Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu penyakit infeksi
parasit terpenting di dunia. Kematian akibat malaria diperkirakan 1 sampai 1,5
juta jiwa setiap tahunnya. Malaria banyak ditemukan di negara-negara Afrika,
Asia dan Amerika Latin dengan penyebaran yang cepat. Hal ini disebabkan oleh
rendahnya derajat kesehatan dan kemiskinan. Keadaan ini akan menjadi lebih
kompleks dengan meningkatnya resistensi obat yang digunakan untuk
memberantas malaria (Soegeng Soegijanto, 2005).
Dilaporkan, malaria menjangkiti lebih dari 40% populasi dunia atau lebih
dari 100 negara dalam berbagai derajat keparahan. WHO memperkirakan
jumlah kasus malaria setiap tahun lebih kurang 300 juta jiwa. Salah satu
publikasi mengemukakan bahwa penyakit malaria menjadi masalah di 100
negara di dunia, menimpa lebih dari 2 juta penduduk. Diperkirakan dalam
setahun malaria menyerang 300 juta penduduk, 90% dari jumlah ini ada di
negara tropis di Afrika. Angka kematian karena penyakit malaria diperkirakan
sekitar 1 juta setahunnya, terutama penderita berusia anak-anak. Malaria
menyerang daerah pedesaan dimana fasilitas kesehatan kurang memadai dan
transportasi masih sukar. Di Indonesia, malaria ditemukan hampir di semua
wilayah. Pada tahun 1996 ditemukan kasus malaria di Jawa-Bali dengan jumlah
penderita sebanyak 2.341.401 orang, slide positive rate (SPR): 9215, annual
paracitic index (API): 0,08%. CFR di rumah sakit sebesar 10-50%. Menurut
laporan, di provinsi Jawa Tengah tahun 1999: API sebanyak 0,35%, sebagian
besar disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Angka
prevalensi malaria di provinsi Jawa Tengah terus menurun dari tahun ke tahun,
mulai dari 0,51 pada tahun 2003, menurun menjadi 0,15 dan berkurang lagi
menjadi 0,07 pada tahun 2005. Plasmodium malariae banyak ditemukan di
Indonesia Timur, sedangkan Plasmodium ovale di Papua dan NTT (Widoyono,
2011). Di Jawa Timur pada tahun 2014, ditemukan sebanyak 80 penderita atau
13,3% dari total kasus 2014 yaitu sebanyak 608 penderita malaria. Tahun 2015

1
jumlah penderita malaria sebanyak 282. Sedangkan 2016 ditemukan penderita
malaria sebanyak 334 orang. Sedangkan pada periode Januari-Maret 2017 di
seluruh kabupaten/kota hanya ditemukan 65 kasus malaria. Jawa Timur masih
menyisakan empat kabupaten yang dinilai belum terbebas malaria, yakni
Kabupaten Trenggalek, Pacitan, Banyuwangi, dan Madiun. Di Jawa Timur,
daerah reseptif malaria berada di pantai selatan Pacitan hingga Banyuwangi,
melingkar ke Situbondo terus naik ke kepulauan Sumenep (Dinkes Jatim,
2017).
Nyamuk anopheles yang merupakan vektor penyakit malaria yang
menggigit anak. Apabila kekebelan (daya tahan) tubuh anak baik, maka parasit
yang dibawa oleh nyamuk tersebut akan lemah dan hilang dari tubuh. Apabila
daya tahan tubuh anak kurang baik maka parasit tersebut akan menginfeksi
darah. Jenis plasmodium akan mempengaruhi berat ringanya malaria.
Plasmodium valciparung akan menyebabkan malaria yang berat. Demam
timbul bersamaan dengan pecahnya sekizone darah yang mengeluarkan anti
gen. Kemudian, antigen akan merangsang mikrofak, monosit atau limposit yang
mengeluarkan sitokin dan tumor nectrosits faktor (TNF) yang dibawah ke
hipotalamus yang merupakan pusat pengaturan suhu tubuh. Pembesaran limpa
karena plasmodium dihancurkan oleh monosit yang menyebabkan
bertambahnya sel radang dan terjadi peningkatan jumlah eritrosit yang
berinfeksi parasit. Penyebaran eritrosit ke pembuluh kapiler menyebabkan
oftruksi dalam pembulu dkapiler sehingga terjadi inskemia jaringan
(depkesri,2008). Anemia disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan difagositosis
oleh sistem retikuloendotelian (Marnia, 2016).
Upaya untuk mengurangi penyakit malaria diantaranya dengan
menggunakan kelambu dan lotion anti nyamuk saat tidur. Ada tiga cara
penatalaksanaan malaria, yaitu pengobatan presumtif (menemukan penyakit
maaria secara intensif), subpresif (pengobatan pada semua pasien demam
didaerah endemis malaria), dan radikal (untuk malaria yang menimbulkan
relaps jangka panjang). Untuk pengobatan malaria jenis malariae diberikan
klorokuin(membunuh plasmodium malariae) sekali sehari selama 3 hari diikuti
dengan pemeriksaan kembali setelah 3 hari (Marnia, 2016).

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Penyakit Malaria?
2 Bagaimana Etiologi dari Penyakit Malaria?
3 Bagaimana Epidemiologi dari Penyakit Malaria?
4 Bagaimana Patofisiologi dari Penyakit Malaria?
5 Bagaimana WOC dari Penyakit Malaria?
6 Bagaimana Manifestasi Klinis dari Penyakit Malaria?
7 Apa saja Pemeriksaan Penunjang dari Penyakit Malaria?
8 Bagaimana Penatalaksanaan dari Penyakit Malaria?
9 Bagaimana Pencegahan Penyeakit Malaria?
10 Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit Malaria?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit Malaria dan Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit Malaria.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami definisi dari penyakit Malaria.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dari penyakit Malaria.
c. Mahasiswa mampu memahami epidemiologi dari penyakit Malaria.
d. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari penyakit Malaria.
e. Mahasiswa mampu memahami WOC dari penyakit Malaria.
f. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis dari Penyakit
Malaria.
g. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang dari penyakit
Malaria.

3
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Malaria adalah kata yang berasal dari bahasa Italia, yang artinya mal : buruk
dan area : udara, jadi secara harfiah berarti penyakit yang sering timbul di
daerah dengan udara buruk akibat dari lingkungan yang buruk. Selain itu, juga
bisa diartikan sebagai suatu penyakit infeksi dengan gejala demam berkala yang
disebabkan oleh parasit Plasmodium (Protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk
Anopheles betina. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
plasmodiu yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah manusia. Penyakit
ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina (Faisal,
2007)
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya
bentuk aseksual didalam darah.infeksi malaria memberikan gejala berupa
demam, menggigil, anemia dan spelnomegali. Penyakit menular ini sangat
dominan di daerah tropis dan sub-tropis atau kawasan tropika yang biasa namun
apabiloa diabaikan dapat menjadi menjadi penyakit yang serius. Parasit
penyebab malaria seperti jenis plasmodium falciparum merupakan malaria
tropika yang sering menyebabkan kematian. Ia adalah suatu protozoa yang
dipindahkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina
terutama pada waktu terbit dan terbenam matahari. Setidaknya 270 juta
penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk
bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya tidak
kurang dari 1 hingga 2 juta penduduk meninggal karena penyakit yang di
sebarluaskan nyamuk anopheles. Penyakit malaria juga dapat diakibatkan
kerena perubahan lingkungan sekitar seperti adanya pemanasan global yang
terjadi saat ini mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik yang ditularkan
melalui nyamuk dan serangga lainnya seakin mengganas, perubahan
temperatur, kelembaban nisib, dan curah hujan yang ekstrim mengakibatkan
nyamuk lebih sering bertelur sehingga vector sebagai penular penyakit pun

4
bertambah dan sebagai dampak muncul berbagai penyakit, diantaranya demam
berdarah dan malaria(Soegeng, 2004).

2.2 Etiologi

Sumber : Kemenkes RI

Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui


gigitan nyamuk anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk anopheles
akan menggigit pada waktu senja atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk
puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar. Plasmodium akan
mengalami dua siklus. Siklus aseksual (skizogoni) terjadi pada tubuh manusia,
sedangkan siklus seksual (sporogoni) terjadi pada nyamuk. Siklus seksual
dimulai dengan bersatunya gamet jantan dan betina untuk membentuk ookinet
dalam perut nyamuk. Ookinet akan menembus dinding lambung untuk
membentuk kista di selaput luar lambung nyamuk. Waktu yang diperlukan
sampai pada proses ini adalah 8-35 hari, tergantung dari situasi lingkungan dan
jenis parasitnya. Pada tempat inilah kista akan membentuk ribuan sporozoit
yang terlepas dan kemudian tersebar ke seluruh organ nyamuk termasuk
kelenjar ludah nyamuk. Pada kelenjar inilah sporozoit menjadi matang dan siap
ditularkan bila nyamuk menggigit manusia (Widoyono, 2011).
1. Plasmodium falciparum: menyebabkan malaria falciparum atau malaria
tertiana yang maligna (ganas) atau dikenal dengan nama malaria tropika
yang menyebabkan demam setiap hari.
2. Plasmodium vivax: menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria
tertiana benigna (demam terjadi pada hari ke tiga).

