Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERAWATAN KEJANG DEMAM DI RUMAH

Disusun oleh :
Kelompok Allen

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
Maret, 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Perawatan Kejang Demam di Rumah
Sasaran : Orang tua dan keluarga di Ruang Anak Rumah Sakit Umum
Raden Mattaher
Tempat : Ruang Anak Rumah Sakit Umum Raden Mattaher
Hari/Tanggal : Kamis, 05 Maret 2020
Jam : 10.00-10.40
1. Latar Belakang
Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap
masalah yang terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak
berbahaya, tetapi bila demam tinggi dapat menyebabkan masalah serius
pada anak. Masalah yang sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas
38ºC yaitu kejang demam (Ngastiyah, 2012).
Wastoro dkk (2011), mengatakan bahwa kejang demam terdiri dari
kejang demam simpleks dan kompleks. Kejang demam sederhana ( simple
febrile seizure) biasanya berlangsung singkat kurang dari 15 menit dan
umumnya akan berhenti sendiri. Kejang demam kompleks ( complex
febrile seizure ) biasanya terjadi lebih dari 15 menit, dan terjadi kejang
berulang atau lebih dari satu kali 24 jam (dalam Nugroho, 2014). Hasil
penelitian Kakalang, dkk (2016), menyebutkan untuk klasifikasi jenis
kejang demam tertinggi terjadi pada kejang demam kompleks sebanyak 91
(60,7%), sedangkan pada kejang demam simpleks sebanyak 59 (39,3%).
WHO memperkiraan pada tahun 2015 terdapat21,65 juta penderita
kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di
Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan – 13 tahun dengan riwayat kejang,
yang mengalami kejang demam sekitar 77% (WHO, 2015 dalam Ervina
Tri Untari, 2013).Menurut Hernal, 2010 dalam Ervina Tri Untari, 2013.
Insiden terjadi nya kejang demam di perkirakan mencapai 4-5% dari
jumlah penduduk di Amerika Serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat.
Namun di Asia angka kejadian kejang lebih tinggi , seperti di jepang di
laporkan antara 6-9%kejadian kejang demam, di india yaitu 5-10%, dan di
Guam adalah 14% (Ervina, 2016).
Angka kejadian kejang demam di Indonesia dalam jumlah
persentase yang cukup seimbang dengan negara lain. Kejadian kejang
demam diIndonesia disebutkan terjadi pada 2-5%anak berumur 6 bulan
sampai dengan 3tahun dan 30% diantaranya akanmengalami kejang
demam berulang(Kuncoro, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab kematian balita di
Sumatera Barat adalah demam (18,9%),kejang -->ini kejang demam ?
(13,5%), diare (10,8%), dan gizi buruk (5,4%)dimana 38,7% meninggal
pada usia 12-23 bulan dan63,8% pada usia 24-59 bulan. Proporsi kematian
balitalebih tinggi pada balita yang mempunyai ibu dengan paritas≤ 3 orang
(63,8%) dibandingkan ibu dengan paritas> 3 orang (38,7%)-->proporsi ini
tdk perlu (Mariati dkk, 2011). Sedangkan untuk wilayah kota Padang itu
sendiri prevalensi kejadian kasus untuk demam kejang naik dari tahun
2016 ke 2018 yaitu dari 14% menjadi 25% kasus. Kasus demam kejang ini
termasuk dalam salah satu penyebab terbanyak kematian bayi dan
balita. Untuk 1 tahun terakhir ditemukan 1 balita meninggal akibat kejang
(SDKI, 2014).
Menurut survey awal yang dilakukan disalah satu Rumah sakit
besar di kota Jambi yaitu RSUD Raden Mataher diruang anak didapatkan
data bahwasannya kebanyakan anak atau lebih dari 50% anak yang
dirawat di rumah sakit tersebut diawali dengan demam dan kejang.
Namun, tak banyak yang mengetahui tentang perawatan demam kejang.
Berdasarkan wawancara dengan 8 orang ibu yang sedang menunggu
anaknya didapatkan hasil 2 dari 8 ibu mengetahui cara perawatan demam
kejang saat dirumah dan 6 diantaranya masih belum mengetahui perawatan
demam kejang dirumah.--> data bulan kapan ? Jangan asal buat data ya..
Penelitian Kakalang, dkk (2016), menyebutkan bahwa sebagian
besar kasus kejang demam dapat sembuh dengan sempurna, tetapi 2%
sampai 7% dapat berkembang menjadi epilepsi dengan angka kematian
0,64% sampai 0,75%. Kejang demam dapat mengakibatkan gangguan
tingkah laku serta penurunan intelegensi dan pencapaian tingkat akademik.
Beberapa hasil penelitian tentang penurunan tingkat intelegensi paska
bangkitan kejang demam tidak sama, 4% pasien kejang demam secara
bermakna mengalami gangguan tingkah laku dan penurunan tingkat
intelegensi.
Menurut Ngastiyah (2014), gambaran klinis yang timbul saat anak
mengalami kejang demam adalah gerakan mulut dan lidah yang tidak
terkontrol. Lidah dapat seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu
menyumbat saluran pernapasan. Akibat dari terjadinya kejang demam
pada anak dan balita akan mengalami penundaan pertumbuhan jaringan
otak. Penelitian Putra, dkk (2014), mengatakan tenaga perawat dituntut
untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga. Yang
meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu
dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang
utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual.
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang
terjadibersamaan dengan demam. Keadaaan ini merupakan salah satu
gangguanneurologik yang paling sering dijumpai pada masa kanak-kanak
danmenyerang sekitar 4% anak (Wong, 2009). Kejang demam terjadi
padakenaikan suhu tubuh yang biasanya disebabkan oleh proses
ekstrakraniumsering terjadi pada anak, terutama pada penggolongan anak
umur 6 bulansampai 4 tahun (Ridha, 2014).
Tanda dan gejala yang sering ditemui oleh ibu pada saat anak
mengalami kejang demam adalah Suhu tubuh mencapai >38oC, Anak
sering hilang kesadaran saat kejang, mata mendelik, tungkai dan lengan
mulai kaku, bagian tubuh anak berguncang (gejala kejang bergantung pada
jenis kejang), Kulit pucat dan membiru dan Akral dingin
Wong (2008) menjelaskan prioritas asuhan pada keperawatan
kejang demam adalah mencegah atau mengendalikan aktivitas kejang,
melindungi pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas,
meningkatkan harga diri yang positif, memberikan informasi kepada
keluarga tentang proses penyakit, prognosis, dan kebutuhan penangannya.
Berdasarkan fenomena yang banyak terjadi di Indonesia sering terjadi saat
demam tidak di tangani dengan baik oleh orang tua, seperti tidak segera
memberikan kompres pada anak ketika terjadi kejang demam, tidak
memberikan obat penurunan demam, dan sebagai orang tua justru
membawa anaknya kedukun sehingga sering terjadi keterlambatan bagi
petugas dalam menangani yang berlanjut pada kejang demam. Adapun
prilaku-prilaku ibu pada saat kejang berupa: memasukkan sendok ke mulut
anak, memberikan kopi saat anak kejang, memasukkan gula ke dalam
mulut anak, menyembur tubuh anak yang kejang, mengoleskan terasi dan
bawang ke tubuh anak, meletakkan jimat di dekat tubuh anak.-->benarkah
masih ada fenomena ini? Tahun berapa?
Berdasarkan latar belakang diatas, dan juga mengingat demam
kejang ini bisa terjadi dirumah maka kelompok tertarik untuk melakukan
penyuluhan terhadap ibu/keluarga tentang bagaimana cara tepat untuk
mengatasi bila anak demam kejang yang terjadi dirumah sehingga tidak
terjadi masalah berkelanjutan..

2. Tujuan
2.1 Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan diharapkan keluarga pasien
di Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Provinsi Jambi mengetahui
Perawatan kejang demam di rumah.

2.2 Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan pendidikan kesehatan diharapkan keluarga pasien
mampu :
a. Mengetahui pengertian kejang demam
b. Mengetahui etiologi kejang demam
c. Mengetahui klasifikasi kejang demam
d. Mengetahui patofisiologi kejang demam
e. Mengetahui manifestasi kejang demam
f. Mengetahui perawatan kejang demam dirumah

3. Materi
Materi penyuluhan terlampir :
a. Mengetahui tentang pengertian kejang demam
b. Mengetahui etiologi kejang demam
c. Mengetahui klasifikasi kejang demam
d. Mengetahui patofisiologi kejang demam
e. Mengetahui manifestasi kejang demam
f. Mengetahui perawatan kejang demam dirumah

4. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab
5. Media
a. Power Point
b. Leaflet
6. Pengorganisasian
Moderator : Suratin
Pemateri : Rahmaniah Risna
Fasilitator :David Trasandaria, Roza Dilla Hasmarinda, Tantri Ayu
Puspita Arum, Krisna Ramadhan Saputra
Observer : Tria Yuliani, Dessi Arisandi, M. Tendri Pratama
7. Deskripsi Pengorganisasian :
a. Moderator : Suratin
Membantu pemateri dalam mengorganisasikan anggota pendidikan
kesehatan, membuka dan menutup pendidikan kesehatan, memimpin
jalannya proses diskusi.
b. Pemateri : Rahmaniah Risna
Menyampaikan materi dan menjawab pertanyaan
c. Fasilitator: David Trasandaria, Tantri Ayu Puspita Arum, Roza Dilla
Hasmarinda, Krisna Ramadhan Saputra.
1) Memfasilitasi dan memotivasi anggota pendidikan kesehatan
untuk berperan aktif
2) Memfokuskan kegiatan
3) Membantu mengkoordinasikan anggota kelompok
d. Observer : Tria Yuliani, Dessi Arisandi, M. Tendri Pratama
Mencatat dan mengevaluasi proses berlangsungnya pendidikan
kesehatan, meliputi penilaian kerja masing-masing personil, mencatat
pertanyaan dan feedback dari peserta.
8. Setting tempat
Layar

Ket :
: fasilitator : moderator

: Peserta

: Tamu, CI klinik, Dosen

: observer

: pemateri
9. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. 5 Menit Pembukaan : 1. Menyambut
salam dan
1. Memberi salam dan
mendengarkan
memperkenalkan diri,
2. Mendengarkan
pembimbing
3. Mendengarkan
2. Menjelaskan tujuan dari
4. mendengarkan
penyuluhan
3. Melakukan kontrak waktu
4. Menyebutkan materi
penyuluhan yang akan
diberikan
2. 20 Menit Pelaksanaan : 1. Menyampaikan
informasi yang
a. Menggali informasi yang
telah diketahui
telah diketahui peserta
2. Mendengarkan
tentang kejang demam
dan
b. Memberikan reinforcement
memperhatikan
positif
c. Memberikan penjelasan
tentang:
1. Pengertian kejang
demam
2. Etiologi kejang demam
3. Klasifikasi kejang
demam
4. Patofisiologi kejang
demam
5. Manifestasi kejang
demam
6. Perawatan kejang demam
dirumah

3. 10 menit Tanya jawab : 1. Memberikan


pertanyaan
1. Memberi kesempatan
2. Menjawab
bertanya kepada peserta
pertanyaan
2. Menjawab pertanyaan dari
peserta
4. 5 menit Penutup : 1. Menyebutkan
sesuai materi
1. Mengevaluasi materi
yang diberikan
penyuluhan bersama audiens
2. Mendengarkan
2. Menyimpulkan materi yang
diberikan dan membalas
3. Membagi leaflet salam
4. Mengucapkan terima kasih 3. Menerima leaflet
dan salam penutup 4. Membalas salam

10. Kriteria Evaluasi

a. Evaluasi struktur
1) Peserta hadir ditempat yang sudah ditentukan untuk pendidikan
kesehatan--> penyuluhan 5-10 orang.
2) Pendidikan kesehatan -->penyuluhan dilaksanakan di ruang
anak Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Provinsi Jambi
3) Sarana dan prasarana memadai --> maksudnya memadai ?

b. Evaluasi proses
1) Pelaksanaan kegiatan--> diganti penyuluhan pada hari dan jam
yang telah dijadwalkan
2) Kegiatan berjalan lancar sesuai rencana dan kontrak waktu
yang telah disepakati diawal pembukaan.
3) Peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan, memperhatikan saat
materi diberikan, dan mengajukan pertanyaan mengenai materi
yang telah disampaikan.
4) Seluruh peserta mengikuti kegiatan sampai akhir, tidak ada
peserta yang meninggalkan ruangan dipertengahan acara.

