Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KASUS

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Ny. S

DI RUANG DAUN KELOR RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

DISUSUN OLEH :

ANINDYA WURI OKTAVIANA (P1337420616005)


LARASATI DYAH PERTIWI (P1337420616006)

KHOIRUN NAFIS (P1337420616007)


AMILYA LATIFAH NUR (P1337420616008)
RIFA AINUN NAJIHAH (P1337420616013)
ROSY NOOR AZIZAH (P1337420616014)
RAKA LUTFIANA IKHSANTI (P1337420616015)

PRODI D IV KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh


manusia dalam mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi. Salah
satunya adalah kebutuhan oksigen. Oksigen adalah salah satu komponen gas dan
unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup
O2 ruangan setiap kali bernapas. (Wartonah Tarwanto, 2006)

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia,


dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh.
Kekurangan oksigan bisa menyebabkan hal yangat berarti bagi tubuh, salah satunya
adalah kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin
pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam
pelaksanannya pemenuhan kebutuhan oksigen merupakan tugas perawat tersendiri,
oleh karena itu setiap perawat harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan
oksigen pada klienya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan
pemenuhan kebutuhan tesebut. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan
kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.

Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem


pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem
respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu
tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai
sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang
mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan
pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa mampu


memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

1.2.2 Tujuan Khusus

- Menjelaskan tentang pengertian oksigenasi


- Menjelaskan tentang sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan
oksigenasi
- Menjelaskan tentang terjadinya proses oksigenasi
- Menjelaskan tentang faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
- Mengetahui jenis pernapasan dan pengukuran paru

1.3 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa  dapat
mempelajari tentang asuhan keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia pada
klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan okesigenasi sehingga
memudahkan mahasiswa dalam belajar.
b. Bagi Dosen
Memudahkan dosen dalam memberikan materi perkuliahan karena
mahasiswa telah mendapatkan pengetahuan dasar dari pembuatan
makalah  asuhan keperawatan Kebutuhan Dasar Manusia pada klien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
BAB II

ISI

A. DEFINISI OKSIGENASI
Oksigenasi merupakan kebuthan dasar manusia yang paling mendasar.
Keberadaan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh. secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghrup O2 setiap kali
bernapas dari atmosfer. Kemudian O 2 diedarkan ke seluruh jaringan tubuh.
(Andarmoyo, Sulistyo, 2012)
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh. Otak
masih mampu mentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila
kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, maka terjadi kerusakan sel otak
secara permanen. Selain itu oksigen digunakan oleh sel tubuh untuk
mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Oksigen akan digunakan dalam
metabolisme sel.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu
ventilasi, difusi dan transportasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli
atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:
1)     Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat,
maka tekanan udaranya semakin rendah.
2)      Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di
sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-
paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
1) Luasnya permukaan paru-paru.
2) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan.
3) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O²
dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam
rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena
vulmonalis.
4)   Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus  dan mengikat HB.

c.       Transportasi gas


Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan
tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
1) curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara
keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
1. Etiologi Oksigenasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen menurut Tarwoto
dan Wartonah antara lain:

A.    FAKTOR FISIOLOGI


a.      Menurunnya kapasitas peningakatan oksigen ( misal: anemia).
b.     Menurunnya konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi.
c. Hipovolemia mengakibatkan transpor oksigen terganggu akibat
tekanan darah menurun.
d.     Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu
hamil, luka, dll.
e.   Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada ( kehamilan,
obesitas ).

B.     FAKTOR PERKEMBANGAN


a.       Bayi prematur: kurangnya pembentukan surfaktan.
b.      Bayi dan toddler: akibat adanya infeksi saluran nafas.
c.      Anak usia sekolah dan remaja: resiko infeksi saluran pernafasan dan
merokok.
d.      Dewasa muda dan pertengahan: akibat diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, dan stres.
e.    Dewasa tua: adanya penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteoriklerosis dan ekspansi paru menurun.

