Anda di halaman 1dari 5

Hiperkolesterolemia adalah kondisi berbahaya yang ditandai dengan tingginya kadar

kolesterol dalam darah. Bila tidak ditangani, kolesterol dapat menumpuk serta mempersempit
pembuluh darah. Akibatnya, penderita berisiko terserang penyakit jantung koroner

Kolesterol merupakan zat lemak serupa lilin yang dihasilkan oleh hati, dan juga bisa berasal
dari makanan. Tubuh manusia memerlukan kolesterol untuk membentuk sel-sel sehat,
memproduksi sejumlah hormon, dan menghasilkan vitamin D. Kolesterol juga diperlukan
untuk menghasilkan zat yang membantu proses pencernaan lemak.

Kolesterol di dalam darah terikat pada protein. Kombinasi protein dan kolesterol ini disebut
dengan lipoprotein. Jenis lipoprotein meliputi:

 Low-density lipoprotein (LDL). LDL berfungsi membawa kolesterol ke seluruh


tubuh melalui arteri. Bila kadarnya terlalu tinggi, LDL akan menumpuk di dinding
pembuluh darah, dan membuat pembuluh darah menjadi keras dan sempit. LDL
dikenal sebagai ‘kolesterol jahat’.
 High-density lipoprotein (HDL). HDL berfungsi mengembalikan kolesterol berlebih
ke hati, untuk dikeluarkan dari tubuh. Oleh karena itu, HDL dikenal sebagai
‘kolesterol baik’.

Gejala Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia tidak menunjukkan gejala apa pun. Pada umumnya, seseorang tidak
menyadari kadar kolesterol dalam tubuhnya tinggi sampai muncul komplikasi, seperti
serangan jantung atau stroke. Oleh karena itu, penting untuk melakukan skrining kolesterol
sejak usia dini.

Para ahli menyarankan skrining dilakukan minimal satu kali pada anak usia 9-11 tahun, dan
pada remaja usia 17-21 tahun. Sedangkan untuk orang berusia di atas 21 tahun, skrining
sebaiknya dilakukan tiap 4-6 tahun sekali. Pada penderita diabetes, serta orang yang memiliki
riwayat hiperkolesterolemia dan serangan jantung dalam keluarga, dokter akan menyarankan
skrining lebih rutin. Konsultasikan dengan dokter mengenai frekuensi skrining yang perlu
dilakukan.

Penyebab dan Faktor Risiko Hiperkolesterolemia


Hiperkolesterolemia umumnya disebabkan oleh kombinasi dari faktor genetik dan gaya hidup
yang tidak sehat. Di antaranya adalah:

 Riwayat keluarga. Meskipun tergolong jarang, seseorang dapat mengalami


hiperkolesterolemia karena faktor genetik yang diturunkan dari orang tua dengan
penyakit yang sama. Kondisi yang disebut familial hypercholesterolemia ini dipicu
oleh mutasi sejumlah gen, seperti APOB, LDLR, LDLRAP1, dan PCSK9.
 Pola makan yang buruk. Konsumsi makanan tinggi kolesterol, seperti daging merah
dan produk susu hewani, dapat meningkatkan kolesterol total. Produk makanan
hewani dengan kandungan lemak jenuh dan makanan ringan kaya lemak trans, seperti
kue atau biskuit, juga bisa meningkatkan kadar kolesterol.
 Obesitas. Berat badan berlebih dengan indeks massa tubuh (IMT) 30 atau lebih,
memperbesar risiko hiperkolesterolemia.
 Diabetes. Gula darah tinggi bisa meningkatkan LDL dan menurunkan HDL, serta
merusak dinding pembuluh darah.
 Lingkar pinggang besar. Hiperkolesterolemia lebih berisiko terjadi pada pria dengan
lingkar pinggang di atas 102 cm, dan wanita dengan lingkar perut di atas 89 cm.
 Merokok. Selain dapat menurunkan kadar HDL, rokok juga merusak dinding
pembuluh darah, sehingga menjadi tempat penumpukan lemak.
 Kurang olahraga. Olahraga membantu tubuh meningkatkan jumlah HDL.

Diagnosis Hiperkolesterolemia

Untuk mendiagnosis hiperkolesterolemia, dokter akan mengambil sampel darah pasien guna
diteliti di laboratorium. Melalui sampel darah tersebut, dokter dapat mengetahui kadar
kolesterol total dalam darah pasien.

Untuk mendapatkan hasil yang akurat, dokter akan meminta pasien berpuasa 9-12 jam
sebelum pengambilan sampel darah. Idealnya, kadar kolesterol normal pada orang dewasa
adalah:

 LDL: 70-130 mg/dL.


 HDL: lebih dari 40-60 mg/dL.
 Trigliserida: 10-150 mg/dL.
 Kolesterol total: kurang dari 200 mg/dL.
Kadar kolesterol yang melebihi kisaran tersebut, dapat meningkatkan risiko seseorang
terserang penyakit jantung dan stroke.

Bila hasil pemeriksaan darah menunjukkan kadar kolesterol di luar kisaran di atas, dokter
dapat menjalankan pemeriksaan kadar gula darah guna mendeteksi tanda-tanda diabetes.
Dokter juga dapat melakukan tes fungsi tiroid untuk mengetahui apakah pasien mengalami
hipotiroidisme atau kekurangan hormon tiroid. Hormon tiroid diperlukan tubuh untuk
membuang LDL. Dengan kata lain, bila kadar hormon tiroid dalam tubuh rendah, LDL akan
menumpuk dalam darah.

Pengobatan Hiperkolesterolemia

Langkah pertama untuk menangani hiperkolesterolemia adalah perubahan pola makan


menjadi lebih sehat, dan lebih teratur berolahraga. Bila langkah tersebut telah dijalani namun
kadar kolesterol masih tinggi, dokter akan meresepkan obat-obatan yang tergantung kepada
usia dan kondisi kesehatan pasien.

Beberapa contoh obat untuk mengatasi hiperkolesterolemia adalah:

 Statin. Obat ini bekerja dengan cara menghambat zat yang dibutuhkan hati untuk
memproduksi kolesterol. Hal tersebut memicu hati mengambil kolesterol dari darah.
Statin juga membantu tubuh menyerap kolesterol dari timbunan kolesterol di dinding
pembuluh darah. Contoh obat golongan statin antara lain adalah atorvastatin,
rosuvastatin, dan simvastatin.
 Resin pengikat asam empedu. Obat ini menurunkan kadar kolesterol secara tidak
langsung dengan mengikat asam empedu. Hal tersebut menyebabkan hati
menggunakan kolesterol yang berlebih untuk membuat lebih banyak lagi asam
empedu, sehingga kadar kolesterol dalam darah menurun. Contoh obat ini adalah
cholestyramine.
 Penghambat penyerapan kolesterol. Obat ini bekerja dengan membatasi
penyerapan kolesterol oleh usus kecil. Dengan begitu, usus kecil tidak dapat
melepaskan kolesterol ke darah dalam jumlah besar. Contoh obat ini adalah ezetimibe.
 Obat suntik. Alirocumab dan evolocumab tergolong obat jenis baru untuk menangani
hiperkolesterolemia. Jenis obat ini membantu hati menyerap kolesterol LDL lebih
banyak, sehingga menurunkan kolesterol total dalam darah. Dokter umumnya
meresepkan obat ini pada pasien dengan kelainan bawaan, yang menyebabkan kadar
LDL tinggi.

Pada pasien dengan kadar trigliserida tinggi, dokter akan meresepkan obat, seperti:

 Fibrate. Obat ini menurunkan trigliserida dengan mengurangi produksi VLDL (very-
low density lipoprotein), yaitu jenis kolesterol yang banyak mengandung trigliserida.
Fibrate juga mempercepat pembuangan trigliserida dari darah. Contoh obat ini adalah
fenofibrate dan gemfibrozil.
 Niacin. Niacin menurunkan trigliserida dengan cara membatasi hati dalam
memproduksi VLDL dan LDL. Namun karena niacin dihubungkan dengan stroke dan
kerusakan hati, dokter hanya akan meresepkan obat ini untuk pasien yang tidak dapat
menggunakan statin.
 Suplemen asam lemak omega-3. Suplemen ini juga bisa bantu menurunkan kadar
trigliserida.

Pencegahan Hiperkolesterolemia

Untuk mencegah kadar kolesterol tinggi, sangat penting untuk menjalani gaya hidup sehat,
seperti:

 Berhenti merokok. Rokok merusak pembuluh darah dan mempercepat penumpukan


plak di dalam pembuluh darah.
 Mengonsumsi makanan sehat. Konsumsilah makanan rendah garam, serta
perbanyak asupan sayuran, buah, dan ikan. Selain itu, batasi konsumsi makanan
sumber kolesterol.
 Meningkatkan aktivitas fisik. Berolahraga secara rutin minimal 30 menit sehari
dapat menurunkan kadar kolesterol.
 Mengurangi kelebihan berat badan. Berat badan berlebih dapat membuat kadar
kolesterol tinggi.

Komplikasi Hiperkolesterolemia

Bila tidak ditangani, hiperkolesterolemia dapat menyebabkan aterosklerosis, yaitu


menumpuknya kolesterol di dinding pembuluh darah. Penumpukan tersebut akan menyumbat
aliran darah dan memicu komplikasi, seperti:
 Penyakit jantung koroner. Sumbatan pada pembuluh darah yang menyuplai darah
ke jantung akan menimbulkan gejala penyakit jantung koroner, misalnya nyeri dada
(angina).
 Stroke. Stroke terjadi bila aliran darah ke bagian otak penderita tersumbat oleh
gumpalan darah.
 Serangan jantung. Bila tumpukan kolesterol (plak) pada pembuluh darah pecah,
bekuan darah dapat terbentuk di lokasi plak. Bekuan darah ini akan menyumbat aliran
darah ke jantung, dan memicu serangan jantung

Anda mungkin juga menyukai