Anda di halaman 1dari 21

PRAKTIKUM III

PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN

3.I. PENDENGARAN
Tujuan Percobaan

Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :

1. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan audiometer (Pemeriksaan


audiometer).

2. Membuat kesimpulan mengenai “hearing loss” dari pemeriksaan audiometer sehingga dapat
menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas normal atau tidak.

Teori Dasar

Gelombang suara terdiri dari daerah-daerah pemampatan dan penjarangan molekul udara
yang berlangsung secara bergantian
 Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara
 Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah
bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang-
seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan (rarefaction) molekul
tersebut
 Gelombang suara juga dapat berjalan melalui medium selain udara, misalnya air
 Suara ditandai oleh :
a. Nada
Ditentukan oleh frekuensi getaran. Semakin tinggi frekuensi getaran, semakin tinggi
nada.
Telinga manusia dapat mendeteksi gelombang suara dengan frekuensi 20-20.000 siklus
per detik, tetapi paling peka terhadap frekuensi antara 1.000 dan 4.000 siklus per detik.
b. Intensitas atau kepekakan (kekuatan)
Bergantung pada amplitudo gelombang suara, atau perbedaan tekanan antara daerah
pemampatan yang bertekanan tinggi dan daerah penjarangan yang bertekanan rendah.
Semakin besar amplitudo, semakin keras (pekak) suara
Kepekakan dinyatakan dalam desibel (dB), yaitu ukuran logaritmik intensitas
dibandingkan dengan suara teredam (terhalus) yang dapat terdengar
c. Kualitas suara atau warna nada (timbre)
Bergantung pada nada tambahan (overtone), yaitu frekuensi tambahan yang menimpa
nada dasar 

Telinga luar dan tengah mengubah gelombang suara dari hantaran udara menjadi getaran
cairan di telingan dalam 

Sel rambut di organ Corti mengubah gerakan cairan menjadi sinyal saraf
 Telinga mengubah gelombang suara di udara menjadi gerakan-gerakan berosilasi membrana
basilaris yang membengkokkan pergerakan maju mundur rambut-rambut di sel reseptor.
Perubahan bentuk mekanis rambut-rambut tersebut menyebabkan pembukaan dan penutupan
(secara bergantian) saluran di sel reseptor, yang menimbulkan perubahan potensial berjenjang
di reseptor, sehingga mengakibatkan perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi yang
merambat ke otak.

Diskriminasi nada bergantung pada daerah membrana basilaris yang bergetar; diskriminasi
kepekakan suara bergantung pada amplitudo getaran
 Diskriminasi nada, yaitu kemampuan membedakan berbagai frekuensi gelombang suara yang
datang bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris, yang menyempit dan kaku di
ujung jendela ovalnya dan lebar serta lentur di ujung helikotremanya. Ujung sempit paling
dekat jendela oval bergetar maksimum pada nada-nada tinggi, sedangkan ujung lebar paling
dekat dengan helikotrema bergetar maksimum pada nada-nada rendah. Nada-nada tambahan
dengan berbagai frekuensi menyebabkan banyak titik di sepanjang membrana basilaris ikut
bergetar secara simultan, tetapi dengan intensitas yang lebih rendah daripada nada dasar,
sehingga SSP mampu membedakan warna nada (diskriminasi warna nada).
 Diskriminasi intensitas (kepekakan). Bergantung pada amplitudo getaran.

Korteks pendenganran dipetakan berdasarkan nada


 Setiap daerah di membrana basilaris berhubungan dengan daerah tertentu di korteks
pendengaran dalam lobus temporalis.
 Jalur saraf antara organ Corti dan korteks pendengaran melibatkan beberapa sinaps dalam
perjalanannya, terutama adalah sinaps di batang otak dan nukleus genikulatus medialis
talamus. Batang otak menggunakan masukan pendengaran untuk kewaspadaan dan arousal.
Talamus menyortir dan memancarkan sinyal ke atas. Sinyal pendengaran dari kedua telinga
disalurkan ke kedua lobus temporalis karena serat-seratnya bersilangan secara parsial di
batang otak

Alat Percobaan

1. Audiometer merek ADC. Lengkap dengan telepon telinga dan formulir.

2. Penala berfrekuensi 256.

3. Kapas untuk menyumbat teliga.

I. AUDIOMETRI

Keterangan teknis mengenai audiometer.


p- VI. 4. 1 Apa guna audiometer dan bagaimana cara kerjanya?

Audiometer berguna untuk menguji pendengaran.


Cara kerja audiometer :  Prinsip kerja audiometer yaitu menghasilkan nada murni yang akan
direspon oleh pasien pada frekuensi-frekuensi 125 Hz hingga 8000 Hz dalam pita satu oktaf.
Pada bagian muka audiometer ADC terdapat berbagai tombol dan skala yang berfungsi sebagai
berikut :
Tombol 1 (T) : Tombol utama.

Gunanya untuk menghidupkan atau mematikan alat

Tombol 2 (T2): Tombol frekwensi nada.

Dengan menggunakan T2 ini kita memilih frekwensi nada yang dapat


dibangkitkan oleh Alat. Frekwensi tersebut dapat dibaca pada skala (82) yang
dinayatakan dalam satuan hertz.

p-VIA. 2 Apa yang dimaksud dengan frekwensi hertz?

Frekuensi adalah benyaknya getaran yang terjadi dalam kurun waktu satu detik. Frekuensi
memiliki satuan hertz / Hz.

Tombol 3 (T3): Tombol kekuatan nada.

Dengan tombol ini kita dapat mengatur kekuatan nada, kekuatan nada dapat
dibaca pada skala (51) yang dinyatakan dengan dB

p-VIA. 3 Apa yang dimaksud dengan satuan dB?

Satuan untuk mengukur intensitas suara.


Intensitas suara adalah banyaknya energi yang melewati satu satuan luas setiap satu satuan
waktu (detik).

Tombol 4 (T4): Tombol pemilih telepon telinga.

Bila tombol ini menunjukkan ke “B”, berarti nada yang dihantarkan ketelepon
berwarna black. Bila tombol menunjuk ke “G” yang bekerja hanya telepon grey.

Tombol 5 (T5): Tombol penghubung nada.

Dengan memutar tombol ini kekiri, nada akan terdengar ditelepon bila tombol
dilepas, nada tidak terdengar lagi

p-VIA.A 4 Apa yang dimaksud dengan pemutusan nada pada periksaan?


Untuk menguji apakah orang pemeriksaan benar-benar mendengar nada atau hanya pura-pura
mendengar

Tata Kerja

1. Pemeriksaan menyiapakan alat sebagai berikut :

a. Putar tombol utama (T1) pada “off”

b. Putar tombol frekuensi nada (T2) pada 125

c. Putar tombol kekuatan nada (T3) pada -10dp

p- VIA. 5 Apa arti fisiologis intensitas 0 dB pada alat ?


Dalam fisika, 0 dB sama dengan tingkat tekanan yang mengakibatkan gerakan molekul
udara dalam keadaan udara diam, yang hanya dapat terdeteksi dengan menggunakan
instrumen fisika, dan tidak akan terdengar oleh telinga manusia. Oleh karena itu, di
dalam audiologi ditetapkan tingkat 0 yang berbeda, yang disebut 0 Db klinis atau 0
audioetrik. Nol inilah yang tertera dalam audiogram, yang merupakan gafik tingkat
ketunarunguan. Nol audiometrik adalah intensitas bunyi terendah yang dapat
terdeteksi oleh telinga orang rata-rata dengan telinga yang sehat pada frekuensi
1000Hz.

2. Hubungkan audiometer dengan sumbu  lisrik (125V) dan putar T1 ke “on”, S1 dan S2
akan menyala, bila tidak demikian halnya laporkan pada supervisor.

3. Suruhlah orang percobaan duduk membelakangi audiometer dan pasanglah telepon pada
telinganya sehingga telepon “black” di telinga kiri.

4. Berikan petunjuk pada orang percobaan untuk mengacungkan tangannya ke atas pada
saat mulai dan selama ia mendengar nada melalui salah satu telepon, dan menurunkan
tangannya pada saat nada mulai tidak terdengar lagi.

5. Tunggulah 2 menit lagi untuk “memanaskan” alat.

6. Putarlah T5 ke kiri dan pertahankan selama pemeriksaan.

7. Putarlah tombol kekuatan nada T3 perlahan-lahan searah dengan jarum jam sampai orang
percobaan mengacungkan tangannya ke atas.
8. Teruskanlah memutar tombol tersebut sebesar 10 db dan kemudian putarlah tombol T3
tersebut perlahan-lahan berlawanan dengan jarum jam sampai orang percobaan
menurunkan tangannya. Catatlah angka db pada saat itu.

9. Ulangi tindakan 7 & 8 dua kali lagi dan ambillah angka terkecil sebagai “hearing loss”
orang percobaan pada frekuensi 125 Hz.

10. Selama pecobaan ini lepaskanlah sekali-kali T5 pada waktu orang percobaan
mengacungkan tangannya untuk menguji apakah orang percobaan benar-benar
mendengar nada atau hanya pura-pura mendengar.

11. Ukurlah, “hearing loss” untuk telinga yang sama denga cara yang sama pula pada
frekuensi 250, 500, 1000, 2000, 4000, 8000, 12000 Hz dan catatlah data hasil pengukuran
pada formulir yang telah disediakan.

12. Ulangi seluruh pengukuran ini untuk telinga yang lain.

13. Buatlah audiogram orang percobaan pada formulir yang telah disediakan dengan data
yang diperoleh pada pengukuran.

Hasil Data

 Analisa Data
Diskriminasi nada (kemampuan membedakan berbagai frekuensi gelombang
suara yang datang) bergantung pada bentuk dan sifat membrana basilaris yang
menyempit dan kaku di ujung jendela ovalnya dan lebar serta lentur di ujung
helikotremanya. Berbagai daerah di membrana basilaris secara alamiah bergetar secara
maksimum pada frekuensi yang berbeda. Ujung sempit paling dekat jendela oval bergetar
maksimum pada nada-nada tinggi sedangkan ujung lebar paling dekat dengan
helikotrema bergetar maksimum pada nada-nada rendah.
Kesimpulan
Semakin tinggi frekuensi suara maka intensitas yang dapat didengar semakin rendah.

3.2. SIKAP DAN KESEIMBANGAN BADAN

TUJUAN:

Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:

1. Mengemukakan pelbagai reaksi perubahan sikap badan katak oleh perasangan kanalis
semisirkularis dan reaksi 11 menegakkan badan” setelah ekstirpasi labirin.

2. Menyebutkan beberapa faktor yang dapat  mempengaruhi reaksi perubahan sikap diatas.

3. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan


keseimbangan badan pada manusia.
4. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi Barany terhadap :
 Gerakan bola mata
 Tes penyimpangan penunjukkan
 Tes jatuh
 Kesan  (sensasi)
b. Dengan berjalan mengelilingi statif

ALAT DAN BINATANG PERCOBAAN YANG DIPERLUKAN :

1. Katak

2. Papan fiksasi katak +  gejala beker.

3. Ether + kapas + jarum pentul

4. Skalpel + gunting halus + pinset halus + bor halus

5. Kursi putar barany

6. Tongkat atau statif yang panjang

7. Bak berisi air

TEORI DASAR

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika


di tempatkan di berbagai posisi.

Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan


pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain itu menurut
Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam
posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan
aktivitas otot yang minimal.

Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat
massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang
tumpu (base of support).

Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung


oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan
massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas
secara efektif dan efisien.
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan
tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu
kaki, berdiri diatas papan keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan
untuk mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak.

Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik


(vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi,
dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia,
cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal dan eksternal.
Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan,
pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.

TATA KERJA:

I. PERCOBAAN PADA KATAK

1. Letakkan seekor katak di papan fiksasi dan tutuplah dengan gelas beker.

2. Peganglah papan fiksasi dan gelas beker itu dengan kedua belah tangan dan
gerakkanlah keatas, kebawah, putarlah kekanan dan ke kiri.
3. Perhatikan dengan seksama perubahan-perubahan sikap pada katak:
a. Posisi kepala
b. Fleksi/ekstensi ekstremitas

4. Bukalah gelas beker dan palingkan kepala katak ke kanan, perhatikan sikap dan
kedudukan kakinya.
P. VI. 4.6 .Apa maksud kita memalingkan kepala katak ?
Jawab: Melihat sikap dan kedudukan kaki yang normal bila kepala katak dimiringkan
ke kanan

5. Masukkan katak itu kedalam bak yang berisi air dan perhatikan gerakan kaki dan
arah berenangnya.
6. Buanglah labirin kanan katak itu dengan cara sebagai berikut:
a. Biuslah katak itu dengan cara memasukkannya bersama-sama dengan kapas
yang telah dibasahi dengan eter kedalam gelas beker yang ditelungkupkan.
b. Setelah katak itu terbius, letakkan katak itu telentang di papan fiksasi dan
sematkan jarum-jarum pentul pada kakinya.
P. VIA. 4.7.Bagaimana kita mengetahui bahwa katak sudah terbius ?
Jawab: Cara mengetahuinya adalah katak yang terbius maka pergerakannya
kurang dan tidak  begitu aktif daripada saat katak tersebut dalam keadaan
tidak terbius (normal), ditusuk dengan jarum pentul  tidak memberikan
respons.
c. Fiksasi rahang atas katak dengan jarum pentul pada papan fiksasi dan bukalah
mulutnya selebar-lebarnya.
d. Guntinglah selaput lendir rahang atas di garis median dengan gunting halus
sesuai dengan garis y pada gambar.
e. Bebaskan selaput lendir itu dari jaringan dibawahnya dan doronglah ke lateral.
Cegah perdarahan sedapat-dapatnya.
f. Perhatikan dasar tengkorak katak terutama os parabasalenya yang
membayang.
g. Rusaklah labirin kanan dengan jalan member os parabasale di tempat yang di
beri tanda X secara hati-hati sedalam ± 1-2 mm (sampai terasa bahwa bor
telah menembus tulang yang keras)
h. Bersihkan daerah operasi dengan kapas dan kembalikan selaput lender
ketempat semula, dengan demikian alat keseimbangan kanan telah dibuang.

7. Setelah efek pembiusan pada katak menghilang, ulangi tindakan no. 1 s/d no. 5
8. Buanglah sekarang labirin kiri dengan cara yang sama seperti sub. 6 dengan
demikian kedua alat keseimbangan telah dibuang
9. Ulangi sekarang tindakan no.1 s/d no.5
10. Catatlah hasil pengamatan saudara pada formulir yang disediakan.

 DATA HASIL ANALISIS

Perubahan-perubahan sikap pada katak di dalam gelas beker setelah digoyangkan kekiri dan ke
kanan :

-posisi kepala lurus kekanan

-ekstermitas pada posisi ekstensi

-Gerakan kaki dan arah berenangnya setelah dimasukkan kedalam air miring kekanan.

-saat labirin kanan dirusak arah berenang katak ke arah kanan,sebaliknya.

-saat kedua labirin dirusak arah berenang katak lurus

KESIMPULAN

Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis


semisirkularis mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala.
Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi
secara vertikal dan rambut-rambut sakulus berjajar secara horizontal.

II. Percobaan pada Manusia


Pengaruh kedudukan kepala dan mata yang normal terhadap keseimbangan badan:

1. Suruhlah orang percobaan berjalan mengikuti suatu garis lurus dengan mata terbuka dan
kepala serta badan sikap yang biasa. Perhatikan jalannya dan tanyakan apakah ia
mengalami kesukaran dalam mengikuti garis lurus tersebut.
2. Ulangi percobaan di atas (no.1) dengan mata tertutup
3. Ulangi percobaan di atas (no. 1 dan 2) dengan:
a. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri
b. Kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan
P.VI.4.8. Bagaimana pengaruh sikap kepala dan mata terhadap keseimbangan badan?

Jawab: Ketika mata terbuka masukan informasi keseimbangan berasal dari mata dan posisi
kepala, maka jika mata tertutup dengan kepala, tubuh cenderung ingin jatuh ke arah kepala
miring dan diseimbangkan dengan berjalan berlawanan dengan miringnya kepala supaya
tidak jatuh,
Hasil Pengamatan dan Analisa Data
Perlakuan Hasil

Jalan lurus ke depan jalan lurus, tidak terjadi deviasi

Jalan lurus ke depan dengan mata tertutup jalan lurus, tidak terjadi deviasi

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan Terjadi sedikit deviasi ke kanan
dengan kuat ke kiri

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan Terjadi deviasi ke kanan


dengan kuat ke kiri serta mata tertutup

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan Terjadi sedikit deviasi ke kiri
dengan kuat ke kanan

Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan Terjadi deviasi ke kiri


dengan kuat ke kanan serta mata tertutup

Kesimpulan
Mata (visual) sangat berpengaruh dengan keseimbangan atau arah berjalan kita.
III. PERCOBAAN KESEIMBANGAN PADA MANUSIA

Tujuan
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:
1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan pada manusia
2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi barany terhadap :
- Gerakan bola mata
- Tes penyimpangan penunjukan
- Tes jatuh (sensasi)
b. Dengan berjalan mengelilingi statif

Dasar Teori
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di
tempatkan di berbagai posisi.
Definisi menurut O’Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat
gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann
Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi
kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot
yang minimal.
Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa
tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of
support).
Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh
sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh
dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan
efisien.
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan tubuh
untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri
diatas papan keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk
mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak.
Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik
(vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot,
sendi, dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik,
basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi internal
dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan,
kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu.
Fisiologi Keseimbangan
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas
motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan
dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah
: menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan
pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh
ketika bagian tubuh lain bergerak.
Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :
Sistem informasi sensoris
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty & Martin (1969) menyatakan
bahwa keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap
fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh
selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber utama
informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran penting
untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada.
Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak
pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan
bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh.
b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam
keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di
dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta
sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem
labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui
refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang
bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang
berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi
keserebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan
serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula
spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot
pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat
sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot
postural.
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif. Informasi
propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar
masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks
serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls
yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung
saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari
reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan
posisi tubuh dalam ruang.
Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response synergies)
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas
kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur.
Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi
mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam
berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan
jika respon dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi,
titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.
Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan)
suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu.
Kekuatan otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang
dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban
eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat
berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf
mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang
teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung
dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang
secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.
Adaptive systems
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika
terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan.
Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)
Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat
gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan
1) Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)
Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat di tengah
benda tersebut. Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan
massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam
keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau
perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang
diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua.
Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat
gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang
tumpu, serta berat badan.
2) Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)
Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan
pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah
menentukan derajat stabilitas tubuh.
3) Bidang tumpu (Base of Support-BOS)
Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan.
Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas
yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin
tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri
dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh
makin tinggi.
Keseimbangan Berdiri
Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk menjaga pusat massa tubuh
(center of body mass) dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecuali
tubuh membentuk batas bidang tumpu lain (misalnya : melangkah). Pengontrol keseimbangan
pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik
(visual, vestibular dan somatosensoris), central processing dan efektor.
Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity (membedakan pola dan
bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan (input) visual berfungsi sebagai
kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta memprediksi datangnya gangguan. Bagian
vestibular berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf
pusat untuk respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan
gerak yang sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit
di telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri static
maupun dinamik
Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap,
serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai
perangkat biomekanik untuk merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat, yang
terdiri dari unsur lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.
Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak postur yang
memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin. Pada saat berdiri tegak,
hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa di sebut dengan ayunan
tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan
yang menekan di bawah telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP).
Jumlah ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar dari
bidang tumpu.
Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki selebar sendi pinggul,
lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun posisi ini dapat dikatakan sebagai
posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan segera
berganti posisi untuk mencegah kelelahan.
Alat yang diperlukan
Kursi barany + tongkat/statif yang panjang.
Cara Kerja
A. Percobaan dengan kursi Barany
1. Nistagmus
a. Suruh orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dengan kedua tangannya
memegang erat tangan kursi.
b. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan menundukkan kepala o.p 30°
kedepan.
P.1.1.. Apa maksud tindakan penundukan o.p 30 derajat kedepan?
Jawab: Agar canalis semisirkularis anterior sejajar dengan bidang bumi.
c. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan.
d. Hentikan pemutaran kursi secara tiba-tiba.
e. Bukalah sapu tangan dan suruhlah lagi o.p melihat jauh kedepan.
f. Perhatikan adanya Nistagmus. Tetapkanlah arah komponen lambat dan cepat
nistagmus tersebut.
P.1.2.. Apa yang dimaksud dengan rotatory nistagmus dan postrotatory
nystagmus?
Jawab: Nistagmus horizontal : nistagmus yang gerakannya berada mata disekitar
aksisvisual. Post-rotatory nistagmus adalah keadaan normal yang ditemukan pada
hewan pasca pemutaran yang terjadi akibat pergerakan kupula sewaktu rotasi
dihentikan memilikiarah berlawanan.