5
3. Plasmodium malariae: menyebabkan malaria kuartana atau malaria
malariae (demam tiap hari ke empat).
4. Plasmodium ovale: jenis ini jarang sekali dijumpai, menyebabkan malaria
ovale, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia dijumpai
di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan
dapat sembuh spontan tanpa pengobatan.

Plasmadium Plasmadium Plasmadium Plasmadium


vivax malarie ovale falciparum
Bentuk yang Trofozoit, Trofozoit, Trofozoit, Trofozoit, skizon
ditemukan di skizon gametosit skizon skizon gametosit
darah gametosit gametosit

Infeksi Sering Sangat jarang Jarang Sangat sering


multipel pada
satu eritrosit
Bentuk eritrosit Membesar, Normal, Agak Normal, disertai
yang terinfeksi disertai dengan disertai dengan membesar, dengan maurer’s
Schuffner’s dotsZieman’s dots sitoplasma clefts and dots
berbentuk
ireguler
(ameoboid)
disertai dengan
Schuffner’s
dots
Tropozoit Amuboid, bentuk cincin Amuboid Amuboid, cincin
(Ring form) bentuk cincin dengan 1 butir kecil, kdang
dengan 1 butir chromatin terdapat accole
chromatin form, double
chroatin
Skizon 12-24 merozoit, 6-12 merozoit, 6-12 merozoit, Pada umumnya
ireguler bentuk ireguler bentuk ireguler tidak nampak di
darah perifer, jika
tampak 8-32
merozoit, ireguler
Gametosit Bulat/oval, Bulat/oval, Bulat/oval, Berbentuk seperti
kromatin tidak kromatin tidak kromatin tidak ginjal/pisang
tersebar dalam tersebar dalam tersebar dalam (kidney/banana
sitoplasma sitoplasma sitoplasma, shaped), kromatin
berbentuk band tidak tersebar
form dalam sitoplasma

6
2.3 Epidemiologi
Pada negara yang beriklim dingin sudah tidak ditemukan lagi daerah
endemik malaria. Namun demikian, malaria masih merupakan persoalan
kesehatan yang besar di daerah tropis dan subtropis seperti Brasil, Asia
Tenggara, dan seluruh Sub-Sahara Afrika (Widoyono, 2011).
Di Indonesia, malaria ditemukan hampir di semua wilayah. Pada tahun 1996
ditemukan kasus malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak
2.341.401 orang, slide positive rate (SPR): 9215, annual paracitix index (API):
0,08%. CFR di rumah sakit sebesar 10-50%. Menurut laporan, di provinsi Jawa
Tengah tahun 1999: API sebanyak 0,35%, sebagian besar disebabkan oleh
Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Angka prevalensi malaria di
provinsi Jawa Tengah terus menurun dari tahun ke tahun, mulai dari 0,51 pada
tahun 2003, menurun menjadin 0,15 dan berkurang lagi menjadi 0,07 pada
tahun 2005. Plasmodium malariae banyak ditemukan di Indonesia Timur,
sedangkan Plasmodium ovale di Papua dan NTT (Widoyono, 2011).
Permasalahan resistensi terhadap obat malaria semakin lama semakin
bertambah. Plasmodium palciparum dilaporkan resisten terhadap klorokuin dan
sulfadoksin-pirimetamin di wilayah Amazon dan Asia Tenggara. P. Vivax yang
resisten klorokuin ditemukan di Papua Nugini, provinsi Papua, Papua Barat,
dan Sumatera. Resistensi obat menyebabkan semakin kompleksnya pengobatan
dan penanggulangan malaria. Profesional kesehatan harus mengetahui
darimana seorang penderita berasal. WHO menerbitkan publikasi tahunan
daftar negara endemik malaria (dapat dilihat pada Internasional Travel and
Health ISBN-9241580283, atau di internet www.who.int/ith). Akibat lebarnya
variasi antardaerah untuk negara yang mempunyai daaerah luas seperti
Indonesia, Departemen Kesehatan RI seharusnya membuat daftar yang sama
untuk antarprovinsi (Widoyono, 2011).
2.4 Patofisiologi
Nyamuk anopheles yang merupakan vektor penyakit malaria yang mengigit
anak. Apabila kekebelan (daya tahan) tubuh anak baik, maka parasit yang
dibawa oleh nyamuk tersebut akan lemah dan hilang dari tubuh. Apabila daya
tahan tubuh anak kurang baik maka parasit tersebut akan menginfeksi darah.

7
Jenis plasmodium akan mempengaruhi berat ringanya malaria. Plasmodium
valciparung akan menyebabkan malaria yang berat. Parasit yang masuk ke
pembuluh darah akan memasukan seporozoit. Parasit akan tumbuh dan
mengalami pembelahan. Setelah 6-9 kali, skizone menjadi dewasa dan pecah
serta melepaskan beribu-ribu merozoit. Sebagian merozoit akan memasuki sel-
sel darah merah dan berkembang disini (CDC, 2009).
Demam timbul bersamaan dengan pecahnya sekizone darah yang
mengeluarkan anti gen. Kemudian, antigen akan merangsang mikrofak,
monosit atau limposit yang mengeluarkan sitokin dan tumor nectrosits faktor
(TNF) yang dibawah kehipotalamus yang merupakan puisat pengaturan suhu
tubuh. Kemudian terjadinya demam. Pembesaran limpa terjadi karena
plasmodium dihancurkan oleh monosit yang menyebabkan bertambahnya sel
radang dan terjadi peningkatan jumlah eritrosit yang berinfeksi parasit.
Penyebaran eritrosit ke pembuluh kapiler menyebabkan oftruksi dalam
pembulu dkapiler sehingga terjadi inskemia jaringan (prossete), yaitu
berkumpulnya sel darah merah yang berparasit dengan sel darah merah lainya
(depkesri,2008). Anemia disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan difagositosis
oleh sistem retikuloendotelian. Hemolisis dipengaruhi oleh jenis fasmodium
dan status imunitas pejamu. Selain itu, anemia juga disebakan oleh komolisis
atau imun dan sekuestrasi oleh limpa pada eritrosit yang terinfeksi maupun yant
normal, serta gangguan eritopoiesits(Marnia, 2016).

8
2.5 WOC
Gigitan Nyamuk

Plasmodium Plasmodium Plasmodium Plasmodium


Malariae Vivax Ovale Falciparum

Menginfeksi Menginfeksi Menginfeksi Menginfeksi


Eritrosit Eritrosit eritrosit Eritrosit

Granula coklat tua Gametosit Infeksi menyebabkan


Bentuk menjadi
sampai hitam dan berbentuk ovale eritrosit mengandung
ovale / ireguler
kadang berbentuk hapir memenuhi parasit
dan fibriated
seperti pita seluruh eritrosit,
kromosin ekstrensit Menghasilkan banyak
Masa inkubasi
Masa inkubasi pigmen kuning tonjolan untuk melekat
12- 16 hari
12 – 14 hari pada educated dinding
kapiler

Menginfeksi Eritrosit
Obstruksi
Trombosis

Masa
Inkubasi 10-
Malaria 12 hari

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Eritrosit Eritrosit Suplai O2 Produksi


Mual Adanya rasa
pecah pecah ke otak darah ke
muntah panas dan
menurun ginjal tidak
lemas
terpenuhi
HB tubuh Suplai O2 Anoreksia
keseluruhan Saraf
berkurang
tubuh menurun terganggu Penurunan Gangguan
produksi BB Turun pergerakan
O2 darah Timbul urine
Kebutuhan O2
berkurang ansietas,
keseluruhan MK :
kacau mental, MK :
tubuh tidak MK : Gangguan
disorientasi Intoleransi
MK: terpenuhi Gangguan pemenuhan
deliru (koma) Aktivitas
Gangguan pola nutrisi
pertukaran eliminasi
gas MK : MK :
Perubahan 9
Penurunan
perfusi
tingkat
jaringan
kesadaran
2.6 Manifestasi Klinis
Secara klinis, gejala malaria infeksi tunggal pada penderita nonimun terdiri
atas serangan demam secara berulang dengan interval tertentu (Paroksisme),
yang diselingi oleh suatu periode dimana penderita bebas sama sekali dari
demam. Sebelum demam, penderita biasanya merasa lemah (malaise), myalgia,
sakit kepala, anoreksia, nausea, dan muntah. Gejala awal ini terjadi selama 2-3
hari sebelum paroksisme akut dimulai. Serangan demam dapat terus menerus
(tanpa interval) pada penderita dengan infeksi campuran (lebih dari 1 jenis
plasmodium) atau oleh satu jenis plasmodium.
1. Gejala malaria ringan ( malaria tanpa komplikasi )
Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang di rasakan
penderitanya cukup menyiksa. Gejala malaria yang utama yaitu : demam
dan menggigil, juga dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri
otot atau pegal- pegal. Gejala-gejala yang timbul dapat bervariasi dengan
tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala spesifik dari mana parasit
berasal. Gejala malaria ini terdiri dari 3 berurutan yang disebut trias malaria.
Yaitu :
a. Stadium dingin (cold stage)
Berlangsung kurang lebih 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai
dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, denyut
nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari pucet kebiru-biruan (sianotik).
Kulit kering dan terkadang di sertai muntah.
b. Stadium demam (hot stage)
Berlangsung kurang lebih 2 hingga 4 jam. Penderita merasa kepnasan
(fever). Muka merah, kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah.
Nadi menjadi kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat
meningkat hingga 41 derajat atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh
yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.
c. Stadium berkeringat (sweating stage)
Berlangsung lebih dari 2 hingga 4 jam. Penderita berkeringat sangat
banyak. Suhu tubuh kembali turu, kadang-kadang sampai di bawah
normal. Selain itu biasanya penderita beristirahat hingga tertidur.

10
Setelah bangun si penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain
sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari.
2. Gejala malaria berat
Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya di
temukan parasit malaria melalui pemeriksaan laboratorium sediaan darah
tepi atau rapid diagnostik test ( RDT )
Gejala klinis yang timbul tidak selalu sama pada setiap penderita,
tergantung dari spesies parasit, berat infeksi, dan umur penderita. Di daerah
dengan tingkat endemisitas tinggi (hiper atau holoendemis), pada orang
dewasa sering kali tidak dijumpai gejala klinis atau gejala klinis yang ringan
walaupun dalam darahnya mengandung parasit malaria. Hal ini karena
imunitas yang telah timbul pada mereka karena infeksi yang berulang.
(Soegeng, 2004).
2.7 Pemeriksaan penunjang
Periksa yang perlu dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit malaria
yaitu pemeriksaan sediaan darah (SD) untuk mengidentifikasi tebal
tipisnya, serta positif atau negatif; dan pemeriksaan atau tes dianotik cepat
(rapid diagnotic test) yang digunakan untuk mendeteksi antigen parasit
malaria. Uji deteksi ini berkangsung cepat, tetapi dapat melewatkan
parasitemia rendah serta tidak dapat menghitung jumlah parasitemia
(Marnia, 2016).
a. Pemeriksaan hemoglobin menunjukan penurunan Hb yang cepat pada
malaria akut, sedangkan pemeriksaan hemotokrit, leukosit, dan
trombosit menunjukan trobisipenia
b. Tes fungsi hati menunjukkan peningkatan SGOT dan SGOT; kadar
glukosa dan alkalin fosfatase menurun, albunin menurun, dan globulin
meningkat. Selain itu, dapat juga dilakukan pemeriksan kadar kreatilin
ureum, natrium, kalium, dan analisis gas darah SGOT (serum glutamic
oxaloacetic transaminase) adalah enzim yang biasanya ditemukan pada
hati (liver), jantung, otot, ginjal, hingga otak. Sementara, SGPT (serum
glutamic pyruvic transaminase) adalah enzim yang paling banyak
terdapat di dalam hati, meski begitu dalam beberapa organ lain ada, tapi

11
dalam jumlah yang sedikit. Kedua enzim ini memiliki tugas yang sama,
yaitu membantu mencerna protein dalam tubuh(Marnia, 2016).
2.8 Penatalaksanaan
Ada tiga cara penatalaksanaan malaria, yaitu pengobatan presumtif,
subpresif, dan radikal. Pengobatan presentif merupakan pengobatan dengan
cara menemukan pasien malaria secara intensif, dari rumah ke rumah atau
pada unit-unit pelayanan kesehatan. Tujuan dari pengobatan ini yaitu untuk
meringankan gejala malaria dan mencengah terjadinya penularan selama
pasien menunggu hasil laboraturium (Marnia, 2016).
Pengobatan subpretif merupakan pengobatan pada semua pasien demam
didaerah endemis malaria yang berobat di unit-unit pelayanan kesehatan
yang bertujuan untuk mencegah timbulnya gejala klinis. Pengobatan
radikala diberikan untuk malaria yang menimbulkan relaps jangka panjang,
dan pengobatan masa ditunjukan untuk setiap penduduk didaerah endemis
malaria yang dilakukan secara teratur pada saat wabah. Pengobatan malaria
pada pasien anak dapat dilakukan secara rawat jalan atau rawat inap. Jika
rawat inap, klorokuin basa diberikan dengan dosis total 25mg/kgBB selama
3hari, dengan perinciaan sebagai berikut :
a. Hari pertama 10mg/kgBB (maksimal 600mg basa )
b. 6 jam kemudian dilanjutkan 10 mg/kgBB (maksimal 600 mg basa) dan
5 mg/kgBB pada 24 jam (maksimal 300 mg basa) + primakuin 1 hari

Selain itu juga dapat diberikan :


a. Hari pertama dan kedua masing-masing 10 mg/kgBB
b. Hari ketiga 5 mg/kgBB + primakuin 1 hari.
c. Pengobatan dengan klorokuin dapat secara efektif menyembuhkan
malaria, tetapi tidak semua orang sensitif terhadap klorokuin, sehingga
diperlukan obat yang dapat menyembuhkan malaria. Obat lain yang
dapat digunakan untuk anak yang menderita penyakit malaria yaitu
quinin + klindamisin/ doksisiklin, atau atovaquone-proguanil, atau
mefloquin. (Marnia, 2016)

2.9 Pencegahan

12
Pencegahan malaria secara garis besar mencakup tiga aspek sebagai berikut:
a. Mengurangi pengandung gametosit yang merupakan sumber infeksi
(reservoar). Hal tersebut dapat dicegah dengan jalan mengobati penderita
malaria akut dengan obat yang efektif terhadap fase awal dari siklus eritrosit
aseksual sehingga gametosit tidak sempat terbentuk didalam darah penderita.
Selain itu, jika gametosit telah terbentuk dapat dipakai jenis obat yang secara
spesifik dapat membunuh gametosit (obat gametosida).
b. Memberantas nyamuk sebagai vektor malaria Memberantas nyamuk dapat
dilakukan dengan menghilangkan tempat-tempat perindukan nyamuk,
membunuh larva atau jentik dan membunuh nyamuk dewasa. Pengendalian
tempat perindukan dapat dilakukan dengan menyingkirkan tumbuhan air yang
menghalangi aliran air, melancarkan aliran saluran air dan menimbun lubang-
lubang yang mengandung air. Jentik nyamuk diberantas dengan menggunakan
solar atau oli yang dituangkan ke air, memakai insektisida, memelihara ikan
pemangsa jentik nyamuk (ikan kepala timah atau Gambusia Affinis),
memelihara Crustacea kecil pemangsa jentik (Genus Mesocyclops) atau
memanfaatkan bakteri Bacillus thuringiensis yang menginfeksi dan membunuh
jentik nyamuk. Untuk negara-negara berkembang, telah ditemukan teknologi
sederhana untuk mengembangbiakkan bakteri di atas dengan memakai air
kelapa sebagai media kulturnya(Andi, 2012).

13
BAB 3

APLIKASI TEORI

3.1 Pengkajian
1. Identitas
Anak-anak lebih rentan terhadap infeksi malaria, terutama pada anak
dengan gizi buruk. Infeksi akan berlangsung lebih hebat pada usia muda
atau sangat muda karena belum matangnya sistem imun sedangkan pada
usia tua disebabkan ole penururnan daya tahan tubuh. Selain itu semua,
malaria juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti pekerjaan, pendidikan dan
migrasi penduduk. Hal ini di sebabkan mobilisasi penduduk yang cukuo
tinggi dan trasportasi yang semakin cepat memungkinkan terjadinya kasus-
kasus impor di semua daerah yang sudah tereliminasi malaria. (Setiati,
2014)
2. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama
Biasanya klien dengan penyakit malaria datang kerumah sakit dengan
keluhan demam, tidak mau makan, kepala tersa pusing, perut bagian
kanan terasa sakit, terasa mual dan ingin muntah. (Wijaya, 2013)
b. Alasan masuk rumah sakit
Pasien yang dibawa kerumah sakit biasanya diawali dengan gejala
badan terasa lemah, nyeri kepala, tidak nafsu makan dan mual muntah.
(Marnia, 2016)
c. Riwayat penyakit sekarang
Terkena penyakit malaria. (Andi, 2012).
d. Biasanya klein yang menderita penyakit malaria pada saat dilakukan
pengkajian keluhan yang dirasakan oleh pasien dalah masih terasa
demam, lemas, mual, tidak mau makan. (Wijaya, 2013, p. 190)
Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat penyakit sebelumnyaBiasanya pasien yang mengalami
penyakit malaria mempunyai riwayat pernah mengalami penyakit

