Anda di halaman 1dari 9

166 Forum Teknik Vol. 33, No.

3, September 2010

Pengaruh Parameter Number Of Excitation (NEX) Terhadap SNR

Dwi Rochmayanti1, Thomas Sri Widodo2, Indah Soesanti2


1)
Poltekkes Kemenkes Semarang, Tirto Agung, Banyumanik Semarang,
Mahasiswa Magister Teknik Instrumentasi, Prodi S2 Teknik Elektro, Fakultas Teknik UGM
2)
Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM, Jl. Grafika Yogyakarta

Abstract

This research aims to observe the influence of Number of Excitation (NEX) to both
parameters the Signal to Noise Ratio (SNR) and the scanning time when performing the MR
neck . Some MR scan parameters (TR, TE, FOV, slice thickness, matrix, flip angle and
bandwidth) are strictly under controlled. All SNR data, due to the 6 NEX variations (NEX 1 to
NEX 6), are required by comparing the ROI’s intensity between the noise background and the
areas of corpus and spinal cord on the images. The scan times are also recorded for each of the
NEX variations being observed. In conclusion, increasing NEX values will simultaneously rise
the SNR and the scanning time.
Keywords : NEX, SNR, Image MRI, Scan time

1. Pendahuluan parameter dalam MRI sehingga menghasilkan


citra yang memuaskan, tidak sekedar menyele-
Medical imaging (pencitraan medis) atau
saikan prosedur scanning secara akurat dan
Medical Image Processing merupakan salah satu
efisien. Optimisasi pada pemeriksaan MRI sangat
sub domain dari informatika kedokteran yang
perlu diketahui oleh seorang operator untuk mem-
memungkinkan mengkaji aspek pengolahan data
peroleh citra yang mempunyai nilai diagnostik
dan informasi digital pada level jaringan dan
tinggi dan mengetahui hal-hal apa saja yang
organ. Perkembangan teknologi turut mempenga-
mempengaruhi kualitas citra dan bagaimana
ruhi perkembangan dari medical imaging, yang
keberhasilan untuk memanipulasi parameter
hingga saat ini kian penting guna mendukung
scanning dan menghasilkan citra yang optimal.
proses diagnosa (Wulandari, 2006). Magnetic
Kualitas citra MRI yang optimal ditentukan oleh
Resonance Imaging (MRI) merupakan salah satu
tiga karakteristik, yaitu kontras citra, spatial reso-
cara pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedok-
lusi, dan satu faktor lagi adalah signal to noise
teran, khususnya radiologi, yang menghasilkan
ratio (SNR). Istilah ini didefinisikan sebagai
citra potongan tubuh manusia dengan menggu-
perbandingan amplitudo dari signal yang diterima
nakan medan magnet tanpa menggunakan sinar-X.
oleh coil dengan amplitudo dari noise. Jika signal
Teknik pencitraan MRI relatif kompleks karena
yang sebenarnya relatif lebih kuat daripada noise
citra yang dihasilkan tergantung pada banyak
maka SNR akan meningkat, dan kualitas gambar
parameter. Bila pemilihan parameternya tepat,
akan lebih baik.
kualitas pencitraan detail tubuh manusia akan
tampak jelas, sehingga anatomi dan patologi Bagaimana seorang operator mampu meng-
jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti atur parameter yang ada untuk mendapatkan SNR
(Woodward, 1997) yang bagus. Dan banyak parameter yang berpe-
ngaruh terhadap SNR diantaranya adalah Number
Banyak parameter yang mempengaruhi
of Excitation (NEX), dimana pemilihan NEX itu
scanning MRI yang dapat dikendalikan secara
sendiri akan berpengaruh terhadap waktu scanning
langsung dan tidak langsung oleh seorang ope-
(Woodward, 1997).
rator. Sebagai seorang operator, sangat penting
untuk mengetahui bagaimana jalannya pemerik- Diharapkan dengan pemilihan NEX yang
saan dan bagaimana memodifikasi sekian banyak tepat akan diperoleh waktu pemeriksaan yang

ISSN : 0216 - 7565


Pengaruh Parameter Number of Excitation (NEX) terhadap SNR – Rochmayanti, dkk. 167

tidak terlalu panjang (sehingga pengulangan citra yang dapat meningkatkan SNR dan kontras pada
karena pengaburan akibat pergerakan dapat diku- citra MRI dengan modalitas MRI 1,5 Tesla. Diper-
rangi) tanpa harus mengurangi SNR citra. Untuk oleh hasil dimana pembobotan T1 dengan meng-
mendapatkan kualitas citra yang baik, operator gunakan turbo spin echo, ETL 3, TR 850 ms dan
harus mempertimbangkan kondisi pasien, indikasi TE 11 ms dapat menghasilkan citra dengan
klinis dan toleransi pasien terhadap jalannya peningkatan kontras dan SNR. Pada pembobotan
pemeriksaan sebelum memilih scan parameter. T2 dengan parameter TE 270 ms, didapatkan citra
Mengingat itu semua, protokol yang dipilih secara dengan kualitas kontras meningkat, tetapi SNR
rutin harus dapat diberlakukan untuk pasien secara menurun.
umum. Dengan melakukan variasi NEX akan Damanik, AOM, dkk, 2005, melakukan
didapatkan citra dengan variasi SNR dan waktu penelitian tentang pengaruh parameter TE, TR dan
pencitraan, sehingga nanti akan didapatkan citra TI terhadap pembobotan T1, T2 dan FLAIR pada
dengan NEX berapa yang paling bagus SNR dan citra MRI dengan kasus mesial temporal
waktu pencitraan yang dibutuhkan juga tidak ter- scelerosis dengan modalitas MRI 0,5 T. Hasil
lalu lama. Sehingga nantinya diharapkan seorang pengaturan parameter TE dan TR yang pendek
operator dapat melakukan optimisasi NEX tanpa diperoleh citra dengan pembobotan T1, pengatur-
harus takut kualitas citra yang dihasilkan tidak an TE dan TR yang panjang diperoleh pembo-
bagus. botan T2 dan pengaturan TE dan TI yang panjang
Berdasar pengamatan, didapatkan banyak akan didapat citra dengan pembobotan FLAIR.
operator MRI yang tidak melakukan perubahan Pembobotan T1 menunjukkan struktur anatomi,
parameter NEX, mereka lebih sering terpancang pembobotan T2 menunjukkan kelainan patologi,
pada parameter yang sudah ada. Inilah yang tetapi pada kasus mesial temporal scelerosis
mendasari peneliti untuk melakukan penelitian kurang bisa memberikan informasi patologi yang
pengaruh parameter NEX terhadap kualitas citra jelas. Sedangkan untuk FLAIR diperoleh hasil
MRI dalam hal ini adalah SNR-nya. yang pendeteksian yang sensitif untuk kelainan
Tujuan dari penelitian ini adalah: mesial temporal scelerosis.
1) Untuk mengetahui pengaruh perubahan para- Paul, Dominik, 2009, dalam penelitiannya
meter NEX terhadap SNR, sehingga nantinya membuktikan bahwa penggunaan variasi flip
dapat direkomendasikan berapa nilai NEX angle dalam pencitraan balance steady-state free
yang tepat khususnya untuk pemeriksaan MRI precession (bSSFP) dapat meningkatkan SNR dan
cervical. contrast to noise ratio (CNR).
2) Dengan melakukan variasi NEX akan didapat- Yang membedakan dengan penelitian sebe-
kan gambaran dengan variasi SNR dan waktu lumnya adalah parameter yang diujikan belum ada
pencitraan, sehingga nanti akan didapatkan yang menggunakan parameter Number of Excita-
gambar dengan NEX berapa yang paling ba- tion (NEX) terhadap SNR.
gus SNR dan waktu pencitraan yang dibutuh-
kan juga tidak terlalu lama. 2. Fundamental
3) Diharapkan seorang operator dapat melakukan Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah
optimisasi NEX tanpa harus takut kualitas suatu alat kedokteran di bidang pemeriksaan
gambar yang dihasilkan tidak bagus. radiagnostik radiologi, yang menghasilkan rekam-
Kajian mengenai optimisasi parameter MRI, an citra potongan penampang tubuh/organ manu-
telah banyak dilakukan, diantaranya Jones, R.A, sia dengan menggunakan medan magnet berke-
dkk, 2004, melakukan penelitian optimisasi de- kuatan 0.0064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 gauss)
ngan parameter spin echo dengan tujuan meng- dan resonansi getaran terhadap inti atom hidrogen
ukur waktu relaksasi dengan obyek mri brain pada (Notosiswoyo, 2004).
bayi untuk memperoleh parameter sekuen pulsa

ISSN : 0216 - 7565


168 Forum Teknik Vol. 33, No. 3, September 2010

Tabel 1. Rentang frekuensi dalam spektrum elek- radiofrekuensi (RF) mentransmisikan sinyal radio
tromagnetik ke bagian tubuh yang akan diperiksa, kemudian
Panjang oleh penerima koil, RF sinyal akan dideteksi dan
Frekuensi Energy
gelombang dikembalikan. Koil Gradien menghasilkan medan
(Hz) (eV)
(m)
Sinar-X 1,7-3,6 x 1015 Hz 30-150 keV 80-400 pm
magnet gradien yang berjumlah tiga, sehingga
Cahaya tampak 7,5 x 1014 Hz 3,1 eV 400 nm medan magnet dapat diarahkan pada sumbu x,y
(ungu) dan z. Guna arah x,y dan z ini adalah untuk
Cahaya tampak 4,3 x 1014 Hz 1,8 eV 700 nm
(merah) keperluan sekuen pulsa dan pemilihan lokalisasi
MRI 3-100 MHz 20-200 meV 6-60 m yang tepat pada irisan anatomi tubuh. Komputer
(Hashemi, 1997) adalah komponen yang digunakan memproses
sinyal, menyimpan data dan mendisplaykan gam-
Pada tabel diatas disebutkan bahwa MRI bar yang dihasilkan.
mempunyai energi dan rentang/panjang frekuensi
yang lebih tinggi dibandingkan sinar-X, sehinga Prinsip dasar MRI adalah inti atom yang
tidak memiliki sifat mengionosasi jaringan seperti bergetar dalam medan magnet. Pada prinsipnya
sinar-X (Hashemi, 1997). bila inti atom hidrogen dalam medan magnet
berfrekuensi tinggi ditembak tegak lurus secara
periodik, maka proton akan bergetar dan bergerak.
Dan bila medan magnet ini dimatikan, maka
proton akan kembali ke posisi semula dan akan
menginduksi satu kumparan untuk menghasilkan
sinyal elektrik yang lemah. Bila hal ini terjadi
berulang-ulang dan sinyal elektrik tersebut ditang-
kap kemudian diproses dalam satu komputer maka
akan dapat disusun suatu citra. Metode ini dipakai
pada tubuh manusia, karena tubuh manusia
mempunyai konsentrasi atom hidrogen yang tinggi
(70%). Untuk menghasilkan sebuah citra dari
proton, dibutuhkan tenaga medan magnet 0,5 –
0,15 tesla yang dihasilkan melalui elektromagnet
(Rasad, dkk 1992).
Gambar 2. Komponen Hardware MRI (Hornak, Dalam MRI ada dua parameter yang ber-
JP, 1996-2011) pengaruh terhadap kualitas hasil citra, yaitu para-
meter primer dan parameter sekunder (Hashemi,
Menurut Hornak, J.P., 1996-2011, Komponen 1997).
MRI terdiri dari magnet utama, koil shim, koil Parameter primer adalah Time Repetation
radiofrekuensi (RF), koil gradien dan komputer. (TR), Time Echoe (TE) , Time Inversion (TI) dan
Magnet utama pada pesawat MRI terdiri atas tiga Flip Angle (FA) yang berpengaruh terhadap kon-
jenis, yaitu magnet permanen, terbuat dari bahan tras citra. Slice thickness dan interslice gap berpe-
ferromagnetic dan dapat menghasilkan medan ngaruh terhadap daerah yang diperiksa (coverage).
magnet sampai dengan 0,3 tesla. Magnet resistif, Field of View (FOV), frekuensi encoding dan fase
menghasilkan kuat medan magnet antara 0,02 – encoding berpengaruh resolusi dan SNR. Sedang-
0,4 tesla. Magnet superkonduktor menghasilkan kan NEX dan bandwidth berpengaruh terhadap
kuat medan hingga 4 tesla. Magnet tambahan
SNR.
berupa koil shim, koil gradien dan koil RF. Shim
koil berfungsi membuat medam magnet homogen. Parameter sekunder terdiri atas SNR, waktu
Koil radiofrekuensi (RF) terdiri dari dua tipe koil scanning, coverage, resolusi dan kontras citra.
yaitu pemancar dan penerima. Fungsinya lebih Tiga karakteristik yang bisa digunakan untuk
mirip sebagai antena. Ukuran dan bentuknya mendefinisikan kualitas citra MRI adalah kontras
menyesuaikan dengan obyek yang diperiksa. Koil citra, spatial resolusi dan SNR. Hasil dari citra

