Anda di halaman 1dari 7

NAMA : DEWI PUSPARINI

NIM : 021019004

Mereview dan mengidentifikasi alat pelindung diri yang ada pada jurnal.

JURNAL 1

Jurnal of Vocational Health Studies 01 (2018): 14-19

HUBUNGAN SOSIALISASI ALAT PELINDUNG DIRI TERHADAP


PERUBAHAN PERILAKU K3 PEKERJA PENGRAJIN ALAT MUSIK
TRADISIONAL

Oleh Muhammad Zakwan Hamdani, Edwina Rudyarti, Sisca Mayang Phuspa

Peneliti melakukan penelitian di daerah Kabupaten Ponorogo. Kabupaten


Ponorogo adalah daerah yang memiliki berbagai jenis potensi ekonomi. Data dari
Badan Pusat Statistik Ponorogo (2016) jumlah perusahaan besar dan sedang di
Kabupaten Ponorogo sebanyak 27 unit yang di dominasi dari sektor makanan,
minuman dan tembakau. Sedangkan industri formal sebanyak 619 unit yang
menyerap 6.452 tenaga kerja dan industri non formal sebanyak 19.089 unit dengan
jumlah tenaga kerja 39.432 orang, dari hasil itu salah satu industrinya adalah industri
pengrajin alat musik tradisional yang memiliki 24 orang pekerja.

Kondisi budaya K3 di industri kecil (IKM) pengrajin alat musik di Kabupaten


Ponorogo terlihat berdasarkan hasil survey awal peniliti yang hanya menggunakan 2
jenis alat pelindung diri saja yaitu pelindung muka dan sarung tangan serta hanya
menggunakan pakaian kerja yang tidak standar untuk melindungi pekerja dari panas
di tempat kerja. Sedangkan untuk alas kaki sendiri hanya menggunakan sandal jepit
tidak menggunakan sepatu standar yang layak untuk bekerja sehingga akan
berdampak buruk bagi para pekerja seperti kecelakaan kerja. Sehingga dirasa kurang
adanya penyediaan srana untuk melaksanakan aktivitas dalam pekerjaannya. Hal ini
tidak sesuai dengan peraturan pemerintah tentang alat pelindung diri. Pemerintah
telah mengatur standar alat pelindung diri dlam permenaker No. 08 Tahun 2010
tentang alat pelindung diri. Sosialisasi alat pelindung diri (APD) efektif memperbaiki
perilaku K3 pada pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri. Menurut Rudyarti
(2017) pemberian informasi tentang alat pelindung diri dapat meningkatkan perilaku
pekerja untuk menggunakan alat pelindung diri agar terhindar dari kecelakaan akibat
kerja. Berdasarkan hasil analisis hubungan sosialisasi dengan perubahan perilaku K3
pekerja adanya perubahan yang signifikan anatara penggunaan alat pelindung diri
pre-test dan penggunaan alat pelindung diri post-test dengan dilakukan perlakuan
berupa sosialisasi. Pelaksanaan atau implementasi Permenaker No. 08 tahun 2010
tentang alat pelindung diri dengan pengukuran berupa kuesioner dan checklist yang
diisi oleh para pekerja pengrajin alat musik. Pada penilitian ini peneliti menggunakan
Job Safety Analysis (JSA) untuk mengetahui potensi bahaya serta seberapa sering
pekerjaan itu dilakukan dan dapat dilihat dari hasil Job Safety Analysis (JSA) yang
telah dilakukan bahwa potensi bahaya pekerjaan antara lain: fisk, mekanik, dan
kimia.

Pada penelitian ini peneliti mengambil pelaksanaan atau implementasi


Permenaker No. 08 tahun 2010 tentang alat pelindung diri untuk mengetahui
perubahan perilaku K3 terhadap pekerja diantara lain: pengetahuan, sikap, kondisi
APD, dan pengawasan terhadap perubahan perilaku K3. Pertama hasil analisis
pengetahuan pekerja terhadap pelaksanaan Permenaker No. 08 tahun 2010 tentang
alat pelindung diri adanya signifikan antara pengetahuan pre-test dan pengetahuan
post-test. Terdapat perbedaan antara pre-test yang dilakukan sebelum diberinya
treatment berupa sosialisasi alat pelindung diri dengan post-test yang dilakukan pasca
sosialisasi alat pelindung diri pada pekerja dan pada hubungan sosialisasi dengan
perubahan perilaku K3 yang signifikan pada pekerja.

KESIMPULAN

Para pengrajin alat musik tradisional di ponorogo kurang pengetahuan terhadap


penggunaan APD, kondisi APD yang kurang memadai seperti hanya memakai sandal
jepit, pelindung muka dan sarung tangan. Maka dari itu peneliti melakukan treatment
berupa sosialisasi tentang alat pelindung diri. Peneliti melakukan pre-test sebelum
diberinya sosialisasi, dan post-test setelah dilakukan sosialisasi. Hasil yang di
dapatkan signifikan antara pre-test dan post-test.

APD yang harus digunakan antara lain:

1. Masker : untuk mencegah terhirupnya debu sisa pengamplasan bahan alat musik,
untuk mencegah bau kimia dari cat terhirup yang digunakan untuk pemberian warna
alat musik.
2. Sarung tangan : untuk menghindari kontak langsung dengan cat atau pewarna alat
musik, melindungi goresan benda tajam dalam pembuatan alat musik.

3. Safety Shoes : untuk melindungi kaki dari terinjaknya serpihan-serpihan kayu atau
potongan besi yang di gunakan pada pembuatan alat musik.

4. Apron : untuk melndungi baju agar tidak terkena tumpahan cat pewarna alat musik.

5. Safety Glasses : untuk melindungi mata saat dilakukan pemahatan atau pengukiran
alat musik yang berbahan dasar kayu.

SUMBER

www.e-journal.unair.ac.id/index.php/JHVS

JURNAL 2

Jurnal of Vocational Health Studies 01 (2018): 8-13

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN BAHAN KIMIA DAN PERSONEL


HYGIENE TERHADAP KEJADIAN DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA
PEKERJA BAGIAN PRODUKSI

Oleh Eka Rosanti, Edwina Rudyarti, Mochammad Azel Putra Sunda Diwa

Peneliti melakukan penelitian pada PT. X yang memproduksi gondorukem


dan terpentine yang memilki tenga kerja 56 orang. Proses produksi gondorukem dan
terpentin di PT. X melalui beberapa tahapan mulai dari penerimaan bahan baku
berupa getah pinus, pengujian bahan baku, penyaringan bahan baku, pemanasan atau
pemasakan bahan baku dan pengujian kualitas hasil olahan. Proses produksi PT. X
menggunakan bahan kimia berupa asam oksalat agar menghasilkan gondorukem dan
terpentin berkualitas tinggi dan terhindar dari kotoran maupun tanah. Asam oksalat
merupakan salah satu bahan kimia bersifat korosif dan toksik serta mudah teroksidasi
oleh air dan oksigen yang dapat menimbulkan iritasi, gatal-gatal, luka bakar dan
kerusakan pada kulit serta dapat menimbulkan dermatitis kontak iritan. Berdasarkan
hasil observasi di PT. X terdapat gejala dermatitis kontak iritan pada pekerja bagian
produksi yang kontak langsung dengan penggunaan bahan kimia. Hal ini diperkuat
dengan kurangnya pengetahuan tenaga kerja terhadap bahaya bahan kimia, faktor
personal hygiene pekerja di tempat kerja, belum adanya Alat pelindung Diri (APD)
serta implementasi program K3 yang belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu
perlu adanya penelitian untuk menganalisis pengaruh penggunaan bahan kimia dan
personal hygiene terhadap kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja bagian
produksi PT. X.

