVELOPMENT) EFFECT OF DIGITAL DIVIDE ON RURAL DEVELOPMENT ( RURAL DEVELOPMENT ) Robby Darwis Nasution Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Ponorogo darwisnasution69@gmail.com (Diterima: 30 April 2016; Direvisi: 10 Juni 2016; Disetujui terbit: 27 Juni 2016)