B. Test penyimpangan penunjukan (Pas Pointing Test of Barany)


1. Suruh o.p duduk tegak di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu
tangan.
2. Periksa sendiri tepat dimuka kursi Barany sambil mengulurkan tangan kearah o.p
3. Suruhlah o.p meluruskan lengan kanannya kedepan sehingga dapat menyentuh
jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnya.
4. Suruhlah o.p mengangkat lengan kanannya keatas dan kemudian dengan cepat
menurunkan kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa lagi. Tindakan
no. 1 s/d 4 merupakan persiapan untuk tes yang sesungguhnya sebagai berikut :
a. Suruhlah sekarang o.p dengan kedua tangannya memegang erat tangan kursi.
b. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.

A. Kesan sensasi
1. Gunakan orang percobaan yang lain
2. Suruh o.p duduk dikursi Barany dan tutuplah kedua matanya dengan sapu tangan.
3. Putarlah kursi Barany tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur-angsur
bertambah dan kemudian mengurangi kecepatan putarannya secara berangsur-angsur
sampai terhenti.
4. Tanyakan kepada o.p arah perasaan berputar
a. Sewaktu kecepatan putar masih bertambah
b. Sewaktu kecepatan putar menetap
c. Sewaktu kecepatan putar dikurangi
d. Segera setelah kursi dihentikan.
5. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan berputar yang
dirasakan oleh o.p.

B. Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horizontal


1. Suruhlah o.p dengan mata tertutup dan kepala ditundukan 30°, berputar sambil
berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum jaram sebanyak 10 kali
dalam 30 detik.
2. Suruhlah o.p berhenti, kemudian membuka matanya dan berjalan lurus ke muka.
3. Perhatikan apa yang terjadi
4. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan dengan arah
jarum jam.
P. B.1.a. Apa yang saudara harapkan terjadi pada o.p. ketika berjalan lurus ke
muka setelah berputar 10 kali searah dengan jarum jam?
Jawab : o.p. akan berjalan miring ke kanan, tidak lurus ke depan
P.B.1.b. Bagaimana keterangannya?
Jawab : Karena endolimf bergerak lebih lambat namun bersifat menyusul jadi
ketika terdapat penghentian putaran, endolimf masih cenderung mengikuti
perputaran tersebut.

Hasil
A. Percobaan dengan kursi barany :
Pada percobaan ini, setelah o.p diputar dengan kursi ke kanan sebanyak 10 kali. Maka
pada mata o.p terjadi nistagmus horizontal.
B. Test penyimpangan penunjukan (Pas Pointing Test of Barany) :
Pada o.p terjadi nistagmus dan o.p masih bisa menunjuk dengan deviasi ke arah kanan.
A. Kesan Sensasi :
Dengan adanya sensasi dari arah kanan, maka reaksi tubuh pasien bergerak kesebelah kiri.
B. Percobaan Sederhana Untuk Kanalis Semisirkularis Horizontal :
Setelah diputar baik searah maupun berlawanan arah jarum jam, maka o.p berjalan miring ke
arah kiri.
Kesimpulan
Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala. Kanalis semisirkularis
mendeteksi akselarasi atau deselarasi anguler atau rotasional kepala. Ketika seseorang berada
dalam posisi tegak, rambut-rambut pada utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-
rambut sakulus berjajar secara horizontal.

IV. RESONANSI BUNYI


1. Tujuan

Tujuan percobaan resonansi bunyi ini adalah sebagai berikut :


a. Memahami gejala resonansi bunyi.
b. Menentukan frekuensi suatu garpu tala.
c. Menentukan kecepatan bunyi di udara dengan cara resonansi.

2. Alat-alat :

1. Alat-alat resonansi yang terdiri dari:

a. Pipa pembuluh kaca


b. Suatu reservoir air

2. Lima buah garpu tala

3. Pipa karet

4. Pemukul garpu penala

5. Statif

3. Teori

Sebuah garpu tala yang telah diketahui frekuensinya (f) digetarkan di atas ujung pipa
kaca yang berisi kolom udara dan sebagian dengan cairan. Dengan mengatur kedudukan
permukaan air dalam pipa dengan kran yang dihubungkan dengan reservoir maka akan
terjadi resonansi kolom udara sehingga terdengar bungi dengung pada panjang kolom
tertentu.