Berdasarkan pengamatan peneliti, hasil kuesioner dan wawancara yang


dilakukan, pekerja bagian di tempat penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar
pekerja bagian produksi tidak mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari kontak
langsung dengan bahan kimia asam oksalat. Hal ini perlu mendapatkan perhatian
khusus terkait pengetahuan pekerja terhadap bahaya asam oksalat yang digunakan
selama proses produksi. Pengetahuan pekerja terhadap bahaya bahan kimia tersebut
sangat memengaruhi kesehatan selama bekerja, karena akan berdampak kepada
pengetahuan tentang penanganan bila bagian tubuh terpapar dan terkena langsung
oleh bahan kimia. Penanganan bahan kimia yang tidak sesuai akan menjadi salah satu
penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Lasia dan I Ketut, 2013).
Dari hasil uji pearson Correlation di peroleh hasil yang signifikan terhadap pengaruh
bahan kimia dengan kejadian dermatitis. Hirarki Pengendalian Bahaya yang mungkin
dapat diterapkan di PT. X berupa pengendalian secara administrasi yaitu dengan
membuat dan menerapkan komitmen dan kebijakan terkait jam kerja, prosedur
penggunaan bahan kimia dan standar operasional prosedur keselamatan kerja sesuai
dengan standar peraturan yang berlaku serta melakukan pemantauannya. Selain itu
untuk mengurangi paparan bahan kimia terhadap pekerja bagian produksi,
manajemen dapat menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa sarung tangan
kepada pekerja bagian produksi. Sarung tangan yang dapat digunakan adalah sarung
tangan anti resisten bahan kimia (chemical resistant gloves), sarung tangan anti panas
dan cairan bahan kimia (chemical and liquid protection glove), sepatu pelindung
(safety shoes), masker pelindung, rompi pengaman dan kacamata pelindung.

KESIMPULAN

Peniliti melakukan penelitian pada PT.X yang memproduksi gondorukem dan


terpentin. Dalam proses proses produksi menggunakan bahan kimia berupa asam
oksalat agar menghasilkan gondorukem dan terpentin berkualitas tinggi dan terhindar
dari kotoran maupun tanah. Asam oksalat merupakan salah satu bahan kimia bersifat
korosif dan toksik serta mudah teroksidasi oleh air dan oksigen yang dapat
menimbulkan iritasi, gatal-gatal, luka bakar dan kerusakan pada kulit serta dapat
menimbulkan dermatitis kontak iritan pada pekerja. Setelah dilakukan penelitian
terdapat hasil uji pearson correlation yaitu diperoleh hasil signifikan antara bahan
kimia dengan penyakit dermatitis iritan. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan
yaitu dengan adanya penggunaan dan kepatuhan menggunakan APD.

APD yang di gunakan antara lain:

1. Gogle : agar mata terhindar dari percikan bahan kimia cair, mencegah mata iritan
terhadap uap kimia.

2. Masker : agar uap kimia tidak terhirup.

3. Apron : agar baju dan tubuh terhindar dari tumpahan bahan kimia

4. Chemical Gloves: agar tangan tidak kontak langsung dengan bahan kimia

5. Safety Shoes: agar kaki tidak terkena tumpahan cairan kimia dan benda-benda
tajam yang dapat melukai kaki.

SUMBER

www.e-journal.unair.ac.id/index.php/JHVS

JURNAL 3

Journal of social dedication

EFEKTIVITAS PENDAMPINGAN PEKERJA DLAM MENINGKATKAN


KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI SENTRA INDUSTRI
GAMELAN KABUPATEN PONOROGO

Oleh Ratih Andhika Akbar Rahma, Edwina Rudyarti

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, para pekerja sentra industri gamelan
mengeluhkan banyak kecelakaan yang terjadi saat bekerja seperti tergores benda
tajam, terkena percikan api, dan tertusuk peralatan-peralatan yang digunakan saat
proses produksi. Pekerja menganggap hal tersebut sudah biasa terjadi dan memang
sudah resiko bagi setiap pekerja, akan tetapi mereka belum menyadari bahwa setiap
resiko dapat diminimalisir dengan cara pencegahan kecelakaan akibat kerja. Oleh
karena itu, perlu adanya upaya untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan akibat
kerja di sentra industri gamelan salah satunya yaitu pendampingan peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja untuk pekerja dan pemilik industri sentra gamelan
Kabupaten Ponorogo. Permasalahan industri kecil menengah Kabupaten Ponorogo
terutama sentra industri gamelan yaitu kurangnya pengetahuan pekerja tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya pentingnya penggunaan APD saat
bekerja. Sebelum pelatihan, tim pengabdian memberikan pre test pada pekerja untuk
mengetahui pengetahuan awal pekerja tentang pentingnya penggunaan APD di
tempat kerja. Kemudian dilakukan review tata cara pekerja memakai APD. Hasil
analisis menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja merasa tidak nyaman saat
pertama menggunakan APD ketika bekerja, Pekerja mengeluhkan kesulitan bernapas,
panas dan berat saat memakai pelindung muka. Namun setelah 5 hari bekerja dengan
menggunakan APD semua pekerja sudah mulai terbiasa dengan APD yang mereka
gunakan. Bahkan pekerja mulai merasakan terdapat perbedaan sebelum dan sesudah
menggunakan APD. Setelah dilakukan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan,
pekerja diberikan post test untuk mengetahui efektivitas penyuluhan, pelatihan dan
pendampingan penggunaan APD yang telah diberikan. Hasil post test menunjukkan
bahwa pemberian penyuluhan, pelatihan dan pendampingan penggunaan APD
mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pekerja tentang penggunaan
APD yang tepat sesuai jenis pekerjaan sebesar 87 %. Rudyarti menjelaskan bahwa
pemberian informasi tentang alat pelindung diri dapat meningkatkan perilaku pekerja
untuk menggunakan alat pelindung diri agar terhindar dari kecelakaan akibat kerja.

KESIMPULAN

Tim pengabdian melakukan pengabdian pada industri gamelan di kabupaten


ponorogo yang memiliki 24 pekerja, 57 % pekerja kurang mengetahui tentang
pentingnya penggunan APD pada saat bekerja. Dari hasil wawancara pekerja
mengeluhkan banyaknya kejadian kecelakaan pada sat bekerja. Salah satu faktornya
yaitu kurangnya penegetahuan tentang APD dan pentingnya penggunan APD. Oleh
karena itu Tim pengabdian melakukan pre test sebelum dilakukan penyuluhan
pentingnya penggunaan APD dan melakukan pelatihan dan pendampingan
penggunaan APD. Setelah tim pengabdian memberikan pelatihan, pekerja diminta
untuk menggunakan APD selama 5 hari. setelah 5 hari bekerja dengan menggunakan
APD semua pekerja sudah mulai terbiasa dengan APD yang mereka gunakan. Bahkan
pekerja mulai merasakan terdapat perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan
APD. Setelah pekerja di berikan pelatihan, penyuluhan, dan pendampingan pekerja
diberikan post test. Dan pada hasil post test terdapat hasil yang signifikan dari
sebelum diberikan penyuluhan,pelatihan dan pendampingan.

APD yang di gunakan anatara lain:


1. Sarung tangan: untuk melindungi tangan dari percikan plat

2. Masker: untuk melindungi dari debu akibat pemotongan plat

3. Face Shield/ pelindung muka: untuk melindungi muka terhadap percikan api dari
las dan cahaya dari las.

4. Sarung tangan las: untuk melindungi kulit tangan operator las.

5. Earplug/earmuff: untuk menjaga dan melindungi telinga pekerja dari suara


pembentukan gamelan yang cukup keras.

SUMBER

http://dx.doi.org/10.21111/ku.vli2.2493

Anda mungkin juga menyukai