Disusun oleh:
Ayu Dea Saputri Insyra G41191788
Choiriyah Az Zahro G41191699
Tyas Errica Dewi Maharani G41191856
Della Oktaviana Putri G41191973
DosenPengampu:
dr. Rinda Nurul Karimah, M. Kes
Berdasarkan Sistem rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal
maupun horizontal. Sistem rujukan dilakukan secara berjenjang dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat
pertama dan pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut yang terdiri atas pelayanan kesehatan tingkat kedua
(spesialistik) dan pelayanan kesehatan tingkat ketiga (subspesialistik)[1].
Rujukan medis adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah kedokteran sebagai
respon terhadap ketidakmampuan fasilitas kesehatan untuk memenuhi kebutuhan para pasien dengan tujuan
untuk menyembuhkan dan atau memulihkan status kesehatan pasien.
Rujukan pelayanan kesehatan dimulai dari pelayanan kesehatan primer dan diteruskan ke jenjang pelayanan
sekunder dan tersier yang hanya dapat diberikan jika ada rujukan dari pelayanan primer atau sekunder[3].
Pada dasarnya, prosedur fasilitas pemberi pelayanan kesehatan pengirim rujukan adalah sebagai berikut:
a. Menjelaskan kepada para pasien atau keluarganya tentang prosedur rujukan dan alasan rujuk;
b. Melakukan komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang dituju sebelum merujuk;
c. Membuat surat rujukan dan juga melampirkan hasil diagnosis pasien dan catatan medisnya;
d. Mencatat pada register dan juga membuat laporan rujukan;
e. Stabilisasi keadaan umum pasien, dan dipertahankan selama dalam perjalanan;
f. Pendampingan pasien oleh tenaga kesehatan;
g. Menyerahkan surat rujukan kepada pihak-pihak yang berwenang di fasilitas pelayanan kesehatan di
tempat rujukan;
h. Surat rujukan pertama harus berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan primer, kecuali dalam
keadaandarurat;
i. Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada Askes, Jamkesmas, Jamkesda, SKTM dan badan penjamin
kesehatan lainnya tetap berlaku[3].
RS KELAS A
TINGKAT PROVINSI RS KELAS A/B TINGKAT
REGIONAL PROVINSIPROVINSI
RS KELAS B
RS KELAS C TINGKAT
KAB KOTA
PUSKESMAS TANPA
RS KELAS D/ D
RAWAT INAP PRATAMA/PUSKESMAS RAWAT INAP
Pada gambar di atas, rujukan emergency akan berjalan sesuai dengan kebutuhan layanan kegawatdaruratan
yang dialami pasien, sedangkan rujukan konvensional akan berlangsung secara berjenjang diikuti rujukan
baliknya.
Keterangan gambar :
a. Pada tingkat regional kabupaten/kota dapat dipilih 1 (satu) kecamatan untuk dapat difungsikan
sebagai Pusat Rujukan Medik Spesialistik Terbatas/Pusat Rujukan Antara untuk berbagai fasilitas
primer dalam 1 (satu) wilayah tangkapan sistem rujukan/khusus di kabupaten DTPK. Pusat rujukan
tersebut dapat berupa RS Kelas D Pratama atau Puskesmas dengan Rawat Inap.
b. Pusat rujukan medik spesialistik di kabupaten/kota, berupa RS Kelas C atau RS Kelas D, termasuk
Balai Kesehatan Masyarakat (BKM).
c. Pusat rujukan medik Spesialistik Regional Provinsi, berupa RS Kelas B Non Pendidikan di
kabupaten/kota.
d. Pusat rujukan medik Spesialistik Umum/Khusus, di Provinsi berupa RS Kelas B Pendidikan,
termasuk Balai Besar Kesehatan Masyarakat (BBKM).
e. RS Kelas A di provinsi, sebagai pusat rujukan regional.
f. Pusat rujukan medik Nasional Kelas A, Umum, dan Khusus di tingkat nasional.
Isi Pusdatin
1. Data umum yang berhubungan dengan kesehatan di Indonesia
Data umum adalah data yang berisi kondisi umum dari wilayah, penduduk, dan angka melek huruf di
Indonesia yang berhubungan dengan kesehatan di Indonesia. Dimana data tersebut berfungsi
memberikan informasi dan gambaran secara umum wilayah dan penduduk Indonesia dari tahun ke
tahun. Contoh data umum :
11 Cakupan Tetanus Toxoid 71,19 36,63 21,85 27,00 Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2016
*
Prevalensi 23,8 14,9** *Susenas
6 13,90* 12 **Riskesdas
balita gizi 0 *
kurang (1989) * ***PSG
(%) *
Ditjen P2P,
Imunisasi 44.5(SD 99 Kemenkes
7 98 95 92
campak KI RI, 2016
(%) 1991) (update s.d.
diimunisasi 30 April
campak 2016)
Kunjungan Ibu Ditjen Kesmas,
8 75 97 95 95 96 meningkat
Hamil Kemenkes RI,
yang Pertama / 2016
K1 (%)
Kunjungan Ditjen
9 Pemeriksaan 56(1991) 90 87 87 87 meningkat Kesmas,
Kehamilan Kemenkes
minimal 4 kali / RI, 2016
K4 (%)
Pertolongan 40,70 Ditjen
10 Persalinan oleh (Susenas 89 91 89 89 meningkat Kesmas,
Tenaga 1992) Kemenkes
Kesehatan (%) RI, 2016
SD/Setingkat
7 Anak Usia SD/Setingkat 7 - 12 Tahun 14.040.775 13.340.905 27.381.680
8 Penduduk Usia Muda < 15 Tahun 35.754.920 34.102.486 69.857.406
9 Penduduk Usia Produktif 15 - 64 Tahun 86.394.793 85.479.495 171.874.28
8
10 Penduduk Usia Lanjut ≥ 60 Tahun 10.234.499 11.450.827 21.685.326
11 Penduduk Usia Lanjut Resiko ≥ 70 Tahun 3.573.404 4.667.009 8.240.413
Tinggi
12 Wanita Usia Subur 15 - 49 Tahun 69.195.283 69.195.283
13 Wanita Usia Subur Imunisasi 16 - 39 Tahun 51.981.127 51.981.127
14 Ibu Hamil 1,10 X Lahir Hidup 5.382.779 5.382.779
15 Ibu Bersalin 1,05 X Lahir Hidup 5.138.107 5.138.107
16 Ibu Nifas 1,05 X Lahir Hidup 5.138.107 5.138.107
17 Lahir Hidup 4.893.435
1. Faulina, Cindy., Herawati, Tri., Khoiri Abu. Kajian Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang Dalam
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di UPT. Pelayanan Kesehatan Universitas Jember.
Jurnal IKESMA, Vol. 12, No.2, September 2016.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/IKESMA/article/view/4826/3558
3. Primasari, L, Karleanne. Analisis Sistem Rujukan Jaminan Kesehatan Nasional RSUD. Dr.
Adjidarmo Kabupaten Lebak. Jurnal Administrasi Kebijakan Kesehatan. Vol. 1 No. 2, Januari 2015.
http://journal.ui.ac.id/index.php/arsi/article/viewFile/5215/3500