Anda di halaman 1dari 3

Alhamdulillahi rabbil’aalamiin, wash-sholaatu wassalaamu ‘ala isyrofil anbiyaa i walmursaliin, wa’alaa

alihi washohbihii ajma’iin ammaba’adu.

marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang sudah memberi kita segala
kenikmatan yang tidak bisa dihitung banyaknya. Di mulai dari nikmat yang paling besar yaitu nikmat
iman dan islam, sampai nikmat yang bersifat keduniawian yaitu harta, tahta dan keluarga.

Kedua marilah kita haturkan sholawat serta salam kepada Nabi junjungan kita Nabi Muhammad SAW
yang semoga di hari kiamat kelak berkenan memberikan syafaatnya kepada kita semua.

MEMBIASAKAN BERBUAT BAIK

Dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan seseorang berbuat baik kepada orang lain karena alasan
tertentu. Ada yang yang karena mereka temannya, saudaranya, atau keluarganya. Ada juga yang berbuat
baik hanya karena ingin membalas kebaikan. Jadi kalau orang tidak berbuat baik kepadanya tidak ada
kebaikan yang harus dilakukan. Ada kalanya kita temukan seseorang yang mengalami kesulitan lalu ketika
minta bantuan pada orang lain yang mungkin cuma sekedar kenal tapi bukan teman baik, ia tidak
mendapatkan pertolongan yang dibutuhkannya. Apalagi kalau tidak minta bantuan hanya sekedar
mendengar ia mengeluh pada seseorang

Dalam suatu hadits qudsi, Allah SWT berfirman “jikalau seseorag hamba itu mendekat padaKu sejengkal,
maka Aku mendekat kepadanya sehasta dan jikalau ia mendekat padaKu sehasta, maka Aku mendekat
kepadanya sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya
dengan bergegas.” (HR. Bukhari)

Didalam melihat jalan hidup masyarakat di sekitar kita, bisa kita lihat bahwa beberapa orang mempunyai
kecenderungan tertentu. Orang yang terbiasa berbuat maksiat, maka dari hari kehari dia akan semakin
terjerumus kedalam lembah yang hitam. Sebaliknya, orang yang suka sholat berjamaah ke mesjid, maka
dia akan ramah ke tetangganya, rutin berinfaq dan bahagia kehidupan keluarganya.

Semakin seseorang memperbanyak dan membiasakan berbuat baik, maka semakin banyak terbuka
pintu-pintu kebaikan yang lain. Hal ini sesuai dengan hadits qudsi diatas bahwa semakin tinggi intensitas
dan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT maka semakin dekatlah kita dengan-Nya.
Allah berfirman dalam Alquran Surat Al-Isra (17) ayat ke-7; “in ahsantum ahsantum li anfusikum wa ini
asaktum falahaa” yang artinya jika kamu berbuat baik (berarti) kebaikan itu untuk dirimu sendiri dan jika
kamu berbuat jahat maka kerugian kejahatan itu untuk dirimu sendiri.

Jelas dari ayat di atas, kebaikan itu bukan untuk orang lain tapi kita lah yang memanen hasilnya. Allah
tentu sayang kepada hamba yang berbuat baik dan ikhlas karena-Nya, pahala akan mengalir untuk kita.
Dampak di dunia, orang juga akan menyayangi kita karena dicap sebagai orang baik sehingga silaturahim
dan ukhuwah terjalin lebih baik. Ada sebuah kata mutiara yang mencerminkan hal ini, “berbuat baik
kepada orang lain bukan karena mereka baik tapi karena kita lah yang bersikap demikian”.

Berbuat baik itu luas maknanya. Kecil atau besarnya perbuatan baik yang dilakukan kembali kepada
keihlasan niatnya. salah satunya dalam sebuah hadits dikatakan “senyummu pada saudaramu adalah
sedekah”. Termasuk di sini juga berkata baik. Masih ada yang mungkin menganggap siapa yang berani
mengasari orang lain ketika ia dirugikan baik sengaja maupun tidak sengaja adalah sesuatu yang hebat.
Ia merasa dianggap sebagai pemberani. Ada juga yang berkata manis, sopan dan lembut hanya pada
orang tertentu.

Salah satu kunci kesuksesan hidup kita adalah bagaimana kita membiasakan berbuat baik. Semakin kita
terbiasa berbuat baik, maka semakin mudah jalan kita untuk mencapai kebahagiaan hidup. Agar manusia
terbiasa beribadah, maka ibadah dilakukan berulang dalam kurun waktu tertentu seperti sholat lima kali
dalam sehari, puasa sunnah dua kali seminggu dan sholat jum’at sekali sepekan.

Ingatlah! Sesungguhnya setiap perbuatan baik atau buruk sekecil apapun akan dibalasi Allah SWT.
Seperti firman Allah dalam surat Azzalzalah (99) ayat ke 7-8, yang berbunyi “famayya’mal mitsqaa la
dzarratin khairayyarah. Wa mayya’mal misqaa la dzarratin syarrayyarah”. Artinya, maka barang siapa
mengerjakan kebaikan seberat zarrah* niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang
mengerjakan kejahatan seberat zarrah* niscaya dia akan melihat balasannya.

Permasalahan awal yang biasanya ditemukan dalam melakukan sesuatu yaitu dalam memulainya.
Memulai suatu aktifitas terkadang lebih berat diandingkan ketika melaksanakannya. Maka ketika kita
mendorong mobil yang mogok, akan diperlukan tenaga yang besar saat sebelum mobil bergerak. Setelah
mobil tersebut bergerak, diperlukan daya dorong yang kecil. Ada juga sifat kita yang menunda berbuat
baik, padahal perbuatan baik janganlah ditunda. Kalau kita ada keinginan untuk menunda, maka
tundalah untuk menunda. Hal ini seperti disampaikan Rasulullah Saw :

“Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga datang tujuh perkara. Apakah akan terus
kamu tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang : kemiskinan yang membuatmu lupa, kekayaan
yang membuatmu berbuat melebihi batas, sakit yang merusakmu, usia lanjut yang membuatmu pikun,
kematian yang tiba-tiba menjemputmu, dajjal, suatu perkara gaib terburuk yang harus ditunggu, saat
kiamat, saat bencana yang lebih dahsyat dan siksanya yang amat pedih.” (HR. Tarmidzi).

Salah satu cara mempermudah kita dalam memulai suatu amal ibadah adalah dengan mengetahui akan
besarnya manfaat yang akan dirasakan. Segala hambatan atau godaan untuk tidak melaksanakan
kebaikan tersebut akan bisa dilewatkan dengan keyakinan yang kuat. Oleh sebab itu, kita wajib untuk
mencari ilmu tentang fadilah (kelebihan) dari suatu amalan atau ibadah. Bahkan untuk pengulangan
dalam Al Qur’an digunakan agar manusia semakin ingat.

“Dan sesungguhnya dalam Al Quran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka
selalu ingat. Dan ulangan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari.” (QS. Al Israa’ 41).

Demikianlah bentuk dan hikmah berbuat baik itu. Sesungguhnya berbuat baik itu sangat banyak
macamnya. Sesungguhnya berbuat baik itu untuk kebaikan diri sendiri. Kemudian sekarang apatah kita
masih berpikir berkali-kali untuk berbuat baik?

Jadi, mulailah perbuatan baik yang ingin anda lakukan sekarang dan jangan ditunda. Kalau belum yakin,
perluas dan perdalam ilmu agar kita semakin yakin.

Wallahu a’lam bish showab.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai