Filsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
Konsep dasar filsafat ilmu adalah kedudukan, fokus, cakupan, tujuan dan fungsi serta
kaitannya dengan implementasi kehidupan sehari-hari
filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai
hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya.
plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan
asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas
penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
Ruang lingkup
Ontologi ilmu
meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan
pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana
(yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn).
Epistemologi ilmu
meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai
pengetahuan (ilmiah).
Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan
pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga
dikenal adanya model-model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme
atau rasionalisme kritis,
Akslologi llmu
meliputi nilal-nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap
kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasansimbolik atau pun
fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu
conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan
penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.
Empirisme
Salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu adalah empirisme, atau ketergantungan
pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu pengetahuan diturunkan dari
pengalaman yang kita alami selama hidup kita. Di sini, pernyataan ilmiah berarti harus
berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman.
Falsifiabilitas
Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan antara ilmu dan bukan ilmu adalah
konsep falsifiabilitas. Prinsip dasar dari konsep ini adalah, sebuah pernyataan ilmiah
harus memiliki metode yang jelas yang dapat digunakan untuk membantah atau menguji
teori tersebut. Misalkan dengan mendefinisikan kejadian atau fenomena apa yang tidak
mungkin terjadi jika pernyataan ilmiah tersebut memang benar.
Teori kebenaran (Theory of Truth), yang dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis
teori kebenaran yaitu :
2. Teori Konsistensi (The coherence theory of truth). Menurut teori ini kebenaran
adalah keajegan antara suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya yang sudah
diakui kebenarannya, jadi suatu proposisi itu benar jika sesuai/ajeg atau koheren
dengan proposisi lainnya yang benar. Kebenaran jenis ini biasanya mengacu pada
hukum-hukum berfikir yang benar. Misalnya Semua manusia pasti mati, Uhar
adalah Manusia, maka Uhar pasti mati, kesimpulan uhar pasti mati sangat
tergantung pada kebenaran pernyataan pertama (semua manusia pasti mati).
3. Teori Pragmatis (The Pragmatic theory of truth). Menurut teori ini kebenaran
adalah sesuatu yang dapat berlaku, atau dapat memberikan kepuasan, dengan kata
lain sesuatu pernyataan atau proposisi dikatakan benar apabila dapat memberi
manfaat praktis bagi kehidupan, sesuatu itu benar bila berguna.
Sains Normal
Paradigma
Anomali
Paradigma Baru