Terjadinya resonansi yang pertama jika :

h=¼λ

Terjadinya resonansi yang kedua jika :

h=¾ λ

Terjadinya resonansi yang ketiga jika :

h = 5/4 λ

Terjadinya resonansi yang ke-n jika :

h =(2n+1) / 4 λ

h = panjang dari permukaan air sampai ujung pipa.

Intensitas
Intensitas didefinisikan sebagai energi yang dipindahkan tiap satuan luas tiap satuan
waktu. Karena energi tiap satuan waktu kita ketahui sebagai pengertian daya, maka
intensitas bisa dikatakan juga daya tiap satuan luas. Secara matematis :

Keterangan :

I : Intensitas bunyi (W/m2)


P : Energi tiap waktu atau daya (W)
A : Luas (m2)

Intensitas bunyi maksimum bila kolom udara beresonansi dengan garpu tala. Kolom
udara beraksi seperti sebuah tabung yang tertutup disalah satu ujungnya. Pola gelombang
tegak terdiri dari sebuah titik simpul dipermukaan air dan sebuah titik perut di dekat
ujung terbuka. Karena frekuensi sumber adalah tetap dan laju bunyi didalam kolom udara
mempunyai sebuah nilai yang pasti, maka resonansi terjadi pada sebuah panjang
gelombang spesifik.

4. Prosedur percobaan:

A. Menentukan kecepatan bunyi di udara

1. Siapkan perkakas alat resonansi lengkap dengan reservoirnya yang berisi air
garam

2. Atur permukaan air dalam pipa kaca sampai kira-kira diujung pipa dengan
menaikkan reservoir air

3. Garpu tala yang frekuensinya telah diketahui (f) getarkan di ujung pipa dan
serentak turunkan permukaan air dalam pipa serta dengarkan kapan terjadi
resonansi

4. Tandailah pipa kaca, dimana terjaadi resonansi yang pertama,kedua, str.

5. Ukurlah panjang dari pemukaan air dalam pipa sampai ujung pipa dimana terjadi
resonansi

6. Hitunglah kecepatan bunyi dalam udara

Hasil Pengamatan

Percobaan A.1 dengan besar frekuensi garpu tala f = 128Hz

No h λ V
1 78 λ=4h = 312 39.936

2 75 λ=4/3h = 100 12.800

3 72 λ=4/5h = 57,6 7.373

V rata2 = 20.036 cm/s

Percobaan A.2 dengan besar frekuensi garpu tala f = 128Hz

No H λ V

1 78 λ=4h = 312 39.936

2 75 λ=4/3h = 100 12.800

3 71 λ=4/5h = 56,8 7.270

V rata2 = 20.002 cm/s

Percobaan A.3 dengan besar frekuensi garpu tala f = 128Hz

No H λ V

1 76 λ=4h = 304 38.912

2 73 λ=4/3h = 97,3 12.454

3 71 λ=4/5h = 56,8 7.270

V rata2 = 19.545 cm/s

Percobaan A.4 dengan besar frekuensi garpu tala f = 128Hz

No H λ V

1 74 λ=4h = 296 37.888

2 73 λ=4/3h = 97,3 12.454

3 72 λ=4/5h = 57,6 7.373

V rata2 = 19.283 cm/s

Percobaan A.5 dengan besar frekuensi garpu tala f = 128Hz


No h λ V

1 77 λ=4h = 308 39.424

2 75 λ=4/3h = 100 12.800

3 74 λ=4/5h = 59,2 7.578

V rata2 = 19.934 cm/s

Analisis Data

Setelah didapatkan data-data dari hasil pengamatan,didapatkan bahwa kecepatan rata-


ratanya adalah 19.760 cm/s. Berarti dengan kecepatan tersebut gelombang udara dapat di
hantarkan pada tabung resonansi tersebut melalui media hantar berupa air.
Kesimpulan

 Gelombang adalah getaran yang merambat dengan laju tertentu melalui medium tertentu

 Penyampaian gelombang suara agar manusia dapat mendengar merupakan aplikasi dari
konsep resonansi bunyi.
 Jika media atau pengahantar mengalami kelainan,gelombang suara tidak akan bisa di
interpretasikan.

Anda mungkin juga menyukai