14
malaria sebelumnya dan pernah dirawat dirumah sakitatau berobat
dengan gejala atau penyakit yang sama. (Wijaya, 2013, p. 190)
Riwayat penyakit keluarga
Biasanya pasien yang menderita penyakit malria ini di dalam
keluarganya juga ada yang menderita penyakit malaria. (Wijaya, 2013,
p. 190)
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaaan umum
b. Gelisah,ketakutan,kacau mental,disorientas,deliriu atau koma (Kunoli,
2012).
c. Kesadaran
GCS: Komposmentis, sopor, apatis, koma (Kunoli, 2012).
4. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah normal atau sedikit menurun.
b. Denyut perifer kuat dan cepat.
c. RR: takipnea dengan penurunan kedalaman pernafasan
d. Demam 400 pada malaria berat (Kunoli, 2012).
5. Riwayat pengobatan
Tannyakan riwayat minum obat malaria sebelunya dan apakah pernah
mendapatkan trasfusi darah sebelunya. (Marnia, 2016)
6. Body system
a. Sistem pernafasan
Ispeksi : Takipnia dengan penurunan kedalam pernafasan,nafas pendek
pada istirahat dan aktivitas. (Kunoli, 2012)pada malaria berat frekuensi
nafas pada balita >40 kali/menit sedangkan frekuensi nafas pada anak
berusia dibawah satu tahun >50 kali/menit. (Marnia, 2016)
b. Sistem kardiovaskuler
Palpasi: denyut perifer kuat dan cepat
Auskultasi: tekanan darah normal atau sedikit menurun. (Kunoli, 2012)
c. Sistem persarafan
Kesadaran: Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas, delirium atau
koma. (Kunoli, 2012)

15
d. Sistem perkemihan
Inspeksi: penurunan haluaran urin dan kosentrasi urin. (Kunoli, 2012)
e. Sistem pencernaan
Inspeksi: anoreksia, mual dan muntah, diare atau kontipasi.
Palpasi: distensi abdomen (Kunoli, 2012)
f. Sistem integument
Inspeksi: pendarahan (hematoma, petekie dan purpura), pucat.
Palpasi: kulit hangat (Kunoli, 2012)
g. Sistem muskulokeletal
Kelemahan otot dan penurunan kekuatan (Kunoli, 2012)
h. Sistem endokrin
Pada sistem kardiovaskular dan endokrin dan Metabolisme tidak
“tertulari” parasit sehingga penyakit parasit pada organ-organ tubuh ini
tidak dibahas. (Natadisatra, 2010)
i. Sistem reproduksi
Malaria lebih sering dijumpai pada kehamilan trimester 1 dan 2
dibandingkan pada wanita yang tidak hamil. (Setiati, 2014)
j. Sistem pengindraan
Konjungtiva anemis, sklera ikterik (Zainuddin, 2014)
k. Sistem imunitas
Respon imunitas selluler dan humoral normal terhadap antigen. (Setiati,
2014)
7. Pemeriksaan B1-B6
a. B1 (Breath)
Tanda: Takipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan.
Gejala: napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
b. B2 (Blood)
Tanda: Tekanan darh normal atau sedikit menurun, denyut perifer kuat
dan cepat (fase demam), kulit hangat, diuresis (diaphoresis) karena
vasodilatasi, pucat dan lembab (vaso kontriksi), hypovolemia,
penurunan aliran darah.

16
c. B3 (Brain)
Tanda: Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientasi deliriu atau koma.
Gejala: sakit kepala, pusing dan pingsan.
d. B4 (Bladder)
Tanda: Penurunan haluaran urine.
Gejala: Distensi abdomen.
e. B5 (Bowel)
Tanda: Diare atau konstipasi.
Gejala: Distensi abdomen.
f. B6 (Bone)
Tanda: Keletihan dan kelemahan.
Gejala: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
8. Pemeriksaan penunjang
Periksa yang perlu dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit malaria
yaitu pemeriksaan sediaan darah (SD) untuk mengidentifikasi tebal
tipisnya, serta positif atau negatif; dan pemeriksaan atau tes dianotik cepat
(rapid diagnotic test) yang digunakan untuk mendeteksi antigen parasit
malaria. Uji deteksi ini berkangsung cepat, tetapi dapat melewatkan
parasitemia rendah serta tidak dapat menghitung jumlah parasitemia
(Marnia, 2016)
c. Pemeriksaan hemoglobin menunjukan penurunan Hb yang cepat pada
malaria akut, sedangkan pemeriksaan hemotokrit, leukosit, dan
trombosit menunjukan trobisipenia
d. Tes fungsi hati menunjukkan peningkatan SGOT dan SGOT; kadar
glukosa dan alkalin fosfatase menurun, albunin menurun, dan globulin
meningkat. Selain itu, dapat juga dilakukan pemeriksan kadar kreatilin
ureum, natrium, kalium, dan analisis gas darah (Marnia, 2016)
9. Penatalaksanaan
Ada tiga cara penatalaksanaan malaria, yaitu pengobatan presumtif,
subpresif, dan radikal. Pengobatan presentif merupakan pengobatan dengan
cara menemukan pasien malaria secara intensif, dari rumah ke rumah atau
pada unit-unit pelayanan kesehatan. Tujuan dari pengobatan ini yaitu untuk

17
meringankan gejala malaria dan mencengah terjadinya penularan selama
pasien menunggu hasil laboraturium.
Pengobatan subpretif merupakan pengobatan pada semua pasien demam
didaerah endemis malaria yang berobat di unit-unit pelayanan kesehatan
yang bertujuan untuk mencegah timbulnya gejala klinis. Pengobatan
radikala diberikan untuk malaria yang menimbulkan relaps jangka panjang,
dan pengobatan masa ditunjukan untuk setiap penduduk didaerah endemis
malaria yang dilakukan secara teratur pada saat wabah. Pengobatan malaria
pada pasien anak dapat dilakukan secara rawat jalan atau rawat inap. Jika
rawat inap, klorokuin basa diberikan dengan dosis total 25mg/kgBB selama
3hari, dengan perinciaan sebagai berikut :
c. Hari pertama 10mg/kgBB (maksimal 600mg basa )
d. 6 jam kemudian dilanjutkan 10 mg/kgBB (maksimal 600 mg basa) dan
5 mg/kgBB pada 24 jam (maksimal 300 mg basa) + primakuin 1 hari.

Selain itu juga dapat diberikan :


d. Hari pertama dan kedua masing-masing 10 mg/kgBB
e. Hari ketiga 5 mg/kgBB + primakuin 1 hari.
f. Pengobatan dengan klorokuin dapat secara efektif menyembuhkan
malaria, tetapi tidak semua orang sensitif terhadap klorokuin, sehingga
diperlukan obat yang dapat menyembuhkan malaria. Obat lain yang
dapat digunakan untuk anak yang menderita penyakit malaria yaitu
quinin + klindamisin/ doksisiklin, atau atovaquone-proguanil, atau
mefloquin. (Marnia, 2016)
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia
2. Nyeri Akut
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.

Kode Diagnosa Keperawatan

18
Domain 11: Keamanan/Perlindungan
Kelas 6: Termoregulasi
00007 Diagnosis: Hipertermia
Definisi
Suhu tubuh di atas kisaran normal diurnal kegagalan
termoregulasi.
Batasan Karakteristik
1. Kulit kemerahan
2. Gelisah
3. Kulit terasa hangat
4. Vasodilatasi
Faktor yang Berhubungan
1. Dehidrasi
Domain 12: Kenyamanan
Kelas 1: Kenyamanan Fisik
Diagnosis: Nyeri akut
Definisi:
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan atau (international association for
the study of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan
intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya dapat di
antisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan.
Batasan Karakteristik
1. Sikap tubuh melindungi
2. Fokus pada diri sendiri
3. Perubahan pada parameter fisiologis
Faktor yang Berhubungan
1. Agen cidera biologis
Domain 2: Nutrisi
Kelas 1: Makan

19
Diagnosis: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh.
Definisi:
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolic.
Batasan Karakteristik:
1. Nyeri abdomen
2. Diare
3. Ketidak mampuan memakan makanan
Faktor yang Berhubungan
1. Asupan diet kurang

3.3 Intervensi Keperawatan

Data NOC NIC


Kode Hasil Kode Intervensi
Dx : Hipertermi Tujuan: setelah dilakukan Domain 2: Fisiologi
intervensi keperawatan Kompleks
Tanda dan Gejala Mayor: selama 8 jam diharapkan Kelas M: Termoregulasi
1. Subjektif masalah Hipertermi dapat Intervensi
(tidak tersedia) teratasi dengan kriteria 3740 Perawatan Demam
2. Objektif hasil sebagai berikut: 1. Pantau suhu dan tanda-
Suhu diatas nilai normal Domain II: Kesehatan tanda vital lainnya.
Fisiologis 2. Monitor warna kulit
Tanda dan gejala minor: Kelas I: Pengaturan dan suhu
1. Subjektif Regulasi 3. Beri obat atau cairan IV
Tidak tersedia Outcome (misalnya; anti piretik,
2. Objektif Termoregulasi agen anti bakteri, dan
a. Kulit merah 0800 1. Berkeringat saat panas agen anti mengigil)
b. Kejang 080010 dari skala 2 (banyak 4. Dorong konsumsi
c. Takikardi terganggu) menjadi 4 cairan
d. Takipnea (sedikit terganggu)

20
e. Kulit terasa hangat 2. Peningkatan suhu kulit 5. Pantau komplikasi yang
080001 dari skala 2 (cukup berhubungan dengan
berat) menjadi 4 demam serta tanda dan
(ringan). gejala kondisi
3. Hipertermia dari skala penyebab demam
080019 2 (cukup berat) (misalnya; kejang,
menjadi 4 (ringan) penurunan tingkat
4. