Anda di halaman 1dari 6

A.

PENINGKATAN PENGETAHUAN MASYARAKAT MELALAUI EDUKASI


TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BIJAK DAN RASIONAL

B. LATAR BELAKANG
Sejarah antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik pertama oleh Alexander
Flemming yaitu Penicillin-G. Flemming berhasil mengisolasi senyawa tersebut dari Penicillium
chrysogenumsyn. P. Notatum. Dengan penemuan antibiotik ini membuka sejarah baru dalam
bidang kesehatan karena dapat meningkatkan angka kesembuhan yang sangat bermakna.
Kemudian terjadilah penggunaan besar-besaran antibiotik pada saat perang dunia untuk
pengobatan berbagai macam penyakit. Masalah baru muncul ketika mulai dilaporkannya
resistensi beberapa mikroba terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik yang besar-besaran.
Antibiotika merupakan obat yang penting digunakan dalam pengobatan infeksi akibat
bakteri (NHS, 2012). Setelah digunakan pertama kali tahun 1940an, antibiotika membawa
perubahan besar pada pelayanan kesehatan dan penyembuhan infeksi bakteri (WHO, 2011).
Meskipun antibiotika memiliki banyak manfaat, tetapi penggunaannya telah
berkontribusi terhadap terjadinya resistensi akibat pemakaian yang irasional (Katzung, 2007).
Penggunaan antibiotika yang rasional, merujuk pada ketepatan dosis, pemilihan antibiotika, cara
pemberian, lama pemberian yang tepat, bentuk sediaan yang seharusnya diberikan kepada pasien,
serta harga yang terjangkau (WHO, 2010). Resistensi merupakan kemampuan bakteri dalam
menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotika.
Resistensi antibiotika masih menjadi masalah besar di seluruh dunia. Masalah resistensi
selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap
ekonomi dan sosial yang sangat tinggi. Pada awalnya resistensi terjadi di tingkat rumah sakit,
tetapi lambat laun juga berkembang di tingkat masyarakat, khususnya Streptococcus pneumoniae
(SP), Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli (Permenkes, 2011).
Terjadinya peningkatan resistensi kuman terhadap antibiotika salah satunya karena
adanya pengobatan sendiri dengan antibiotika yang dilakukan oleh masyarakat (WHO, 2011).
Pengobatan sendiri dengan antibiotika, tidak hanya terjadi di negaranegara sedang berkembang,
tetapi juga di negara-negara maju (Al-Azzam,2007). Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh
Radyowijati dan Haak (2002) menyatakan bahwa masyarakat di negara berkembang memiliki
pandangan bahwa antibiotika merupakan “obat super” yang dapat menghilangkan berbagai gejala
maupun menyembuhkan penyakit. Contohnya adalah masyarakat sering menggunakan antibiotika
untuk mengobati influenza, padahal penyakit ini tidak disebabkan oleh bakteri (Wahyuni,2009).
Tingginya prevalensi pengobatan sendiri dengan antibiotika ditemukan pada orang
dewasa (44%) dan anak-anak (34%) oleh berbagai faktor yang diteliti di Saudi Arabia. Persentase
pengobatan sendiri dengan antibiotika yang ditemukan di India (18%), Sudan (48%), dan Jordan
(40%) (Abasaeed et al, 2009). Adapun penelitian yang dilakukan di Brazil menunjukkan bahwa
74% dari 107 apotek yang dikunjungi, termasuk apotek yang didaftar oleh Municipal Health
Secretary, menjual antibiotika tanpa resep dokter (Volpato, 2005).
Khusus untuk kawasan Asia Tenggara, penggunaan antibiotika sangat tinggi bahkan lebih
dari 80% ditemukan dibanyak provinsi di Indonesia. Berdasarkan data menteri Kesehatan
Republik Indonesia (2011), Indonesia menduduki peringkat ke-8 dari 27 negara dengan beban
tinggi kekebalan obat terhadap kuman Multidrug Resistance (MDR) di dunia. Menurut penelitian,
92% masyarakat Indonesia tidak menggunakan antibiotika secara tepat (Eka, 2011). Hasil
penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) terbukti dari 2.494 individu di
masyarakat, 43% Escherichia coli resisten terhadap berbagai 3 jenis antibiotika antara lain:
Ampisilin, Kotrimoksazol dan Kloramfenikol (Permenkes, 2011).
Berdasarkan hasil Riskesdas (2013), terdapat 35,2% rumah tangga (RT) di Indonesia
menyimpan obat untuk swamedikasi yang terdiri dari obat keras, obat bebas, antibiotika, obat
tradisional dan obat-obat yang tidak teridentifikasi. Proporsi RT yang menyimpan antibiotika
sebesar 30,1% terjadi di pedesaan dan 86,1% menyimpan antibiotika tanpa resep dokter
(Riskesdas,2013). Tingkat pendidikan masyarakat memberi pengaruh terhadap pengobatan
sendiri. Kejadian dan pola pengobatan sendiri dengan antibiotika pada mahasiswa Main Campus
of Ahmadu Bello University, Nigeria menunjukkan bahwa dari 430 responden hampir 70%
mahasiswa melakukan pengobatan sendiri dengan antibiotika. Hal tersebut menjadi menarik
ketika mahasiswa yang mewakili kalangan yang terdidik malah menunjukkan kegiatan
pengobatan sendiri yang tinggi untuk obat-obat keras (Awad, 2005).

C. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Semakin banyak masyarakat menggunakan obat antibiotik yang tidak rasional.
2. Meningkatnya pengguna antibiotik yang menjadi resisten terhadap antibiotik.
3. Banyaknya masyarakat yang menyimpan antibiotik tanpa resep dokter untuk
persediaan dirumah.

D. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perilaku penggunaan antibiotik secara bebas dikalangan masyarakat ?
2. Apa saja golongan-golongan antibiotik ?
3. Bagaimana penggunaan antibiotik yang baik dan benar ?
4. Apa bahaya dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional ?
5. Apa ciri-ciri dari resistensi antibiotik ?
6. Bagaimana penanganan terhadap resistensi antibiotik ?

E. BATASAN MASALAH
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka perlu adanya batasan-batasan
masalah yang dapat menyelesaikan masalah ini. Adapun batasan-batasan masalah pada
penelitian ini sebagai berikut :
1. Penyuluhan ini berfokus pada informasi penggunaan antibiotik yang rasional.
2. Edukasi kepada masyarakat tentang bahaya resistensi antibiotik.

F. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui perilaku masyarakat terhadap penggunaan antibiotik secara bebas.
2. Mengetahui golongan-golongan antibiotik.
3. Mengetahui penggunaan antibiotik yang baik dan benar.
4. Mengetahui bahaya dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional.
5. Mengetahui ciri-ciri dari resistensi antibiotik.
6. Mengetahui penanganan yang tepat terhadap resistensi antibiotik.
G. MANFAAT PENELITIAN
a. Manfaat Umum
1. Bagi masyarakat, menambah pengetahuan tentang penggunaan antibiotik agar
menggunakannya secara rasional.
2. Bagi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kota Bandung, untuk lebih
memperhatikan penjualan antibiotika secara bebas yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Bagi Pemerintah, sebagai masukan untuk lebih memperhatikan penerapan undang-undang
obat keras dalam suatu pelayanan kesehatan
4. Bagi institusi pendidikan atau peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan antibiotika tanpa resep dokter.
5. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan ilmu dan pengalaman berharga bagi peneliti selama
proses penelitian dan diharapkan akan menjadi sumber ilmu dan informasi untuk penelitian
selanjutnya terkait dengan penggunaan antibiotika tanpa resep dokter.

b. Manfaat untuk Diri Kita


Manfaat edukasi ini untuk diri kita yaitu dapat membantu masyarakat memberi informasi,
pengarahan tentang bahaya penggunaan obat antibiotik secara bebas dan tidak rasional, agar
masyarakat senantiasa berperilaku bijak. Dan edukasi ini menambah pengetahuan dan
wawasan untuk diri kita sendiri.

H. NAMA KEGIATAN
Kegiatan ini bernama “Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Melalui Edukasi Tentang
Penggunaan Antibiotik Bijak Dan Rasional.”

I. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan kegiatan ini dengan cara memberikan edukasi dan berinteraksi
secara langsung kepada masyarakat.

J. SASARAN KEGIATAN
Sasaran kegiatan ini adalah masyarakat Sasak Batu Kec. Mandala Jati Kota Bandung.

K. FOLLOW UP
Follow up dilakukan dengan cara mengadakan edukasi di salah satu puskesmas yang ada
di Kec. Mandala Jati yaitu puskesmas Mandala, kegiatan tersebut sebagai berikut :
1. Edukasi diadakan serentak pada tanggal 15 Februari 2019.
2. Menjelaskan bahaya penggunaan antibiotik yang tidak rasional.
L. TEKNIS PELAKSANAAN
1. Waktu dan Tempat
Hari, Tanggal :Sabtu, 15 Februari 2019
Waktu : 08.00 s/d 11.00 WIB
Tempat : Puskesmas Mandala

2. Susunan Acara
08.00 – 08.30 : Sambutan dan Perkenalan
08.30 – 09.20 : Penjelasan materi
09.20 – 09.40 : Edukasi jenis Antibiotik dan cara penggunaanya
09. 40 – 10.00 : Edukasi bahaya dari Resistensi Antibiotik
10.00 - 10.30 : Simulasi penggunaan Antibiotik yang baik
10.30 – 10.50 : Pemberian Goody Bag kepada peserta edukasi
10.50 – 11.00 : Penutupan

M. ANGGARAN
1. Sumber Pemasukan
Kas Angkatan
Penggalian dana (penjualan vitamin kulit)
Penggalangan dana dari para donator (penyerahan Proposal kepada Perusahaan dan
instansi)

2. Pemasukan
Kas Angkatan Rp. 500.000
Penggalian Dana Rp. 2.350.000
Penggalangan dana Rp. 4.500.000
TOTAL Rp. 7.350.000

3. Pengeluaran
Kesekretariatan
Biaya cetak dan potokopi Materi (90 peserta) Rp. 180.000
Jilid Rp. 225.000

Acara dan Perlengkapan


Media Poster (4 lembar) Rp. 210.000
Proyektor Rp. 50.000
Plakat dan Souvenir Rp. 120.000
Alat Peraga Rp. 880.000
Konsumsi (Rp. 15.000 untuk 92 peserta) Rp. 1.380.000
Goody Bag (Rp. 35.000 untuk 90 peserta) Rp. 3.150.000

Transportasi
Angkat Perlengkapan Rp. 100.000
Dokumentasi
DVD-R (3 x Rp. 3500) Rp. 10.500
Kertas Poto Rp. 65.000

TOTAL Rp. 6.370.500


Biaya tak terduga 7% x Rp. 6.370.500 Rp. 445.935
Pembulatan Rp. 33.565
BIAYA KESELURUHAN Rp. 6.850.000

4. Rekapitulasi
Pemasukan Rp. 7.350.000
Pengeluaran Rp. 6.850.000
SISA UANG Rp. 500.000
(Sisa uang dimasukkan kedalam kas angkatan)
DAFTAR PUSTAKA

1. https://dotcommatang.blogspot.com>makalah-antibiotik
2. https://id.scribd.com>document>PROPOSALPENYULUHANANTIBIOTIK
3. https://s1gizistikeshusadaborneo.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai