Anda di halaman 1dari 7

134 Original Article Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

Aktivitas Penghentian Pendarahan Luar Ekstrak Etanol


Daun Berenuk (Crescentia cujete L) Secara In-Vivo

Anjar Mahardian Kusuma1, Adri Nurrakhmat Sulistyo1,


Susanti1, Sabikis1
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadyah Purwokerto
1

Email :anjarmahardian@ump.ac.id

Abstrak
Tanaman berenuk (Crescentia cujete L.) merupakan salah satu tanaman yang tumbuh
subur di Indonesia. Potensi tanaman berenuk untuk dimanfaatkan sebagai obat herbal
sangatlah besar, namun baru sedikit penelitian ilmiah yang dilakukan terhadap tanaman
berenuk salah satunya adalah antibakterial terhadap Bacillus subtilis dan Escerichia coli
tahun 2006 oleh Susanti. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental uji aktifitas
penghentian pendarahan luar dengan 3 variasi dosis ekstrak daun berenuk 80%, 60%, dan
40% dengan menghitung waktu pendarahan pada pangkal ekor mencit. Hasilnya, semua
kelompok variasi dosis uji aktivitas penghentian pendarahan luar memiliki hasil yang
lebih baik dibandingkan kontrol negatif (p<0,05).

Abstract
Crescenti cujete L. or better known as calabash is a plant that thrives in Indonesia.
Calabash has a great potential as an herbal remedy, but there is only some scientific
research conducted on this plant, one of which is antibacterial against Bacillus subtilis
and Escerichia coli on 2006 by Susanti. The method in this research was an experimental
activities of the cessation external bleeding with 3 dose variation of calabash leaf extract
80%, 60%, and 40% by counting the bleeding time at base of the tail in mice. As a result,
all groups of external bleeding cessation activities have better outcomes than negative
controls (p <0,05).

Keywords: Crescentia cujete. L, ethanol extract, external bleeding

Pharm Sci Res


Anjar Mahardian Kusuma, Adri Nurrakhmat Sulistyo, Susanti, Sabikis 135

PENDAHULUAN asam esterat, asam palmitat, flavonoid-


quersetin, apigenin, naphtaquinon, glikosida
Tanaman Crescentia cujete L atau lebih iridoids, 3-hydroxyoctanol glikosida, (Marc,
dikenal dengan nama Berenuk merupakan 2008) tannin, fenol, saponin, anthraquinon,
salah satu tanaman yang tumbuh subur di cardenolides (Ejelonu et al., 2011).
daerah beriklim tropis (Murch et al., 2004)
salah satunya adalah Indonesia. Tanaman Banyak diteliti juga efek antimikrobial kuat
ini biasanya dimanfaatkan untuk bahan dari daun berenuk yang hasilnya efektif
kerajinan terutama bagian buahnya. Selain menghambat pertumbuhan Staphylococcus
itu, secara tradisional tanaman ini sering aureus, Enterococcus faecalis, Streptococcus
digunakan untuk mengobati luka baru, pneumoniae, Streptococcus pyogenes,
bengkak, diuretik, obat pencahar, penurun Escherichia coli dan Candida albicans
panas, membersihkan luka, ekspektoran, dan (Rojas et al., 2001). Hampir semua penelitian
untuk pengobatan sakit kepala (Kaneko et al., ilmiah yang telah dilakukan terhadap tanaman
1998). Di Indonesia sendiri terutama di daerah berenuk berupa uji aktivitas antibakteri dan
Sumatera, masyarakat sering menggunakan antimikrobial (Mahbub et al., 2011 ; Susanti,
perasan daun berenuk dan tumbukannya 2008). Pada tahun 1988 telah dilakukan uji
untuk mengobati dan menutup luka (Lim, pendahuluan antiinflamasi oleh Gupta yang
2011). Menurut Lim (2012) Tanaman menghasilkan bahwa ekstrak hydroalkohol
berenuk (C. cujete L) tumbuh tegak dengan 80% daun berenuk memiliki efek
tinggi antara 6 – 10 m. Batang berkayu, bulat, antiinflamasi terhadap tikus 200 gram dengan
percabangannya simpodial, beralur, kulitnya dosis > 1200 mg/KgBB (Pharmacophee
mudah pecah-pecah dan mengelupas terbuka Caribeenne, 1999).
dengan kepanjangan tidak normal, berwarna
coklat pucat, daunnya majemuk, menyirip, Inflamasi adalah mekanisme alami tubuh
lonjong, tepi rata, ujung meruncing pangkal untuk menginaktivasi atau merusak organisme
membulat, tipis, panjang 10-15 cm, lebar penyerang, menghilangkan zat iritan atau
5-7 cm, warna hijau. Berenuk mempunyai mengatur derajat perbaikan jaringan yang
Bunga tunggal di cabang dan ranting, disertai peradangan yang akan hilang dengan
kelopak berbentuk corong, ujung bercangap, sendirinya jika proses penyembuhan telah
berwarna hijau pucat atau putih, benang sari sempurna (Wilmana, 1995). Apabila terjadi
berjumlah 4 dengan panjang ± 2 cm, kepala inflamasi maka akan muncul tanda-tanda
putik bentuk corong, berwarna putih, mahkota berupa: Kemerahan (rubor), pembengkakan
bentuk bibir dan berwarna putih. Tanaman ini (tumor), panas (kalor), nyeri (dolor), dan
mengandung senyawa aktif antara lain: asam hilangnya fungsi (fungsio laesa) (Kee dan
tartarat, sianhidrik, asam crescentia, tannin, Evelyn, 1996).
β-sitosterol, estigmastrol, α dan β amirina,

August 2014 (Vol. 1 No. 2)


136 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

Mekanisme terjadinya inflamasi karena menggumpal sehingga dapat menyumbat


adanya reaksi setempat dari jaringan atau dan menutupi luka. Rentang waktu antara
sel terhadap suatu rangsang atau cedera. mulainya pendarahan sampai terbentuknya
Inflamasi diawali dengan adanya stimulus sumbatan sering disebut sebagai waktu
yang merusak jaringan, mengakibatkan pendarahan (Gumawan, 2008). Penggunaan
sel mast pecah dan terlepasnya mediator tanaman sebagai obat anti pendarahan belum
- mediator inflamasi, diantaranya adalah banyak, tanaman berenuk (C. cujete L)
histamin, serotonin, bradikinin, leukotrin, berpotensi terhadap efek aktivitas penghentian
dan prostaglandin. Histamin bertanggung pendarahan luar dan aktivitas antiinflamasi
jawab pada perubahan yang paling awal yaitu dari ekstrak etanol daunnya, sehingga akan
menyebabkan vasodilatasi pada arteriol yang menambah khasanah penelitian kedepannya
didahului dengan vasokonstriksi awal dan untuk mengembangkan tanaman berenuk agar
peningkatan permeabilitas kapiler. Perubahan dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal.
permeabilitas yang terjadi menyebabkan cairan
keluar dari pembuluh darah dan berkumpul METODE
dalam jaringan. Bradikinin bereaksi lokal
menimbulkan rasa sakit, vasodilatasi, Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
meningkatkan permeabilitas kapiler. Sebagai adalah seperangkat alat sokhletasi, pengaduk
penyebab radang, prostaglandin berpotensi kaca, kain saring, cawan penguap, sudip,
kuat setelah bergabung dengan mediator penangas air, rotary evaporator, pipet ukur
lainnya (Mansjoer, 1999). (Pyrex), neraca analitik (Shimadzu), pisau
bedah steril, dan stop watch.
Ketika mengalami luka pada permukaan
tubuh, maka tubuh akan mengeluarkan Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam
darah. Terjadinya pendarahan itu disebabkan penelitian ini adalah daun berenuk,. Bahan
oleh sobeknya kapiler atau pembuluh darah. kimia yang digunakan meliputi: gelatin 25%,
Pada keadaan luka yang ringan, setelah etanol 96% teknis (Bratachem), aquadestilata
beberapa saat darah akan berhenti mengalir. (Brataco), NaCl 0,9% (Otsuka), NaCMC,
Penghentian pendarahan adalah proses yang formalin. Hewan percobaan yang digunakan
kompleks. Pembekuan dimulai ketika keping- adalah mencit jantan galur DDY berumur 3
keping darah dan faktor-faktor lain dalam bulan dengan berat 20–30 gram dan sehat.
plasma darah kontak dengan permukaan Mencit diperoleh dari Fakultas Farmasi
yang tidak biasa, seperti pembuluh darah Universitas Muhammadyah Purwokerto.
yang rusak atau terluka. Pada saat terjadi luka
pada permukaan tubuh,  komponen darah, Metode penelitian yang digunakan adalah
yaitu trombosit akan segera berkumpul metode eksperimental. tahapan penelitian
mengerumuni bagian yang terluka dan akan diawali dengan pendeterminasian tumbuhan.

Pharm Sci Res


Anjar Mahardian Kusuma, Adri Nurrakhmat Sulistyo, Susanti, Sabikis 137

C. cujete L. diambil bagian daun batang dan perlakuan sebanyak 3 tetes sesuai dengan
foto utuh tumbuhan untuk dideterminasi. kelompoknya. Kemudian diukur lama waktu
Daun C. cujete L di panen pada pagi hari darah tidak lagi keluar dari luka sebagai waktu
sebanyak 5 kg kemudian dicuci dan dilakuan pendarahan dalam menit. Data yang diperoleh
sortasi basah untuk menghilangkan debu dianalisis homogenitasnya kemudian dilihat
yang menempel pada daun. Tahap selanjutnya perbedaannya dengan menggunakan ANAVA
daun di jemur di panas matahari dengan satu arah, dilanjutkan dengan uji beda nyata
ditutup kain hitam sampai kering. Simplisia terkecil.
kering ditandai dengan rapuhnya bagian daun
tersebut. Daun yang sudah kering disortasi HASIL DAN PEMBAHASAN
kembali untuk memisahkan jika ada cemaran
yang ikut terambil ketika panen. Kemudian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan penyerbukan dan serbuk di adalah daun berenuk yang diperoleh dari
ayak dengan ayakan ukuran 80.500 gram kebun di daerah Teluk, Purwokerto dalam
serbuk diekstraksi dengan metode sokletasi kondisi segar. Hasil determinasi tumbuhan
selama 8 sirkulasi atau jika pelarut sudah yang dilakukan oleh Drs. Arief Husein M.Si
tidak keruh. Pelarut yang digunakan adalah dari Laboratorium Botani dan Genetika
ethanol 96 % sebanyak 1000 ml. Ekstrak Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
yang diperoleh kemudian di pisahkan dari Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
pelarutnya menggunakan rotary evaporator Muhammadiyah Purwokerto menunjukan
sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak bahwa bahan tumbuhan yang digunakan
kental yang diperoleh kemudian diuji secara adalah berenuk (C. cujete L).
organoleptis.
Pada tahap ekstraksi dengan cara sokhletasi
Sebanyak 30 ekor mencit digunakan dalam Uji menggunakan pelarut etanol 96%, diperoleh
aktivitas penghentian perdarahan luar. Hewan hasil berupa ekstrak kental daun berenuk
uji dibagi dalam 5 kelompok. kelompok 1 sebanyak 20,44 g dari 500 g berat total
sebagai kontrol positif menggunakan 25 % simplisia (rendemen 4,08%). Dilanjutkan
gelatin, kelompok 2 adalah kontrol negatif dengan uji organoleptis ekstrak dengan bentuk
menggunakan NaCl 0,9 %. Kelompok 3,4,5 ekstrak kental, Warna hijau kehitaman, aroma
adalah kelompok perlakuan ekstrak etanol yang khas dan rasa yang pahit. Pada uji
daun berenuk dengan konsentrasi 40, 60 aktivitas penghentian pendarahan luar peneliti
dan 80 % (b/v). Setiap kelompok di sayat mengamati aktivitas penghentian pendarahan
pada bagian pangkal ekor secara melintang luar dari ekstrak etanol daun berenuk yang
sepanjang 2 cm dan mengenai vena lateralis diberikan secara topikal pada luka dengan
ekor. Darah pertama dibuang kemudian diberi mengamati lama waktu pendarahannya.

August 2014 (Vol. 1 No. 2)


138 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

Tabel 1. Data hasil uji aktifitas penghentian pendarahan luar ekstrak etanol daun berenuk

Waktu Pendarahan (Detik)


Replikasi Eks. Berenuk Eks. Berenuk Eks. Berenuk
Kontrol Positif Kontrol Negatif
80% 60% 40%
1. Replikasi I 56,37 180,76 39,86 54,88 94,85
2. Replikasi II 57,29 184,69 43,26 57,09 97,53
3. Replikasi III 57,47 190,13 40,53 56,80 95,77
4. Replikasi IV 58,66 187,37 39,80 56,95 96,25
5. Replikasi V 55,14 186,45 37,21 58,85 98,27
6. Replikasi VI 56,48 185,62 41,56 54,51 99,59
Rata-rata ± SD : 56,09 ± 1,19# 185,84 ± 3,11* 40,37 ± 2,01*# 56,51 ± 1,59# 97,04 ± 1,74*#
* = Uji beda nyata (LSD) signifikan terhadap kontrol positif (p<0,05)
#
= Uji beda nyata (LSD) signifikan terhadap kontrol negatif (p=0,05)

Waktu pendarahan adalah waktu yang dibandingkan kelompok yang lain bahkan
dihitung dari mulai terjadinya luka sampai lebih dari kelompok kontrol positif. Pada
terjadinya penyumbatan homeostatik pada kelompok ekstrak berenuk 60% mempunyai
daerah luka. Adanya efek yang ditunjukkan aktifitas penghentian pendarahan luar yang
oleh ekstrak etanol daun berenuk ditandai hampir sama besarnya dengan kontrol
dengan semakin pendeknya waktu pendarahan positif. Sedangkan untuk kelompok ekstrak
setelah dilakukan perlakuan pemberian berenuk 40% masih mempunyai aktivitas
luka pada ekor hewan uji. Variasi dosis penghentian pendarahan luar, meskipun lebih
pemberian ekstrak yang diberikan yaitu 80%, rendah dibandingkan dengan kontrol negatif
60% dan 40% dengan gelatin 25% sebagai tetapi tidak lebih cepat dibandingkan dengan
kotrol positif. Hasilnya berupa lama waktu waktu pendarahan pada kontrol positif.
pendarahan dari masing-masing kelompok Setelah dilakukan uji BNT dapat diketahui
uji dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan bahwa pada kelompok dosis ekstrak daun
tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa kelompok berenuk 80% dan 40% menunjukan adanya
gelatin 25% sebagai kontrol positif memiliki perbedaan nyata baik dengan kelompok
aktifitas penghentian pendarahan luar dengan kontrol negatif (NaCl 0,9%) maupun dengan
membandingkan dengan kelompok kontrol kontrol positif (Gelatin 25%). Sehingga dari
negatif yang diberi perlakuan menggunakan uji BNT ini terdapat kemungkinan pada dosis
NaCl 0,9%. Kelompok ekstrak berenuk 80% ekstrak berenuk dapat digunakan untuk
dengan kadar 80% memiliki aktifitas memperpendek waktu pendarahan, bahkan
penghentian pendarahan luar paling besar lebih baik daripada kontrol positif. Pada

Pharm Sci Res


Anjar Mahardian Kusuma, Adri Nurrakhmat Sulistyo, Susanti, Sabikis 139

kelompok dosis ekstrak daun berenuk 60% dan produksi dari prostaglandin I2 vasodilatasi
ketika dibandingkan dengan kontrol positif (prostasiklin) sehingga menyebabkan proses
yaitu gelatin 25% hasilnya tidak terdapat kontraksi luka (vasokonstriksi) menjadi lebih
perbedaan nyata. Hal ini memgindikasikan cepat (Salawu et al., 2008).
dari uji BNT ini bahwa pada dosis 60%
ekstrak berenuk dapat digunakan untuk Hasil percobaan diatas telah mendukung
memperpendek waktu pendarahan, tetapi dan membuktikan secara farmakologis
tidak berbeda secara signifikan terhadap bahwa penggunaan secara tradisional daun
kontrol positif. Pembekuan darah terjadi oleh berenuk sebagai obat pendarahan memang
faktor perubahan protein plasma protrombin benar adanya. Oleh karena itu, agar dapat
menjadi trombin, trombin adalah suatu dikembangkan menjadi obat herbal yang
enzim yang mengkatalisasi fibrinogen, yaitu terstandar kedepanya perlu dilakukan uji
suatu protein yang larut menjadi fibrin yang keamanan dan toksisitas dari ekstrak daun
tidak larut, dalam beberapa detik fibrin berenuk tersebut.
berpolimerasi menjadi suatu jala-jala yang
tersusun dari benang- benang fibrin yang KESIMPULAN
panjang berjalan ke segala arah, jala ini
menangkap elemen darah yang berbentuk Pemberian ekstrak etanol daun berenuk
dan terbentuklah suatu bekuan. Gelatin mempunyai aktivitas penghentian pendarahan
sebagai kontrol positif memiliki aktifitas luar terhadap mencit jantan secara in vivo.
penghentian pendarahan luar dengan
mekanisme membentuk bekuan buatan yang DAFTAR ACUAN
menyumbat pembuluh kapiler yang terbuka
akibat tergores luka lalu memblok darah yang Ejelonu, B.C.,  Lasisi, A.A., Olaremu,
keluar dari kapiler sehingga memperpendek A.G.,  & Ejelonu, O.C. (2011). The
waktu pendarahan (Sundaram & Keenan chemical constituents of calabash
,2010). (Crescentia cujete). African Journal of
Biotechnology, 10 (84), 19631-19636.
Beberapa kemungkinan mekanisme aksi dari Kaneko, T., Ohtani, K., Kasai, R., Yamasaki,
ekstrak daun berenuk dalam menghentikan K., & Duc, N.M. (1998).n-Alkyl
pendarahan luar antara lain dengan glycosides and p-hydroxybenzoyloxy
membentuk bekuan buatan pada luka. Selain glucose from fruits of Crescentia cujete.
itu mekanisme lain dalam menghentikan Phytochemistry, 47, 259–263.
pendarahan luar diduga melalui flavonoid Kee, J. L., & Evelyn, R. H. (1996).
yang dikandungnya. Flavonoid serta tanin Farmakologi : Pendekatan proses
yang dikandung oleh daun berenuk diduga Keperawatan. Cetakan I. Jakarta: Penerbit
berperan dalam penghambatan sintesis lokal Buku Kedokteran EGC.

August 2014 (Vol. 1 No. 2)


140 Pharm Sci Res ISSN 2407-2354

Lim, T.K. (2012). Edible Medicinal and germosenrobineou . Editor Santo


Non-Medicinal Plants. Volume 1 Fruits. Domingo, tramil; Hlm : 161
London: Springer Rojas, G., Levaro, J., Tortoriello, J., Navarro,
Mahbub, K. R., Hoq, M. M., Ahmed, M. M., V. (2001). Antimicrobial evaluation of
& Sarker, A. (2011). In vitro antibacterial certain plants used in Mexican traditional
activity of Crescentia cujete and medicine for the treatment of respiratory
Moringa oleifera. Bangladesh Research diseases. Journal of Ethnopharmacology,
Publications Journal, 5(4), 337-43. 74, 97-101.
Mansjoer, A. M., dkk. (1999). Kapita Selekta Salawu, O., Aliyu, M., & Tijani, A.Y. (2008).
Kedokteran, Jakarta: Media ausculapius Haematological studies on the ethanolic
FKUI. stem bark extract of Pterocarpus erinaceus
Marc, N.O. (2008). The Nutritive and Anti- poir (fabaceae). African Journal of
nutritive Compositions of Calabash Biotechnology, 7(9), 1212-1215.
Crescentia cujete. Journal of Food Sundaram, C. P., & Keenan, A. C. (2010).
Technology, 6, 267-270. Evolution of hemostatic agents in surgical
Murch, S. J., Liu, C., Romero, R. M., practice. Indian Journal of Urology, 26(3),
Saxena, P. K. (2004). In vitro culture 374 – 378
and temporary immersion bioreactor Susanti. (2008). Aktivitas Antibakteri Ekstrak
production of  Crescentia cujete. Plant Air dan Etanol Daun Berenuk (Crescentia
Cell Tiss. Organ Cult. 78, 63–68 cujete L). Pharmacy, 4(3), 177-183
Pharmacophee Caribeenne. (1999).
Pharmacophee Caribeenne, lionel

Pharm Sci Res

Anda mungkin juga menyukai