I. PENDAHULUAN
Salah satu kenikmatan hidup yang paling kontroversial adalah seks. Seks
mampu secara komparatif bersaing dengan kenikmatan lainnya seperti harta dan
dan kadang sakral kini mulai makin terkuak terbahas. Seks kini mulai masuk
kesumsum nadi kebutuhan manusia dan informasi tentangnya menjadi sorotan besar
untuk dinikmati.
Apabila dipandang dari sisi biologis, seks dan hasrat pencapaiannya adalah
sebuah fenomena yang wajar dan normal, tak ubahnya dengan fenomena perut lapar
yang minta makan, atau keinginan mata untuk melihat sesuatu yang indah, baik dan
cantik. Seks menjadikan banyak orang bahagia, seks juga menjadikan banyak orang
sakit, sengsara bahkan terhinakan. Seks yang ditabukan membuat banyak orang buta
tertinggal. Seks yang seharusnya hanya menjadi konsumsi orang yang telah resmi
berstatus suami istri, kini terjadi penyimpangan hingga bukan lagi menjadi suatu hal
yang suci dan sakral serta berlandaskan agama. Tidaklah meherankan fenomena seks
bebas kini mulai menghantui remaja generasi penerus bangsa. Kawula muda kini
tidak lagi mentabukan seks, justru banyak diantara mereka yang gila seks. Fenomena
ini justru menjadi semakin miris jika dibandingkan dengan seks jaman dulu. Akibat-
akibat yang ditimbulkan dari seks bebas begitu banyaknya mulai dari penyakit yang
ditimbulkan begitu banyak, aborsi, anak haram, AIDS, dll. Padahal seks bila dilihat
dari dimensi sastra dan ilmu pengetahuan dan penyaluran nafsu yang benar,
Untuk itu langkah pencegahan yang baik terhadap fenomena seks bebas adalah
memberikan pengetahuan seks pada generasi muda dengan cara yang benar yaitu
seks, dari filasafatnya (tattwa), etikanya (susila) dan bahkan tuntunan seks yang
praktis namun bisa menghantarkan pelakunya ke alam kepuasan tertinggi, tersaji luas
Berikut kita akan coba untuk membahas seks bernuansa Bali dengan roh
kehinduan yang kuat. Sehingga kita bisa mengetahui pengetahuan seks secara dini
namun dengan cara penyampaian yang benar berdasarkan sastra dan ilmu
Kama Tattwa merupakan kelompok teks Hindu yang secara khusus berbicara
tentang seks dan berbagai permasalahannya. Jadi segala jenis teks Hindu yang terkait
Kata Kama berarti : keinginan, cinta, kasih sayang, kesenangan dari indria, air
mani, dan nama Dewa Cinta, sedangkan kata Tattwa berarti kesejatian, yang membuat
sesuatu ada, hakekat, jadinya, nyatanya. Jadi ddalam pengertian ini Kama Tattwa
diartikan sebagai hakekat dari kesenangan indria yang berkait dengan cinta atau
Dampatilalangon, dll.
Teks Rsi Sambina, Yaning Stri Sanggama membahas berbagai cara senggama
yang bisa dilakukan oleh sepasang suami istri guna mencari kenikmatan seks.
bagaimana seks dilakukan dengan spirit yoga dan mantra. Wadulaksana membahas
ciri-ciri wanita yang dianggap utama dan ramalan tentang wanita yang akan
melahirkan putra/putri utama. Rukmini Tattwa dan Indrani adalah teks yang
petunjuk tentang pilihan hari baik melakukan senggama. Usadha Samaratuta dan
Usada Larakamatus adalah teks yang memuat berbagai macam petunjuk ramuan obat
suami istri dalam sebuah keluarga, bukan lagi merupakan sesuatu yang tabu. Budaya
Bali beberapa abad lalu merupakan budaya yang memberi keseimbangan berdasarkan
tingkat kehidupan antara dharma, artha dan kama. Dikalangan masyarakat Hindu Bali
sesuai konsep Catur Purusa Artha, dharma merupakan batasan bagi gerak liar artha
dan kama. Konsep ini bila dijabarkan laksana sebuah lokomotif penggerak kereta.
Dharma adalah relnya, artha adalah bahan bakarnya, dan kama adalah tenaga
penggeraknya. Perjalanan lokomotif yang tetap pada relnya, dengan bahan bakar dan
tenaga penggerak yang baik secara pasti akan mengantarkan sampai tujuan, menuju
sebuah “pulau harapan” dimana ia berlabuh dan melebur dirinya dalam sebuah
Seks yang suci adalah seks yang telah memiliki mata, hati dan pikiran;
demikianlah kama yang suci adalah kama yang berada dalam pelukan dharma dan
artha. Tentu akan menjadi kepuasan yang maksimal ketika pengetahuan, perasaan dan
Wacana yang menyatakan bahwa pendidikan seks itu dilakukan sejak dini
masih berkembang hingga saat ini. Namun materi yang diberikan haruslah
perbedaan kelamin antara ayah dan ibu oleh seorang anak pupus dan sering
terabaikan.
kandungan dapat diminimalisirnya bahkan tidak perlu terjadi, sebab merela paham
betul akan fungsi alat-alat reproduksi tersebut serta akibat yang dapat ditimbulkan bila
terjadi penyalahgunaan.
Barulah bagi mereka yang telah menikah pelajaran Kama Tattwa diberikan,
pelajaran yang mengulas tuntas fungsi dan titik erotis penyebab orgasme, daerah
sensasi erotis, warna kulit, gaya senggama, pengeruh bulan bagi libido seks wanita,
yoga seks, juga doa-doa senggama,dll. Semua itu merupakan kebutuhan seks yang
Seks adalah kebutuhan biologis yang tidak dapat dipungkiri oleh manusia
normal. Berbagai pandangan manusia tentang seks tumbuh subur dan akhirnya
manusia yang memaknai seks sebagai sebuah ‘petualangan’, ada juga yang
pandang seperti itu selanjutnya membawa pemikiran pada dua jalan, mengejar
kenikmatan seks atau keturunan; yang satu memberi peluang tumbuh suburnya seks
bebas, yang kedua cenderung menggiring seks menjelma ke dalam bentuk gelap
Bali dengan sosio budayanya, ketika dirujuk pada kenyataan akan tersedianya
sakral dan profan diantara “petualangan” dan “media kelahiran”; diantara ortodok dan
Budaya Bali menyadari bahwa seks adalah kebutuhan alamiah manusia, yang
mana dengan seks akan didapatkan dua hal yang terpenting yakni kenikmatan (kama)
dan keturunan (putra). Pencarian kenikmatan itu harus didasari atas dharma
(kebenaran) (solusi mengantisipasi seks bebas) dan melalui dharma akan lahir
keturunan yang su-putra/berkualitas. Disinilah titik lentur budaya Bali dalam
Wujud material dari dharma dalam kerangka kama adalah upacara pernikahan,
melalui upacara inilah manusia yang telah disahkan sebagai pasangan suami istri
keturunan (putra). Sehingga hubungan seks yang dianjurkan adalah hubungan seks
Seks dipandang sebagai salah satu dari kegiatan paling suci manusia yang
mengharuskan doa-doa ikut andil memberi sentuhan suci pada desahan nafas dua
orang suami istri yang memohon pada Tuhannya akan kelahiran seorang anak suputra
(mulia) ataupun anugrah kenikmatan tanpa batas dalam ritus senggama mereka yang
suci. Sehingga seks yang dilakukan dalam suatu pernikahan Hindu tidak hanya
sebagai pelampiasan nafsu birahi melainkan sebagai suatu kegiatan suci yang
berlandaskan dharma.
Pasangan suami istri juga harus saling melengkapi dalam suatu hubungan
dalam hubungan seks menjadi hal paling penting yang harus diingat. Hendaknya
seks yang dianjurkan dalam teks-teks Kama Tattwa diatas. Dan hendaknya hubungan
tersebut dilakukan dengan pemilihan hari yang baik sehingga hasil yang diinginkan
dari hubungan seks tersebut yaitu anak yang suputra dapat terwujud.
