Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PENYULUHAN DAGUSIBU DI DESA PULAU BIRANDANG KECAMATAN


KAMPAR TIMUR

Dosen Pembimbing :
RATNA SARI DEWI, M.Farm., Apt
TIARA TRI AGUSTINI, M.Farm,. Apt

OLEH:
KELOMPOK 3 :
 ALDA SYAFITRI (1800003)
 AMRINA ROSSADA SEPTILAPANI (1800004)
 ECI MARLINA (1800014)
 HAZNA APDWIYAH (1800020)
 IKA ZULAIKHA (1800021)
 SELFIANI (1800043)
 SELLEY ANDREY A (1800044)
 UCI RAMADHANTY (1800052)

PROGRAM STUDI D III A FARMASI


YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmat, Karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah PRAKTIKUM IKM tentang “PENYULUHAN OBAT DI
MASYARAKAT” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai PRAKTIKUM IKM tentang
“PENYULUHAN OBAT DI MASYARAKAT” dan juga mengenai materi-materi
lainnya yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Penulis juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam Makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami dan memberi manfaat bagi siapapun
yang membacanya.

Pekanbaru, NOVEMBER 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN……………….……………………………........ 1
A. Latar Belakang…………………………………………………........ 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………... 2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………… 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………. 3


A. Pengertian …… …………………………………………………3
B……………………………………

BAB IV PENUTUP………………………………………………………. 10
A. Kesimpulan.……………………………………………………….. 10
B. Saran ………………………………………………………………. 10

ii
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. LATAR BELAKANG

Dagusibu (Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang) merupakan program Gerakan


Keluarga Sadar Obat yang diprakarsai oleh Ikatan Apoteker Indonesia dalam
mencapai pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan obat
dengan benar (PP IAI, 2014). Adanya gerakan tersebut karena masih banyak
masalah terkait penggunaan obat yang terjadi di masyarakat. Hal ini terlihat pada
penggunaan obat yang tidak rasional. Salah satunya pada penggunaan obat keras
dan antibiotik dalam upaya swamedikasi, dimana masih adanya rumah tangga
yang menyimpan obat keras tanpa resep 81,9% dan antibiotik 86,1% (Riskesdas,
2013).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, fasilitas pelayanan


kefarmasian yaitu apotek, instalasi rumah sakit, klinik, toko obat, atau praktek
bersama. Pada kenyataannya masih ada masyarakat yang mendapatkan obat dari
orang lain sebesar 1,7%, tenaga kesehatan 23,4% dan penjual obat tradisional
keliling 1,3% (Riskesdas, 2013).

Sumber memperoleh obat dan obat tradisional yang bukan berasal dari
fasilitas pelayanan kefarmasian dapat menjadi peluang masuknya obat-obat palsu.
Untuk menjamin keefektifan suatu obat, perlu sistem penyimpanan yang baik dan
benar. Penelitian terkait penyimpanan obat dilakukan oleh Jasim (2010), di Iraq
menunjukan bahwa 57,46% obat tidak disimpan di tempat yang sesuai. Di
Palestina, 43,4% produk obat disimpan di tempat yang relatif tidak aman dari
jangkauan anak-anak di rumah (Sweileh et al., 2009).

Sedangkan untuk masyarakat di Indonesia sendiri masih kurang memahami


bagaimana obat tersebut disimpan dan digunakan karena kurangnya informasi
yang seharusnya didapatkan. Kesalahan dalam menyimpan obat akan
mempengaruhi kondisi zat aktif dalam obat tersebut. (Gitawati, 2014). Sistem
pembuangan obat yang tidak tepat menjadi perhatian global. Di negara-negara

1
berkembang masalah ini sangat besar dan tidak terdokumentasi dengan baik.
Penelitian yang dilakukan di Ethiopia menunjukan 16,4% responden membuang
obat di tempat sampah, 13,3% membuang obat di toilet, 10,4% membuang obat di
lingkungan dan 77,6% responden tidak membedakan dalam membuang sediaan
obat padat dan cair (Atinafu et al., 2014).Upaya edukasi kesehatan dapat
dilakukan dengan berbagai macam metode edukasi. Metode CBIA (Cara Belajar
Ibu Aktif) merupakan metode edukasi untuk para ibu rumah tangga agar lebih
aktif dalam mencari informasi mengenai obat (Depkes RI, 2008).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Susanti et al (2014), edukasi dengan


metode CBIA lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku tentang
pengobatan sendiri dibandingkan dengan metode ceramah. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Suryawati (2003), menunjukan adanya peningkatan
pengetahuanpengobatan sendiri dengan metode CBIA dibandingkan dengan
metode seminar besar dan kelompok kontrol. Metode Snowball Throwing
merupakan salah satu modifikasi dari metode bertanya yang menitikberatkan pada
kemampuan merumuskan pertanyaan (Wijayanthi et al., 2014).

B. RUMUSAN MASALAH.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan


masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada peningkatan pengetahuan ibu-ibu tentang Dagusibu


setelah dilakukan penyuluhan atau sosialisasi di desa pulau
birandang, kecamatan kampar timur?
2. Metode edukasi manakah yang paling efektif untuk meningkatkan
pengetahuan ibu tentang Dagusibu di desa pulau birandang,
kecamatan timur ?

C.TUJUAN

1. Mengetahui ada tidaknya peningkatan pengetahuan ibu tentang


Dagusibu setelah dilakukan edukasi di Desa Kampar

2
2. Memberikan edukasi kepada ibu-ibu di desa pulau birandang
tentang dagusibu yang baik dan benar.
3. Mengetahui metoda yang cocok untuk memberi informasi terkait
dagusibu kepada ibu- ibu desa pulau birandang.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Dagusibu

Dagusibu merupakan singkatan dari Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan


Buang obat dengan cara yang baik dan benar. DaGuSiBu merupakan suatu
program edukasi kesehatan yang dibuat oleh IAI dalam upaya mewujudkan
Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO) sebagai langkah konkrit untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat hingga mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sebagai komitmen dalam melaksanakan amanat Undang-
Undang NOMOR 36 Tahun 2009.

Perlu adanya pengawasan dan penyampaian informasi tentang obat pasien


atau masyarakat dalam mendapatkan, menggunkan, menggunakan, menyimpan,
dan membuang obat dengan baik dan benar. Jika penggunaanya salah, tidak tepat,
tidak sesuai dengan takaran dan indikasinya maka obat dapat membahayakan
kesehatan. (Depkes RI, 2008)

2.2 Mendapatkan obat (Da)


Sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan Nomor 51 Tahun 2009,
masyarakat dapat mendapatkan obat difasilitas pelayanan kefarmasian
yaitu :
a. Apotek
Darana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker.
b. Instalasi Farmasi Runah Sakit
Unit pelaksanan fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit
c. Klinik
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar atau
spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan da
dipimpin oleh seorang tenaga medis.

4
d. Toko Obat
Sarana yang meiliki izin untuk menyimpan obat-obat dan obat-obat bebas
terbatas untuk dijual secara eceran.

Pada waktu menerima obat dari petugas kesehatan dirumah sakit,


puskesmas, apotek, atau toko obat, diwajibkan melakukan pemeriksaan
fisik obat dan mutu obat yang meliputi : (Depkes RI. 2008)
a) Jenis dan jumlah obat
Jenis obat berdasarkan golongan obat antara lain :
1. Obat bebas

Obat bebas adalah obat bebas yang dijual secara bebas dipasaran dan dapat
dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan dan etiket obat bebas, tanda
khusus berupa lingkaran hijau dengan garis tepi bewarna hitam.

2. Obat bebas terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep doker, namun
penggunaannya haus memperhatikan informasi yang menyertai obat dslam
kemasan. Pada kemasan dan etiket terdapat tanda khusus berupa lingkaran
biru dengan garis tepi bewarna hitam.

3. Obat keras

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli diapotek dengan resep
Dokter. Obat keras mempunyai tanda khusus berupa lingkaran bulat

5
merah dengan garis tepi bewarna hitam dan huruf K ditengah yang
menyentuh garis tepi.

4. Narkotika dan Psikotropika

a. Obat Narkotik yang berasal dariturunan tanaman atau bahan kimia


yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan. Obat ini hanya dapat diperoleh
dengan resep dari Dokter. Contoh morfin dan petidin.
b. Obat psikotropik adalah obat bukan golongan narkotik yang
berkhasiat mempengaruhi susunan syaraf pusat. Obat ini dapat
menyebabkan perubahan khas pada mental dan perilaku. Obat
golongan ini hanya boleh dijual dengan resep dokter. Contoh
phenobarbital dan diazepam
a. Kemasan obat
Pada umumnya informasi obat yang dicantum kan adalah :
1. Nama obat
Nama obat pada kemasan terdiri dari nama dagang dan nama zat aktif
yang terkandung didalamnya
Contoh : Nama dagang : panadol
Nama zat aktif : paracetamol/acetaminophen
2. Komposisi obat
Informasi tentang zat aktif yang terkandung didalam suatu obat,dapat
merupakan zat tunggal atau kombinasi dari berbagai macam zat aktif
dan bahan tambahan lain
3. Indikasi
Informasi mengenai khasiat obat untuk suatu penyakit
4. Aturan pakai
Informasi mengenai cara penggunaaan obat yang meliputi waktu dan
berapa kali obat tersebut digunakan
5. Peringatan perhatian

6
Tanda peringatan yang harus diperhatikan pada setiap kemasan obat
bebas dan obat bebas obat terbatas. Tanda peringatan selalu tercantum
pada kemasan obat bebas terbatas. Tanda peringatan selalu tercantum
pada kemasan obat bebas terbatas berbentuk empat persegi panjang
dengan huruf putih pada dasar hitam ukuran panjang 5 cm,lebar 2 cm
yang terdiri dari 6 macam yaitu P No.1-6 :

P no.1 P no.2

Awas! Obat keras Awas! Obat keras

Bacalah aturan makainya Hanya untuk dikumur,jangan


ditelan

P no.3 P no.4

Awas! Obat keras Awas! Obat keras

Hanya untuk bagian luar Hanya untuk dibakar


badan

P no.5 P no.6

Awas! Obat keras Awas! Obat keras

Yidak boleh ditelan Obat wasir,jangan ditelan

7
6. Tanggal kadaluarsa
Tanggal yang menunjukkan berakhirnya masa kerja obat
7. Nama produsen
Nama industry farmasi yang memproduksi obat
8. Nomor batch/lot
Nomor kode produksi yang dikeluarkan oleh industri farmasi
9. Harga eceran tertinggi
Harga jual obat tertinggi yang dibolehkan oleh pemerintah
10. Nomor registrasi
Tanda izin abash yang diberikan oleh pemerintah
2.3 Menggunakan Obat ( Gu )
Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan dosis
tertentu, dan dengan penggunaan yang tepat, dapat dimanfaatkan untuk
mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara
kesehatan (Depkes, RI, 2008 ).
a. Informasi umum cara penggunaan
1) Cara minum obat sesuai anjuran yang tertera pada etiket atau
brosur. Penggunaan obat tanpa petunjuk langsung dari dokter
hanya boleh untuk penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas
serta untuk masalah kesehatan yang ringan.
2) Waktu minum obat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan :
a) Pagi, berarti obat harud diminum antara pukul 07.00 – 08.00
WIB
b) Siang, berarti obat harus diminum antara pukul 12.00-13.00
WIB
c) Sore, berarti obat harus diminum antara puku 17.00 – 18.00
WIB
d) Malam, berati obat harus diminum antar puku 22.00-23.00
3) Aturan minum obat yang tercantum dalm etiket harus dipatuhi, bila
tertulis:
a) 1 (satu) kali sehari, berarti obat tersebut diminum waktu pagi
hari atau malam hari, tergantung dari khasiat obat tersebut.

8
b) 2 (dua) kali sehari, berarti obat tersebut diminum pagi dan
malam hari.
c) 3 (tiga) kali sehari, berarti obat tersebut diminum waktu pagi,
siang, dan malam hari.
d) 4 (empat) kali sehari, berarti obat tersebut diminum waktu
pagi, siang, sore, dan malam hari.
4) Minum obat sampai habis , berarti minum obat tersebut
sampai habis, biasanya obat antibiotika
5) Penggunaan obat bebas dan bebas terbatas tidak digunakan untuk
penggunaan terus-menerus
6) Hentikan penggunaan obat jika tidak menimbulkan efek yang
diinginkan atau menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, dan
segera hubungi tenaga kesehatan.
7) Sebaiknya tidak mencampur berbagai jenis obat dalam satu wadah
8) Sebaiknya tidak mencabut etiket atau label obat, karena pada etiket
atau label obat terdapat cara penggunaan obat tersebut
9) Bacalah cara penggunaan obat sebelum meminum obat tersebut
dan periksalah tanggal kadaluarsanya
10) Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun memilikki
gejala yang sama
11) Tanyakan kepada apoteker atau tenaga kesehatan farmasi untuk
mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap.
2.4 Menyimpan obat yang benar (Si)
Setelah obat digunakan, tentu obat tidak langsung sekali minum

langsung habis kan ? sisa obat yang akan digunakan di waktu minum

selanjutnya perlu disimpan dengan cara yang benar agar aman dan tetap

berkualitas. Simpanlah obat di tempat yang aman dan sesuai petunjuk.

Misal ada obat yang disimpan di suhu ruangan (250C). ada pula yang

harus disimpan di lemari pendingin. Lalu ada yang jangan terkena sinar

matahari langsung karena bisa merusak obat.

9
1. Baca aturan penyimpanan obat pada kemasan, apakah harus

disimpan di suhu kamar, harus di suhu dingin ataupun aturan

penyimpanan yang lain.

 Obat dalam bentuk cair (suspensi/emulsi) jangan disimpan

dalam lemari pendingin.

 Simpan dalam kemasan aslinya dan dalam wadah tertutup

rapat .

 Jangan mencampur tablet dan kapsul dalam satu wadah .

 Obat minum dan obat luar harus disimpan terpisah.

2. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

3. Kunci lemari penyimpanan obat.

2.5 Membuang obat yang benar


Bila obat sudah kadaluwarsa, buanglah obat tersebut meskipun

baru satu hari. Obat yang sudah kadaluwarsa memiliki zat aktif yang

berkurang jauh dari kadar aslinya, dan hanya menyisikan sifat toksik dari

zat kimia obat itu sendiri. Artinya, tetap mengkonsumsinya hanya akan

memasukkan racun kimia saja. Membuang obat pun harus diperhatikan

untuk menghindari pemanfaatan oleh orang - orang yang tidak

bertanggung jawab, juga agar tidak membahayakan lingkungan. Kemasan

dan obatnya itu sendiri harus dirusak sebelum dibuang dengan

dihancurkan agar tidak dijual ulang menjadi obat palsu.

a. Ciri-ciri obat rusak :

 Telah lewat tanggal kadaluarsanya.

 Telah berubah warna, bau, dan rasa.

10
b. Cara membuang obat :

 Hilangkan label pada wadah kemasan.

 Untuk obat berbentuk tablet dan kapsul dihancurkan dan

dicampur dengantanah, masukkan ke plastik dan buang.

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Jadwal Kegiatan


3.1.1 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilaksanakan :

Waktu : Minggu, 3 November 2019

Tempat Pelaksaan : Di rumah warga

3.1.2 PELAKSANA

Nama peserta kegiatan :

1. ALDA SYAFITRI

2. AMRINA ROSSADA SEPTILAPANI

3. ECI MARLINA

4. HAZNA APDWIYAH

5. IKA ZULAIKHA

6. SELFIANI

7. SELLEY ANDREY A

8. UCI RAMADHANTY

3.1.3 SASARAN

Ibu-ibu di desa pulau birandang kecamatan kampar timur yang terdiri

dari kelompok atau golongan, serta masyarakat umum lainnya yang

berada di rumah tersebut.

3.1.4 METODE PENERAPAN

Kegiatan ini dilakukan di desa pulau birandang kecamatan kampar

timur yang bertepatan dirumah warga. Kegiatan dilakukan dengan cara

12
mengadakan penyuluhan tentang bagaimana dagusibu obat yang baik

kepada ibu-ibu arisan.

3.2 Hasil
Hasil yang didapatkan dari pelaksanaan pengabdian ini adalah warga
memperoleh pengetahuan mengenai pengertian obat dan bagaimana
malakukan Dagusibu pada obat
3.3 Pembahasan
Sejauh ini masyarakat masih banyak yang belum mengetahui akan
pentingnya slogan DAGUSIBU yang artinya Dapatkan, Gunakan, Simpan,
dan Buang. Slogan tersebut diperkenalkan oleh IAI dengan tujuan untuk
mengedukasi masyarakat bagaimana cara berinteraksi dengan obat serta
memberikan informasi kepada masyarakat tentang cara mendapatkan,
menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan benar. Banyak
survei diketahui bahwa ibu rumah tangga adalah “key person” dalam
penggunaan obat dalam rumah tangga. Oleh karena itu, ibu rumah tangga
diharapkan lebih aktif dalam mencari informasi seputar obat yang
digunakan keluarga. Informasi tersebut juga berguna bagi para ibu agar
mampu menyikapi promosi iklan dipasaran dan mengola obat dalam
rumah tangga dengan benar. Hanya saja, yang menjadi objek DAGUSIBU
adalah semua elemen dari masyarakat, tidak hanya ibu rumah tangga,
tetapi orang yang diharapkan mampu berinteraksi dengan obat secara baik
dan benar.
Denga demikian DAGUSIBU sangat penting untuk dipahami dan
diterapkan oleh semua lapisan masyarakat unutk mengurangi beberapa
faktor negatif dan kerugian akibat penggunaan, penyimpanan,dan
pembuangan obat yang salah. Beberapa contoh yaitu masyarakat yang
over dosis akibat terlalu banyak mengkonsumsi obat tertentu, pencemaran
lingkungan akibat pembuangan obat yang salah, ketergantungan obat, dan
timbulnya resistensi antibiotik akibat cara mengkonsumsi obat yang salah.

13
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
a. DAGUSIBU adalah kepanjangan dari Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang
yang merupakan proses pengelolaan obat yang baik dan benar
b. DAGUSIBU dapat mengurangi kesalahan cara pengelolaan obat jika masyarakat
memperhatikan dan melakukan seperti petunjuk dalam pengelolaan obat
DAGUSIBU sehingga obat tersebut dapat diambil manfaatnya untuk
kesembuhan pasien dan mengurangi dampak buruk akibat kesalahan yang
ditimbulkan
c. Pemaparan materi tentang Dagusibu memberikan efek kejelasan dan memberikan
arahan yang jelas tentang hal tersebut dibuktikan secara statistik.

B. SARAN

A. Diharapkan setelah membaca maklah ini dapat lebih mempertimbangkan


untuk mengonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi karna dapat
menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya
B. Masyarakat perlu lebih meningkatkan kepedulian mengenai masalah
penyimpanan dan pembuangan obat yang baik dan benar
C. Perlu adanya kerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit
setempat mengenai pengolaan obat yang baik dan benar

14
DAFTAR PUSTAKA

Buana, Galuh.2017.Kurangnya pengetahuan Masyarakat Mengenai DAGUSIBU.


Jakarta : Gramedia

15

Anda mungkin juga menyukai