Skripsi - Representasi Fetisisme Komoditas Fans JKT48 Dalam Film Dokumenter Idolaku Jiwa Ragaku - Nicolaus Sulistyo Dwicahyo (100904067) PDF
Skripsi - Representasi Fetisisme Komoditas Fans JKT48 Dalam Film Dokumenter Idolaku Jiwa Ragaku - Nicolaus Sulistyo Dwicahyo (100904067) PDF
SKRIPSI
oleh
NICOLAUS SULISTYO DWICAHYO
100904067 / Kom
ABSTRAK
iv
menjadi fokus di dalam film dokumenter ini. Selain itu, mengingat bahwa fans
digambarkan melalui dua tokoh, terlihat bahwa ada dua aspek yang kemudian
bersinggungan dengan masing-masing fans yakni aspek ekonomi dan aspek
keluarga. Kecenderungan aspek ekonomi tampak menonjol pada sekuen-sekuen
yang menampilkan Sandy, sedangkan kecenderungan dari aspek keluarga
cenderung tampak menonjol pada sekuen-sekuen yang menampilkan Emil.
Perbedaan aspek dari masing-masing fans tidak membuat kegiatan mereka
menjadi berbeda. Bahkan, orientasi mereka tetap cenderung sama, ketika tampak
ada suatu pemenuhan hasrat untuk mendapatkan kepuasan dalam menjalin relasi
yang semakin dekat dengan idolanya. Adapun kehadiran keluarga di dalam film
dokumenter ini, yang dihadapkan dengan konsumsi dan perhatian fans terkait
dengan idolanya, menjadi penegas bagaimana pemenuhan hasrat sebagai fans
lebih dominan ketimbang keluarga dan kebutuhan lainnya. Kehidupan fans yang
direpresentasikan pada film dokumenter ini juga mengarah pada definisi seorang
VVOTA, dimana istilah tersebut juga dapat diartikan sebagai Over Dossis Fans.
v
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada:
“Jika tak ada lagi suntik penenang, pada apa kita kan menghindar.”
– Ugoran Prasad –
vi
KATA PENGANTAR
Penelitian ini tidak lengkap jika tidak bermasalah sebelumnya. Pada Septermber
2014, dengan penuh keyakin untuk menyelesaikannya dengan cepat, skripsi ini
malah sempat ganti judul. Selang satu semester dan masuk pada Februari 2015,
tepat satu tahun lalu, akhirnya pemujaan fans (fetisisme) menjadi isu yang
dipersilahkan untuk menjadi penelitian. Sekaligus, menjadi cerminan sendiri.
Pemujaan itu sendiri, adalah suatu hal yang barangkali menyenangkan, karena ada
hubungan yang dibentuk, secara sadar tentunya. Pemujaan juga bisa dibaca
sebagai pelarian, bahwa seluruh pembaca tahu, generasi ini butuh sesuatu yang
menyenangkan untuk dipuja. Daripada, harus mengalami kecemasan. Mereka
akan mendem, party separti-partinya, berkelahi, ngelantur. Bahkan ngrasani
uwong, sak Gustine barang. Mereka hanya ingin: senang.
Kecemasan juga selalu muncul entah darimana, di dalam proses pengerjaan
skripsi ini, atau di beberapa kegiatan jauh dan dekat sebelum skripsi ini lahir.
Apalagi kegiatan menjadi fans seperti lebih menyenangkan, ketimbang harus
berdiam membuat analisisnya. Kira-kira begitu. Asal jangan melakukan
kesenangan di atas penderitaan teman-temannya, seperti yang sering keliatan di
kampus ini.
Lebih dari setahun tanpa absen untuk bimbingan, tidak disangka proses
pengerjaan skripsi ini telah mencapai batasnya. Tidak akan pernah lupa, dengan
proses bimbingan yang selalu dilakukan dengan segelas kopi, juga rokok. Tidak
terlupa juga kepada orang-orang yang harus saya ucapkan terima kasih dalam
segala proses penyelesaian studi ini.
Orang tua, yang dengan lapang dada telah membebaskan anaknya untuk
menentukan pilihan, tapi selalu menanti pulang dan memberikan perhatian. Juga
Mbak Dewi dan keluarganya sekarang, serta Shinta, yang selalu memberikan
dukungan dari doa.
Tuhan yang semakin tidak dimaknai secara Esa. Terima Kasih atas waktu
luangnya, telah mengabulkan beberapa permintaan saya.
Josep J. Darmawan yang membuat saya sempat tertatih-tatih mengerjakan skripsi
ini, tetapi sabar untuk meluruskan segala kecemasan saya. Rasanya seperti
menjadi Mitch Albom yang memiliki Morrie, walaupun beruntung tidak seperti
Andrew yang bertemu dengan Fletcher.
vii
Nyoman Ayumi Danuswari, terima kasih untuk dukungan dan kesabarannya
dalam hidup yang serba tidak karuan ini. Doa mu selalu manjur. Serta terima
kasih untuk saudara Swari lainnya, Mbak Utami, Harumi, dan Mayami.
Keluarga Kajian Media yang senantiasa sabar dalam mengahadapi kelas-kelas
idealis di tengah realitas yang jelas kapitalis.
Teman-teman diskusi saya, Widi Setiawan yang dengan energi lebihnya
memberikan bantuan yang tak terbalas, Vito Adriono yang memberikan masukan
dengan diselingi curhat, Ragil Wibawanto yang kadang ikut menemani keluh
kesah saya tentang skripsi.
Mas-mas demangan, Andreas Victoryan, Dody Andri Setiawan, Valentinus
Aditya, Oktavian Aji, Andreas Danang, Heribertus Gunawan, Heinrich Satriawan,
sebagai orang-orang yang setia dengan saya di angkringan pada malam hari. Dan
tentu masih pada mas-mas lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Teman-teman kampus, Girgir Samuel yang juga memiliki neurotik, Nikolas
Setiaji atas dinamikanya (khususnya ketika saya ada di BEM), Angga Pratama
yang barangkali satu-satunya orang yang mendoakan saya Salam Maria 3x saat
lepas kendali, Xandra Yeda yang sudah di kampus lain. Kok konco JB kabeh sing
tak sebutke.
Teman-teman kampus lainnya, serta antek-antek BEM yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu, tentu dengan CFRC dan FISTFEST nya. Para mantan yang
cukup memberikan saya kesabaran dan pelajaran untuk menghargai. Tentu tidak
lupa juga, Riyan Adhitama, Hugo Gian, Theo Hadi, yang selalu ada untuk
menghilangkan rasa bersalah dan kesepian. Terima kasih untuk kalian semua!
Bujang cafe atas waktu memasaknya. Serta teman-teman yang pernah bekerja
bersama, dengan segala permasalahan tentang owner.
Para pemberi surprise tepat di malam ulang tahun. Benedictus Bramantyo yang
juga selalu ada untuk menemani jelek dan baik hidup ini, Hanizar Ahmad yang
selalu lucu dan menghibur, Yossy Septavian yang akhirnya sadar untuk lanjut
kuliah, Antonius Dian yang semakin lama semakin free thinker, dan Nandi
Prasetya yang tetap suka mangap-mangap walau bisa serius juga.
KLIWON Band, yang cukup oke melebarkan sayap dikancah halaman kampus.
Gilang Satmaka, Leo Andre, dan Theo Hananto, yang selalu ada sejak teman-
teman kampus mulai hilang.
Henry Adrian dengan ajakan mbabinya kala usai skirpsi ini. Kapan masuk LSM
anak? Buat anak kok coba-coba.
Serta semua orang yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Barangkali saya
tidak sengaja lupa atas jasa kalian selama studi ini. Terima kasih.
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Persetujuan i
Halaman Pengesahan ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstraksi iv
Halaman Persembahan vi
Kata Pengantar vii
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 9
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 9
E. Kerangka Teori 9
1. Representasi 11
2. Fans 18
3. Fetisisme komoditas 21
F. Metodologi Penelitian 28
2. Objek Penelitian 28
4. Metode Analisis 29
5. Sistematika Penulisan 32
ix
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
E. Tentang JKT 48 38
44
BAB III PEMBAHASAN
A. Temuan Data 45
B. Analisis Data 75
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 113
B. Saran 115
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri budaya massa telah melahirkan beragam produk budaya melalui film,
lagu, musik, dan acara olahraga. Produk tersebut dikonsumsi secara bebas oleh
khalayak luas sebagai teks budaya, dan tidak menutup kemungkinan untuk
oleh Henry Jenkins (1992.a, h. 23) disebut sebagai fans, suatu kelompok yang
mengonsumsi teks budaya massa sebagai konstruksi budaya dan identitas sosial
kekuatan dan semangat dari kemampuan mereka untuk mengenali diri mereka
sebagai bagian dari kelompok lain yang berbagi kesenangan yang sama dan
yaitu dengan melakukan reproduksi atas teks yang ditawarkan. Kegiatan membaca
teks budaya hanyalah suatu proses awal dari kegiatan konsumsi (Jenkins, 1992.b:
213-214). Fans kemudian melakukan produksi atau membentuk beberapa hal yang
mereka interpretasikan dari apa yang mereka senangi, sebagai akibat dari apa yang
mereka melakukan produksi dalam beberapa hal, seperti pada makna dan
interpretasi, fans art-work, komunitas, atau identitas alternatif. Melalui buku The
dihasilkan oleh para fans antara lain: sebuah gambar, komunitas yang intens
atas teks budaya, seperti yang dinyatakan oleh Jenkins sebelumnya, dapat dilihat
kagum, dan bangga dengan Persija. Selain itu, mereka juga melakukan kritik
terhadap Persija, yang salah satunya adalah kritik mengenai cara Persija
melakukan seleksi pemain (Mahares, 2014). Seperti inilah kira-kira kegiatan fans
Contoh nyata fenomena tentang fans sepakbola itu nampak agak berbeda
jika dilihat dari perspektif fans yang lain. Perspektif ini dilontarkan oleh Matt Hills
melalui bukunya yang berjudul Fan Cultures. Di dalam buku tersebut dinyatakan
bahwa fans dapat kita kenali sebagai kelompok orang yang terobsesi dengan
bintang tertentu, selebritas, film, acara TV, atau grup musik (2002, h. viii).
Artinya, definisi yang dinyatakan oleh Hills dengan menyebut fans sebagai
kelompok orang yang terobsesi, berbeda dengan perspektif Jenkins yang menyebut
fans sebagai kelompok aktif yang jelas akan secara langsung melakukan
Maka secara lebih lanjut, Hills menyebut bahwa fans, setelah terobsesi
akan sesuatu itu, adalah juga seseorang yang kemudian mengumpulkan banyak
informasi tentang objek mereka melalui, misalnya, mengutip suatu baris atau lirik,
pasal, dan ayat dari suatu lagu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi,
3
n.d.), kata “obsesi” dapat dimengerti sebagai gangguan jiwa berupa pikiran yang
kelompok yang irasional. Anggapan tersebut muncul dalam melihat fans yang
itu dikarenakan adanya moral dualism di dalam masyarakat luas dalam melihat
audiens pasif sebagai hal yang buruk dan audiens aktif sebagai hal yang baik. Aktif
dan pasif pada penjabaran tersebut mengarah kepada pandangan dalam melihat
fans yang dianggap rasional dan tidak rasional dalam menanggapi terpaan media
mendirikan AKB48 di Jepang pada tahun 2005, ia melahirkan lagi idol group di
negara lain dengan bentuk yang mirip dari sebelumnya itu. Di Indonesia, idol
group itu lahir pada tahun 2011 dengan nama JKT48. Sama seperti artis musik
yang lainnya, JKT48 juga memiliki jutaan fans, tetapi perbedaannya terdapat pada
grup ini, terutama setiap personilnya, ada di setiap fans yang terlibat aktif untuk
mendukung idolanya (Apa Itu JKT48, n.d.). Inilah khas JKT48 yang tidak dimiliki
oleh artis/grup musik lainnya. Grup ini juga memiliki tiga Tim J (sebagai tim
utama), Tim KIII, dan Tim T. Tim K pertama dimiliki oleh AKB48 yang berbasis
di Akihabara dan Tim KII yang berbasis di Nagoya (JKT48 Mengumumkan Daftar
4
Member Team KIII, 2013). Maka, dengan adanya inisial huruf “K” di dalam dua
grup 48family yang lahir lebih awal, JKT48 memberikan nama di Tim K menjadi
Tim KIII.
utama (Tim J) atau mengejar posisi untuk dapat masuk di tim utama bagi tim KIII
dan Tim T. Mereka juga bersaing untuk dapat masuk di setiap lagu baru, bahkan
untuk dapat tampil di setiap video klip. Artinya, ada kompetisi antar personil di
dalam grup ini, sehingga bentuk dukungan dari fans menjadi begitu berpengaruh
untuk menentukan posisi pada masing-masing personil. Jika fans dari artis/grup
musik hadir untuk memberikan dukungan melalui kegiatan menonton konser dan
membeli merchandise, fans JKT48 bahkan melakukan hal tersebut juga demi
eksistensi oshi-nya (personil yang disukai dan didukung oleh fans), bukan untuk
keseluruhan grup JKT48. Mereka ingin agar oshi-nya tetap bertahan di tim utama,
dilihat dari situs Majalah HAI (Sobri, 2014) dalam menyajikan berita tentang
beberapa perilaku fans JKT48 yang diceritakan sebagai seorang yang anti-sosial,
JKT48. Salah satu profil fans JKT48 juga pernah ditulis pada artikel lain. Di dalam
artikel itu, fans digambarkan sebagai seseorang yang mendapatkan semangat dari
merchandise dan menonton konser JKT48 (Kartika, 2013). Di dalam media film,
adalah MetroTV.
diselenggarakan tahun 2005 tersebut merupakan ajang bagi para pembuat film
dokumenter dari kalangan mahasiswa (About EADC. n.d.). Pada kompetisi tahun
2014 tersebut ada beragam film yang sudah masuk di dalam katalog EADC, dan
hanya ada satu film yang menceritakan tentang fans dan idolanya, yakni “Idolaku,
Jiwa Ragaku” (Prihatin, 2014). Berbeda dengan film dokumenter musik lain yang
kekhasan dari film ini adalah penceritaan yang diambil dari sudut pandang dari
menampilkan satu aspek yang dianggap penting di dalam proses pembuatan film.
Hal ini tampak di dalam film dokumenter “Idolaku, Jiwa Ragaku”, dimana
fans JKT48 digambarkan melalui seorang mahasiswa dan seorang pekerja yang
kehidupan dua orang fans tersebut, yakni Sandy dan Emil, dan juga keluarga
melalui argumentasi dan ekspresinya, juga ikut membangun alur bahwa fans
JKT48 memiliki kegiatan dan perhatian pada idola yang tidak sesuai dengan
ekspektasi keluarga.
6
Cerita tentang fans JKT48 yang dikemas melalui film dokumenter tersebut
tentunya dipengaruhi oleh pengetahuan dan tujuan dari pembuat film. Meskipun
tidak terlihat secara jelas tujuannya, alur yang diperlihatkan melalui film
kehidupan fans JKT48. Artinya realitas tentang eksistensi fans JKT48, bukanlah
realitas yang secara luas ada, melainkan suatu bentuk realitas yang telah dikemas
pembuat film.
makna tertentu (Sardar & Loon, 1997, h. 13). Definisi tersebut dilengkapi oleh
Stuart Hall yang menambahkan bahwa konsep representasi adalah sebuah hal yang
menghubungkan makna dan bahasa dengan budaya (Hall, 1997, h. 15). Melalui
melalui suatu media yakni film dokumenter. Maka, makna dibalik konsumsi atas
produk budaya yang ada di dalam kehidupan fans JKT48 menjadi dapat terlihat.
Konsumsi yang dilakukan fans tersebut juga sepaham dengan apa yang
seorang konsumen (Hills, 2002, h. 3). Para fans digambarkan sebagai konsumen
yang dengan senang hati (karena dianggap sebagai hobi) mengonsumsi beberapa
merchandise, poster, dan selalu menghadiri konsernya. Fans juga membeli tiket
7
berpapasan dan berjabat tangan dengan idolanya. Konsumsi yang dilakukan secara
Strinati, 2003, h. 63). Istilah fetisisme di dalam konteks ini dinyatakan oleh
Adorno sebagai fetisisme komoditas. “Komoditas” ini adalah kata yang muncul
dari pandangannya dalam melihat makna tersembunyi yang ada dibalik asas
pertukaran yang merujuk pada uang (dalam Strinati, 2003, h. 64). Dikatakannya
secara lebih lanjut bahwa asas pertukaran ini kemudian akan selalu mendominasi
idolanya. Pertukaran yang dilakukan itu, terkait bentuk perwujudan fans dalam
seperti tiket konser, tiket handshake, poster, maupun CD/DVD yang dibuat oleh
manajemen JKT48.
dengan fetisisme, dan ini dapat dilihat dari beberapa penelitian seperti, artikel
jurnal tahun 2011 yang berjudul Korean Wave di Indonesia: Antara Budaya Pop,
Internet, dan Fanatisme pada Remaja karya Aulia Dwi Nastiti (Mahasiswa
Komunikasi Media, Universitas Indonesia), dan artikel jurnal tahun 2012 yang
berjudul Fanatisme Fans K-Pop dalam Blog Netizenbuzz karya Pintani Linta
komoditas JKT48 sebagai cara mempertahankan eksistensi diri pada fans itu
sendiri maupun JKT48. Peneliti melihat bahwa konsumsi seorang fans di dalam
film dokumenter ini, bukan hanya mengarah pada aspek fanatisme atau
melalui konsumsi yang intens, sehingga hal tersebut dapat dibaca sebagai fetisisme
komoditas. Secara khusus, pemujaan itu terlihat melalui tanda-tanda adanya hal
lain di dalam bentuk konsumsi yang dilakukan oleh fans, seperti rasa ingin
mendekatkan diri, atau rasa cinta kepada idolanya. Sehingga, fans tidak dapat
menjadi secara bebas menentukan pilihan untuk mencapai hal tersebut, mengingat
JKT48. Analisis ini menjadi penting karena fetisisme komoditas jarang disinggung
9
kegiatan fans.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaaat Akademis
2. Manfaat Praktis
E. Kerangka Teori
komoditas.
kata-kata, suara, atau gambar, sehingga isi yang disampaikan melalui film
orang lain. Artinya, penggunaan teori ini bertujuan untuk memahami makna yang
adalah Sandy, Emil, keluarga Sandy dan Emil, teman-teman komunitas Sandy, dan
juga rekan-rekan kerja Emil. Walaupun ada banyak tokoh yang dimunculkan,
secara dominan film dokumenter ini menitikberatkan pada penceritaan Sandy dan
Emil sebagai fans JKT48. Hal tersebut dapat dibaca melalui tanda-tanda yang
muncul dari narasi beberapa tokoh (khususnya keluarga) dan pengakuan Sandy
Henry Jenkins dan Matt Hills, seperti yang sudah dikemukakan di latar
mereka cenderung berbeda, dan dengan melihat kesesuaian pada film dokumenter
“Idolaku, Jiwa Ragaku”, penelitian ini akan menggunakan definisi dan teori
tentang fans dari Hills. Alasan penggunaannya sederhana, bahwa fans cenderung
terobsesi dengan idola, ketimbang menjadi fans aktif yang memiliki ragam
11
kegiatan. Tentunya, hal tersebut tampak dari keseluruhan aspek di dalam film
Ada begitu banyak konsep yang terkait dengan fans. Bahkan, seperti
penelitian lain yang sudah dituliskan pada bagian “Latar Belakang”, fans
ketika adanya suatu pergeseran pada aspek budaya. Saat pertunjukan musik telah
beralih pada pemujaan tiketnya, ada hal lain yang muncul di dalam penilaian
tentang suatu musik. Terkait dengan penelitian ini, fetisisme komoditas muncul
saat fans memiliki nilai lain ketika melakukan praktik konsumsi dalam membeli
tiket konser dan CD JKT48. Selain itu, teori ini juga akan menjadi basis dalam
1. Representasi
Menurut Stuart Hall (1997, h. 15), konsep representasi adalah sebuah hal yang
suatu hal, dimana saat itu juga ada pikiran yang muncul terkait
dalam pikiran atau indera kita. Pada bentuk pertama ini, Hall
yang sedang berkumpul bersama dan gambar itu biasanya ada di dalam
penyaliban Kristus”.
konsep yang kompleks, karena pada dasarnya hal itu terkait dengan isi dari
pikiran kita yang akan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Artinya,
benda yang sedang kita lihat seperti gelas atau piring, jika sedang tidak dilihat
berarti itu hanya ada di dalam pikiran kita. Gelas atau piring yang kita pikirkan
kemudian, mengarah pada konsep “gelas” dan “piring” yang kita ketahui. Di
a) Sistem
13
Pembentukan makna yang ada terjadi karena sistem konsep dan gambar
pembentukan akan suatu makna itu bisa muncul di dalam pikiran kita
konseptual bersama”.
b) Bahasa
tanda.
14
kepada orang lain. Di dalam hal ini, fashion, musik, kata-kata, juga dapat
Inti proses pemaknaan budaya ini ada pada hubungan antara kedua
pemberian makna atas dunia dari konstruksi yang dibangun dari rantai
yang mewakili sebuah konsep. Relasi antara sesuatu, konsep, dan tanda
menjadi inti dari produksi makna dalam bahasa, dimana suatu proses yang
hal tersebut menjadi fokus di dalam penelitian ini dengan asumsi bahwa isi
akan menggunakan definisi dari beberapa jenis sudut pandang kamera untuk
Marselli Sumarno (1996, h. 25) ada tiga faktor yang menentukan sudut
15
pandang kamera, yaitu besar kecil subjek, sudut subjek, dan ketinggian kamera
a) Besar-kecil Subjek
Shot yang diambil dari jarak yang sangat jauh. Mulai dari jarak 200
5) Close up (CU)
16
level), sudut pandang mendongak (low angle), dan sudut pandang dari
bersifat netral dan biasa. Objek terlihat lebih superior, dominan, dan
menekan
low angle. Akan tetapi dapat juga dipakai untuk alasan teknis yang
1) Zooming
efek membesar bila mendekat (in) dan mengecil bila menjauh (out).
2) Tilting
3) Paning
Gerakan kamera ke kanan (pan right) dan ke kiri (pan left) tanpa
gerakan tilting.
4) Follow
konstruksi dari suatu film. Melalui buku Cultural Studies (2004, h. 8), Chris
2. Fans
Melalui teori representasi, dapat diketahui bahwa rangkaian cerita tentang fans
yang tampak di dalam film dokumenter ini dapat dipahami sebagai realitas,
walaupun bukanlah suatu kenyataan utuh tentang fans JKT48. Sudut pandang
yang digunakan pada film dokumenter ini telah mengarahkan kisah Sandy dan
masing-masing tentunya.
mengatakan bahwa fans lahir dari kesukaan berlebih dari seorang audiens
terhadap bintang tertentu, selebritas, film, acara TV, atau grup musik (2002, h.
viii). Hal ini lah yang kemudian memisahkan fans dengan non-fans (sebagai
sebagai mereka yang melakukan konsumsi atas teks, dimana fans adalah
19
seorang yang melakukan kegiatan lebih dari itu, karena ia adalah sebagaian
dari audiens yang menyukai produk budaya tertentu seperti, acara televisi,
film, buku, artis musik, klub sepakbola, maupun selebritas. Fiske (1992, h. 35),
secara lanjut, menjelaskan bahwa fans dapat dibedakan dari audiens lain
karena adanya semangat, percaya diri, atau bahkan atribut tertentu untuk
Matt Hills, melalui bukunya yang berjudul Fan Cultures (Hills, 2002,
h. viii) memberikan pengertian bahwa fans dapat kita kenali sebagai kelompok
orang yang terobsesi dengan bintang tertentu, selebritas, film, acara TV, atau
grup musik. Fans juga dikatakan sebagai seseorang yang dapat mengumpulkan
baris pada lagu-lagu. Secara lebih lanjut untuk memahami fans, Joli Jensen
(1992, h. 10) menyebut fans sebagai ““a result of celebrity—the fan is defined
as a response to the star system”. Artinya, eksistensi fans berada dalam lingkar
fan-star relation dimana fans adalah pihak pasif yang sekedar menyambut
Fans musik misalnya, akan menerima secara pasif apa yang ada di
dalamnya sebagai suatu teks dan membiarkan dirinya larut dalam teks yang
disajikan oleh media, sehingga menjadi kelompok fans yang menyukai musik
secara lebih, atau menyukai artisnya secara lebih. Sifat fans yang pasif itu,
kelompok yang bisa jadi dipandang tidak rasional oleh masyarakat umum.
Artinya, relasi yang muncul antara fans dengan media (sebagai teks) ini
20
menjadi hal yang berbeda jika dibandingkan dengan non-fans. Di dalam batas
tertentu, bisa dibilang bahwa audiens yang sudah berubah menjadi fans, pada
konsumsi atas teksnya. Konsumsi yang dilakukan oleh fans tersebut sepaham
dengan apa yang dikatakan oleh Hills (2002, h. 3), yang menyimpulkan bahwa
konsumen (Hills, 2002, h. 5). Tentu industri tidak peduli apakah fans
terberdayakan atau tidak, apakah fans bisa menjadi kelompok aktif atau tidak
dalam kuasa atas eksistensi mereka sendiri. Selama fans menjadi konsumen
Sandy dan Emil, sebagai fans JKT48, mengalami pola konsumsi yang
atas produk budaya tersebut menjadi pasif. Fans JKT48 sebagai penikmat
diperlihatkan melalui kemunculan ibu Sandy dan istri Emil. Anggapan tersebut
muncul dari kegiatan konsumsi dan perhatian fans yang tampaknya tidak
21
manajemen JKT48, dimana hal tersebut mengarah pada suatu bentuk fetisisme
3. Fetisisme Komoditas
Menurut Marx (dalam Strinati, 2003, h. 62), cara seorang individu menerima
kapitalisme itu bekerja. Berbeda dengan teori dominasi atau hegemoni sistem
dikaburkan oleh suatu objek kenikmatan atau kepuasan semu yang diperoleh
terhadap suatu produk tidak berada pada level yang dibutuhkan, tetapi pada
budaya. Pertama, sifat unik, sosial, dan konkret penciptaan musik telah
22
dihilangkan dari lagu atau produk itu. Adorno mengatakan bahwa lagu atau
musik itu sudah benar-benar berubah menjadi benda semata. Kedua, karena
namun lebih pada hanya semata-mata lagu itu sendiri dan sebuah barang dari
artis musiknya. Artinya, musik sebagai salah satu bentuk kesenian, telah
mengalami perubahan sifat dari seni yang estetik menjadi seni yang mekanik.
bagaimana seni musik yang dulunya dihasilkan murni oleh para musisi seperti
Mozart, Beethoven, atau Bach, kini berubah menjadi musik yang dihasilkan
oleh para musisi dibawah kendali dari industri (Adorno, 1991, h. 4). Artinya, ia
mengatakan bahwa masuknya peran industri dalam dunia musik adalah awal
rekaman dan sponsor yang memiliki peran dalam proses produksi dan
distribusi musik-musik dari para seniman musik. Artinya, label rekaman dan
sponsor pada dasarnya telah berhasil membuat otoritas melalui kontrak dengan
para musisi, sehingga muncul standar tertentu dari musik tersebut dengan
Bentuk standar dari musik itu disebut oleh Adorno sebagai standarisasi musik
menerapkan konsep yang sudah dibuat lebih dulu di bawah nama AKB48.
Komoditas yang dijual dengan cara JKT48, seperti konser yang dijadwalkan
setiap hari dan kupon di dalam CD, telah memampatkan ragam kegiatan fans
sebagai individu yang kegiatannya hanya seputar konsumsi saja. Hal tersebut,
dalam lagu-lagu lain, khususnya lagu pop di Jepang. Lagu-lagu milik AKB48
disadur sama persis untuk JKT48 dengan mengganti bahasa Jepang menjadi
dan kata dapat menjadi suatu ciri khas dari setiap musik, dimana yang terjadi
mengingat bahwa produksi dan distribusi yang dilakukan oleh label rekaman
dan sponsor telah disajikan kepada pasar, sesuai dengan apa yang setidaknya
mereka lihat sebagai peluang dari suatu bisnis musik. Artinya, semua hal yang
mengeluarkan uangnya secara suka rela. Saat uang ini digunakan untuk
apresiasi yang terhambat dimana mereka menerima apa yang ditawarkan oleh
manajemen JKT48.
(kekanak-kanakan). Pada saat regresi ini muncul, yang terjadi kemudian adalah
reifikasi pada produk budaya yang salah satunya adalah CD yang berisi
simbol tertentu pada apa yang ia puja, ada bentuk reifikasi pada produk yang
dimana hal tersebut artinya pemujaan pada produk sebagai objek reifikasi.
mengabaikan hal yang lain, hanya saja satu hal yang sedang disenangi
membuatnya tidak berpaling kepada hal yang lain. Hal tersebut bisa terjadi
Hal tersebut tampaknya juga terjadi pada diri fans JKT48, sehingga
mereka menganggap ada nilai yang muncul pada saat mengonsumsi beberapa
hal, seperti: tiket konser teater FX Sudirman yang akumulasi jumlah pembelian
dengan kupon di dalamnya yang dapat digunakan untuk mendukung oshi, atau
bahkan tiket handshake event yang digunakan untuk dapat bersalaman dan
berbicara dengan oshi yang dipilih. Sehingga, pada tahap ini manajemen
dialami oleh fans. Peneliti meminjam istilah fetisisme yang dimunculkan oleh
Disorders (DSM) terdapat fetisisme sebagai salah satu kategori yang dipelajari
fenomena dari industri budaya, juga digunakan oleh Sigmund Freud dalam
pada DSM, ada beberapa kriteria atau wujud dari fetisisme itu sendiri. Peneliti
kecenderungan yang lebih tepat dalam melihat gejala fetis seseorang dimana
hal tersebut tidak ditemukan di dalam konsep fetisisme yang digunakan dalam
berdasarkan asumsi dari DSM-IV yang dikaitkan dengan fokus penelitian ini
a) Pemuja (Desires). Ini adalah tahap awal. Tidak terlalu terpengaruh atau
b) Pecandu (Cravers). Ini adalah tingkatan lanjutan dari tingkat awal. Pada
berapa pun harga dari barang yang dikonsumsi. Di dalam tahap ini juga,
d) Fetishist Tingkat Tinggi. Lanjutan dari tingkat ketiga, pada tingkat ini
fans tidak peduli dengan hal lain di luar fetis-nya. Fans ingin semakin
banyak jumlahnya. Selain itu, fans juga datang ke beberapa acara yang
gedung teater atau konser merayakan ulang tahun. Fans mulai tidak
yang secara khusus telah menempatkan satu kebutuhan dari penyebab fetis,
(1988, h. 39), mestinya fans akan memenuhi empat kebutuhan utama sebelum
JKT48. Tetapi, cerita dalam film dokumenter ini, kebutuhan aktualisasi diri
F. METODOLOGI PENELITIAN
menjelaskan bahwa analisis isi kualitatif berfokus pada isi komunikasi yang
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah film dokumenter berjudul “Idolaku, Jiwa Ragaku”
untuk menelusuri data historis. Sejumlah data dan fakta tersimpan dalam bahan
yang berbentuk dokumentasi dan bersifat tak terbatas pada ruang dan waktu,
29
sehingga memberi ruang pada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah
dokumenter “Idolaku, Jiwa Ragaku” yang dirilis pada tahun 2014. Fokus
penelitian ini adalah pada kehidupan dua orang fans yakni Sandy dan Emil,
Sandy dan ibunya, serta Emil dan istrinya. Tetapi, sekuen pertama tidak
digunakan sebagai objek penelitian karena masih belum masuk kepada fokus
penceritaan, yakni tentang kegiatan Sandy dan Emil sebagai fans JKT48.
dan juga bisa didapatkan dari situs youtube.com dari akun bernama Vincentius
data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur yang
4. Metode Analisis
karena kajian ini dinilai mampu memberi ruang bagi sang peneliti untuk
sekuen-sekuen. Di dalam film dokumenter ini terdapat dua orang fans yang
panjang fans tentunya memiliki kesesuaian tema, yang kemudian akan berubah
ketika memasuki cerita dari fans yang lain. Kesesuaian tema pada penceritaan
dari setiap fans itulah yang dilihat oleh peneliti dalam membagi film ini
atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign/
yang dapat dipersepsi indera yang merujuk pada suatu yang diwakili olehnya
yang disebut dengan objek. Prinsip dasarnya adalah bahwa tanda bersifat
representatif, yaitu tanda adalah “sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain”.
Kemudian interpretan adalah interpretasi yang lebih luas dari proses penafsiran
hubungan antara representemen dengan objek. Oleh karena itu, bagi Peirce
tanda yang mungkin ada. (1) Hubungan antara tanda dan acuannya dapat
berupa hubungan kemiripan; tanda itu disebut ikon. (2) Hubungan ini dapat
timbul karena ada kedekatan eksistensi; tanda itu didebut indeks. (3) akhirnya
hubungan itu dapat pula merupakan hubungan yang sudah terbentuk secara
konvensional; tanda itu adalah simbol (Sudjiman dan Zoest, 1992, h. 8-9).
31
Sedangkan acuan bagi tanda ini disebut objek. Objek merupakan konteks sosial
yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk oleh tanda.
Interpretan atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang
yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk oleh sebuah tanda.
Hal terpenting dalam proses signifikasi adalah bagaimana makna muncul dari
beberapa referensi seperti buku, artikel, maupun jurnal. Melalui cara ini
peneliti ingin menjaga agar hasil penelitian ini menjadi tidak begitu subjektif.
yang direpresentasikan oleh film, dan dengan metode triadiknya, Peirce dapat
triadik tanda dalam representamen, objek, dan interpretan. Maka, untuk dapat
sebagai berikut:
5. Sistematika Penulisan
Penelitian ini akan dibagi dalam empat bagian sesuai dengan isi pada
metodologi penelitian.
33
c) Bab III adalah pembahasan yang berisi mengenai temuan data dan
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai objek dalam penelitian, yakni
tentang Film Dokumenter “Idolaku, Jiwa Ragaku”, Eagle Awards, serta JKT48
dan fans-nya.
Film dokumenter Idolaku Jiwa Ragaku bercerita tentang dua orang fans
JKT48 domisili Jakarta Timur yang berstatus sebagai mahasiswa dan pekerja.
Narasi mereka menjelaskan tentang bagaimana asyiknya menjadi fans dari grup
tersebut, dan detail tentang apa yang mereka lakukan. Tetapi di dalam realitasnya,
mereka juga punya orang-orang terdekat yang seringkali tidak mengerti tentang
hobi ini. Maka, yang terjadi adalah keluarga terdekat cenderung melihat ada
barang-barang JKT48, secara personal mereka juga punya seorang oshi (idola)
yang terus didukung supaya bisa tetap eksis menjadi personil JKT48. Dan
mereka sadari sebagai hobi. Setiap personal di antara kedua fans tersebut, memiliki
mencintai idolanya.
35
Film dokumenter ini memiliki durasi selama 19.51 menit. Di bawah label
menceritakan tentang fans dari ratusan film lainnya, dan ditayangkan oleh Metro
TV pada 18 April 2014, pukul 21.30 WIB. Film dokumenter ini telah diunggah
diantara para penikmat film, khususnya film dokumenter. Tetapi, film ini adalah
cerita. Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa judul film dokumenter lain yang
menceritakan kisah para musisi, yakni: Kantata Takwa, Anak Naga Beranak Naga,
Tua, Kemarin Hari Ini dan Selamanya – Rock Together, All Ages Party, hingga
Berdansa Bersama Shaggy Dog (Nismara, 2015). Dari sepuluh judul film
tersebut, belum ada yang menceritakan murni kehidupan fans secara mendalam
fans musik Indonesia, tentunya selain film dokumenter “Idolaku, Jiwa Ragaku”,
ditayangkan pada tahun 2007 tersebut berkisah tentang kecintaan seorang fans
memberi beragam efek bagi fans, baik yang sekilas terlihat positif atau pun yang
negatif. Melalui sekuen pembuka film dokumenter ini, terlihat ada beberapa fans
memberikan chant.
Setelah itu, film ini masuk pada fokus dua orang fans. Sandy, seorang
remaja 19 tahun yang sempat harus berkonflik dengan orangtua demi menuruti
keinginan untuk berdekatan dengan idola. Emil, seorang ayah berusia lebih dari
40 tahun memutuskan untuk pergi ke Jepang hanya dalam waktu dua hari demi
melihat idolanya beraksi di panggung kali terakhir. Ini tentu hanya dapat dilakukan
bagi fans yang memiliki kemampuan ekonomi cukup. Perbedaan latar belakang
Setiap satu tahun sekali, terdapat salah satu ajang film nasional yang cukup
pelatihan, produksi, dan kompetisi dokumenter yang secara khusus ditujukan bagi
pemula. Salah satu tujuan diadakannya kompetisi ini adalah untuk mendorong
bukan berarti Eagle Awards telah selesai. MetroTV sebagai pihak penyelenggara
berbagai festival nasional dan internasional (About EADC, n.d.). Untuk nasional,
salah satu film dari Eagle Awards yang sudah dikenal yaitu “Gorila dari Gang
Buntu” yang mendapat kategori Film Dokumenter Pendek terbaik di Festival Film
Dokumenter 2009. Selain itu, salah satu festival internasional yang diikuti oleh
Eagle Awards adalah Balinale Internasional Film Festival 2008. Dalam festival ini
diputar 5 film Eagle Awards produksi tahun 2007 dan 2008 yaitu Kepala
E. Tentang JKT48
Pada era tahun 2000, grup vokal dari Asia mulai memasuki industri musik.
Jepang telah mengawali hal tersebut, tetapi mulai masuk tahun 2009, Korean Wave
masuk dan membuat dunia menyoroti hal itu. Sebagai kumpulan penyanyi yang
sudah cukup lama menguasai grup idola di Jepang, manajemen AKB48 membuat
sebuah proyek 48 yang dibuat di beberapa negara lain. Mereka melihat Indonesia
untuk peserta berlangsung pada akhir bulan September, dengan audisi final untuk
finalis pada 8 Oktober 2011 - 9 Oktober 2011. Dari 1.200 orang pelamar yang
berlangsung pada 2 November 2011. Setelah disaring kembali melalui tes menari
berpendapat bahwa pesona dari anak perempuan yang dapat kami dirasakan, di
negara mana pun memiliki kesamaan. Kami memilih dengan lebih mementingkan
kepribadian, sambil juga mempertimbangkan, kalau saja ada teman sekelas seperti
personil, ada salah satu personil yang berasal dari Jepang yang bernama Rena
39
Nozawa yang tinggal di Jakarta. Setelah itu, Produser Yasushi Akimoto juga
Jepang.
Tidak hanya menyanyi dan menari, namun juga bakat atau penampilan lainnya.
AKB48 dapat sukses karena “tumbuh bersama fans” sehingga mereka dapat
mencapai posisi seperti saat ini (Apa itu JKT48, n.d.). Hal ini terbukti dengan
munculnya banyak fans dari berbagai daerah yang membuat opini publik atau
tentang grup idola ini. Dari setiap konser grup idola ini, khalayak luas akan
mengenali fans JKT48 melalui event yang difungsikan untuk bertegur sapa antara
JKT48 memiliki tiga tim utama dengan dua tim Trainee yang belum
antar tim maupun dengan AKB48, tidak tertulis secara khusus di situs
resminya. Adapun data para personil dapat dilihat secara lebih jelas, yakni:
Akimoto untuk grup idola bernama “Onyanko Club” yang pertama kali ia
bentuk pada tahun 1985. Aturan-aturan tersebut terus dipegang hingga saat
ini, dan harus dijalankan oleh AKB48, JKT48, SKE48, dan semua grup
lainnya.
e) Saat pergi ke pantai, harus ada orang lain yang menemani untuk
f) Mengutamakan sekolah.
41
JKT48 tidak perlu menunggu waktu lama untuk segera populer. Konser
JKT48 ini sampai melahirkan kultur tersendiri di kalangan fans. Kultur ini
beberapa fans dengan perilaku tertentu. Adapun hal tersebut dapat dilihat
Jepang yang berada pada status over dossis fans. VVOTA biasanya
tampil. Tapi perlahan ada anggapan negatif dalam istilah ini, seperti
energi, untuk datang menemui idola mereka. Istilah ini berasal dari
b) Zombie
c) Sky Man
Istilah Sky Man ditujukan untuk fans yang konon telah memiliki
relasi pertemanan dengan personil. Sampai saat ini, belum ada fans
d) Fans Far
43
Sebutan ini merujuk pada domisili fans yang jauh dari pusat
untuk mendapat tempat duduk dengan posisi yang cukup dekat dari
Selain beberapa jenis fans di atas, masih ada beberapa istilah yang
digunakan oleh fans JKT48. Beberapa istilah tersebut antara lain (Mikail,
2014):
b) Chant: Sorakan khas fans grup idola yang terlihat pada lagu
sebagai oshi.
terpilih akan muncul di video klip atau lagu terbaru yang akan
dirilis.
44
bertahan.
A. TEMUAN DATA
Dari setiap sekuen yang sudah diklasifikasi oleh peneliti, didapatkan data
durasi total film ini yakni 20.04 menit, dan durasi dari tiap sekuen sebagai berikut:
TABEL 1
Anatomi Film Dokumenter Idolaku Jiwa Ragaku
film dokumenter ini memiliki rangkaian cerita dengan segmen-segmen besar yang
dalam sekuen ini terdapat adegan-adegan dengan segmen yang pendek, dan shot
TABEL 2
Pembagian Sekuen Film Dokumenter Idolaku Jiwa Ragaku
Selain itu, di dalam sekuen tersebut juga belum terlihat fokus dua orang fans yakni
Sandy dan Emil sebagai tokoh yang akan diceritakan. Sehingga, ada 11 interpretan
saja yang digunakan dengan tidak memasukkan sekuen pertama sebagai objek
kajian. Menurut John Grierson, (dalam Kusen, 2009 ) dijelaskan bahwa film
aktual yang ada (the creative treatment of actuality). Kejadian aktual tentunya
bukan mengarah pada pengertian fiksi atau dibuat-buat, bahkan hal tersebut tentu
mengarah pada suatu peristiwa yang memang ada secara nyata. Maka, tidak seperti
film fiksi, film dokumenter tidak memiliki plot namun memiliki struktur yang
umumnya didasarkan oleh tema atau argumen dari objek. Hal tersebut sama
digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti: informasi atau berita,
sebagainya.
beberapa metode. Film dokumenter dapat merekam langsung pada saat peristiwa
tersebut benar-benar terjadi. Produksi film dokumenter dapat dibuat dalam waktu
dokumenter juga memiliki beberapa teknis khusus dengan tujuan utamanya untuk
sederhana dan jarang sekali menggunakan efek visual (Pratista, 2008: 5).
Berdasarkan unsurnya, film dokumenter memiliki dua unsur yakni naratif dan
memiliki sifat unik dan menarik untuk menceritakan dunia nyata, narasi yang
muncul di dalam film menjadi aspek yang tidak kalah penting dengan visualnya
(Rabiger, 2009, h. 8). Maka, demikian pula yang terdapat di dalam film
sekuen, 40 scene, dan 191 shot. Sedangkan analisis struktur triadik yang
sekuen tersebut.
GAMBAR 1
Sekuen-2: Perkenalan Sandy
Narasi Sandy:
Scene 5
(Shot 5-6) Nama saya Sandy, umur saya 19.
(Shot 7-8) Saya suka sekali sama JKT48. Saya juga JKT48
dibandingkan dengan yang lain karena mereka itu unik.
Tampil, rame-rame, di atas panggung. Ya, jadi daya tarik
tersendiri buat saya. Sampai sekarang mengikuti
perkembangan mereka, ya begitu. Jadi, ya lebih deketlah.
Ada event-event mereka yang membuat lebih dekat sama
fansnya.
(Shot 9) Perbincangan antara fans JKT48 (1) dan Sandy (S):
1: Hoi San/ S: Yo./ 1: Jadi nggak ke teater?/ S: Jadilah./ 1:
Ayolah (sambil menatap Sandy)./
1 dan S: Ayo masuk, masuk-masuk (mengajak orang-orang
lain untuk masuk ke kamarnya./
1: Langsung?/ S: Tunggu nanti dulu dong, gua belum mandi./
Suara dari salah satu fans: Aduuh. Mandi lah, mau ketemu
oshi juga. Kebiasaan, anak ini.
(Shot 11) Suara Adzan Ashar
Scene 6
Mereka bersiap-siap dan bergegas keluar dari ruangan itu.
Selanjutnya, Sandy hanya ditemani oleh salah satu fans saja
untuk berangkat ke JKT 48 Theater.
Narasi Sandy:
51
(Shot 12-16) Waktu itu nonton teater ya. Waiting list dari
jam 7 pagi. Cuma mau liat penampilan oshimen, ulang tahun
di teater hari itu, gitu. Saya berusaha untuk masuk, apapun
yang terjadi hari itu, harus masuk ke teater. Menyaksikan itu,
oshi saya ulang tahun, dirayain di teater hari itu.
Objek Kebersamaan untuk saling menemani.
Interpretan Dukungan persahabatan sebagai sesama fans JKT 48.
GAMBAR 2
Sekuen-3: Pengorbanan Sandy
Narasi Mulyati:
Scene 7
(Shot 1-3) Emang gitu dia orangnya. Kalau pulang itu,
(mencoba menirukan ungkapan Sandy): “Makan”, katanya.
Emang nggak makan tadi? “Nggak”, katanya. Itu sampe
53
Narasi Sandy:
Scene 8
(Shot 12-14) Biaya yang dipakai buat ngidol ini, ya nggak
kehitung juga sih. Ya soalnya kan saya dukung, nggak terlalu
sering. Ya, saya juga tau mana yang lebih penting. Saya
prioritaskan itu.
Objek Efisiensi pengeluaran dalam merealisasikan keinginan.
Interpretan Konsekuensi menjadi fans JKT 48 yang aktif.
GAMBAR 3
Sekuen-4: Perkenalan Emil
10
11
12
55
13
Narasi Emil:
Scene 10
(Shot 3-5) Namaku Emil. Biasa kalau diantara fans, aku
dipanggil E-C-W-X. Eeee, idol E-C-W-X, atau bang Emil,
atau bang Em. Apapun lah.
(Shot 6-7) Usia udah di atas 40. Pekerjaan aku IT.
Scene 12
(Shot 10-12) Pada saat saya terjun di JKT48 memang ada
beberapa fans yang kayak ngejekin saya, “Wuu..udah tua
masih ngidol aja sih? Emang lo nggak ada kerjaan lain?”.
(Shot 13-15) Ooh men. Istilahnya, santai aja deh gitu.
Maksudnya, apasih, kayak doraemon. Doraemon orang udah
tua juga masih seneng aja nonton doraemon gitu lho. That’s
hiburan.
(Shot 16-18) Aku sih nggak terlalu ambil pusing. Just having
fun gitu lho. Ada yang ngeledekin, ada banget, ada banget.
Kalau temen-temen aku sih nggak. Tapi, ya itu banyak justru
56
dari fans-fans lain yang umurnya lebih muda, “Udah tua gini
ngapain sih kok gini gini gini”.
Objek Justifikasi diri sebagai fans.
Interpretan Strategi untuk mengadaptasikan diri dengan lingkungannya.
GAMBAR 4
Sekuen-5: Pengorbanan Emil
14
57
15
16
17
Narasi Emil:
Scene 15
(Shot 4-7) Oshimen ku itu Hayano Kaoru waktu itu. Itu,
member tim K generasi-2 AKB48. Terus, waktu bulan Maret.
Maret ya, apa Februari itu, dia mengumumkan akan
graduate akan resign dari AKB 48. Waktu itu aku lagi nggak
ada uang. Barusan aku bilang ke temenku, tahun ini temenku
ngajak ke Jepang. Tahun ini nggak ke Jepang dulu, nggak
ada budget. Waktu itu dia kasih tau aku itu di hari Jumat apa
58
GAMBAR 5
Sekuen-6: Koleksi Barang-barang Fans
18 19 20 21
22 23 24
25
60
GAMBAR 6
61
26
27
Representamen Scene 26
Vivi, istri emil, sedang melakukan kegiatannya yakni
membaca majalah SEDAP dan kemudian bermain drum.
Pada saat bermain drum, Emil datang menghampirinya.
Narasi Vivi:
Scene 26
(Shot 3-5) Aku nggak keberatan dia suka sama JKT48. Itu
jelas-jelas lain banget sama kesukaan musikku. Tapi nggak
masalah sih. Dia juga suka nganter aku, ke konser ke apa
yang ada musik gitu.
(Shot 5-lanjutan)
Obrolan antara Emil dan Vivi
Emil: Main game aja yuk/ Vivi: He?/ Emil: Main game aja./
Vivi: Main game aja? ngidol-nya udah?/ Emil: Udah, tadi
malem.
62
Scene 27
Vivi kemudian melanjutkan pekerjaannya di dapur.
Narasi Emil:
Scene 27
(Shot 6-9) Aku suka ngajak temen-temenku main ke rumahku.
Temen-temen sesama fans untuk main ke rumah. Jadi ya
lebih enak kan. Kadang-kadang kalau lagi ada gathering
juga, aku ajak istri untuk ikutan gathering,
ngumpul-ngumpul bareng fans, Jadi ya taulah kegiatan fans
itu ngapain.
Objek Aseptensi dari orang terdekat.
Interpretan Persetujuan dalam kelancaran kegiatan fans.
GAMBAR 7
Sekuen-8: Hubungan Sandy dengan Ibu
28
29
64
30
Narasi Sandy:
Scene 28
(Shot 1) Sampai juga kita, di gedung FX. Sudirmaaaan.
(Lanjutan Shot 1-2) Dimarahin pernah waktu itu beli CD,
sampai banyak sampai diomelin. Karena ya katanya ini
buang-buang uang aja kan, mending buat beli buku, atau
buat apa.
Narasi Mulyati:
Scene 28
(Shot 4-7) Pernah bawa kaset baru, kasetnya
setumpuk-setumpuk itu lho. Ada yang udah dibeli, beli lagi.
Itu karena ada apanya gitu katanya. Iya,”ada kuponnya”,
kata dia gitu. Ya allaaaah, Ya jangan gitu, kan udah ada.
“Ya kan yang ini ada potonya”, kata dia gitu.
65
Narasi Sandy:
Scene 29
(Shot 10-13) Waktu itu, pernah sih sekali, Waktu itu uang kas
kelas, “Wah ada CD nih rilis hari ini”. Eh, bukan CD, tiket.
Tiket konser waktu itu.
(Shot 14-16) Wah ada tiket konser rilis hari ini. Emmm,
gimana yaa, ini uang kelas dipakai dulu lah ya. Akhirnya,
saya pakai uang kas itu, tiga hari kemudian baru saya ganti
sama duit saya.
Scene 30
(Shot 19-20) Saya paling sering, pesan dari ibu, bilangnya
itu kalau mau pergi kemana-mana, bilangnya kalau lagi
libur aja. Kalau lagi hari-hari masuk, jangan terlalu
dipaksain gitu. Maksudnya, jangan terlalu pulang
malem-malem karena besok masih ada kegiatan.
Objek Spontanitas dalam melakukan kegiatan yang menyenangkan.
Interpretan Tindakan konsumsi yang cenderung ceroboh.
GAMBAR 8
Sekuen-9: Dunia Fans dan Keluarga
31
Representamen Scene 31
Emil datang ke JKT 48 Theater dan membeli tiket untuk
menonton konser.
Narasi Emil:
(Shot 3-5) Alasan untuk istriku, ya pada dasarnya aku ajak
supaya dia kenal juga sih. Jadi, akan lebih mudah
membangun trust kalau istriku tau, seperti apa sih hobiku.
Jadi ya, dia tau, oh lihat oh hobinya kayak gini sih, oke sih
liat-liat anak-anak kecil, cantik-cantik sih ya. Tapi ya, ini
kayak gini aja sih ya kayak konser musik.
(Shot 6-9) Jadi lebih mudah untuk membangun rasa nggak
curiga karena dia tau, Sebetulnya, hobi ngidol itu seperti apa
sih. Kalau beli itu kayak apa, kalau bergaul sama fansnya itu
67
GAMBAR 9
Sekuen-10: Hubungan Emil dengan Oshimen
32
68
33
34
35
Narasi Emil:
Scene 32
69
Narasi Vivi:
Scene 35
(Shot 14-16) Saya pernah liat. Pernah liat dan dengar sampe
se-detail itu. Kayak, hari ini dia pake jepit rambut apa,
warna apa, gitu. Kok bisa ya? Biasanya cewek yang
ngobrolin kayak begitu, kan ini cowok gitu.
Objek Menjadi idol mania.
Interpretan Ikatan dalam cinta platonis.
70
GAMBAR 10
Sekuen-11: Hubungan Sandy dan Oshimen
36
71
37
38
Representamen Scene 36
Sekumpulan fans JKT 48 beserta dengan seorang penjual
foto para member JKT 48.
Narasi Seseorang:
Scene 36
(Shot 1) Nih, Nabilah. Makasih, ayok dipilih.
Narasi Sandy:
Scene 36
(Shot 2-3) Ya, saya buat ngidol itu. Ya saya punya tabungan
72
Scene 37-38
Sandy, beserta salah satu temannya, bertemu dan berbicara
sebentar dengan Emil. Setelah itu mereka mulai mengantri
untuk masuk ke JKT 48 Theater. Mulyati, Ibu Sandy,
memberi tanggapan tentang Sandy.
Narasi Sandy:
Scene 37
(Shot 8) Obrolan antara Sandy dan Emil:
S: Hai bang. Mau ngapain ni? Oshimen sapa?/ E: Racheeel./
S: Oh Rachel. Rachel ini bang, masuk single ke-6. Nggak
borong?/ E: Kagak ada duit.
(Shot 9-11) Biaya ya. Karena saya belum punya penghasilan
sendiri. Kadang kalau lagi ada event, atau ada konser, ya
udahlah kalau nggak bisa ya nggak usah dipaksain, gitu.
(Shot 12-13) Masih banyak kok event-evet lain buat ketemu
member. Nggak cuma ini aja. Nanti juga bakal ketemu, event
lagi yang saya bisa ikutin itu.
Narasi Mulyati:
Scene 38
(Shot 15-21) Ini kalau pulang nih, suka bawa kaset ini
pesen-pesen apa itu, suka kaos gitu ya, kan udah melalui
online. Beli sekian, sekian, sekian. Ya Allaaah, A’a. Duit
buat itu mulu ya. Kalau keperluan yang lain dikagak
73
GAMBAR 11
Sekuen-12: Bertahan sebagai Fans
74
39
40
Narasi Sandy:
Scene 39
(Shot 3-8) Dulu sempet pernah bikin janji, itu waktu mau
75
Narasi Emil
Scene 40 ((Backsound: JKT48- Warning))
(Lanjutan Shot 8-11) Ada juga orang yang suka sama JKT48
karena mereka cantik. Ada yang istilahnya, kayak jadi pacar
idaman mereka, gitu lho. Jadi kadang-kadang mereka
liatnya kalau saya ngefans gitu, “Lo ngapain sih, lo mau
pacaran sama mereka”. Karena, mindset orang beda-beda.
Jadi, kadang-kadang mereka nggak bisa liat kalau, ya suka
sama JKT48 karena nggak melulu karena mereka cantik kali,
gitu lho, kenapa sih. Kadang-kadang mereka mikirnya kalau
kita suka itu kayak pengen jadi pacarnya, harus sampe gitu.
(Shot 13-18) Kan anak kecil sih ya. Jadi, aku sih lebih ini ya.
Aku nggak punya anak perempuan, aku nggak punya adik
perempuan. Jadi ngliat mereka kayak bener-bener ngeliat
adik perempuan, anak perempuan. Jadi ya seneng ngeliat
mereka tumbuh, gitu lho. Jadi ya kayak liat anak kecil,
gimana ya, susah ya. Nggak tau, ya emang karena beda
umurnya terlalu jauh kali ya.
Objek Konsisten sebagai penggemar.
Interpretan Dukungan yang terus berlanjut.
B. ANALISIS DATA
tentang fans JKT48, penggunaan kata “fans JKT48” pada dasarnya memiliki arti
yang sama dengan “fans”. Hal itu dilakukan karena dirasa lebih singkat dalam
pemaparannya. Walaupun demikian, kata “fans JKT48” tetap akan digunakan pada
narasinya. Di dalam film dokumenter ini, isi dari narasinya tidak selalu
berkesinambungan dengan visual yang terlihat. Tetapi, visual tetap menjadi unsur
tahap berikutnya, yang tentunya tetap menjaga batas dalam penelitian ini untuk
singkat fans JKT48 yang cenderung mengarah pada praktik dari fetisisme
komoditas. Menurut Adorno (1991), terdapat beberapa aspek yang erat kaitannya
menjelaskannya, dapat dilihat melalui temuan interpretan dari sekuen ke-2, yakni
menggambarkan kegiatan bersama yang dilakukan oleh fans satu komunitas dalam
khususnya seperti yang terlihat dari adegan ke-5. Bertemu dengan oshi, dapat
diartikan sebagai menonton konser dan membeli hal lain yang dapat digunakan
untuk melakukan suatu dukungan, seperti narasi Sandy yang muncul pada adegan
ke-6.
yang lain kecuali untuk menonton oshi-nya. Padahal, di tempat lain, seorang fans
bisa jadi masih memiliki beragam kegiatan seperti memainkan lagu-lagu idolanya,
membuat gambar, atau menulis cerita tentang idolanya. Di dalam hal ini fans
konsumsi saja, yakni menonton JKT48 di Teater FX. Sudirman. Adorno (1991, h.
standarisasi, karena adanya suatu perubahan dari kreativitas kegiatan fans yang
Selain itu, melalui interpretan dari sekuen ke-12, fans terlihat seperti
seperti yang tampak dari narasi Sandy dan Emil. Padahal yang terjadi sebenarnya
yang mereka lakukan. Maka hal ini dapat diartikan sebagai kesadaran fans yang
konsumsi yang semakin intens. Hal tersebut didukung melalui interpretan dari
sekuen ke-6 yakni loyalitas mengonsumsi, dimana wujud nyata dari suatu
dukungan pada akhirnya dapat dilihat dari beberapa koleksi terkait komoditas
JKT48 milik Sandy dan Emil. Fenomena ini juga terlihat pada interpretan dari
sekuen ke-3 yakni adanya konsekuensi dari fans JKT48 yang aktif. Hal ini
semata pada diri seorang fans, dimana hal ini dapat diasumsikan sebagai
individualisasi semu.
seseorang. Individualisasi semu yang dialami oleh fans, pada satu titik tertentu,
secara lebih jelas. Hal ini dapat dilihat melalui interpretan pada sekuen ke-4,
79
diri dengan lingkungannya. Narasi Emil tentang kritik dari fans lain terlihat
yang subjektif. Peran tersebut juga tampak melalui sekuen ke-7 dan sekuen ke-9
afirmasi melalui asumsi lingkungan. Dari kedua sekuen tersebut, tampak bahwa
fans JKT48.
Melihat hal tersebut, ada batas sosial yang tampak di dalam cerita film ini.
Batas tersebut juga dihadirkan melalui penceritaan tokoh lain yang memiliki
kedekatan relasi dengan fans. Melalui sekuen ke-5 dapat dilihat bahwa yang terjadi
kemudian adalah siasat untuk menjaga keharmonisan oleh seorang fans. Sekuen
untuk menonton konser AKB 48 di Jepang. Tetapi, di sisi lain ia juga memiliki
diasumsikan sebagai risiko menjadi fans yang aktif, karena ia menjadikan idolanya
uang, tidak didukung oleh proses berpikir dalam menentukan beberapa langkah.
80
45), seorang yang telah menanamkan simbol tertentu pada suatu hal yang ia puja,
idola mereka, fans cenderung muncul dengan sikap kerelaannya untuk menjadi
seorang yang keranjingan hingga akhirnya menjadi seorang pemuja. Pemujaan ini
fans-idola dapat dibaca sebagai bentuk ikatan dalam cinta platonis. Artinya, obsesi
dan rasa kagum seorang fans pada idolanya direpresentasikan dengan bentuk
ikatan di dalam cinta yang tidak ingin memiliki, yakni cinta platonis. Sekuen ini
JKT48, bahkan AKB48 juga. Secara lebih luas, ikatan dalam cinta platonis dapat
dilihat melalui praktik konsumsi fans ketika menyukai dan menggemari menjadi
kegiatan yang candu. Hal inilah yang tampak pada segala relasi fans untuk menjadi
semakin dekat dengan idola mereka, walaupun wujud nyatanya, fans JKT48 akan
selalu mengejar simbol-simbol pada setiap produk mengingat bahwa mereka tidak
reifikasi, yang kemudian akan dibahas secara lebih mendalam melalui setiap
mengalir dan terperinci. Aspek yang akan dimunculkan dalam pembahasan akan
yang paling dominan karena di dalam pembahasan aspek tersebut juga terdapat
sebagai aspek terakhir. Maka, akan dimunculkan setelah ini tentang satu
pertama.
untuk menjadi target pasar. Hal tersebut dilakukan untuk membentuk pasar
beberapa event. JKT48 pun tidak berbeda dari musisi lain, walau lebih dari
adalah ketika seorang fans kemudian tidak memiliki kegiatan lain, selain
menonton konser dan segala macam kegiatan lainnya dengan uang sebagai
bersama juga.
Kegiatan yang tak lagi seragam ini tampak melalui narasi yang
nggak ke teater?....Aduh mandi lah, katanya mau ketemu oshi juga”. Narasi
berusaha untuk masuk, apapun yang terjadi hari itu, harus masuk ke teater.
83
Menyaksikan itu, oshi saya ulang tahun, dirayain di teater hari itu”. Ulang
tahun menjadi suatu acara yang penting bagi Sandy, dan kalimat “apapun
setidaknya sudah dikenal oleh publik seperti Slankers dari grup band Slank,
Baladewa dari Dewa 19, Orang Indonesia (OI) dari Iwan Fals, atau Smash
Blast dari boyband SM*SH. Mereka memiliki fans yang kegiatannya tentu
terkadang membuat aksi sosial, dan bisa jadi juga saling bertukar cerita
musisi dengan slogan “idol you can meet”, yang secara nyata berhasil
84
konser-konser JKT48.
pemenuhan keinginan dari seorang fans, tetapi lebih daripada itu, konser
fans, dan bahkan mengonstruksi kegiatan fans yang tidak lagi sama seperti
cara tertentu untuk menghilangkan rasa lapar. Melalui hal tersebut dapat
segala relasi idola-fans yang dapat dipertukarkan dengan uang, maka yang
85
lebih untuk kegiatan ini, karena pada dasarnya seluruh program yang ada di
dalam JKT48 memerlukan biaya yang berlebih, dan akan semakin berlebih,
atau bahkan fans sendiri ingin menaikkan jumlah menonton konser yang
berorientasi pada eksistensi diri supaya menjadi semakin dikenal oleh oshi.
Kegiatan fans menjadi tidak lebih dari membayar, dan terus membayar,
dasarnya dapat dilakukan oleh semua orang, yang tentunya dari segala
kegiatan lain, untuk menjadi produktif, selain suatu dukungan yang pada
uang untuk idola yang alih-alih menjadikan mereka seperti merasa sebagai
fans. Inilah proses standarisasi yang terjadi pada fans JKT48, dimana
idolanya, dan idola adalah seorang yang sedang didukung oleh fansnya dari
pengeluaran biaya oleh fans. Mereka melakukan ini bukan secara tidak
86
JKT48. Hal ini yang akan dibahas di dalam individualisasi semu pada
sub-bab selanjutnya.
“Seperti popcorn
Yang meletup-letup
Kata-kata "suka" menari-nari
Wajahmu suaramu
Selalu ku ingat
Membuatku menjadi tergila-gila “
pernah dan sampai saat ini masih dinyanyikan oleh seluruh tim J, tim K, tim
biasanya setiap tim memiliki setlist lagu nya masing-masing. Menurut situs
hai-online.com, lagu ini juga dikenal oleh khalayak luas karena sempat
menjadi soundtrack dari iklan Pocari Sweat yang kala itu bertahan cukup
dengan judul “Super Japan Popcorn Dreams” (Shimizu & Shibata, 2014),
“Gadis-gadis yang audisi ini seperti pop corn, ketika di atas panci apakah
87
Secara lebih jelas hal tersebut dapat dilihat melalui interpretan dari
bagaimana Sandy dan Emil tetap bertahan sebagai fans dengan alasan
dan para personil JKT48 beserta seluruh penonton di dalam ruang teater
terus berlanjut’ tampak dari pernyataan Sandy yakni: “Yaudah mah, Nanti
kalau udah masuk kuliah, tenang aja udah nggak ngikutin ini lagi. Tapi
kemudian, saya jadi dapat temen yang banyak ya dan malah tambah
menggila. Makin ngikutin dunia idol”. Selain itu, juga terlihat narasi dari
lho. Jadi ya kayak liat anak kecil, gimana ya”. Artinya, narasi dan visual ini
sebagai cara fans dalam menyemangati para personil JKT48 saat sedang
ada energi yang tersalurkan antara fans dengan para idola mereka
(Permana, 2014, h. 449). Menurut John Fiske (1992), teriakan para fans
kepada para idola bukan hanya untuk memberikan dukungan, tetapi juga
Hal itu juga dapat dilihat melalui artikel berjudul “JKT48, Salah
Satu Pengalaman Unik di Kota Jakarta” yang ditulis oleh Yogi Rinaldi
Tapi semua itu pilihan kan? Kita yang butuh hiburan, ya kita harus
siap keluar uang juga.”
bentuk hiburan, dukungan yang diberikan oleh fans kepada idola mereka
yang baru, hanya untuk kemudian dapat dijual di pasaran. Melihat dari hal
segala kebaruannya ini adalah suatu hal yang disengaja oleh Akimoto,
yang terus berlanjut’ mengindikasikan bahwa fans telah berada pada suatu
satu judul yang sama, mencari posternya, membeli official guide book, dan
kepuasan sampai batas yang tidak pernah dapat diketahui. Kepuasan ini
digantikan dengan uang (Adorno, dalam Strinati, 2003, h. 72). Idola yang
dimana hal ini dapat dilihat melalui interpretan dari sekuen ke-3, yakni
tersebut dijual setiap harinya, maka fans memang sengaja dibuat untuk
dapat terus mengeluarkan biaya demi idolanya. Hal ini tampak melalui
narasi ibu Sandy, yakni: “Kalau pulang itu, (mencoba menirukan ungkapan
91
yang digantikan dengan menonton konser jelas dapat dibaca sebagai sikap
tempat lain, fans tidak selalu menjadi seorang yang demikian. Ada juga
fans yang menjadi produktif karena tidak melulu mau mengeluarkan uang
Apriani, video karaoke untuk Lidya, membuat zine tentang Vanka, atau
juga fans lain yang sesekali mengikuti handshake event untuk memberikan
menjadi fans yang aktif menonton konser karena jarak yang begitu jauh
terdapat cara pandang yang tidak sama dengan kita. Mengingat adanya
juga yang terjadi pada fans, dimana mereka tidak selalu terlihat sebagai
sebagai seorang fans yang ingin diakui, dianggap wajar, atau dianggap
Sebagai seorang fans JKT48, secara visual Emil tidak melulu akan
membicarakan idolanya pada orang-orang yang bukan fans JKT48. Hal ini
fans.
Emil dengan istrinya. Hal ini dapat dilihat secara lebih khusus melalui
keluarga juga dapat dilihat melalui narasinya, seperti yang tampak dari
narasi Emil pada sekuen ke-7, yakni: “Kadang-kadang kalau lagi ada
bareng fans, Jadi ya taulah kegiatan fans itu ngapain”. Hal itu juga tampak
Alasan untuk istriku, ya pada dasarnya aku ajak supaya dia kenal
juga sih. Jadi, akan lebih mudah membangun trust kalau istriku tau, seperti
apa sih hobiku. Jadi ya, dia tau, oh lihat oh hobinya kayak gini sih, oke sih
liat-liat anak-anak kecil, cantik-cantik sih ya. Tapi ya, ini kayak gini aja sih
ya kayak konser musik.
membangun rasa tidak curiga pada istrinya. Hal ini muncul sebagai
Supratiknya, 1993, h. 32), seseorang pada dasarnya memiliki dua hal yang
internalisasi nilai-nilai atau aturan oleh individu dari sejumlah figur yang
berpengaruh atau memiliki arti baginya seperti tanggapan orang lain atas
95
diri mereka (dalam Supratiknya, 1993, h. 35). Melalui film dokumenter ini,
ke-11, yakni ‘risiko menjadi fans yang aktif’ dimana Sandy, sebagai fans
dapat diasumsikan bahwa keperluan Sandy dalam hal ini hanya pada
konsumsi JKT48.
dibaca sebagai keadaan pasif yang lahir melalui sistem manajemen JKT48
dalam membentuk seorang fans yang disebut oleh Adorno (1991, h. 41)
ketika musik pop menguasai industri yang kemudian membuat kita tidak
sadar akan hilangnya estetika dari suatu musik. Di dalam kaitannya dengan
seorang fans JKT48, yang tentunya juga akan mengikuti aturan di bawah
mendapatkan kebahagiaan dari dalam diri ketika menjadi seorang fans, dan
hal-hal lain yang terkait dengan dukungannya pada idola, dapat dikatakan
lain dalam diri idola, yang tentu begitu jauh dari lingkungan sehari-harinya.
97
palsu yang dilahirkan oleh sistem ini untuk tetap bisa bertahan, yang
Pada tingkat selanjutnya sikap pasif membawa diri fans untuk terus
“Waktu itu, pernah sih sekali, Waktu itu uang kas kelas, wah ada
CD nih rilis hari ini. Eh, bukan CD, tiket. Tiket konser waktu itu. Wah ada
tiket konser rilis hari ini. Emmm, gimana yaa, ini uang kelas dipakai dulu
lah ya. Akhirnya, saya pakai uang kas itu, tiga hari kemudian baru saya
ganti sama duit saya.”
memberikan suatu dukungan pada oshi mereka, tidak lepas dari adanya
dari itu, fans menginginkan kupon di dalam CD saja, bukan musik rekaman
idola mereka yang ada di dalam CD. Maka, tidak dipungkiri jika fans
JKT48 akan memiliki begitu banyak CD dengan judul album yang sama.
Sikap impulsif tersebut juga digambarkan melalui sekuen ke-5. Pada saat
hasrat untuk menonton konser idolanya mulai tumbuh pada diri fans, di sisi
kegiatan fans dan keluarga. Hal ini yang membuat mereka melakukan
kompromi, untuk tetap dapat menjadi seorang fans yang aktif, seperti
bahwa pada dasarnya JKT48 adalah idola yang lahir di dalam dunia
figur baru yang diyakini, bahkan dipuja oleh fans, lebih dari keluarga
beserta maknanya.
99
Seperti yang dapat dilihat kembali pada teks awal di dalam sub bab ini,
terlihat belum memiliki bakat dan talenta yang mumpuni untuk menjadi
idola, dan dukungan fans itulah yang menjadi proses terkait perkembangan
Dreams)”, Reino R. Barack (lihat hal. 85) mengatakan bahwa, “Di masa
masuk pada sikap dan gaya hidup para pendukung”. Artinya, ini yang
suatu makna yang muncul di dalam diri para oshi tersebut. Inilah yang akan
komersial. Tetapi, fans JKT48 tidak berhenti hanya sampai di situ. Segala
upaya yang dilakukan oleh fans untuk menjalin relasi yang lebih erat
dengan idolanya, di sisi lain juga menjelaskan bahwa fantasi fans tentang
idolanya juga telah terangkai semakin baik. Sehingga, menurut Hills (2002,
h. 74), kesadaran fans sedang berada pada batas antara fantasi dan
dan dukungan pada oshi-nya. Berkat kehadiran fans yang seperti demikian,
menjalin interaksi yang lebih dengan para personil JKT48. Indikasi ini
sesuatu yang biasa. Tetapi, di dalam JKT48, perayaan ulang tahun seluruh
personilnya diagendakan di dalam konser teater. Hal ini bisa dilihat melalui
situs jkt48.com. Maka, tidak jarang fans kemudian menjadi merasa perlu
membuat fans menjalin suatu ‘ikatan dalam cinta platonis’ (interpretan dari
oshi.
membeli tanda tangan oshi sesuai dengan tempat yang diinginkan. Tentu
102
saja, hal ini tidak disediakan secara gratis. Selanjutnya, jika fans dapat
MVP Award” dengan hadiah eksklusif, yang salah satunya adalah kaos
original dengan tanda tangan dari seluruh personil. Selain itu, fans juga
bilik kecil. Ketika handshake event, seorang fans akan dikenai biaya
waktunya. Handshake event adalah waktu tambahan bagi para fans yang
ingin menjalin ikatan dengan idola, dimana hal tersebut tidak didapatkan
Ikatan tersebut juga nampak pada fenomena dukungan berupa voting, yang
untuk dapat tampil di dalam musik video, atau untuk dapat masuk di dalam
lagu yang akan dirilis. Program ini dinamakan dengan senbatsu sousenkyo.
Secara lebih jelas hal tersebut dapat dilihat melalui program acara
Mei 2015. Acara yang berdurasi hampir dua jam tersebut, menampilkan
teratas akan masuk di dalam lagu atau musik video yang dirilis. Tentu saja,
Program acara di RCTI yakni “Cek & Ricek” pernah mengulas tentang
tetapi ada juga fans yang memberikan barang-barang berharga mahal untuk
Ikatan yang dibentuk oleh fans ini, di sisi lain juga memunculkan
Persaingan ini muncul ketika antar fans ingin mendapatkan perhatian lebih
dengan oshi.
membuatnya mengabaikan hal yang lain, karena satu hal yang sedang
Di dalam tahap ini, fans telah menempatkan fantasi di dalam benak mereka
104
dalam kehidupan nyata, maka terwujudlah ikatan yang dibentuk oleh fans
ini.
muncul ketika nilai dan simbol sudah masuk di dalam sesuatu yang
dikonsumsi. Sebagai contoh, nilai dan simbol tersebut dapat dilihat secara
lebih khusus melalui perayaan ulang tahun di teater dan voting dalam
tersebut tidak semata-mata muncul begitu saja, tetapi telah melalui suatu
idolanya dan dengan suka rela membeli segala komoditas JKT48. Proses
komoditas tersebut memiliki makna yang tidak dapat ditangkap oleh indra.
khususnya pada kegiatan Sandy dan Emil saja. Gambaran tersebut juga
daripada karya yang dihasilkan, dalam hal ini musik. Hal ini tampak dalam
106
perkataan teman Sandy, “Aduuh. Mandi lah, mau ketemu oshi juga.
“Waktu itu nonton teater ya. Waiting list dari jam 7 pagi. Cuma
mau liat penampilan oshimen, ulang tahun di teater hari itu, gitu.
Saya berusaha untuk masuk, apapun yang terjadi hari itu, harus
masuk ke teater. Menyaksikan itu, oshi saya ulang tahun, dirayain
di teater hari itu.”
terletak pada penampilan oshi-nya, yang secara khusus pada acara ulang
dunia fans, khususnya dari apa yang diperlihatkan melalui kehidupan fans
JKT48 di dalam film dokumenter ini. Konsumsi kiranya adalah hal yang
penting bagi Sandy sehingga ada upaya yang ditempuh olehnya untuk
melalui narasi Sandy, yakni: “Dimarahin pernah waktu itu beli CD, sampai
banyak sampai diomelin. Karena ya katanya ini buang-buang uang aja kan,
mending buat beli buku, atau buat apa”. Membeli CD dalam jumlah banyak
Sikap pasif itu ditegaskan melalui sekuen ke-3, dimana Sandy yang
dasar yang harus dipenuhi terlebih dahulu (1988, h. 39). Hal serupa juga
cenderung dianggap sebagai cara yang wajar. Namun di sisi lain, Sandy
“kebutuhan aktualisasi diri” yang dilakukan oleh Emil tidak terkait pada
“Alasan untuk istriku, ya pada dasarnya aku ajak supaya dia kenal
juga sih. Jadi, akan lebih mudah membangun trust kalau istriku tau,
seperti apa sih hobiku. Jadi ya, dia tau, oh lihat oh hobinya kayak
gini sih, oke sih liat-liat anak-anak kecil, cantik-cantik sih ya. Tapi
ya, ini kayak gini aja sih ya kayak konser musik.
Jadi lebih mudah untuk membangun rasa nggak curiga karena dia
tau, Sebetulnya, hobi ngidol itu seperti apa sih. Kalau beli itu kayak
apa, kalau bergaul sama fansnya itu kayak apa. Kalau nonton itu
kayak apa, kalau handshake event itu kayak apa. Jadi, ya nggak
cemburuan lagi. Maksudnya ya, yaudah tau lah, segitu-gitu aja.
Maksudnya ya, no big deal.”
mengingat bahwa Emil dan istrinya terlihat memiliki hobi dan kegiatan
109
sehari-hari yang berbeda, seperti tampak pada sekuen ke-7. Selain itu,
melalui interpretan dari sekuen ke-10 yakni ‘ikatan dalam cinta platonis’,
sebagai fans, khususnya dari cerita yang telah ditampilkan melalui film
Upaya ini pun tentu tidak lepas dari hasrat di dalam dirinya untuk mendapat
idolanya. Hal tersebut juga ditegaskan melalui narasi pada sekuen ke-10
dan ke-12 dimana Emil secara jelas menyatakan bahwa ia suka pada JKT
48.
dan Emil dalam film ini menunjukkan bahwa Sandy dan Emil tampak
Merujuk pada Freud, kehidupan fans JKT48 melalui penceritaan Sandy dan
Emil di dalam film dokumenter ini dapat digolongkan sebagai fans dengan
kecenderungan Emil dan Sandy yang tidak hanya berhenti pada kegiatan
lagu, atau menonton video-nya. Lebih dari itu, mereka juga sering membeli
CD, poster, majalah tentang JKT48, dan menonton teater JKT48 sebagai
bahwa fenomena tersebut dirasa lebih dekat karena juga terkait dengan fans
dan idola. Yuni Anggi Aulia, melalui tulisannya yang berjudul “Fetisisme
oleh fans The Virgin di daerah Jember. Pada penelitian tersebut dijelaskan
dan poster, serta meniru gaya personil The Virgin yakni Dara dan Mitha.
pencapaian kepuasan pada diri fans ketika mereka telah melakukan imitasi.
111
dari relasi yang dibentuk oleh fans untuk menjadi semakin dekat dengan
sebagai hiburan dan tontonan yang digunakan untuk melihat aksi panggung
idolanya, namun di sisi lain konser memiliki arti penting bagi fans JKT48
menjadi indikasi bahwa kepuasan fans JKT48, salah satunya, terletak pada
Emil yang tampak keheranan melihat Sandy dan Emil, serta diperkuat
“Saya pernah liat. Pernah liat dan dengar sampe se-detail itu.
Kayak, hari ini dia pake jepit rambut apa, warna apa, gitu. Kok bisa
ya? Biasanya cewek yang ngobrolin kayak begitu, kan ini cowok
gitu”.
Kehadiran Ibu Sandy dan istri Emil dalam film dokumenter ini
ditunjukkan oleh ibu Sandy dan istri Emil tersebut, seperti yang telah
seorang VVOTA (lihat penjelasan Bab 2), dimana istilah tersebut juga
dapat diartikan sebagai Over Dossis Fans. Hal inilah yang kemudian
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melalui analisis struktur triadik yang diambil dari Charles Sanders Peirce,
tentang dua orang yakni Sandy dan Emil dengan latar belakang dan masalah yang
untuk JKT48. Wujud nyata praktik konsumsi yang dilakukan oleh fans, dikaji
aspeknya.
intensitas tinggi untuk membeli tiket. Bukan lagi menjadi suatu pilihan, menonton
karena telah menjadi kebutuhan. Konser JKT48 diciptakan untuk terus ada setiap
hari, sehingga fans tidak mengalihkannya pada bentuk kegiatan yang lain. Inilah
Berbeda dengan mayoritas artis musik lain yang hanya menjual CD dan
tiket konsernya kepada fans, sistem di dalam JKT48 telah membuat fans beralih
untuk mendapatkan kupon voting melalui pembelian CD, bukan lagi untuk hanya
melalui biaya yang lebih, dan menekankan perhatian pada idolanya melalui
cara-cara tersebut, tampak bahwa fans lebih mementingkan hal tersebut ketimbang
114
peran keluarga. Inilah individualisasi semu yang dialami oleh fans, mengingat
bahwa yang terjadi sebenarnya adalah bagaimana mereka telah menjadi konsumen
dari segala komoditas JKT48. Selanjutnya, terlihat bahwa manajemen JKT48 pada
dasarnya telah memupuk perasaan fans mulai dari menyukai, menggemari, hingga
menjadi kecanduan. Pola tersebut dapat terbentuk ketika reifikasi muncul melalui
kehidupan Sandy yang bersinggungan dengan aspek ekonomi dan Emil yang
sehingga dapat terlihat bagaimana cara-cara yang dilakukan fans dalam menyiasati
kebutuhan yang lainnya. Sebagai contoh, hal tersebut secara lebih jelas dapat
dilihat melalui tindakan mencuri uang kas kelas yang dilakukan oleh Sandy, atau
merangkul keluarga supaya dapat memahami kegiatan sebagai fans seperti yang
Terkait dengan teori fetisisme milik Freud, kehidupan fans JKT48 dapat
digolongkan sebagai fans dengan tingkatan “fetishist tingkat tinggi”. Asumsi ini
muncul melalui kegiatan Sandy dan Emil yang cenderung membeli segala
fans. Fans JKT48 tampak tidak memiliki ragam kegiatan yang lain karena
115
menguatkan posisi fans sebagai seorang pemuja. Pemenuhan hasrat sebagai fans
terlihat lebih dominan ketimbang keluarga dan kebutuhan lainnya. Melihat hal
hasrat oleh fans untuk mendapatkan kepuasan dalam menjalin relasi yang semakin
dekat dengan idolanya. Selain itu, definisi tersebut juga mengarah pada definisi
VVOTA, atau yang dapat juga diartikan sebagai Over Dossis Fans.
B. Saran
semiotika dalam peneltian ini kurang dapat menggali secara lebih dalam mengenai
fans, karena hanya menggunakan satu media sebagai objek penelitian. Melihat dari
metode lain untuk masuk secara lebih dekat pada kehidupan fans, seperti etnografi.
Alasannya sederhana. Metode tersebut mampu mengulik banyak hal yang tidak
berkaitan erat dengan ilmu psikologi. Sehingga, ada banyak segi yang bisa
dipahami ketika peneliti menjadi Official Fans Club, ikut membeli segala
komoditas idola, berdinamika bersama fans lain, dan ikut merasakan bagaimana
116
para idola ketika sedang menyanyi, dan berinteraksi dengan fans sebagai wujud
persuasi mereka di atas panggung. Dari hal tersebut, peneliti berharap ada
penelitian lain untuk melengkapi studi yang telah dilakukan ini, sehingga
pengetahuan yang disajikan pada para pembaca dapat menjadi lebih komprehensif.
117
DAFTAR PUSTAKA
Alpito, Shindu. (2014). Ini Istilah yang Muncul di Kalangan Fan JKT48. MetroTV
News.
<http://hiburan.metrotvnews.com/read/2014/10/03/300386/ini-istilah-yang
-muncul-di-kalangan-fan-jkt48>
Annas, Saiful. (2013). Fans Club, dari Bermusik hingga Aktivitas Sosial. Suara
Merdeka.
<http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/05/14/224612/Fa
ns-Club-dari-Bermusik-hingga-Aktivitas-Sosial>
Berita Artis Indonesia Terkini. (2014). Eksklusif Liputan Cek & Ricek RCTI
Bersama JKT48. <https://www.youtube.com/watch?v=24o8sC0DQBQ>
Bordwell, David dan Kristin Thompson. (2003). Film Art, An Introduction. Boston:
Mc Graw Hill Companies.
Dant, T. (1996). Fetishism and The Social Value of Objects, Sociology Review.
Inggris: Lancaster University
Fiske, John. (1992). The Cultural Economy of Fandom. Dalam: The Adoring
Audiences: Fan Culture and Popular Media. Lewis, A. Lisa (ed). London:
Routledge.
118
Irawanto, Budi. (1999). Film, Ideologi, dan Militer: Hegemoni Militer dalam
Sinema. Indonesia. Yogyakarta: Media Pressindo.
Jenkins, Henry (a). (1992). Textual Poachers: Television Fans and Participatory
Culture. New York & London: Routledge.
Jenkins, Henry (b). (1992). ‘Strangers No More, We Sing’: Filking and the Social
Construction of the Science Fiction Fan Community. Dalam Lewis, A. Lisa
(ed) The Adoring Audiences: Fan Culture and Popular Media. London:
Routledge.
Kartika, Unoviana. (2013). Kisah Pemuda dan "Dunia Delusi" JKT48. Kompas.
<http://health.kompas.com/read/2013/12/14/1243070/Kisah.Pemuda.dan.
Dunia.Delusi.JKT48>
Mahares, Jun. (2014). Persija Blunder Soal Elie Aiboy dan Shaka Bangura. Tribun
News.
<http://www.tribunnews.com/superball/2014/01/26/persija-blunder-soal-el
ie-aiboy-dan-shaka-bangura>
119
Merina, Nely. (2015). Eagle Awards, Industri Kreatif Dalam Bingkai Film
Dokumenter. Tekno Preneur.
<http://teknopreneur.com/dinamika/teknopreneur-eagle-awards-industri-kr
eatif-dalam-bingkai-film-dokumenter>
Meyer, Thomas. (2012). Kompromi: Jalur Ideal Menuju Demokrasi. Jakarta: FES
Golden Rules Aturan yang Harus Ditaati. (n.d.) Diakses tanggal 2 Februari 2016
<http://www.ngidol.com/2013/09/golden-rules-aturan-yang-harus-ditaati.h
tml#.VrLB5LJ97IV>
Pratama, Mada (a). (2015). Berbagai Jenis Sebutan Fans JKT48. Jkt48faktaunik.
<http://www.jkt48faktaunik.com/berbagai-jenis-sebutan-fans-jkt48>
Pratama, Mada (b). (2015). Tips Jadi Fans Far Yang Asyik Dan Menyenangkan.
Jkt48faktaunik.
<http://www.jkt48faktaunik.com/tips-jadi-fans-far-yang-asyik-dan-menye
nangkan>
Prihatin, Endang. (2014). Idolaku, Jiwa Ragaku. Jakarta: Metro TV. [video]
120
Rinaldi, Yogi. (2014). Salah Satu Pengalaman Unik di Kota Jakarta. Imajineshon
<http://imajineshon.com/2014/01/jkt48-salah-satu-pengalaman-unik-di-ko
ta-jakarta/>
Sardar, Zianuddin & Borin Van Loon. (1997). Introducing Cultural Studies. New
York: Totem Books.
Shimizu & Shibata, (2014). Discovery Channel Network Japan Super Japan
Popcorn Dreams. Jepang: Tv Asahi. [video]
Sobri, Ali. 2014. 8 perilaku miris fans jkt48 yang wajib diketahui. Hai Online.
<http://hai-online.com/Feature/Music/8-Perilaku-Miris-Fans-Jkt48-Yang-
Wajib-Diketahui>
Sudjiman, Panuti dan Aart Van Zoest. (1992). Serba-serbi Semiotika. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
Seq Sc Shot
Iklan
00.00-00.12
1.
Pembuka Film
00.37-00.40 00.40-00.47
Yase, yasee. Yase, yaseee.
(River-JKT48)
01.03-01.10
Intertitle “Idolaku,
Jiwa Ragaku”
Backsound:
JKT8-Tsukimisou
(Evening Primrose)
01.28-01.30
2.
Perkenalan
Sandy
01.41-01.46 01.46-01.48 01.48-02.06 02.06-02.14
Nama saya Sandy, umur saya 19 tahun. Saya suka sekali sama JKT48. Saya juga
JKT48 dibandingkan dengan yang lain
karena mereka itu unik. Tampil,
rame-rame, di atas panggung. Ya, jadi daya
tarik tersendiri buat saya.
Sampai sekarang mengikuti perkembangan
5
mereka, ya begitu. Jadi, ya lebih deketlah.
Ada event-event mereka yang membuat
lebih dekat sama fansnya
1: Hoi San.
S: Yo.
1: Jadi nggak ke
teater?
S: Jadilah.
1: Ayolah (sambil
menatap Sandy).
1 dan S: Ayo
masuk,
masuk-masuk
(mengajak
orang-orang lain
untuk masuk ke
kamarnya.
1: Langsung?
S: Tunggu nanti
dulu dong, gua
belum mandi.
(Suara) dari salah
satu fans: Aduuh.
Mandi lah, mau
ketemu oshi juga.
Kebiasaan, anak ini
(menatap ke
Sandy).
6
03.13-03.18 03.18-03.27 03.27-03.36
Saya berusaha untuk masuk, apapun yang Perbincangan antara
terjadi hari itu, harus masuk ke teater. fans JKT48 (2) dan
Menyaksikan itu, oshi saya ulang tahun, Sandy (S).
dirayain di teater hari itu.
2: Panas.
S: Panas bang.
2: Iya.
S: Beli es enak ini.
2: Lo yang beli ya.
S: Iya.
124
3.
Pengorbanan
Sandy
04.08-04.10 04.10-04.15 04.16-04.24
Dia kan karena saking ininya, apa gimana
aku juga kagak tau kan, orang tua. Nggak
tau dia begini-begini di luar. Yaa, gitu aja.
04-25-04.31 04.31-04.35
Sandy berbicara dengan seorang fans
JKT48 yang lain (2).
8
04.36-04.41 04.42-04.45 04.46-04.49
Biaya yang dipakai buat ngidol ini, ya nggak kehitung juga sih.
Ya soalnya kan saya dukung, nggak terlalu sering. Ya, saya juga
tau mana yang lebih penting. Saya prioritaskan itu.
125
04.49-04.53 04.53-04.56
4.
Perkenalan
Emil 05.27-05.41
Obrolan antara
Emil (E) dengan
rekan kerja
perempuannya (R).
11
E: Ini mau satu atau
dua?
R: Lha ngga tau.
E: Yang mau
digantinya?
R: Apanya?
E: Itu. Yang, ya
matiin ajalah kalau
belum diganti.
12
05.41-05.44 05.45-05.47 05.48-05.50
Pada saat saya terjun di JKT48 memang ada beberapa fans yang
kayak ngejekin saya, “Wuu..udah tua masih ngidol aja sih?
Emang lo nggak ada kerjaan lain?”.
126
13 06.22-06.06.25
E: Ya kita tinggal
bikin aja solusinya.
(Ngobrol di ruang
rapat dengan dua
rekan lainnya)
Iklan
06.26-06.31
14
06.31-06.06.38 06.39-06.43 06.43-06.46
E: Jika ada yang deliver, ini mem-verify,
bener nggak? (Ngobrol di ruang rapat
dengan dua rekan lainnya)
15
06.46-06.57 06.57-07.05 07.05-07.11
Oshimen ku itu Hayano Kaoru waktu itu. Itu, member tim K
generasi-2 AKB48. Terus, waktu bulan Maret. Maret ya, apa
127
07.12-07.31
Waktu itu dia kasih tau aku itu di hari Jumat apa Sabtu, hari Senin
aku udah pesen tiket ke Jepang. Dan 20 minggu kemudian aku
udah di Jepang. Itu kisah perjalan yang tanpa pernyataan
pokoknya bener-bener impulsif banget. Berangkat, ya berangkat.
08.23-08.36
18
Ini CD pertama saya, dapet waktu itu pas
ada event anniversary JKT48 yang
pertama. Ini dibagiin gratis ke member
fans.
19
08.36-08.42
Koleksi aku sih nggak banyak ya. Ini ada
kipas model Haruka waktu masih jadi tim
K.
6.
Koleksi
barang-barang 20
fans
08.42-08.45
Terus ini ada kipas.
21
08.45-08.50
Ini kaos komunitas AKB48 fans waktu
AKB datang ke Indonesia.
22
08.51-08.58
Ini ada CD-CD. CD single mereka ya.
23
129
08.59-09.05
Single mereka, single AKB pertama yang
ku punya. Ini keluaran 2006 waktu mereka
masih indie.
24
09.05-09.07
Ini ada majalah.
09.08-09.17 09.18-09.30
Ini ada poster yang Terus sama poster
25
aku suka. Posternya release event
Cindy Gulla yang “Chance no
ada tanda Junban” yang ada
tangannya dia. Ini tanda tangannya
jual nya kapan ya, Haruka.
pokoknya dijual
sekali.
7.
Hubungan Emil 26 09.41-09.50 09.50-10.06
dan Istri Itu jelas-jelas lain 09.50-09.52 09.58-10.06
banget sama Dia juga suka Obrolan antara
kesukaan musikku. nganter aku, ke Emil dan Vivi:
Tapi nggak masalah konser ke apa yang Emil: Main game
sih. ada musik gitu. aja yuk.
Vivi: He?
Emil: Main game
aja.
Vivi: Main game
aja? ngidol-nya
udah?
Emil: Udah, tadi
malem.
130
27
10.06-10.12 10.13-10.16 10.16-10.18 10.19-10.21
Aku suka ngajak temen-temenku main ke rumahku. Temen-temen Jadi ya taulah
sesama fans untuk main ke rumah. Jadi ya lebih enak kan. kegiatan fans itu
10.13-10.25: Kadang-kadang kalau lagi ada gathering juga, aku ngapain.
ajak istri untuk ikutan gathering, ngumpul-ngumpul bareng fans,
8.
10.54-10.58 10.58-11.02 11.02-11.10 11.10-11.16
Hubungan Pernah bawa kaset baru, kasetnya setumpuk-setumpuk itu lho. Ya jangan gitu, kan
Sandy dan Ibu Ada yang udah dibeli, beli lagi. Itu karena ada apanya gitu udah ada. “Ya kan
katanya. Iya,”ada kuponnya”, kata dia gitu. Ya allaaaah, yang ini ada
potonya”, kata dia
gitu.
CD nih rilis hari ini”. Eh, bukan CD, tiket. Tiket konser waktu itu.
9.
Dunia Fans dan 31
Keluarga
12.39-12.48 12.48-12.54 12.54-12.59 12.59-13.05
Jadi ya, dia tau, oh Jadi lebih mudah Sebetulnya, hobi Kalau nonton itu
lihat oh hobinya untuk membangun ngidol itu seperti kayak apa, kalau
kayak gini sih, oke rasa nggak curiga apa sih. handshake event itu
sih liat-liat karena dia tau, Kalau beli itu kayak kayak apa.
anak-anak kecil, apa, kalau bergaul
cantik-cantik sih ya. sama fansnya itu
Tapi ya, ini kayak kayak apa,
gini aja sih ya
kayak konser
musik.
132
13.05-13.12
Jadi, ya nggak
cemburuan lagi.
Maksudnya ya,
yaudah tau lah,
segitu-gitu aja.
Maksudnya ya,
nggak no big day.
13.13-13.20
Obrolan antara
32 Emil dan Fans lain
(A):
E: Lu nonton
10. nggak?
A: Nonton.
Hubungan Emil E: Beli berapa?
dan Oshimen A: Dua. Aki Takajo.
33
13.21-13.45
Emil: Ini aku mau nonton teaternya shownya Tim J. Setlist-nya
Dareka no Tame Ni. Kebetulan ini ramai banget, karena di sana
ada banyak banner-banner ucapan, karena hari ini ada show
ulang tahunnya dua member Rachel sama Gaby. Dan kebetulan,
saya pendukungnya Rachel, jadi nonton. Harus nonton.
Iklan
13.45-13.50
(Lanjutan)
10.
34
Hubungan Emil 13.50-13.57 13.57-14.02 14.02-14.04
dan Oshimen (Suara ramai orang-orang) Emil: Saya udah
suka sama
artis-artis Jepang
seperti,
133
16.15-16.19 16.20-16.23
Masih banyak kok event-evet lain buat
ketemu member. Nggak cuma ini aja.
Nanti juga bakal ketemu, event lagi yang
saya bisa ikutin itu.
38
16.53-16.56 16.56-17.07
135
17.48-17.51 17.52-18.12
Makin ngikutin dunia idol. Kalau berharap Emil: Ada juga
jadi pacar, ya enggak. Saya sadar saya orang yang suka
siapa, bakatnya apa. sama JKT48 karena
17.48-18.05 mereka cantik. Ada
yang istilahnya,
18.05-`18.12
(Backsound:
JKT48- Warning)
Iklan
19.51-20.04