III SENI SENGGAMA DALAM TEKS RESI SAMBINA
3.1 Pusat Erotis Wanita: Klitoris dan G-spot dalam Teks Resi Sambina
Berbicara tentang ilmu seks atau sanggama, dalam teks Resi Sambina
dinyatakan bahwa dasar dari pengetahuan seks dalam kaitannya dengan usaha
membuat istri orgasme (murca) adalah dua titik terpenting dari yang penting lainnya,
Purna Sasangka (1) arti harfiahnya adalah bulan purnama yang dalam istilah
kedokteran dikenal dengan nama klitoris, titik bulat yang letaknya di belahan bibir
atas vagina itu diibaratkan bagaikan bulan penuh yang memancarkan sinarnya dan
dengan tegas dinyatakan bahwa para suami harus memperhatikan ”titik” erektil
’di atas bahu vagina, disanalah sentuh dan raba, sentuh dan rabalah yang
bagaikan bulan purnama itu’.
Suami yang ingin membuat istrinya senang saat bersenggama, ketika dalam
Daging yang bergelendut pada bibir bagian atas vagina itu hendaknya diraba dengan
sentuhan tangan, sementara bibir mencium daerah sensitif lainnya. Jika terasa istri
telah menikmatinya, sentuhan dan rabaan pada daerah klitoris bisa lebih ditekan
matanya (bagi yang malu), sentuhan dan rabaan pada daerah purna sasangka itu
dengan tekanan yang cukup keras. Apabila teknik ini dilakukan dengan durasi waktu
kedua istilah ini dalam istilah kedokteran dikenal dengan istilah klitoris dalam atau G-
’ditengah liang vagina, ada daging seolah berdiri, di tengah daging, itulah windu
namanya, ada lubang kecil, disanalah pusat dari
kenikmatan/kekuatan wanita’.
Dibelahan dalam bagian atas vagina (dinding depan), ketika jari tangan
dimasukkan akan terasa ada daging yang bergelendut, besarnya kira-kira sebiji
kacang. Seiring dengan vase rangsangan wanita, apabila titikm ini disentuh
Saat melakukan senggama hendaknya titik inilah yang dituju oleh penis
suami. Jika titik ini kena tersentuh oleh penis, wanita akan mengalami ’orgasme
nadi/windu ini susah tersentuh oleh ujung penis, jika demikian, tangan boleh dipakai.
Carilah titik nadi/windu ini dibelahan dalam bagian atas vagina atau dinding depan,
ketika si suami telah menemukannya, sentuh pusatnya dengan ujung jari dengan
tekanan sedang.
karena nikmatnya sentuhan dari ujung jari boleh ditekan dengan tekanan cukup keras.
Teknik ini jika dilakukan dalam durasi waktu cukup lama mengantar istri untuk
merasakan kenikmatan lain dari orgasme klitoral di atas. Sensasi kenikmatan ini
’ jika istri berkulit kuni, sensasi seksnya ada di tubuh bagian atas; jika berkulit merah,
sensasi seksnya ada di tubuh bagian kanan; jika istri agak kurus dan berkulit hijau,
sensasi seksnya ada di tubuh bagian kiri; jika kulit istri berwarna hitam atau gelap,
sensasi seksnya ada di tubuh bagian bawah.
Di sisni teks Resi Sambina, telah mengidentifikasi bahwa wanita dengan kulit
yang berbeda memiliki daerah sensasi seks yang berbeda pula. Teks Resi Sambina
tubuh bagian atas seperti : dada (payudara), tengkuk, leher, telinga, bibir, hidung,
pipi, dsb.
tubuh bagian kanan, seperti; daerah telapak kaki kanan, betis belakang kanan,
daerah pangkal paha kanan, punggung kanan, tangan kanan, payudara kanan,
tubuh bagian kiri, seperti; telapak kaki kiri, betis belakang kiri, daerah pangkal
paha kiri, punggung kiri, tangan kiri, oayudara kiri, leher kiri, tengkuk kiri,
4. Sarpa Nuya Pana / wanita ular (berkulit gelap atau hitam), memiliki daerah
rangsangan seks di tubuh bagian bawah seperti; daerah pinggang, perut, pusar,
dan bawah pusar, lekukan-lekukan pantat, daerah pangkal paha, betis, telapak
kaki, dsb.
3.4 Rangsangan Di ”Kawasan” Erotis Wanita
rangsangan atau bagian tubuh sensitif seks wanita. Letak sensasi erotis bagi wanita ini
hendaknya diketahui dengan fasih oleh orang yang terikat dalam hubungan suami
istri. Pengetahuan ini jelas sangat berguna bagi para suami atau istri, sebab dengan ini,
mereka tidak lagi belajar dari awal tentang keberadaan dari daerah-daerah sensasional
itu. Suami dapat langsung menuju daerah tersebut, sedangkan bagi seorang istri,
pengetahuan ini merupakan suatu penuntun untuk memahami dengan lebih baik
Teks Resi Sambina pada dasarnya menyatakan ada sembilan daerah erotis di
tubuh wanita, yakni; (1) pinggul, seorang suami hendaknya meraba daerah pinggul
istrinya, titik sensasinya ada di belahan pantat belakang, yakni pada daerah pertemuan
antara lekukan pantat dan lekukan pinggang, letaknya ada di bawah pinggang di
antara kedua pinggul; (2) paha, pada daerah ini sensasi seksnya hampir merata namun
daerah paling sensitifnya ada di paha bagian dalam; (3) perut, daerah terpentingnya
ada di bawah pusar di atas vagina; (4) punggung, daerah sensasinya lebih peka pada
bagian tengah (belahan tulang punggung) dan dibagian atas dekat leher; (5) vagina,
sensasi yang paling penting dari vagina adalah daerah purna sasangka (klitoris) dan
windu (G-Spot); (6) payudara, yang paling utama dan sesnsasional dari payudara ini
adalah putingnya; (7) Lambung, bagian paling sensitifnya terletak pada bagian depan
(dekat perut); (8) leher, letak paling sensitifnya ada pada daerah tengkuk dan dekat
dagu; dan (9) tangan, sensasi paling sensitifnya ada pada sela-sela jemari.
dalam pendakian senggama yang dinyatakan pada Resi Sambina ada empat daerah
yaitu: lutut kanan, lutut kiri, siku kanan, dan kiri. Jika daerah ini disentuh atau dipijat
oleh suami, akan menarik kembali istri yang telah berada pada posisi ”ON” (panas) ke
alam kesadarannya. Adapun kalimatnya sebagai berikut: ”nihan tawak nikanang stri
tan asparsan, pat kwehniya, lwirnya, tur karwa, siku karwa”. Artinya, inilah bagian
tubuh wanita yang hendaknya jangan disentuh, empat adanya: kedua lutut kaki, dan
Dalam sistem wariga, diadakan pembulatan hingga ada bulan (sasih) tahun
candra (lunar sistem) yang berumur 30 hari atau 29 hari. Hitungan hari ini dibagi
berlangsung selama 14-15 hari. Dalam sistem pemilihan padewasan (pemilihan hari
baik) umumnya, hari-hari yang dihitung pangelong dianggap sebagai waktu buruk
(mala candra) hal ini diilustrasikan dengan semakin memudarnya cahaya bulan pada
Pada hari yang terhitung pananggal 1, letak rangsangan wanita pada ibu jari
kanan. Pananggal 2 letak rangsangan wanita terletak di ibu jari kiri. Pada hari
pananggal 3, letak rangsangan seks wanita ada di paha kanan. Pananggal 4, letak
rangsangan seks wanita ada di paha kiri. Pananggal 5, letak rangsangan seks wanita
Pananggal 7, letak rangsangan seks wanita ada di lubang pusar. Pananggal 8, letak
rangsangan seks wanita ada di payudara kanan. Pananggal 9, letak rangsangan seks
wanita ada di payudara kiri. Pananggal 10, letak rangsangan seks wanita ada di bahu.
Pananggal 11, letak rangsangan seks wanita ada di ujung hidung. Pananggal 12, letak
rangsangan seks wanita ada di dagu bagian kanan. Pananggal 13, letak rangsangan
seks wanita ada di dagu bagian kiri. Pananggal 14, letak rangsangan seks wanita ada
Dalam ungkapannya yang halus namun pedas, pangawi atau pengarang Resi
Sambina berkata:
’Ada pusat-pusat saraf pada tubuh wanita yang bisa menyebabkan bangkitnya
nafsu seks jika ia diraba dengan cara anguli (digesek/dikucek)’.
”Orang-orang yang munafik, yang tidak mau tahu pusat-pusat saraf ini,
meskipun ia diberitahu, mereka tetap akan tidak tahu, sebab apa gunanya mengajari
mereka yang munafik, bagai menuangkan air pada tempayan yang pecah”.
baik tahapan-tahapan seks itu. Seks dimulai dari pemanasan ringan, misalnya meraba-
raba daerah sensitif wanita, kemudian berikutnya pemanasan utama dengan cara
melakukan ciuman bibir, hisapan lidah, oral pada pasangan anda, dan mencumbu
berikut: (1) ketika istri sudah terlentang di ranjang, hendaknya suami meraba
payudara si istri dari bagian atas (siwastana) dan daerah sensitif lainnya. Pada saat
meraba payudara dan bagian sensitif lainnya, perhatikan agar jangan sampai paha
suami menindih tubuh istri; berikutnya (2) payudara dan daerah sensitif lainnya di
kulum atau pun dijilati dengan lidah, lakukan teknik yang sama pada vagina istri,
setelah sekian lama dalam teknik pemanasan lidah (jihwa) berikutnya; (3) tempel
dengan ketat vagina istri dengan pusar suami, lalu digoyangkan (usahakan tempelan
pusar menyentuh dengan ketat klitoris istri), perhatikan dahi si istri, setelah terlihat
ada ”cahaya” (lingga caya panikara); (4) pegang vaginanya dengan tangan kiri,
arahkan pada klitoris lalu kucek-kucek dengan telunjuk atau jari tengah dan tangan
kanan dipakai untuk meraba bagian-bagian sensitif lainnya, setelah sekian lama; (5)
penis digesekkan pada vagina (hana kadi sekarning udaya prana kucup) kepala
lakukan beberapa lama, setelah itu; (6) barulah penis dimasukkan ke liang vagina,
setelah beberapa saat; (7) keluarkan penis, lalu kembali digesekkan kepada pundarika
(klitoris), lakukan beberapa saat setelah itu; (8) kembali masukkan penis, usahakan
ujung penis bisa menyentuh nari gangga (G-Spot), sedangkan batang kemaluan
usahakan mampu menggesek pundarika (klitoris). Jika dirasa batang kemaluan
kesulitan untuk menggesek klitoris, sembari senggama tetap dilakukan, klitoris ini
ketat atau menggigit (menahut), inilah tanda dari kenikmatan puncak istri anda segera
mendasar teks Resi Sambina ini berisikan tentang tata cara seorang pria
membangkitkan gairah seorang istri. Dalam teks Resi Sambina sebenarnya juga
dibahas mengenai doa senggama dan pengobatan (usadha), namun dalam kesempatan
I. PENUTUP
4.1 Simpulan
Seks ala Bali yang banyak dipaparkan dalam teks-teks Kama Tattwa salah
satunya yaitu Resi Sambina memberikan pengetahuan tentang tata cara dan teknik
dalam melakukan senggama yang dilandasi dengan dharma dan bukan sekedar
sebagai pelampiasan nafsu untuk mencari kenikmatan semata. Namun semua itu lebih
kepada bagaimana cara pelampiasan nafsu dengan cara yang benar dan pengetahuan
yang dilandasi dharma. Sehingga tujuan dari hubungan seks yang sesungguhnya yaitu
4.2 Saran
Pendidikan seks bukanlah hal yang tabu lagi untuk dibicarakan karena sudah
menjadi rahasia umum. Setiap orang perlu mendapatkan pendidikan seks yang baik
dan benar berdasarkan ajaran susila dan agama agar tidak menyimpang dari norma-
norma yang ada. Pembahasan mengenai seks ala Bali yang didasari atas teks-teks
ataupun lontar-lontar yang berkaitan dengan seks telah dirangkum dalam 2 buah buku
yang berjudul ”Seks Ala Bali: Menyibak Tabir Rahasya Kama Tattwa” dan ”Seks
Ala Bali II Wadhu Tattwa: Sekelumit Catatan Tentang Hakekat Wanita Dalam
Wadhu Tattwa” oleh I B. Putra M. Aryana, SS, M.Si alumni jurusan Sastra Daerah