Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan peradaban Islam dari masa kemasa telah banyak mewarnai
berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat di berbagai belahan dunia. Negeri-
negeri yang berada disemenanjung Arab, benua Afrika, Eropa sampai ke
Indonesia telah dipengaruhi oleh penyebaran budaya dan peradaban Islam.
Perkembangan bidang pemikiran dan filsafat, bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, bidang pemerintahan dan politik telah memberikan sumbangan yang
sangat besar bagi perkembangan masyarakat di zaman modern. Pada masa
silam kemajuan peradaban manusia terjadi pada masa kekuasaan Islam di
hampir semua belahan dunia. Ketika Islam berada pada masa kejayaannya
disaat yang sama Eropa sedang berada dalam masa kegelapan yang kita kenal
dengan istilah the darkness age.
Peradaban Islam telah mengalami perubahan yang signifikan, hal ini dapat
dilihat dari perkembangan kebudayaan, pemikiran dan peradaban, baik pada
masa Rosulullah, Khulafaurrasyidin maupun pada masa Umayyah dan
Abasiyah. Islam yang hadir di tengah kerasnya peradaban jahiliyah, melalui
Muhammad SAW. Akan tetapi untuk selanjutnya Islam mampu
bermetamorfosa menyebar hampir ke seluruh penjuru jagad. Setelah masa
Rasulullah saw, yang kemudian dilanjutkan oleh masa khulafaurrasyidin dan
dinasti-dinasti Islam yang muncul sesudahnya. Dan telah berhasil membangun
peradaban dan kekuatan politik yang menandingi dinasti besar lainnya pada
masa itu, yakni Bizantium dan Persia
Baghdad dan Cordova merupakan salah satu bukti betapa tinggi dan majunya
peradaban Islam. Pada masa kekuasaan Khalifah Bani Umayyah
Dinasti Umayyah merupakan pemerintahan kaum Muslimin yang berkembang
setelah masa Khulafa al Rasyidin yang dimulai pada tahun 41 H/661 M.
Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus mulai terbentuk sejak terjadinya
peristiwa tahkim pada Perang Siffin. Perang yang dimaksudkan untuk
menuntut balas atas kematian Khalifah Utsman bin Affan itu, semula akan
dimenangkan oleh pihak Ali, tetapi melihat gelagat kekalahan itu, Muawiyah
segera mengajukan usul kepada pihak Ali untuk kembali kepada hukum Allah.
Dalam sistem pemerintahan, Bani Umayyah  telah mengubah sistem suksesi
kepemimpinan dengan jalan musyawarah menjadi monarkhi atau sistem
kerajaan yang diwariskan secara turun temurun. Hal ini dapat dilihat dari sikap
Muawiyah mengangkat anaknya sendiri Yazid, sehingga pada umumnya
sejarawan memandang negative terhadap Muawiyah karena pada awal
keberhasilan memperoleh legalitas atas kekuasaannya dalam perang di Shiffin
dicapai melalui arbitrase.
Dalam perkembangannya dinasti umayyah mengalami banyak kemunduran
salah satunya adalah System penggantian khalifah melalui garis keturunan
yang Pengaturannya tidak jelas. Ketidak jelasan system menggantian khalifah
ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat dikalangan anggota
keluarga  istana dan masih ada lainnya yang kita akan bahas mengenai sejarah

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana berdirinya dinasti umayyah?
2. Bagaimna Bani Umayyah di Masa Pra-Islam dan Masa Rasul SAW?
3. Bagaimana Sistem Pemerintahan Dinasti Umayyah?
4. Khalifah-Khalifah Dinasti Umayyah?
5. Bagaimana Kemajuan Dinasti Bani Umayyah?
6. Bagaimana Kemunduran Dinasti Umayyah?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui hal-hal yang melatar belakangi berdirinya Dinasti
Umayyah.
2. Mengetahui siapa saja Khalifah-khalifah yang pernah memimpin
pada masaDinasti Umayyah.
3. Mengetahui keberhasilan apa saja yang diperoleh selama masa
pemerintahan Dinasti Umayyah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Berdirinya Dinasti Umayyah


Dinasti bani Ummayyah berlangsung lebih kurang ± 90 tahun (40-132 H /
661-750 M).telah banyak melakukan perubahan. Hadirnya kebudayaan baru
pada era pemerintahan bani Ummayyah dengan melihat tiga sudut pandang
sebagai penyangga eksistensi kekuasaan Islam, yaitu dari sisi sistem
pemerintahan, perkembangan kebudayaan dan gerakan dakwah Islam.
Keberadaan khalifah ternyata tidak semua bisa dijadikan tauladan dalam
pemerintahan, pengembangan kebudayaan dan gerakan dakwah. Ketika istana
berada di tangan khalifah yang dinamis, maju jujur dan berkomitmen
memajukan kebudayaan, pemerintahan dan dakwah, kondisi istana
berkembang dengan baik dan mampu mencapai puncak kejayaannya..

Pusat pemerintahan dinasti ini terletak di Damaskus. Nama dinasti ini


dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah
pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala
disebut juga dengan Muawiyah I. Dinasti Umayyah berdiri di atas bangunan
perpecahan umat Islam. Berbagai peristiwa perpecahan umat Islam sebelumnya
membayangi dinasti ini. Bahkan, dinasti ini berdiri dari hasil perpecahan yang
menyebabkan peperangan antara Ali dan Muawiyah. Berkat kejeniusan Amr
bin Ash, Muawiyah berhasil memenangkan peperangan dengan Ali dan
mendirikan Dinasti Umayyah. Muawiyah menyadari bahwa perpecahan di
kalangan umat Islam tidak dapat dibiarkan lagi karena akan mengganggu
kemajuan umat Islam sendiri.Untuk itu dia melakukan segala hal untuk
menyatukan umat Islam. Bahkan, dalam upaya menyatukan umat Islam itu
Muawiyah dan keturunannya tidak segan-segan melakukan tindakan tegas dan
kejam terhadap pemberontakan. Mereka tidak mentolerir setiap potensi yang
akan merusak persatuan umat Islam. Berkat tindakan tegas itu maka umat
Islam dapat bersatu pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah. Meskipun
harus diakui masih ada pemberontakan tetapi itu hanyalah pemberontakan kecil
yang dengan mudah dapat dikalahkan oleh Dinasti Umayah. Berkat persatuan
umat Islam, Dinasti Umayyah berhasil mengembangkan peradaban Islam.

2.2 Bani Umayyah di Masa Pra-Islam dan Masa Rasul SAW


Di masa pra-Islam, sebagai suku Quraisy, Bani Umayyah dan Bani Hasyim
selalu bersaing untuk menduduki kursi pimpinan. Bani Umayyah lebih
berperan dalam bidang pemerintahan dan perdagangan, dengan demikian
mereka lebih banyak menguasai bidang perekonomian di banding Bani
Hasyim, sementara Bani Hasyim adalah orang-orang yang berekonomi
sederhana, akan tetapi kebanggaan Bani Hasyim adalah bahwa Rasul terakhir
yang diutus Allah swt. adalah dari keturunan mereka, yakni Muhammad bin
Abdillah bin 'Abd al-Muththalib. Ketika agama Islam mulai berkembang dan
mendapatkan pengikut, Bani Umayyah merasa bahwa kekuasaan dan
perekonomiannya terancam, dengan demikian. Bani Umayyah menjadi
penentang utama terhadap perjuangan Muhammad SAW (Bani Hasyim). Abu
Sufyan bin Harb adalah salah seorang keturunan Umayyah yang sering kali
menjadi jenderal dalam beberapa peperangan melawan pihak Bani Hasyim.
Setelah Islam menjadi kuat dan dapat merebut Mekah, pihak Abu Sufyan
menyerah, di antara mereka adalah Muawiyah bin Abu Sufyan, yang
kemudian memeluk Islam sebagaimana penduduk Mekah lainnya.

2.3 Sistem Pemerintahan Dinasti Umayyah


Muawiyyah bin Abi Sufiyan menjadi khalifah pertama dinasti Bani
Umayyah setelah Hasan Bin Ali Bin Ab Thalib meyerahkan kekhalifahanya
kepada Umayyah.Sebelumnya,Muawiyyah menjabat sebagai Gubernur
syiria.Selama berkuasa di Syiria,Muawyyiah mengandalkan orang – orang
Syiria dalam memperluas batas wilayah Islam.Ia membentuk pasukan Syiria
menjadi kekuatan militer Islam yang terorganisir dan berdisiplin.Ia
membangun sebuah Negara yang stabil dan terorganisir.
Dalam mengelola pemerintahan,Muawiyyah mendirikan dua departemen
yaitu: diwanul khatam yang fungsinya adalah mencatat semua peraturan yang
dikeluarkan oleh khalifah.Dan,diwanulbarid yang fungsinya adalah memberi
tahu pemerintah pusat tentang perkembangan yang terjadi disemua provinsi.
Pada masa Muawiyyah bin Abi Sufiyan inilah suksesi kekuasaan bersifat
Monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun-temurun) Mulai
diperkenalkan, dimana ketika dia mewajibkan seluruh rakyatnya untuk
meyatakan setia terhadap anaknya,yaitu Yazid bin Muawiyyah, pada tahun
679 M.

2.4 Khalifah-Khalifah Dinasti Umayyah


Para sejarawan umumnya sependapat bahwa khalifah terbesar dari daulah
Umayyah ialah Muawiyyah, Abdul Malik dan Umar bin Abdul Malik
Masa kekuasaan dinasti Umayyah hampir satu abad, tepatnya selama
kuranglebih 90 tahun, dengan 14 orang khalifah. Adapun urutan khalifah
umayyah adalah sebagai berikut:
1. Muawiyyah bin Abi Sufiyan (41-61 H/661-679 M) adalah bapak
pendiri dinasti Bani Umayyah dialah tokoh pembangunan yang besar.
Muawiyyah mendapat kursi kekuasaan setelah Hasan bin Ali bin Abi
Thalib berdamai dengannya pada tahun4 H, karena Hasan menyadari
kelemahannyasehingga ia berdamai dan menyerahkan kepemimpinan
umat kepada Muawiyyah sehinggatahun itu dinamakan‘Ammul
Jama’ah, tahun persatuan. Ia juga berjasa mendirikan kantor Cap
(percetakan mata uang), dan lain-lain. Muawiyyah wafat pada tahun 60
H di Damaskus karena sakit dan digantikan oleh anaknya Yazid.
2. Yazid I bin Muawiyyah (61 - 64 H/680–683 M)
Yazid mempunyai banyak tantangan yang dihadapinya,salah satunya
ialah membereskan pemberontakan kaum Syi’ah yang telah membaiat
Husein sepeninggal.Terjadi perang di karbala yang menyebabkan
terbunuhnya Husain.Yazid wafat pada tahun 64 H setelah memerintah
4 tahun dan digantikan oleh anaknya, Muawiyyah II.
3. Muawiyyah II bin Yazid, (64-65 H / 683-684 M)
Ia hanya memerintahkan kurang lebih 40 hari, dan meletakkan jabatan
sebagai khalifah tiga bulan sebelum wafatnya.Ia mengalami tekanan
jiwa berat karena tidak sanggup memikul tanggung jawab jabatan
khalifah yang sangat besar tersebut.Dengan wafatnya,maka habislah
keturunan Muawiyyah dalam melenggangkan kekuasaan dan berganti
ke Bani Marwan.
4. Marwan I bin al-Hakam, (65-66 H / 684-685 M).
Ia adalah gubernur Madinah di masa Muawiyyah dan penasihat Yazid
di Damaskus. Ia dapat menghadapi kesulitan satu demi satu dan dapat
mengalahkan kabilah Ad-Dahak bin Qais,kemudian menduduki mesir.
Marwan menundukan palestina, hijaz, dan irak. Ia wafat pada tahun 65
H dan menunjuk anaknya Abdul Malik dan Abdul Aziz sebagai
pengganti sepeninggalannya secara berurutan.
5. Khalifah Abdul Malik (65-86 H/685-705 M)
Ia dikenal sebagai seorang khalifah yang dalam ilmu agamanya,
terutama di bidang figih.Ia telah berhasil mengembalikan sepenuhnya
integritas wilayah dan wibawa kekuasaan keluarga Umayyah dari
segala pengacau negara yang merajalela pada masa-masa sebelumnya.
Ia memerintahkan menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa
Administrasi di wilayah Umayyah, ia juga memerintahkan untuk
mencetak uang secara teratur, membangun beberapa gedung, dan
masjid serta saluran-saluran air, memajukan perdagangan, memperbaiki
sistem ukuran timbang, takaran dan keuangan dan menyempurnakan
tulisan huruf Al-qur’an dengan titik pada huru-huruf tertentu.Khalifah
abdul Malik memerintah selam 21 tahun dan wafat 86 H dan di ganti
oleh putranya Al-Walid
6. Al-Walid Bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)
Karena kekayaan melimpah maka ia sempurnakan pembangunan
gedung-gedung, pabrik- pabrik, dan jalan-jalan yang dilengkapi dengan
sumur untuk para khalifah yang berlalu lalang dijalan tersebut. Ia
membangun masjid Al-Amawi yang terkenal hingga masa kini di
Damaskus. di samping itu, ia menggunakan kekayaan negerinya untuk
menyantuni parayatim piatu,fakir miskin, dan penderita cacat seperti
orang lumpuh, buta, dan sakit kusta.khalifah Walid bin Abdul Malik
wafat tahun 96 H dan digantikan oleh adiknya, Sulaiman.
7. Sulaiman Bin Abdul Malik (96-99 H/715-717 M)
Ia tidak sebijak kakaknya, khalifah Sulaiman bin Abdul Malik dibenci
oleh rakyatnya karena tabiatnya yang kurang bijaksana itu.Para
pejabatnya terpecah belah, demikian pula masyarakatnya.Orang-orang
yang berjasa di masa para pendahulunya disiksanya, seperti keluarga
Hajjaj bin Yusuf dan Muhammad bin Qasim yang menundukan India.
Ia meninggal pada tahun 99 H danmenunjuk Umar bin Abdul Aziz
sebagai penggantinya.
8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)
Khalifah yang adil itu berusaha memperbaiki segala tatanan yang ada di
masa kekhalifahannya seperti menaikan gaji para gubernurnya,
memeratakan kemakmuran denganmemberi santunan kepada fakir
miskin, dan memperbarui dinas pos.Ia juga menyamakan kedudukan
orang-orang non-Arab sebagai warga negara kelas dua, dengan orang-
orang Arab.Ia mengurangi beban pajak dan menghentikan pembayaran
jizyah bagi orang Islam baru.Khalifah Umar meninggal tahun 101 H
dan di gantikan oleh Yazin II bin Abdul Malik.
9. Yazin II bin Abdul Malik (101-105 H/720-724 M)
Ada masa pemerintahannya timbul lagi perselisihan antara kaum
Mudariyah dan Yamaniyah.Pemerintahan yang singkat itu
mempercepat proses kemunduran Bani Umayyah.Kemudian diganti
oleh Khalifah Hisyam bin Abdul Malik.
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)
Ia memerintah dalam waktu yang panjang, yakni 20 tahun. Pada masa
pemerintahannya terjadi gejolak yang dipelopori oleh kaum syi’ah serta
bersekutu dengan kaum Abbasiyyah. Mereka menjadi kuat karena
kebijaksanaan yang diterapkan oleh khalifahUmar bin Abdul Aziz yang
bertindak lemah lembut terhadapsemua kelompok. Dalam diri keluarga
Umayyah sendiri terjadi perselisihan tentang putra mahkota yang
melemahkan posisi Umayyah.Masih ada empat khalifah lagi yang
setelah Hisyam yang memerintah hanya dalam waktu tujuh tahun, yakni
:
11. Al-Walid II bin Yazid II,(126-127 H / 743-744 M)
12. Yazid III bin al-Walid,(127 H / 744 M)
13. Ibrahim bin al-Walid,(127 H / 744 M)
14. Marwan II bin Muhammad (127-133 H / 744-750 M)
Ia adalah penguasa terakhir yang terkenal dengan julukan marwan al-
himar (manusia keledai).Karena kebesarannya yang luar biasa dan
kesanggupannya menahan perasaan.Sebenarnya ia adalah penguasa
yang besar tapi sayang, ia muncul ketika didaulat Bani Umayyah
sedang merosot.Ia wafat pada tahun 135 H/750 M terbunuh di Mesir
Oleh pasukan Bani Abbasiyyah.

2.5 Kemajuan Dinasti Bani Umayyah


Dinasti Umayyah dalam keberhasilannya melakukan ekspansi kekuasaan
Islam jauh lebih besar daripada imperium Roma pada puncak kebesarannya.
Keberhasilan ini diikuti pula oleh keberhasilan perjuangan bagi penyebaran
syariat Islam, baik dalam bidang keagamaan maupun dalam bidang politik,
ekonomi dan MIliter. Dengan begitu, Umayyah Timur berhasil pula
mengembangkan aspek- aspek peradaban Islam yang sangat besar
konstribusinya bagi Islam pada masa selanjutnya.
1.Contoh kemajuan dalam bidang fisik yaitu:
Membangun jalan raya, panti asuhan, gedung pemerintahan, masjid, rumah
sakit, sekolah studi kedokteran,membuat pos serta menyediakan
kelengkapan peralatannya,dan mencetak mata uang.
2. Dalam hal Perluasan wilayah,Dinasti Umayyah menjalankan ekspansi
sebagai berikut :
Menguasai Tunis pada tahun 760 M di bawah pimpinan Uqbah bin
Nafi’,khurasan hingga lahore di sebelah timur, Bizantium.

Menguasai Rhodes dan pulau-pulau keil lainnya di Yunani,di sebelah


Barat,Dinasti Umayyah berhasil menaklukkan Aljazair dan Maroko.

Selanjutnya, Dinasti Umayyah berhasil menaklukkan Andalusia yakni


Toledo, Sevilla, Malaga,Elvira dan Cordova.

Penaklukkan yang sama berlanjut hingga ke Cadiz dan Calica,

Menaklukkan Baikh, Bukhara, Khawarizm,Farghana dan SamarFand,dan


India sampai Brahmanabat

2.6 Kemunduran Dinasti Umayyah

Kemunduran dan kehancuran Dinasyti Bani Umayyah tidak terlepas dari masa
pembentukannya. Karena masa tersebut merupakan awal cikal bakal tumbuh
dan berkembangnya beberapa faktor penyebab kemunduran dan kehancuran
tersebut. Berawal dari kematian Khalifah ‘Usman bin ‘Affan, menimbulkan
konflik yang berkepanjangan dalam tubuh umat Islam, khususnya antara
Mu’awiyyah dan ‘Ali. Mu’awiyyah yang sudah lama mendambakan jabatan
Khalifah memanfaatkan momentum itu sebaik-baiknya. Kebijakan ‘Ali
menurunkannya dari jabatan Gubernur Syria tidak dihiraukan, bahkan ia
memperkuat penolakannya terhadap ‘All sebagai Khalifah dengan alasan
menuntut balas atas kematin ‘Usman. Mu’awiyyah berusaha membangkitkan
semangat dan emosi rakyat Syria dengan mempertunjukkan baju ‘Usman yang
bergelimang darah dan jemari istri ‘Usman yang turut terpotong dalam
pembunuhan tersebut.9 Akhirnya perang saudara tidak dapat dihindarkan.
Dengan memimpin pasukan sebanyak 50.000 orang, Khalifah bergerak menuju
Syria untuk menumpas pemberontakan Mu’awiyyah. Sementara Mu’awiyyah
menanggapi sikap ‘Ali tersebut dengan tindakan yang sama. Kedua pasukan
bertemu di daerah Siffln. Pada saat itu ‘Ali masih mencari jalan terbaik agar
tidak terjadi perang saudara sesama muslim. Namun usaha tersebut tidak
membuahkan hasil. Perang pun berlangsung dengan sengit. Pada hari kedua
pasukan Mu’awiyyah mulai terdesak. Mu’awiyyah yang cerdik atas nasebat
‘Amr bin ‘Ash mengikatkan al-Qur’an pada Ujung tombak tentaranya sebagai
isyarat agar perselisihan diselesaikan dengan al-Qur’an Sebenarnya Khalifah
‘Ali menyadari bahwa itu merupakan tipu muslihat Mu’awiyyah untuk
menghindari bencana, dan ia bermaksud untuk meneruskan peperangan. Akan
tetapi tentara menuntut agar perang dihentikan. Setelah pertempuran terhenti,
diputuskan bahwa perselisihan itu harus diselesaikan oleh dua orang penengah.
Mu’awiyyah mengangkat sahabatnya ‘Amr bin ‘Ash yang cerdik untuk
menjadi penengah dari pihaknya. Sedangkan dari pihak ‘Ali diwakili oleh Abu
Musa al-Asy’ari. Kedua orang penengah ini dibantu oleh 400 orang.
Seandainya penengah tidak bisa memutuskan persoalan, maka akan di
putuskan berdasarkan suara, terbanyak.’’ Hasil tahkim tersebut tidak disetujui
oleh sebagian besar pihak ‘Ali dan mereka memisahkan diri. Golongan ini
disebut dengan kaum Khawarij. Mereka menilai bahwa tahkim tersebut
merupakan penyimpangan syari’at. Berdasarkan indikasi tersebut mereka
membasmi pengazaz hasil tahkim dengan cara kekerasan. Di antara orang yang
menjadi sasaran utama ancaman Khawarij adalah’Ali dan Mu’awiyyah.
Keduanya dipandang sebagai pribadi yang telah menyimpang dari syari’at.
Bahkan dalam Perspektif politik keduanya dianggap sebagai penghalang dalam
usaha mengembalikan persoalan Khalifah kepada umat melalui pemilihan yang
bersifat demokratis. Mereka hanya berhasil membunuh ‘Ali dan gagal
membunuh Mu’awiyyah karena Mu’awiyyah telah menerapkan sistem
protokoler yang dianut oleh dinasti Romawi.12 Berbeda dengan kaum Syi’ah,
mereka tidak menggutuk ‘Ali ketika berlangsung tahkim, bahkan mereka tetap
menunjukkan kesetiaan kepada Imam ‘Ali dalam berbagai kondisi politik. Baik
golongan Khawarij maupun Syi’ah sama-sama menentang pemerintahan Bani
Umayyah. Mereka menjadi gerakan oposisi baik secara terbuka maupun secara
tersembunyi. Penumpasan gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan
pemerintah Umayyah.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dinasti umayyah diambil dari nama Umayyah Ibn ‘Abdi Syams Ibn ‘Abdi
Manaf, Dinasti ini sebenarnya mulai dirintis semenjak masa kepemimpinan
khalifah Utsman bin Affan namun baru kemudian berhasil dideklarasikan dan
mendapatkan pengakuan kedaulatan oleh seluruh rakyat setelah khalifah Ali
terbunuh dan Hasan ibn Ali yang diangkat oleh kaum muslimin di Irak
menyerahkan kekuasaanya pada Muawiyah setelah melakukan perundingan
dan
perjanjian. Bersatunyaummatmuslimdalamsatukepemimpinanpadamasaitudiseb
utdengantahunjama’ah (‘Am al Jama’ah) tahun 41 H (661 M).
SistempemerintahanDinastiBaniUmayyahdiadopsidarikerangkapemerintaha
nBizantium, dimanaiamenghapussistemtradisional yang
cenderungpadakesukuan.
Pemilihankhalifahdilakukandengansistemturuntemurunataukerajaan,
halinidimulaiolehUmayyahketikamenunjukanaknyaYaziduntukmeneruskanpe
merintahan yang dipimpinnyapadatahun 679 M.
Padamasakekuasannya yang hampirsatuabad,
dinastiinimencapaibanyakkemajuan.Dintaranyaadalah: kekuasaan territorial
yang mencapaiwilayahAfrika Utara, India, danbenuaEropa,
pemisahankekuasaan, pembagianwilayahkedalam 10 provinsi,
kemajuanbidangadministrasipemerintahandenganpembentukandewan-dewan,
organisasikeuangandanpercetakanuang, kemajuanmiliter yang
terdiridariangkatandaratdanangkatanlaut, organisasikehakiman,
bidangsosialdanbudaya, bidangsenidansastra, bidangsenirupa, bidangarsitektur,
dandalambidangpendidikan.
Kemunduran dan kehancuran Dinasti Bani Umayyah disebabkan oleh
banyak faktor, dinataranya adalah: perebutan kekuasaan antara keluarga
kerajaan, konflik berkepanjagan dengan golongan oposisi Syi’ah dan Khawarij,
pertentangan etnis suku Arab Utara dan suku Arab Selatan, ketidak cakapan
para khalifah dalam memimpin pemerintahan dan kecenderungan mereka yang
hidup mewah, penggulingan oleh Bani Abbas yang didukung penuh oleh Bani
Hasyim, kaum Syi’ah, dan golongan Mawali.

Anda mungkin juga menyukai