4865 11667 1 SM
4865 11667 1 SM
Hamzah
Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Makassar
Abstrak: Tujuan artikel pemikiran ini adalah menekankan kembali peran widyaiswara dalam
menentukan kualitas sebuah kegiatan pendidikan dan pelatihan. Beberapa hasil penelitian sebelumnya
dikaji, dibandingkan dan disimpulkan guna melahirkan sebuah hasil pemikiran yang sekaligus dapat
direkomendasikan untuk peningkatan dan perbaikan kegiatan Pendidikan dan pelatihan yang dapat
diukur melalui tingkat kepuasan dan tingkat kepentingan peserta diklat terhadap kompetensi
widyaiswara yang terdiri dari Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran, Kompetensi Kepribadian, dan
Kompetensi Substantif. Kesimpulan pada artikle ini :1) Widyaiswara harus mencermati ketiga
kompetensi widyaiswara yang meliputi Kompetensi Pengelolaan
Pembelajaran, Kompetensi Kepribadian, dan Kompetensi Substantif. 2) Kompetensi Pengelolaan
Pembelajaran, perlu mendapat perhatian utama sesuai hasil penelitian sebelumnya, untuk dicarikan
pemecahannya agar pada diklat berikutnya dapat memuaskan peserta diklat. 3) Kurikulum perubahan
diklat kepemimpinan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan peserta diklat.
Artinya Jika kurikulum perubahan sesuai dengan kebutuhan peserta dikat maka kepuasan peserta
diklat akan semakin tinggi, sebaliknya semakin kurang baik dan kurikulum perubahan tidak sesuai
dengan kebutuhan peserta diklat maka kepuasan peserta diklat akan semakin rendah.
© 2017 –Pembelajar Universitas Negeri Makassar.Ini adalah artikel dengan akses terbuka
di bawah licenci CC BY-NC-4.0 (https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/)
diklat, selain unsur peserta dan fasilitas lainnya. diharapkan untuk mencapai kompetensi
Keberhasilan penyelenggaraan diklat sangat dimaksud.
ditentukan oleh kesiapan widyaiswara dalam Dukungan subkompetensi untuk
menyusun bahan ajar, rancang bangung kompetensi pengelolaan pembelajaran adalah:
pembelajaran mata diklat, rencana (1) Membuat garis-garis besar program
pembelajaran, dan ba han tayang pembelajaran. pembelajaran (GBPP)/Rancang bangun
Sehubungan dengan itu, posisi strategis untuk pembelajaran mata diklat (RBPMD) dan satuan
meningkatkan mutu hasil diklat sangat acara pembelajaran (SAP)/rencana pembelajaran
dipengaruhi oleh kemampuan profesional (RP); (2) Menyusun bahan ajar; (3)
widyaiswara dan mutu kinerjanya. Menerapkan pembelajaran orang dewasa; (4)
Widyaiswara dapat didentikkan sebagai Melakukan komunikasi yang efektif dengan
ujung tombak dari diklat yang dilaksanakan, peserta; dan (5) Mengevaluasi pembelajaran.
sebab secara langsung berupaya memfasilitasi, Sedangkan, dukungan subkompetensi untuk
membangun, memberdayakan, dan kompetensi kepribadian adalah: (1)
mempengaruhi peserta diklat. Mereka memiliki Menampilkan pribadi yang diteladani; dan (2)
kemampuan dasar yang diperlukan sebagai Melaksanakan kode etik dan menunjukkan etos
fasilitator, pendidik, pembimbing dan pengajar. kerja sebagai widyaiswara yang profesional.
Kemampuan tersebut merupakan cermin dari Dukungan subkompetensi untuk
kompetensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, kompetensi sosial adalah: (1) Membina
berkualitas tidaknya proses diklat sangat hubungan dan kerjasama dengan sesama
tergantung pada kreativitas dan widyaiswara; dan (2) Menjalin hubungan
inovasi pembelajaran yang diterapkan oleh dengan penyelenggara/ pengelola lembaga
widyaiswara dalam pembelajarannya. Hal ini diklat. Selanjutnya, dukungan subkompetensi
senada yang diungkapkan oleh Gunawan (1996) untuk kompetensi substantif adalah: (1)
yang mengemukakan bahwa pendidik Menguasai keilmuan dan keterampilan
merupakan perencana, pelaksana sekaligus mempraktekkan sesuai dengan materi Diklat
sebagai evaluator pembelajaran di kelas, maka yang diajarkan; dan (2) Menulis karya tulis
peserta didik merupakan subjek yang terlibat ilmiah yang terkait dengan lingkup kediklatan
langsung dalam proses untuk mencapai tujuan dan/atau pengembangan spesialisasinya.
pendidikan. Kompetensi widyaiswara adalah Kompetensi widyaiswara yang hebat
pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan didukung oleh subkompetensi yang hebat.
kemampuan yang dituntut oleh Jabatan Selanjutnya, subkompetensi widyaiswara yang
Fungsional Widyaiswara yang meliputi hebat tentunya didukung pula indikator
kompetensi pengelolaan pembelajaran, pencapaian subkompetensi yang hebat pula.
substansi, kepribadia, dan sosial Indikator pencapaian subkompetensi dapat
Kehadiran widyaiswara dalam proses dirumuskan oleh widyaiswara sebagai bentuk
pembelajaran dalam suatu diklat masih tetap kreativitas dan kemampuan berpikir.
memegang peranan yang penting. Peran tersebut
belum dapat diganti dan diambil alih oleh
apapun. Hal ini disebabkan karena masih banyak Indikator pencapaian subkompetensi
unsur-unsur manusiawi yang tidak dapat diganti membuat garis-garis besar program
oleh unsur lain. pembelajaran (GBPP)/rancang bangun
pembelajaran mata diklat (RBPMD) dan satuan
2. HASIL DAN PEMBAHASAN acara pembelajaran (SAP)/rencana pembelajaran
(RP) dirumuskan bahwa widyaiswara memiliki
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi kemampuan: (1) menyusun deskripsi singkat,
Negara Nomor 5 Tahun 2008 tentang Instrumen (2) menentukan tujuan mata diklat yang
Standar Kompetensi Widyaiswara menyebutkan diajarkan, (3) menentukan kegiatan
bahwa Widyaiswara memiliki empat pembelajaran yang sesuai dengan tujuan mata
kompetensi, yaitu: pengelolaan pembelajaran, diklat yang diajarkan, (4) menentukan pokok
kepribadian, sosial, dan substantif. Keempat bahasan dan subpokok bahasan, (5) menentukan
kompetensi tersebut didukung oleh masing- alokasi waktu untuk setiap kegiatan belajar, (6)
masing subkompetensi yang tentunya menentukan metode pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran, (7) menentukan
112
Hamzah. Kompetensi widyaiswara
alat bantu pembelajaran sesuai dengan materi memberikan kemampuan dan keterampilan
dan tujuan pembelajaran, (8) menentukan untuk berbuat sesuatu; dan memberi
referensi, dan (8) menentukan sistem evaluasi. kemampuan untuk dapat menerima atau
Indikator pencapaian subkompetensi menolak sesuatu atas dasar standar peraturan,
membuat garis-garis besar program nilai-nilai, atau etika masyarakat yang
pembelajaran (GBPP)/rancang bangun dianutnya.
pembelajaran mata diklat (RBPMD) dan satuan Terkait dengan peserta diklat, maka
acara pembelajaran (SAP)/rencana pembelajaran untuk indikator pencapaian subkompetensi
(RP) di atas sejalan dengan pernyataan yang melakukan komunikasi yang efektif dengan
dikemukakan oleh Sanjaya (2009:28) : peserta dirumuskan bahwa widyaiswara
“Dalam GBPP yang berbentuk matriks telah memiliki kemampuan: (1) menguasai teknik-
ditentukan dari mulai tujuan yang harus teknik komunikasi secara efektif, dan (2)
dicapai, materi pelajaran yang harus menggunakan alat bantu secara terampil sesuai
disampaikan, cara yang harus dilakukan dengan situasi pembelajaran. Selanjutya, masih
termasuk penggunaan media dan sumber terkait dengan peserta diklat, bahwa untuk
belajar serta bentuk evaluasi yang harus indikator pencapaian subkompetensi memotivasi
dilakukan sampai kepada penentuan waktu semangat belajar peserta dirumuskan bahwa
kapan materi pelajaran harus disampaikan.” widyaiswara memiliki kemampuan: (1)
Selanjutnya, indikator pencapaian mengetahui keinginan peserta terhadap materi
subkompetensi menyusun bahan ajar pembelajaran, (2) menerapkan metode/teknik
dirumuskan bahwa widyaiswara memiliki pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
kemampuan: (1) menentukan bahan ajar secara peserta diklat dan materi pembelajaran, dan (3)
sistimatis, (2) menyusun materi yang sesuai mendorong peserta untuk memberikan
dengan tujuan pembelajaran, dan (3) komentar/argumentasi. Sedangkan, untuk
menentukan referensi yang sesuai dengan materi indikator pencapaian subkompetensi
pembelajaran. mengevaluasi pembelajaran dirumuskan bahwa
Untuk melaksanakan pembelajaran widyaiswara memiliki kemampuan menilai daya
orang dewasa, maka konsep belajar tuntas harus serap peserta terhadap materi pembelajaran.
dimiliki. Bentuk dan karakteristik belajar tuntas Self mastery (penguasaan diri)
dapat diketahui dari beberapa ciri sebagai widyaiswara yang terdiri atas: wawasan
berikut: setiap tujuan pembelajaran dinyatakan kebangsaan, integritas, dan etika, merupakan
secara jelas dan terukur dan memuat apa yang jaminan dalam pelaksanaan tugasnya untuk
seharusnya dilakukan oleh peserta; tujuan-tujuan mendidik, mengajar, dan melatih (dikjartih),
pembelajaran harus dikelompokkan; tujuan karena terkait langsung dengan kompetensi
pembelajaran harus merupakan pilihan tindakan kepribadian dari widyaiswara itu sendiri. Untuk
yang benar-benar dan mungkin dapat dilakukan; indikator pencapaian subkompetensi
dan tujuan pembelajaran harus menggambarkan menampilkan pribadi yang diteladani
urutan (Aunurrahman, 2010:168-169). dirumuskan bahwa widyaiswara memiliki
Berdasarkan konsep belajar tuntas kemampuan: (1) memperlakukan peserta diklat
tersebut, maka untuk indikator pencapaian tanpa membedakan agama, adat istiadat daerah
subkompetensi menerapkan pembelajaran orang asal, suku, dan gender; (2) berprilaku jujur, adil,
dewasa dirumuskan bahwa widyaiswara tegas, dan konsisten; dan (3) mengendalikan diri
memiliki kemampuan: (1) menjelaskan tujuan dalam berinteraksi. Sedangkan, untuk indikator
pembelajaran secara umum dan khusus, (2) pencapaian subkompetensi melaksanakan kode
menyampaikan materi pembelajaran secara etik dan menunjukkan etos kerja sebagai
sistimatis sesuai dengan rencana pembelajaran, widyaiswara yang profesional dirumuskan
(3) melibatkan partisipasi peserta dalam proses bahwa mereka memiliki kemampuan: (1)
pembelajaran, dan (4) mengelola kelas. Menunjukkan penampilan diri yang santun, (2)
Sedangkan indikator poin 3 di atas Menunjukan sikap dan perilaku tanpa pamrih,
”melibatkan partisipasi peserta dalam proses (3) Bekerja secara mandiri, (4) Menunjukkan
pembelajaran” selaras dengan tujuan kedisiplinan, (5) Menunjukan kreativitas, (6)
pembelajaran orang dewasa yang dikemukakan Menunjukkan tingkah laku yang bertanggung
oleh Hamzah (2007:61), yaitu “Membangkitkan jawab, (7) Bekerja secara tim, (8) Menunjukkan
semangat percaya diri dan optimisme;
113
Pembelajar: Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran 1 (2) 2017
loyalitas, dan (9) Mengembangkan diri sesuai diklat harus lulus dan memuaskan. Semangat
dengan tuntutan kemajuan lingkungan. untuk menguasai materi pelajaran begitu kuat,
Indikator pencapaian subkompetensi sehingga semua energi difokuskan dan lupa
membina hubungan dan kerjasama dengan bahwa penguasaan sesungguhnya barulah tahap
sesama widyaiswara dirumuskan bahwa awal, yang masih harus dilanjutkan dengan
widyaiswara memiliki kemampuan: (1) belajar menggunakannya untuk memecahkan
Berkomunikasi secara baik dengan sesama problema kehidupan.
widyaiswara, (2) Bekerjasama dengan sesama Dalam konteks ini, kehidupan haruslah
widyaiswara, (3) Bertindak dan berprilaku yang dimaknai secara luas dan bukan kehidupan para
menimbulkan rasa empati dan simpati kepada lulusan diklat. Dengan demikian, mata diklat
sesama widyaiswara, dan (4) Bertindak sesuai haruslah dipahami sebagai alat, sedangkan
norma-norma keagamaan dan tujuannya adalah menghadapi dan memecahkan
masyarakat. Sedangkan, untuk indikator problem kehidupan. Peserta mengikuti proses
pencapaian subkompetensi menjalin hubungan pembelajaran dalam diklat agar dapat lebih
dengan penyelenggara/pengelola lembaga diklat mudah memahamai fenomena kehidupan serta
dirumuskan bahwa widyaiswara memiliki memecahkan problema yang terjadi.
kemampuan: (1) Berkomunikasi secara baik Jika makna pendidikan bermutu seperti
dengan penyelenggara/ pengelola diklat, (2) yang diuraikan di atas digunakan sebagai
Menghormati penyelenggara/pengelola diklat, paradigma pendidikan bermutu, maka
dan (3) Berperilaku dan bertindak yang widyaiswara harus mampu dan selalu berusaha
menimbulkan rasa simpati dan empati pada mengaitkan materi ajar dengan kehidupan
penyelenggara/ pengelola diklat. peserta diklat dan memfasilitasi dan
Kompetensi substantif harus dimiliki membimbing peserta diklat untuk belajar
oleh widyaiswara. Untuk indikator pencapaian memecahkan problema kehidupan dengan
subkompetensi menguasai keilmuan dan memanfaatkan ilmu yang dipelajari.
keterampilan mempraktekkan sesuai dengan Dengan demikian kemampuan
materi diklat yang diajarkan dirumuskan bahwa widyaiswara dalam mengaitkan mata diklat yang
widyaiswara memiliki kemampuan: (1) diajarkan dengan kehidupan sehari-hari menjadi
menjelaskan substansi materi yang diajarkan, (2) syarat sangat penting dan lebih dari itu,
mengaplikasikan substansi materi yang kemampuan untuk bersusah payah memfasilitasi
diajarkan, (3) merespon tanggapan/pertanyaan peserta diklat lebih penting lagi. Pola
peserta, dan (4) menganalisis substansi materi pembelajaran seperti itulah yang kini disebut
yang diajarkan. Sedangkan, untuk indikator dengan pembelajaran kontekstual dan problem
pencapaian subkompetensi menulis karya tulis based learning. Sementara itu, pola
ilmiah yang terkait dirumuskan bahwa pembelajaran induktif haruslah dikuasai
widyaiswara memiliki kemampuan: widyaiswara, sehingga dapat memulai
(1) menguasai sistimatika penulisan, pembelajaran dengan mengajak peserta diklat
(2) menguasai metodologi penelitian, mendiskusikan fenomena keseharian, kemudian
(3) menguasai teknik penulisan karya tulis baru dikaitkan konsep/topik/kompetensi yang
ilmiah, dan (4) mengaalisis hasil penelitian. akan dipelajari.
Seiring dengan pola di atas, harus
dipahami bahwa dalam pembelajaran yang
2.1. Diklat Berkualitas dengan Widyaiswara menjadi titik fokus adalah apa yang dilakukan
Bertanggung Jawab peserta diklat dan bukan apa yang dilakukan
Secara filosofis, pendidikan dalam suatu oleh widyaiswara. Yang menjadi titik fokus
diklat diartikan sebagai upaya membantu peserta adalah pengalaman belajar yang diperoleh
diklat mengembangkan potensinya guna peserta diklat dan bukan pengalaman mengajar
menghadapi kehidupan pasca diklat. Dengan yang diperoleh widyaiswara. Widyaiswara
demikian, diklat dikatakan bermutu, jika dapat perlu menyadari, bahwa dengan prinsip
melahirkan lulusan yang mampu menghadapi pembelajaran yang mendidik, yang akan
tantangan kehidupan yang dihadapinya. ditanyakan sebagai prestasi widyaiswara bukan
Pembahasan makna diklat yang bermutu widyaiswara sudah mengajarkan apa, tetapi
sangat penting, karena kata diklat dewasa ini ”peserta diklat sudah mengerjakan apa”,
sedang misleading, karena seakan semua peserta ”peserta diklat memperoleh pengalaman belajar
114
Hamzah. Kompetensi widyaiswara
apa”, dan ”peserta diklat sudah menguasai yang diarahkan pada penguasaan kecakapan
kompetensi apa”. Apa yang dilakukan hidup dan penggeseran paradigma pembelajaran
widyaiswara hanyalah sebatas penyediaan dari teaching ke learning, ternyata tidak mudah.
wahana atau fasilitas, tetapi yang diukur sebagai Diperlukan perubahan pola pikir dan bukan
prestasi adalah apa yang dikerjakan peserta sekedar peningkatan kemampuan/keterampilan.
diklat dan kompetensi yang telah dikuasai Widyaiswara yang sudah terbiasa mengajar
setelah mengalami kegiatan tersebut. dengan orientasi materi ajar cukup sulit yang
Pergeseran paradigma berpikir seperti bergeser ke orientasi kecakapan hidup.
itulah yang kini disebut pegeseran pembelajaran, Demikian pula widyaiswara yang terbiasa
dari teaching ke learning. Artinya dalam berparadigma teaching ternyata sulit bergeser ke
pendidikan, yang penting apa yang dicapai paradigma learning.
(dipelajari/dikuasai) oleh peserta diklat dan Dengan ikatan dan tanggung jawab
bukan apa yang dilakukan (diajarkan) oleh untuk mencapai target yang telah ditetapkan,
widyaiswara. Untuk mampu melaksanakan pola diharapkan widyaiswara dan semua warga
ini, widyaiswara dituntut mampu mendeteksi sekolah terdorong untuk selalu melakukan
apakah peserta diklat sudah memahami konsep inovasi guna peningkatan mutu. Peningkatan
yang dipelajari atau belum, apakah peserta diklat mutu hanya dapat terjadi secara berkelanjutan,
sudah memperoleh pengalaman belajar yang jika dilakukan inovasi yang berkelanjutan pula.
diperlukan atau belum dan lebih dari itu Inovasi sebaiknya tidak hanya mencakup
widyaiswara harus peka terhadap kesulitan bagaimana mencapainya (strategi/program),
belajar yang dialami oleh peserta diklat. tetapi juga apa yang ingin dicapai (apa yang
Kepekaan itu penting, karena banyak seharusnya dicapai oleh peserta diklat, sebagai
widyaiswara yang mampu mengerjakan tetapi bentuk mutu diklat).
tidak peka dan tidak berempati terhadap
kesulitan peserta diklat, sehingga tidak 2.2. Penelitian Relevan Sebelumnya
terdorong untuk membantunya.
Kepekaan widyaiswara terhadap 2.2.1. Teguh Nugraha, 2014. Penelitian ini
problem peserta diklat itu ternyata bukan berjudul “Pengaruh Kompetensi
semata-mata terkait dengan hal-hal yang bersifat Pengelolaan Pembelajaran Widyaiswara
kognitif/pengetahuan, tetapi justru lebih banyak Terhadap Mutu Layanan Pembelajaran di
terkait dengan sikap dan kesadaran diri. Pusdiklat Geologi”. Universitas
Diperlukan kesadaran akan tugas widyaiswara Pendidikan Indonesia.
adalah membantu peserta diklat untuk mencapai Masalah yang dikaji dalam penelitian ini
penguasaan kompetensi tertentu. Diperlukan adalah seberapa besar pengaruh kompetensi
rasa empati kepada peserta diklat yang pengelolaan pembelajaran widyaiswara terhadap
menghadapi kesulitan dan bukan menyalahkan mutu layanan pembelajaran di lembaga
peserta diklat, dengan argumentasi peserta diklat diklat. Kesimpulan penelitian ini adalah adanya
malas atau kemampuan dasarnya lemah. pengaruh yang positif dan signifikan antara
Diperlukan kesadaran bahwa itulah tugas kompetens pengelolaan pembelajaran
widyaiswara untuk membuat peserta diklat yang widyaiswara terhadap mutu layanan
malas menjadi rajin dan peserta diklat yang pembelajaran di Pusdiklat Geologi. Adapun
kemampuan dasarnya rendah tetap mencapai saran dari peneliti terkait mutu layanan
kompetensi sesuai dengan potensi optimalnya. pembelajaran adalah lembaga maupun
Jika dikaitkan dengan kompetensi widyaiswara harus terus meningkatkan
widyaiswara, di sinilah pentingnya kompetensi kemampuan ataupun kompetensi widyaiswara
kepribadian secara implementatif. Kepribadian dan lembaga harus meningkatkan kualitas
yang mantap, stabil, arif dan berujung sebagai layanan khususnya layanan pembelajaran.
teladan harus terwujud bahwa widyaiswara
menjadi sosok yang dipercaya dan diteladani 2.2.2. Supono, 2015. Evaluasi Kepuasan
oleh peserta diklat (dalam kelakar bahasa Jawa Peserta Diklat Terhadap Kompetensi
”digugu lan ditiru”). Widyaiswara Program Studi Plambing
Walaupun tampaknya sederhana, dan Sanitasi Departemen Bangunan
pengalaman menunjukkan implementasi P4TK Bidang Otomotif dan Elektronika
pendidikan bermakna (meaningful learning) Malang. Pusat Pengembangan Dan
115
Pembelajar: Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran 1 (2) 2017
118