ISSN : 0216 - 7565


Pengaruh Parameter Number of Excitation (NEX) terhadap SNR – Rochmayanti, dkk. 169

harus dapat memperlihatkan anatomi yang tepat meningkat, waktu pencitraan akan menjadi lebih
sesuai dengan pembobotan yang dilakukan. lama dan mengurangi motion artefact. Sebaliknya,
Signal to Noise Ratio (SNR) merupakan hal menurunkan NEX berakibat menurunnya SNR
yang paling menjadi perhatian pada kualitas MRI. dan waktu pencitraan menjadi lebih cepat.
Parameter yang dapat mempengaruhi SNR yang (Westbrook, 2000)
memungkinkan operator untuk mengatur atau
Tabel 3. Parameter dan trade off (Westbrook,
memilihnya adalah volume voxel, jenis pulsa
1999)
sekuens, NEX/NSA, jumlah phase-encoding (PE),
jumlah sampel data dan bandwidth. Optimisasi Parameter Keuntungan Kerugian
parameter tersebut dapat dilakukan untuk NEX - Meningkatkan Waktu pencitraan
mendapatkan citra MRI yang lebih bagus. Dengan meningkat SNR pada semua akan semakin me-
jaringan tubuh ningkat secara
menaikkan SNR juga akan memperlihatkan perbe- - Mengurangi flow proporsional
daan yang kecil pada jaringan, sehingga dapat artefact seimbang
meningkatkan contrast to noise ratio pada gambar dengan signal
(Woodward, 2001). rata-rata
Salah satu cara yang dilakukan untuk NEX Menurunkan waktu - Menurunkan
meningkatkan SNR adalah dengan meningkatkan menurun pencitraan secara SNR pada
proporsional semua jaringan
jumlah total akuisisi planar tiap phase encoding
- Meningkatkan
(Nacq = NSA = NEX). Intinya, proses koleksi flow artefact
data diulang tanpa mengubah kekuatan gradien sejalan dengan
phase encoding. Signal akan meningkat secara berkurangnya
linier, sedangkan noise yang bersifat acak juga signal
akan menambah inkohorenitas, sehingga SNR
Waktu memegang peranan penting dalam
akan dinyatakan sebagai akar dari faktor NSA atau
pencitraan dengan MRI. Waktu yang dibutuhkan
NEX (SNR α√ Nacq). Ini berarti jika kita
untuk mengevaluasi suatu volume jaringan (waktu
menggandakan NEX, signal akan bertambah √2
akuisisi) merupakan fungsi dari beberapa para-
atau 41%. Number of Excitation juga digunakan
meter, diantaranya TR, jumlah phase encoding
untuk menghitung waktu pencitraan, sehingga
pada matriks dan jumlah eksitasi rata-rata (NEX)
dengan menggandakan NEX maka waktu akan
untuk menghasilkan citra. Persamaannya adalah :
bertambah dua kalinya. Untuk mendapatkan SNR
100%, paling tidak menggunakan NEX 4, namun
harus mempertimbangkan keadaan pasien, karena Waktu Scan (menit) =
waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama.
TR (detik) x phase encoding (#PE) x NEX
Tabel 2. Peningkatan SNR dengan 60 (detik)
kenaikan NEX
TR, #PE dan NEX juga berpengaruh pada SNR.
NEX Faktor SNR Prosentase
1 1,00 - Hal yang harus diperhatikan adalah dengan
2 1,41 41 meningkatnya waktu pencitraan berarti potensial
3 1,73 73 untuk meningkatnya pula motion artefact. Untuk
4 2,0 100 mengurangi artefak yang disebabkan pasien yang
5 2,24 124
tidak dapat bertoleransi, maka parameter yang
6 2,45 145
diatur adalah yang berhubungan langsung dengan
7 2,65 165
8 2,83 183 waktu pencitraan. Dan seringkali hasil citra
menjadi menurun kualitasnya seperti, signal dan
(Woodward, 1997)
resolusi (Woodward, 1997).
Mengubah NEX secara langsung akan
berakibat pada SNR dan waktu pencitraan.
Dengan menaikkan NEX maka SNR juga akan

ISSN : 0216 - 7565


170 Forum Teknik Vol. 33, No. 3, September 2010

Tabel 4 . Parameter Scan time mengukur noise dari sekuens dengan flip
Pengaruh angle 0°.
Para- Peru- terhadap Keun Keru Kedua metode tersebut menghasilkan hasil yang
meter bahan waktu tungan gian
pencitraan serupa. Jika ada perbedaan besar pada hasil
NEX Menurun Menurun Menurunkan Menurunkan keduanya, mengindikasikan adanya masalah pada
motion SNR dengan hardware.
artefact, akar pangkat;
menurunkan menurunkan
waktu citra rata-rata
pencitraan
(Woodward, 1997)

Menurut Woodward, 2001, Medulla spinalis


dan jaringan saraf lainnya sangat jelas didapatkan
pada citra MRI, yang memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan modalitas lainnya. Diantaranya:
- Tidak diperlukan media kontras untuk menilai Gambar 2. Metode pengukuran SNR (NessAiver,
daerah medulla spinalis 1996)
- Kemampuan untuk melihat irisan di atas dan di
bawah tumor Perhitungan SNR adalah dengan membagi
- Tidak ada artefak beam hardening signal rata-rata dengan standar deviasi noise,
dengan persamaan:
- Pada pasien yang sulit ditemukan gejala atau
evaluasi klinis untuk daerah akar saraf atau Signal rata − rata
SNR =
diskus intervertebra, dapat digunakan irisan Standar deviasi noise
sagittal.
3. Metodologi
Tabel 5. Karakteristik jaringan spinal columna
pada citra MRI Penelitian ini dilaksanakan secara pre-eks-
perimen dengan studi deskriptif. Penulis mela-
Citra T1 Citra Proton Citra T2 kukan Region of Interest (ROI) terhadap organ
Organ
Weighted Density Weighted
corpus dan medulla spinalis pada gambar MRI
Medulla Sedang / Sedang / Abu-abu sehingga didapatkan data.
spinalis abu-abu abu-abu
CSF Gelap Sedang / Cerah
1. Alat penelitian
abu-abu Alat yang digunakan pada peneitian ini adalah
Corpus Sedang / Sedang / Sedang / Pesawat MRI Type Tomikon S 50 Bruker W
abu-abu abu-abu abu-abu 1010301 B tahun pembuatan 1999, dengan
Diskus Abu-abu Abu-abu cerah jenis magnet magnet statis, super conducting.
intervertebra cerah Coil yang digunakan adalah neck coil.
Lemak Cerah Abu-abu Abu-abu
cerah 2. Subyek penelitian adalah citra MRI cervical
Tulang cortex Gelap gelap gelap dengan variasi NEX 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 dengan
pulsa sekuen spin echo pembobotan T1
Menurut NessAiver 1996, ada beberapa potongan gambar sagittal.
metode pengukuran SNR pada phantom, yaitu Sekuen spin echo dipilih karena dengan meng-
(gambar2): gunakan sekuen ini SNR akan meningkat.
a. Metode 1: dengan mengukur signal dan Pembobotan T1 dilakukan karena dengan
background noise pada strip diluar phantom pembobotan ini maka TE yang digunakan
pada satu gambar adalah rendah sehingga diharapkan intensitas
b. Metode 2 : dengan dua gambar, yang pertama, signal akan lebih besar, meskipun kontras
mengukur signal didalam phanthom dan rendah. Pemilihan organ vertebra cervical

ISSN : 0216 - 7565


Pengaruh Parameter Number of Excitation (NEX) terhadap SNR – Rochmayanti, dkk. 171

dengan alasan obyek ini cenderung banyak 4. Hasil dan Pembahasan


pergerakan, terutama proses menelan. Dan
Setelah mendapatkan citra hasil scanning
potongan sagittal dipilih karena diharapkan
dilakukan pengukuran SNR pada masing-masing
gambar yang terevaluasi lebih menyeluruh
citra pada irisan tertentu dengan cara melakukan
dabanding potongan axial dan coronal.
ROI pada beberapa titik pada citra anatomi
3. Jalan Penelitian cervical. Dalam display monitor komputer akan
Jalannya penelitian adalah sebagaimana tertera tertera nilai mean dan standar deviasi pada
dalam skematis di bawah ini: masing-masing daerah terukur. Nilai yang sudah
didapatkan kemudian dihitung untuk mendapatkan
Pembuatan scanning Melakukan nilai SNR pada corpus dan medulla spinalis
MRI dengan pemilihan variasi
dengan cara membagi signal rata-rata daerah
Parameter terkontrol : parameter NEX
1,2,3,4,5 dan 6 terukur dengan standar deviasi pada noise (daerah
- TR background).
- TE Hasil citra MRI vertebra cervical adalah
- FOV
sebagaimana terlihat pada Gambar 3.
- Slice thickness
- Interslice Analisis citra hasil
- Matriks - SNR
- Flip angle - Visual
- Bandwith - Waktu scanning

Menentukan Citra dengan Citra dengan


NEX 6 NEX 5
parameter
NEX yang
optimal

Dilakukan scanning MRI vertebra cervical


dengan parameter dan variasi NEX. Adapun
parameter pemeriksaan adalah yang tertera pada
Tabel 7.

Tabel 7. Parameter MRI cervical sagital Pembo- Citra dengan Citra dengan
NEX 4 NEX 3
botan T1 dengan sekuens spin echo
Parameter Langkah
Scanning 1 2 3 4 5 6
FOV 32 cm 32 cm 32 cm 32 cm 32 cm 32 cm
Slice Thickness 3,5 cm 3,5 cm 3,5 cm 3,5 cm 3,5 cm 3,5 cm
Interslice Gap 4,0 cm 4,0 cm 4,0 cm 4,0 cm 4,0 cm 4,0 cm
Jumlah Slice 9 9 9 9 9 9
Slice Orient sagital sagital sagital sagital sagital sagital
Matriks PI 504 504 504 504 504 504
TR 526,5 ms 526,5 ms 526,5 ms 526,5 ms 526,5 ms 526,5 ms
TE 18,0 ms 18,0 ms 18,0 ms 18,0 ms 18,0 ms 18,0 ms
NEX 1 2 3 4 5 6 Citra dengan Citra dengan
Bandwith 38461,5 Hz 38461,5 Hz 38461,5 Hz 38461,5 Hz 38461,5 Hz 38461,5 Hz NEX 2 NEX 1
Flip Angle 90° 90° 90° 90° 90° 90°
Scan Time 1'28'' 2'56'' 4'25'' 5'53'' 7'22'' 8'50''
Gambar 3. Citra Hasil MRI Vertebra Cervical
Setelah dilakukan pengukuran nilai SNR
didapatkan hasil pada Tabel 8.

ISSN : 0216 - 7565


172 Forum Teknik Vol. 33, No. 3, September 2010

Tabel 8. Hasil pengukuran SNR Menurut Woodward, SNR naik sebesar √2


SNR atau 41% jika kita mendobelkan NEX. Ini dapat
NEX diasumsikan bahwa jika pada NEX 1 SNR pada
Corpus Medulla spinalis
daerah corpus sebesar 4.46 jika NEX dirubah 2,
1 4,46 3,47 maka SNR akan meningkat sebesar 41% menjadi
2 14,27 11,75 6,2886, tetapi ternyata berdasarkan hasil pengu-
3 24,79 15,21 kuran adalah 14.27. Hal ini dapat disebabkan
4 29,21 25,09 karena komponen hardware dalam MRI, software
5 36,76 30,16 dan juga obyek. Hardware dari komponen MRI
6 48,58 39,01 semisal adalah magnet utama, shim coil ataupun
gradient coil. Apabila beberapa hardware tadi
PERUBAHAN SNR PADA CORPUS DAN MEDULLA tidak terawat dan terkalibrasi dengan baik, maka
SPINALIS
kemungkinan kekuatan medan magnet yang
60,00 dihasilkan dan tingkat homogenitas medan magnet
50,00
CORPUS akan menurun. Sehingga signal akan menurun.
40,00
Apabila penurunan signal tidak diikuti dengan
SNR

30,00
MEDULLA
20,00
SPINALIS penurunan noise secara bersamaan, maka SNR
10,00
0,00 juga akan menurun.
1 2 3 4 5 6
NEX
Obyek/pasien juga berpengaruh besar terha-
dap timbulnya noise. Menurut NessAiver, 1996,
Gambar 4. Grafik perubahan SNR pada Corpus salah satu sumber noise yang signifikan adalah
dan medulla spinalis pasien. Tiap kali proton berubah (turun) dari
energi tinggi ke energi rendah, akan mengemisi
Pengukuran nilai SNR secara obyektif photon (gelombang radio) dengan phase random
dilakukan pada organ vertebra cervical potongan dan akan berkontribusi terhadap background
sagittal dan pembobotan T1. Corpus dan medulla noise. Hal ini juga dapat dimungkinkan apabila
spinalis dipilih karena keduanya memiliki proton terjadi pergerakan pada pasien, dimana terjadi
density yang berbeda sehingga diharapkan mem- aktivitas perubahan energi akan berimbas pada
berikan intensitas sinyal yang berbeda pula. kontribusi noise pada citra MRI.
Peningkatan SNR baik pada corpus maupun Peningkatan SNR terhadap NEX adalah linier
medulla spinalis berbanding lurus dengan pening- atau bernilai positif, hal ini disebabkan karena
katan NEX. dengan meningkatkan NEX maka jumlah data
Untuk mengevaluasi kualitas citra adalah (baik berupa signal ataupun noise) yang diperoleh
sangat subyektif, tergantung oleh penglihatan atau dicatat selama scanning akan semakin
responden. Beberapa orang barangkali tidak akan meningkat pula. Apabila nilai signal yang tercatat
melihat noise background tinggi jika resolusi pada lebih besar dibandingkan dengan noise, maka
daerah tersebut juga tinggi. Disisi lain kita hanya SNR akan meningkat pula.
menginginkan SNR tinggi meski resolusinya Citra yang memiliki kualitas lebih optimal
rendah. disini adalah citra yang dianggap memiliki SNR
Untuk mendapatkan obyektifitas, dilakukan paling baik. Citra yang dinilaikan adalah 6 citra
pengukuran SNR pada organ vertebra cervikal dengan obyek vertebra cervical potongan sagittal
potongan sagittal dengan pembobotan T1. Pengu- dan pembobotan T1. Pada pembobotan T1, corpus
kuran intensitas signal dilakukan ROI pada daerah vertebra mempunyai intensitas yang sama atau
corpus dan medulla spinalis, sedangkan untuk sedikit lebih hiperintens dengan discus. Cerebral
noise (background) dilakukan ROI diluar dari spinal fluid (CSF) dan medulla spinalis mem-
obyek. Software pada komputer akan mengukur punyai gambaran yang gelap dengan intensitas
signal intensity rata-rata pada obyek yang di ROI yang lebih tinggi dibandingkan CSF. Penilaian ini
dan standar deviasi dari noise (background). berdasarkan subyektifitas dari responden yaitu

ISSN : 0216 - 7565


Pengaruh Parameter Number of Excitation (NEX) terhadap SNR – Rochmayanti, dkk. 173

radiolog yang terbiasa memberikan ekspertise maka akan menghasilkan SNR yang besar
citra MRI. pula.
Berdasarkan responden dari Dokter spesialis 2. Hasil pengukuran SNR, dengan NEX 1: SNR
radiologi, berpendapat citra yang memiliki kua- pada corpus sebesar 4,46, pada medulla
litas citra yang paling baik adalah citra dengan spinalis adalah 3,47. Pada NEX 2, SNR di
parameter NEX 3. corpus 14,27 dan SNR di medulla spinalis
11,75. NEX 3, SNR di corpus dan medulla
Pengaruh Perubahan NEX terhadap Waktu spinalis masing-masing 24,79 dan 15,21. Pada
Scanning NEX 4 SNR di corpus 29,21 dan di medulla
spinalis sebesar 25,09. NEX 5 : SNR dicorpus
Dengan adanya perubahan nilai NEX dari 1
dan medulla spinalis adalah 36,76 dan 30,16.
sampai dengan 6 akan berimbas langsung terhadap
Dan pada NEX 6, SNR di corpus adalah 48,58
perubahan waktu. Dari display pada komputer,
dan di medulla spinalis adalah 39,01.
dapat dilihat langsung waktu scan setiap kali
parameter NEX dirubah. Semakin besar nilai NEX 3. Dari 6 citra yang dinilaikan oleh radiolog,
yang digunakan, maka waktu scanning akan secara subyektif responden memilih citra
meningkat pula. Pengaruh perubahan NEX terha- dengan NEX 3 memiliki kualitas citra (SNR)
dap waktu scanning ditampilkan pada Gambar 5. yang lebih optimal.