C.     FAKTOR PERILAKU


a.       Nutrisi: penurunan ekspansi paru pada obesitas.
b.      Exerase: meningkatkan kebutuhan oksigen.
c.       Merokok: nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah.
d.  Substanse abuse dan nikotin: menyebabkan intake nutrisi / Fe
menurun mengakibatkan penurunan Hb, alkohol menyebabkan depresi
pernafasan.
D.    FAKTOR LINGKUNGAN
a.       Tempat kerja ( polusi ).
b.      Suhu lingkungan.
c.       Ketinggian tempat dari permukaan laut.

Faktor yang Mempengaruhi Oksigenasi


1. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke
kulit. Hal tersebut  mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui
kulit. Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan
kebutuhan oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang
dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan
darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian
tempat. Pada tempat tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga
tekana oksigen juga turun. Implikasinya, apabila seseorang berada pada
tempat yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter diatas
permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli berkurang. Ini
menindikasikan kandungan oksigen dalam paru-paru sedikit. Dengan
demikian, pada tempat yang tinggi kandungan oksigennya berkurang.
Semakin tinggi suatu tempat maka makin sedikit kandungan oksigennya,
sehingga seseorang yang berada pada tempat yang tinggi akan
mengalami kekurangan oksigen.
Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara.
Udara yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara,
konsentrasi oksigennya rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan
oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal. Respon tubuh
terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata perih, sakit kepala,
pusing, batuk dan merasa tercekik.
2. Latihan
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan
denyut jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen
semakin tinggi
3. Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung
sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
4. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi
seseorang sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner
dan pembuluh darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh
darah darah koroner. Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.
5. Status Kesehatan
Pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi
berfungsi dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh secara adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit
jantung ataupun penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

Masalah Kebutuhan Oksigenasi


a.       Bersihan jalan nafas tidak efektif
Bersihan jalan nafas adalah suatu keadaan ketika seorang individu mengalami
suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernafasan sehubungan
dengan ketidakmampuan untuk batuk efektif.
b.      Pola nafas tidak efektif
Pola nafas tidak efektif adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan
perubahan pola pernafasan.
c.      Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas adalah keadaan ketika individu mengalami
penurunan jalannya gas ( oksigen dan karbon dioksida ) yang aktual
antara alveoli paru-paru dan sistem vaskuler.
Masalah Kebutuhan Oksigen
a.       Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh
akibat defisiensi oksigen.
b.      Perubahan Pola Nafas
1)   Takipnea, merupakan pernafasan dengan frekuensi lebih dari 24x/ menit karena
paru-paru terjadi emboli.
2)      Bradipnea, merupakan pola nafas yang lambat abnormal, ± 10x/ menit.
3)    Hiperventilasi, merupakan cara tubuh mengompensasi metabolisme yang terlalu
tinggi dengan pernafasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi jumlah
peningkatan O2 dalam paru-paru.
4)      Kussmaul, merupakan pola pernafasan cepat dan dangkal.
5)   Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup,
serta tidak cukupnya jumlah udara yang memasuki alveoli dalam penggunaan O2.
6)      Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernafasan.
7)    Ortopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
8)      Stridor merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada
saluran nafas
c.       Obstruksi Jalan Nafas
Merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernafasan yang mengalami
ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dapat
disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan akibat infeksi, imobilisasi, serta
batuk tidak efektif karena penyakit persarafan.
d.      Pertukaran Gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas baik O2
maupun CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular.
I. PATHWAY OKSIGENASI

Faktor Pencetus Antigen yang terikat Mengeluarkan mediator :


IGE pada permukaan Histamine, platelet,
(Allergen, Stress, Cuaca)
sel mast atau basofil bradikinin

Endema mukosa, sekresi


produktif, kontriksi otot polos Permeabilitas kapiler

Spasme otot polos sekresi Konsentrasi O2


kelenjar bronkus dalam darah

Obstruksi proksimal dari


hipoksemia
bronkus pada tahap ekspirasi
dan insprirasi

Gangguan Pertukaran Gas


Menyebabkan :

- Mukus berlebih
- Batuk
- Wheezing Tekanan partial O2 di alveoli
- Sesak nafas

Suplai O2 ke jaringan
Ketidakefektifan Bersihan
jalan nafas

Penyempitan jalan nafas

Ketidakefektifan Pola Nafas Peningkatan kerja otot pernafasan

II. PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
a. Nama :
b. Umur :
c. Alamat :
d. Pendidikan :
e. Pekerjaan :
f. Tanggal masuk :
g. Diagnosa medis :
h. Nomor register :

Biodata Penanggung jawab


a. Nama :
b. Umur :
c. Alamat :
d. Pendidikan :
e. Pekerjaan :
f. Hubungan dengan klien :
2. Catatan Masuk
Keluhan utama saat pasien masuk ke Rumah Sakit.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Mengkaji tentang sejak kapan pasien merasakan gejala dan apa
yang pertama kali dilakukan untuk mengatasinya.
b. Riwayat Keperawatan Dahulu
Mengkaji apakah pasien pernah mengalami hal yang sama
sebelumnya dan kapan itu terjadi.
c. Riwayat Keperawatan Keluarga
Mengkaji apakah pasien memiliki keluarga yang mempunyai
penyakit serupa.

4. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi, melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan
merupakan metode tertua yang digunakan untuk
mengkaji/menilai pasien.
 Palpasi, menyentuh atau merasakan dengan tangan, adalah
langkah kedua pada pemeriksaan pasien dan digunakan untuk
menambah data yang telah diperoleh melalui inspeksi
sebelumnya.
 Perkusi, pengetukan tubuh dengan ujung2 jari guna mengevaluasi
ukuran, batasan dan konsistensi organ2 tubuh dan menemukan
adanya cairan di dalam rongga tubuh
 Auskultasi, ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-
paru, jantung, pembuluh darah dan bagian dalam/viscera
abdomen.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Mengkaji status pernapasan, fungsi, dan oksigenasi yang terdiri dari
pemeriksaan spesimen sputum, spesimen darah vena dan arteri, atau uji fungsi
paru (mengukur volume dan kapasitas paru).
6. Program Terapi yang Diberikan

III. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan disfungsi
neomuskular.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mokus
dalam jumlah berlebih.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus-kapiler.

IV. PERENCANAAN
A. Prioritas Masalah
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan disfungsi
neomuskular.

B. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan disfungsi
neomuskular.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas
klien jadi efektif.
Hasil yang diharapkan :
a. Pasien tidak merasa tercekik
b. Pasien tidak ada dyspneu.
c. Pasien mampu bernafas dengan mudah.
d. Respirasy rate dalam rentang normal
C. Intervensi
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan disfungsi
neomuskular.
Intervensi :
a. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Monitor status O2
c. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
d. Monitor aliran oksigen
e. Monitor respirasy rate pasien
f. Monitor pola pernafasan abnormal
g. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigen
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

DI RUANG DAUN KELOR RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Tanggal Pengkajian : 31 Oktober 2017 Ruang/RS : Daun Kelor / RSUD Boyolali

A. PENGKAJIAN
7. Biodata Pasien
i. Nama : Ny. S
j. Umur : 52 Tahun 1 Bulan 10 Hari
k. Alamat : Tengaran Semarang
l. Pendidikan : SD
m. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
n. Tanggal masuk :26 Oktober 2017
o. Diagnosa medis : CHF
p. Nomor register : 17541857

8. Biodata Penanggung jawab


g. Nama : Ny. H
h. Umur : 56 Tahun
i. Alamat : Tengaran Semarang
j. Pendidikan :-
k. Pekerjaan :-
l. Hubungan dengan klien : Suami
B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh sesak nafas.

C. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pasien datang ke IGD pada tanggal 26 Oktober 2017 pukul 11:30 WIB
dan 30 menit kemudian langsung di bawa ke ruang Daun Kelor dengan
terpasang nasal kanul dan infus. Sebelum di bawa ke rumah sakit klien sudah
mengalami sesak nafas. Klien menggeluh sesak napas terus menerus ketika
datang ke rumah sakit. Biasanya ketika istirahat sesak nafasnya akan
menghilang. Pasien datang ke rumah sakit dikarenakan sesak nafas terus
menerus dan memberat ketika beraktifitas.
2. Riwayat Keperawatan Dahulu
Sebelum masuk ke RSUD Pandan Arang Boyolali, klien pernah
mengalami keadaan sakit yang serupa. Klien mengalami sesak nafas sekitar
6 bulan yang lalu dan dirawat di RSUD Ambarawa selama 1 minggu.
3. Riwayat Keperawatan Keluarga
Tidak ada anggota yang mengalami sakit seperti yang diderita pasien saat
ini. Keluarga pasien juga tidak ada yang menderita penyakit kronik lainnya
seperti DM, TBC, dan penyakit jantung.

D. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL


1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Persepsi mengenai sakit yang diderita, pasien tidak mengetahui
mengenai sakit yang dideritanya. Jika pasien sakit, klien periksa ke fasilitas
kesehatan.
2. Pola nutrisi dan metabilisme
Sebelum masuk ke rumah sakit pasien makan teratur yaitu 3 kali sehari,
dan porsinya cukup. Namun setelah sakit pasien makan teratur namun
porsinya berkurang dari porsi ketika sebelum sakit. Pasien habis setengah
dari porsi biasanya. Pasien minum 6 – 8 gelas setiap hari. Kondisi kulit klien
kering. BB : 50 kg, TB : 153 cm, IMT : 21,4 kg/m2, LILA : 15 cm.
A : BB : 50 kg, TB : 153 cm, IMT : 21,4 kg/m2, LILA : 15 cm.
B : klien memiliki kadar kalsium dibawah normal yaitu 0,56 mmol/L
sehingga klien mengalami hipokalsemia dalam tubuh yang disebabkan oleh
malnutrisi dimana tubuh tidak bisa menyerap vitamin dan mineral dari
makanan yang dikonsumsi.
C : ukuran tubuh ideal, mukosa lembab, bibir lembab, turgor elastis
D : pasien makan 3 kali sehari dengan porsi setengah dari porsi rumah sakit
berupa bubur kasar, lauk, sayur, dan buah. Pasien minum air putih 6 – 8
gelas/hari. Jenis infus yang terpasang pada pasien adalah infus D 5% 500 ml
20 tpm.
3. Pola eliminasi
Sebelum masuk rumah sakit klien BAB sekali sehari, sedikit, konsistensi
lunak, warna normal, peristaltik usus 12 kali/menit. BAK 4-5 kali sehari,
warna urine kekuningan, tidak terpasang kateter. setelah masuk rumah sakit
BAB klien tetap sama seperti sebelum sakit. BAK klien terpasang kateter.
4. Pola istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur klien sebelum dirawat di rumah sakit jumlah jam tidur
malam 6-7 jam, kebiasaan tidur siang 1-1, ½ jam, dan tidak memiliki
kebiasaan minum obat sebelum tidur. Saat di rawat di RS tidur pasien tidak
cukup, pasien tidur sekitar 3 – 4 jam karena sering terjaga karena kondisi
lingkungan rumah sakit yang ramai dan sesak nafasnya.
5. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum klien sakit, klien melakukan aktivitas secara normal seperti
melakukan kegiatan ibu rumah tangga, Setelah di rawat di rumah sakit
aktivitas yang klien lakukan berbaring di tempat tidur karena terpasang infus
dan nasal kanul. Pasien merasakan sesak saat melakukan aktivitas denagn
beban yang berat. Pasien perlu bantuan orang lain untuk melakukan
aktivitasnya.
6. Pola peran dan hubungan
Pasien berperan sebagai ibu dan nenek di dalam keluarganya, selama
sakit peran klien dalam keluarga minimal. Hubungan dengan keluarga
harmonis. Selama pasien dirawat di rumah sakit, suami selalu setia
menunggu dan menemani. Hubungan klien dengan penghuni bangsal tidak
terganggu.

7. Pola Presepsi Sensori


Selama praktikan melakukan perawatan, klien bersikap kooperatif ketika
dikaji, klien mau bercerita tentang apa yang dirasakan dan bertanya
mengenai penyakitnya. Pasien tidak mengalami gangguan pada kelima
ndera, baik itu indera penglihatan, pendengaran, pembau, peraba, dan perasa.
Semuanya dalam keadaan normal tanpa gangguan.
8. Pola persepsi diri/ Konsep diri
Selama di rawat di RS pasien mempunyai persepsi yang positif dan yakin
bahwa dia akan segera membaik. Pasien saat ini mengetahui sedikit tentang
penyakitnya, klien mengerti perawatan dan tindakan yang dilakukan.
9. Pola seksual dan reproduksi.
Klien adalah seorang wanita yang telah mengalami menopause.
10. Mekanisme Koping
Koping yang dilakukan klien ketika sakit yaitu merasa cemas, sedangkan
ketika menghadapi masalah biasanya klien cerita dan minta bantuan kepada
orang terdekatnya.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien beragama Islam, klien menalankan ibadahya secara teratur,selama
dirawat di rumah sakit pasien melakukan ibadah di tempat tidur karena
terpasang infus dan nasal kanul.

E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda Vital
TD : 120/60 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,80C
RR : 30 x/menit
2. Pengkajian fisik
 Keadaan umum : sesak
 Kesadaran : compos mentis
 GCS : E4 M6 V5
 Kulit :
▪ kering, turgor elastis, tidak ada edema.
▪ Warna kulit sawo matang
 Kepala :
▪ Rambut : warna hitam dan ada uban, lurus

▪ Kulit kepala : tidak ada laserasi, kulit kepala dalam keadaan


bersih.
 Mata :
 Bentuk : bulat, simetris kanan kiri.
▪ Konjungtiva : merah muda
▪ Sclera : tidak ikteric
▪ Pupil : normal berbentuk bulat, diameter
3 mm kanan
kiri dan reflek cahaya ( + ) langsung.
 Penglihatan : normal, tidak mengalami gangguan
 Hidung :
▪ Septum deviasi tidak ada, concha normal, tidak ada
polip, rongga hidung bersih.
▪ Ada nafas cuping hidung dan pasien terpasang nasal
kanul.
 Telinga :
▪ Daun telinga : simetris antara kanan dan
kiri, bersih
▪ Liang telinga : bersih
▪ Fungsi pendengaran : dalam batas normal
 Mulut :
▪ Mulut bersih, tidak berbau, bibir tidak berwarna
pucat, lidah bersih, mukosa lembab.
 Leher :
 Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tiroid.
 Thorax :
 Inspeksi : dada simetri, baik tidak ada edema paru
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : tidak dilakukan perkusi
 Auskultasi : terdapat wheezing

 Abdomen:
 Inspeksi : simetri, tidak ada edema
 Auskultasi : normal / bising usus 12 kali/menit
 Palpasi : tidak dilakukan palpasi
 Inspeksi : simetri, datar
 Perkusi : tidak dilakukan
 Palpasi :tidak ada nyeri tekan
 Genetalia:
Pasien terpasang kateter dan dalam keadaan bersih.
 Ekstremitas
 Pasien terpasang infus pada tangan kanan.
 Kedua kaki tidak mengalami pembengkakan.
 Akral hangat.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 26 Oktober 2017
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Metode
DARAH LENGKAP :
Hemoglobin 13,6 12-16 gr/ dL Autocounter
Lekosit 8840 4800-10800 uL Autocounter
LED(Laju 36 0-20 mm Autocounter
Endapan Darah)
HITUNG JENIS SEL
Eosinofil 4.00 1-3 % Giemsa
Basofil 0,20 0-1 % Giemsa
Neutrofil segmen 66,50 1-6 % Giemsa
Limfosit 19,20 20-40 % Giemsa
Monosit 10,10 2-8 % Giemsa
Hematokrit 43 37-47 % Autocounter
Trombosit 295 150-450 10^3/uL Autocounter
Eritrosit 4,67 4,2-5,4 10^3/uL Elekronik impedence
MCV 91,4 80-100 Fl
MCH 29,1 27-32 Pg
MCHC 31,9 32-36 g/dL
RDW 19,6
KIMIA :
Ureum 25 10-50 mg/dl Urease-UV
Creatinin 0,81 0,6-1,1 mg/dl Jaffe
SGOT 20 <31 U/L IFCC
SGPT 18 <31 U/L IFCC
Guladarahsewaktu 76
IMUNOSEROLOGI: Non Non Reaktif
HBSAG relatif

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 27 Oktober 2017


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan Metode
Rujukan
KIMIA
BGA-PAKET
ELEKTROLIT
O2 Saturasi 86 94-98 % Autoanalisa
(SO2) Manual
Suhu 36.5 Celcius Manual
Fi O2 33 % Autoanalisa
pH 7.46 7.35-7.45 Autoanalisa
pCO2 53 35-45 mmol/L AutoanalisaAutoanalisa
pO2 47 80-100 mmol/L Autoanalisa
Total CO2 39.2 24-31 mmol/L Autoanalisa
Plasma (TCO2) mmol/L Autoanalisa
Base Excess 11.3 0-2.5 mmHG Autoanalisa
(BEb) Autoanalisa
A-aDO2 0-2.5 mL/dL Autoanalisa
O2 Cap 10-20 Autoanalisa
O2 Ct Negatif Autoanalisa
HCO3 37.5 22-26 mmol/L Autoanalisa
Natrium 143 135-148 mmol/L ISE
Kalium 3.3 3.5-5.3 mmol/L
Ca 0.56 1.15-1.27 mmol/L

Hasil perekaman EKG


HR         : 145 bpm                    AXIS : -162 deg
R-R        : 411 ms                       RVS    : 0.21 mv
P-R         : 61 ms                         SVI     : 0.00 mv
QRS       : 73 ms                         RTS     : 0,21
QT          : 252 ms
QTC       : 393

Pemeriksaan foto rontgen thorax

Kesan: Kardiomegali (CTR > 50%).

Terapi yang Diberikan


1. Infus
- Infus D 5% 20 tpm
2. Injeksi
- Injeksi Furosemide (Lasix) per 8 jam IV, 1 ampul 40 mg=2cc
3. Oral
- ISDN tablet 3X1 PO sesudah makan
- Aspilef tablet 1x1 PO sesudahmakan
- Proneuran tablet 2x1 PO Sesudahmakan
- NAC tablet 1x1 PO sesudahmakan
4. Oksigen
- O2binasalkanul 3 lpm

G. DAFTAR MASALAH

No Waktu Data Fokus Masalah Tanggal teratasi TTD


Keperawatan
1. Selasa, 31 DS : Klien mengatakan Ketidakefektifan pola 1 November 2017
Oktober sesak nafas terus nafas berhubungan Sesak nafas
2017 menerus dengan hiperventilasi. berkurang
14.30 WIB DO :
- Pasien tampak
lemas
- Keadan umum
pasien sedang
- Pasien
terpasang alat
bantu
oksigenasi.
- Terdapat
penumpukan
CO 2 dan

kekurangan O 2
dalam tubuh.
- pCO2 : 53
Rabu, 1 mmol/L
November - pO2 : 47
2017 mmol/L
15.25 - TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 78x/menit
-RR : 27x/menit
- suhu : 37,1o C

H. RENCANA KEPERAWATAN

WAKTU Diagnosa Tujuan Intervensi TTD


Keperawatan
Selasa, 31 Ketidakefektifa Setelah dilakukan 1. Kaji pernafasan klien.
Oktober n pola nafas tindakan 2. Monitoring TTV.
2017 berhubungan keperawatan selama 3. Memposisikan pasien
14.30 WIB dengan 3x24 jam, pola nafas untuk memaksimalkan
hiperventilasi. pasien dapat efektif ventilasi.
dengan kriteria 4. Auskultasi suara
hasil : nafas, catat adanya
1. Pasien tidak suara tambahan.
merasa sesak 5. Monitor aliran

nafas. oksigen.
6. Memberikan posisi
2. Pasien tidak
semi flower.
adadyspneu.
7. Monitor respirasy rate
3. Pasien mampu
pasien.
bernafas dengan
8. Monitor adanya
mudah. kecemasan pasien
4. Respirasy rate terhadap oksigen.
dalam rentang 9. Berikan terapi sesuai
normal. instruksi dokter.

I. CATATAN KEPERAWATAN

Waktu Masalah Implementasi Respon TTD


keperawatan

Selasa, 31 Gangguan pola a. Mengkaji pernafasan b. Klien mengatakan merasa


Oktober nafas tidak klien sesak dan lemas ketika
2016 efektif b. Memonitoring TTV dilakukan pengkajian
14.30
berhubungan c. Memposisikan klien c. Klien merasa lebih
dengan untuk nyaman ketika diposisikan
disfungsi memaksimalkan semi fowler
neomuscular ventilasi d. Klien mengatakan merasa
d. Memonitor status nyaman dengan selang
Oksigen oksigen yang terpasang
e. Mengauskultasi suara e. Klien merasa tenang
nafas, mencatat f. Klien mengerti jika terjadi
adanya suara sesak maka harus
tambahan berposisi semi fowler
f. Memonitor aliran g. Klien kooperatif dan
oksigen merasa lebih rileks
g. Memberikan posisi h. Klien mengatakan tidak
semi fowler memiliki kecemasan
h. Memonitor respirasi oksigen dan merasa lebih
rate pasien rileks dan nyaman
i. Memonitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigen
j. Memberikan terapi
sesuai intruksi dokter

Rabu, 1 a. Mengkaji pernafasan a. Klien mengatakan merasa


Novembe klien sesak nafas ketika
r 2017 b. Memonitoring TTV dilakukan pengkajian
15.25 c. Memposisikan klien b. Klien mengatakan merasa
untuk nyaman dengan selang
memaksimalkan oksigen yang terpasang
ventilasi c. Klien merasa tenang
d. Memonitor status d. Klien mengerti jika terjadi
Oksigen sesak maka harus berposisi
e. Mengauskultasi suara semi fowler
nafas, mencatat e. Klien kooperatif dan
adanya suara merasa lebih rileks
tambahan
f. Memonitor aliran
oksigen
g. Memberikan posisi
semi fowler
h. Memonitor respirasi
rate pasien
i. Memonitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigen
j. Memberikan terapi
sesuai intruksi dokter
Kamis, 2 a. Mengkaji pernafasan a. Klien mengatakan merasa
Novembe klien sesak dan lemas ketika
r 2017 b. Memonitoring TTV dilakukan pengkajian
17.00 c. Memposisikan klien b. Klien merasa relax
untuk c. Klien mengatakan merasa
memaksimalkan nyaman dengan selang
ventilasi oksigen yang terpasang
d. Memonitor status d. Klien merasa tenang
Oksigen e. Klien mengerti jika terjadi
e. Mengauskultasi suara sesak maka harus berposisi
nafas, mencatat semi fowler
adanya suara f. Klien kooperatif dan
tambahan merasa lebih rileks
f. Memonitor aliran
oksigen
g. Memberikan posisi
semi fowler
h. Memonitor respirasi
rate pasien
i. Memonitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
j. Memberikan terapi
sesuai intruksi dokter
D. CATATAN PERKEMBANGAN

Waktu Diagnosa Evaluasi TTD


Jumat, 3 Gangguan oksigenasi pola S : Klien merasa tidak sesak nafas
November nafas tidak efektif lagi
2017 berhubungan dengan sindrom
17.00 hipoventilasi O : klien dapat memposisikan semi
flower
- TD : 110/80
- Nadi : 68x/menit
-RR : 20x/menit
- suhu : 36,7

A : masalah teratasi sebagian


P : lanjutkan intervensi
Monitor tanda-tanda vital

Anda mungkin juga menyukai