c. Evaluasi hasil
1) 75% peserta memahami tentang pengertian kejang demam
2) 75% peserta memahami etiologi kejang demam
3) 75 % peserta memahami klasifikasi kejang demam
4) 75% peserta memahami patofisiologi kejang demam
5) 75% peserta memahami manifestasi kejang demam
6) 75% peserta memahami perawatan kejang demam dirumah
--> observer harus melihat rencana kriteria evaluasi ini.
Lampiran
MATERI PENYULUHAN
PERAWATAN KEJANG DEMAM DIRUMAH

1. Definisi Kejang Demam


Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior
yang bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya
aktifitas listrik abnormal diotak yang terjadi karena kenaikan suhu
tubuh (Widagno, 2012).
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan
tinggi (kenaikan suhu tubuh diatas 38°c) karena terjadi kelainan
kranial. Kejang demam atau febrileconvulsion adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium (Lestari, 2016).

2. Etiologi Kejang Demam


Menurut Widagdo (2012) etiologi kejang demam adalah sebagai
berikut :
a. Demam itu sendiri, demam yang disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan
infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang
tinggi.
b. Efek produk toksik daripada mikroorganisme
c. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
d. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
e. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak
diketahui atau enselofati toksik sepintas
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang
demam berulang antara lain :
1) Usia <15 bulan saat kejang demam pertama
2) Riwayat kejang demam dalam keluarga
3) Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau
saat suhu sudah relatif normal
4) Riwayat demam yang sering
5) Infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut,
pneumonia, gastroenteritis akut, exantema subitum,
bronchitis, dan infeksi saluran kemih. Selain itu juga infeksi
diluar susunan syaraf pusat seperti tonsilitas, faringitis,
forunkulosis serta pasca imunisasi DPT (pertusis) dan
campak (morbili) dapat menyebabkan kejang demam.
6) Produk toksik mikrooorganisme terhadap otak (shigellosis,
salmonellosis)
7) Respon alergi atau keadaan imum yang abnormal oleh
karena infeksi
8) Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
9) Gabungan dari faktor-faktor diatas

Tambahkan Diagnosis kejang demam

3. Klasifikasi Kejang Demam


Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone :
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
c. Kejang berdifat umum
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu
normal tidak menunjukkan kelainan.
g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
h. Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari
tujuh kriteria tersebut (modifikasi livingstone) digolongkan pada
kejang demam kompleks (Ngastiyah, 2012).
Widagno (2012), mengatakan berdasarkan atas studi
epidemiologi, kejang demam dibagi 3 jenis, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya
terdapat pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai
umum dan tonik-klonik, umumnya berlangsung beberapa
detik/menit dan jarang sampai 15 menit. Pada akhir kejang
kemudian diakhiri dengan suatu keadaan singkat seperti
mengantuk (drowniness), dan bangkitan kejang terjadi hanya
sekali dalam 24 jam, anak tidak mempunyai kelainan
neurologik pada pemeriksaan fisik dan riwayat perkembangan
normal, demam bukan disebabkan karena meningitis atau
penyakit lain dari otak.
b. Kejang demam kompleks (domplex or complicated febrile
convulsion) biasanya kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau
kejang berulang dalam 24 jam dan terdapat kejang fokal atau
temuan fokal dalam masa pasca bangkitan. Umur pasien, status
neurologik dan sifat demam adalah sama dengan kejang demam
sederhana
c. Kejang demam simtomatik (symtomatic febrileseizure)
biasanya sifat dan umur demam adalah sama pada kejang
demam sederhana dan sebelumnya anak mempunyai kelainan
neurologi atau penyakit akut. Faktor risiko untuk timbulnya
epilepsi merupakan gambaran kompleks waktu bangkitan.
Kejang bermula pada umur <12 bulan dengan kejang kompleks
terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan maka
pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan
kemungkinan adanya meningitis.
4. Patofisiologi Kejang Demam
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yang ionik.
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan
mudah ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+)
dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI). Akibatnya konsentrasi
ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang
diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis
dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi
dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler
2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu akan mengakibatkan
kenaikkan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65%
dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%.
Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difursi dari ion kalium maupun ion natrium akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besrnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran
sel disekitarnya dengan bantuan “neuro transmitter” dan terjadi
kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda
tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak akan
menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak
berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang
demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya
disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot, skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnea, asidosis laktat, disebabkan oleh metabolisme
anaerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin
meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otot
meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab
hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya
kejang. Lestari (2016) dan Ngastiyah (2012).

4. Manifestasi Kejang Demam


Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai
pada pasien dengan kejang demam diantaranya:
a. Suhu tubuh mencapai >38 oC
b. Anak sering hilang kesadaran saat kejang
c. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh
anak berguncang ( gejala keang bergantung pada kaku, bagian
tubuh anak berguncang ( gejala kejang bergantung pada jenis
kejang )
d. Kulit pucat dan membiru ??????
e. Akral dingin

Kompilkasi kejang demam tambahkan.

5. Pencegahan Kejang Demam


Kebanyakan, kejang demam terjadi dihari pertama anak
sakit. Seringkali kejang demam muncul sebelum orangtua
menyadari bahwa anaknya sedang sakit. Namun, jika anda melihat
akan adanya gejala kejang demam pada anak lakukan beberapa hal
berikut :
1) Ketika anak mulai mengalami gejala demam, berikan asupan
cairan sebanyak mungkin anak bisa konsumsi, dan cukupi
istirahat anak, kemudian segera cari bantuan medis
2) Jaga daya tahan tubuh anak dengan memberi asupan nutrisi
yang cukup, berikan cukup istirahat, ajak beraktivitas setiap
hari, dan bersihkan lingkungan sekitar anak.
3) Pastikan Anda mengonsultasikan dan meminta diajarkan
pertolongan pertama pada demam dan kejang untuk bisa Anda
antisipasi dan lakukan dirumah sebelum ke rumah sakit
4) Bila perlu, sediakan termometer dirumah, untuk mengukur
suhu anak setiap kali curiga demam. ?? Kenapa bila perlu ?

6. Penatalaksanaan Kejang Demam Di Rumah


Biasanya yang terjadi dimasyarakat jika terjadi kejang tiba-
tiba biasanya ibu menanganinya dengan menggendong anaknya
kemudian menyiram kepala dengan air dingin, dan memasukkan
gagang sendok yang dibungkus dengan kain/sapu tangan bersih
pada mulut anak. Sedangkan untuk menurunkan suhu tubuh anak
orang tua menumbuk sebuah timun kemudian ditempel pada
kening kepala anak. Jika suhu tubuh anak masih tinggi dan kejang
tidak berhenti, maka ibu membawa anak kerumah sakit
Namun secara ilmiah, Ngastiyah (2012)menjelaskan bahwa
dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa factor yang
perlu di kerjakan yaitu:
1. Jika anak anda mengalami kejang demam, cepat bertindak
untuk mencegah luka.
2. Letakkan anak anda di lantai atau tempat tidur dan jauhkan
dari benda yang keras atau tajam
3. Palingkan kepala ke salah satu sisi sehingga saliva (ludah) atau
muntah dapat mengalir keluar dari mulut
4. Jangan menaruh apapun di mulut pasien supaya jalan nafas nya
tidak tertutup.
5. Hubungi pelayanan kesehatan terdekat --> kapan kondisi tepat
menghubungi yankes ?
6. Jangan memegang anak untuk melawan kejang.
7. Tetap tenang dan jangan panik.

Cari referensi lain cara orangtua melindungi anak dari cedera selama kejang.

Bisa rebahkan bayi dipangkuan ibu dg wajah menghadap ke bawah. Jangan


menahan tubuh anak.
Durasi kejang perlu dihitung.
Longgarkan pakaian.

DAFTAR PUSTAKA

Darmandi, dkk. (2012). Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Kejang Demam,
Lampung. . http://download.portalgaruda.org.
Gunawan, P.I., dkk. 2012. Faktor Resiko Kejang Demam Berulang pada Anak.
http://download.portalgaruda.org.
Imaduddin, K., dkk, 2013. Gambaran Elektrolit Gula Darah Pasien Kejang
Demam yang di Rawat di Bangsal Anak RSUP Dr. M.
Djamil Padang Periode Januari 2010-2012. http://jurnal.fk.unand.ac.id.
Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.

Ngastiyah.2012.Perawatananaksakit.Jakarta:EGC

NugPadila. 2012. Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah. Yogyakarta: NuhaMedi


ka.--> tidak usah dimasukkan KMB
Ridha,N.H,2014.Buku Ajar Keperawatan Anak, Yogyakarta:Pustaka Penerbit.

Anda mungkin juga menyukai