Daftar Pustaka
Perubahan NEX terhadap waktu scanning

10.00
Bushong, Stewart C, 1995, MRI Physical and
Biomelogical Principles, Mosby-Yearbook,
Waktu Scanning (menit)

9.00
8.00
7.00 Inc, USA.
6.00
5.00
4.00
Damanik A.O.Martua, Muchammad Azam dan
3.00 Muhammad Nuh, 2005, Pengaruh Parameter
2.00
1.00 Teknis TR, TE dan TI Dalam Pembobotan T1,
0.00
1 2 3 4 5 6 T2 dan Flair Pencitraan MRI, Berkala Fisika,
NEX Vol 8 No. 1, hal 15-20.
Erdogmus D, Larrson G. Eric, Rui Yan, Jose C
Gambar 5. Grafik Perubahan NEX terhadap Principe, Jeffrey R Fitzsimmons, 2004,
waktu scanning Measuring the signal-to-noise ratio in
magnetic resonance imaging: a caveat, Signal
Dengan meningkatnya waktu pencitraan/ Processing 84(2004) 1035-1040.
waktu scanning, hal yang perlu diperhatikan ada- Hashemi, H. Ray and Bradley, G. William, 1997,
lah kemungkinan meningkatnya motion artefact MRI : The Basic, Williams & Wilkins, USA
Hal ini dapat dilihat terutama pada citra dengan
NEX 6, dimana waktu scanning adalah 8 menit 50 Hornak, J.P., 1996-2011, The Basic of MRI,
detik tampak kabur. Untuk mengurangi artefact Imaging
yang disebabkan pasien yang tidak dapat Hardware,http://www.cis.rit.edu/htbooks/mri/
bertoleransi, tentu saja parameter yang diatur chap-9/chap-9.htm.
adalah yang berhubungan langsung dengan waktu Jones, A. Richard, Susan Palasis and J. Damien
pencitraan. Dan seringkali hasil citra menjadi Grattan-Smith, 2004, MRI of the Neonatal
menurun kualitasnya seperti, signal dan resolusi Brain: Optimization of Spin-Echo Parame-
(Woodward, 1997). ters, American Journal of Radiology,
182:367-372.
5. Kesimpulan Neseth, R. 2000, Procedures and Documentation
1. SNR akan naik secara linier dibandingkan for CT and MRI, McGraw-Hill, Medical
dengan perubahan NEX. Semakin besar NEX Publishing Division, USA.

ISSN : 0216 - 7565


174 Forum Teknik Vol. 33, No. 3, September 2010

NessAiver, 1996, All you really need to know Westbrook, Catherine, 1999, Handbook of MRI
About MRI Physics, University of Maryland technique, Blackwell Science Ltd., United
Medical Center, USA. Kingdom.
Notosiswoyo, Mulyono, 2004, Media Litbang Westbrook, Catherine and Kaunt, Carolyne, 2000,
Kesehatan: Pemanfaatan Magnetic Resonan- MRI in Practise, Blackwell Science Ltd.
ce Imaging (MRI) Sebagai Sarana Diagnosa United Kingdom.
Pasien, Volume XIV, Nomor 3. Woodward, Peggy ang William, W. Arrison,
Paul, Dominik, Maxim Zaitsev, 2009, Improved 1997, MRI Optimization, a hand on
SNR in linier 2D bSSFP Imaging Using approach, McGraw-Hill, Co. USA
Variable Flip Angles, Magnetic Resonance Woodward, Peggy, 2001, MRI for Technologist,
Imaging, 27 (2009) 933-941. McGraw-Hill, Inc, USA.
Rasad, Sjahrial, dkk, 1992, Radiologi Diagnostik, Wulandari, A, 2006, Pengolahan citra untuk
Balai penerbit FKUI, Jakarta. membantu diagnosis tumor tulang, EB-7041
Informatika Kedokteran.

ISSN : 0216 - 7565

Anda mungkin juga menyukai