Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Jawaban
Analisis Deskriptif : statistika yang menggunakan data pada suatu kelompok untuk
menjelaskan atau menarik kesimpulan mengenai kelompok itu saja
contoh :
2. MEDIAN (Md)
Nilai yang membagi distr 2 sama besar
- n ganjil : median pada urutan ke (n+1) / 2
contoh diatas : (9+1) / 2 = 5 Md = 61
- n genap : median pada urutan diantara ke n / 2 dan (n/2) + 1
mis = 59 60 60 60 60 61 62 66 75 76
Md = (60+61) / 2 = 60,5 kg
3. MODUS (Mo)
Nilai yang sering muncul
Mis contoh diatas Mo= 60
Analisis Analitik : statistika yang menggunakan data dari suatu sampel untuk menarik
kesimpulan mengenai populasi dari mana sampel tersebut diambil
• Statistika Parametrik:
à Menggunakan lebih sedikit asumsi mengenai populasi (atau bahkan tidak ada sama
sekali)
à Membutuhkan data dengan level serendah rendahnya ordinal (ada beberapa metode
untuk nominal)
5. Terdapat banyak rumus untuk menghitung besar sampel minimal sebuah penelitian,
namun pada artikel ini akan disampaikan sejumlah rumus yang paling sering
dipergunakan oleh para peneliti.
Namun apabila besar populasi (N) tidak diketahui atau (N-n)/(N-1)=1 maka besar
sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Rumus Lemeshow
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal yang diperlukan
= derajat kepercayaan
p = proporsi anak yang diberi ASI secara eksklusif
q = 1-p (proporsi anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif
d = limit dari error atau presisi absolut
Jika ditetapkan =0,05 atau Z1- /2 = 1,96 atau Z2
1- /2 = 1,962 atau dibulatkan menjadi 4, maka rumus untuk besar N yang diketahui
kadang-kadang diubah menjadi:
Misalnya, kita ingin mencari sampel minimal untuk suatu penelitian mencari faktor
determinan pemberian ASI secara eksklusif. Untuk mendapatkan nilai p, kita harus
melihat dari penelitian yang telah ada atau literatur. Dari hasil hasil penelitian
Suyatno (2001) di daerah Demak-Jawa Tengah, proporsi bayi (p) yang diberi
makanan ASI eksklusif sekitar 17,2 %. Ini berarti nilai p = 0,172 dan nilai q = 1 – p.
Dengan limit dari error (d) ditetapkan 0,05 dan nilai Alfa = 0,05, maka jumlah sampel
yang dibutuhkan sebesar:
Besar sampel untuk penelitian case control adalah bertujuan untuk mencari sampel
minimal untuk masing-masing kelompok kasus dan kelompok kontrol. Kadang
kadang peneliti membuat perbandingan antara jumlah sampel kelompok kasus dan
kontrol tidak harus 1 : 1, tetapi juga bisa 1: 2 atau 1 : 3 dengan tujuan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Adapun rumus yang banyak dipakai untuk mencari
sampel
minimal penelitian case-control adalah sebagai berikut:
Pada penelitian khohor yang dicari adalah jumlah minimal untuk kelompok exposure
dan non-exposure atau kelompok terpapar dan tidak terpapar. Jika yang digunakan
adalah data proporsi maka untuk penelitian khohor nilai p0 pada rumus di atas sebagai
proporsi yang sakit pada populasi yang tidak terpapar dan p1 adalah proporsi yang
sakit pada populasi yang terpapar atau nilai p1 = p0 x RR (Relative Risk).
Jika nilai p adalah data kontinue (misalnya rata-rata berat badan, tinggi badan, IMT
dan sebagainya) atau tidak dalam bentuk proporsi, maka penentuan besar sampel
untuk kelompok dilakukan berdasarkan rumus berikut:
Contoh kasus, misalnya kita ingin mencari sampel minimal pada penelitian tentang
pengaruh pemberian ASI eksklusif dengan terhadap berat badan bayi. Dengan
menggunakan tingkat kemaknaan 95 % atau Alfa = 0,05, dan tingkat kuasa/power 90
% atau ß=0,10, serta kesudahan (outcome) yang diamati adalah berat badan bayi yang
ditetapkan memiliki nilai asumsi SD=0,94 kg, dan estimasi selisih antara nilai mean
kesudahan (outcome) berat badan kelompok tidak terpapar dan kelompok terpapar
selama 4 bulan pertama kehidupan bayi (U0 – U1) sebesar 0,6 kg (mengacu hasil
penelitian Piwoz, et al. 1994), maka perkiraan jumlah minimal sampel yang
dibutuhkan tiap kelompok pengamatan, baik terpapar atau tidak terpapar adalah:
Penelitian Eksperimental
Menurut Supranto J (2000) untuk penelitian eksperimen dengan rancangan acak
lengkap, acak kelompok atau faktorial, secara sederhana dapat dirumuskan:
(t-1) (r-1) > 15
Contohnya: Jika jumlah perlakuan ada 4 buah, maka jumlah ulangan untuk tiap
perlakuan dapat dihitung:
Sumber:
1. Bhisma-Murti, Prinsip dan Metoda Riset Epidemiologi, Gadjah Mata
University Press,1997
2. Lemeshow, S. & David W.H.Jr, 1997. Besar Sampel dalam Penelitian
Kesehatan (terjemahan), Gadjahmada University Press, Yogyakarta
3. Snedecor GW & Cochran WG, Statistical Methods 6th ed, Ames, IA: Iowa
State University Press, 1967
4. Supranto, J. 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Penerbit
PT Rineka Cipta, Jakarta.
6. Skala pengukuran data
Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu :
1. Skala Nominal
Skala Nominal Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota – anggota yang
mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan
yang lain. Misalnya :
• Jenis Kelamin : dibedakan antara laki – laki dan perempuan
• Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang
• Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB
• Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
• Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.
Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan, tiap
variasi berdiri sendiri secara terpisah. Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan
apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari
kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari kategori yang lain.
2. Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan – tingkatan. Skala
Ordinal Adalah Himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat atau
jabatan. Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat. Skala
Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain
tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama
atau lebih rendah daripada nilai yang lain. Contoh :
• Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT
• Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah
• Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal ini dapat
dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan Stadium III lebih berat
daripada Stadium II. Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti besarnya perbedaan
keparahan itu.
• Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu – ragu, Tidak Setuju. Dsb.
3. Skala Interval
Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang batas variasi nilai satu dengan yang lain
jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan. Dikatakan Skala Interval bila
jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai pengamatan lainnya
dapat diketahui secara pasti.
Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat dibandingkan seperti halnya pada skala
ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil..dsb); tetapi Nilai Mutlaknya TIDAK DAPAT
DIBANDINGKAN secara Matematis, oleh karena itu batas – batas Variasi Nilai pada Skala
Interval bersifat ARBI BITRER(ANGKA NOL-nya TIDAK Absolut). Contoh :
• Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu 360 Celcius jelas lebih panas
daripada suhu 240 Celcius. Tetapi tidak bisa dikatakan bahwa suhu 360 Celcius 1½ kali
lebih panas daripada suhu 240 Celcius. Alasannya : Penentuan skala 00 Celcius Tidak
Absolut (=00 Celcius tidak berarti Tidak Ada Suhu/Temperatur sama sekali).
• Tingkat Kecerdasan,
• Jarak, dsb.
4. Skala Ratio = Skala Perbandingan.
Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi nilainya
memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilai NOL ABSOLUT ). Misalnya :
• Tinggi Badan : sebagai Skala Ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan mempunyai
selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini JUGA dapat dikatakan Bahwa : tinggi
badan 180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 Cm.
• Denyut Nadi : Nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan Tidak Ada Sama Sekali denyut
nadinya.
• Berat Badan.
7.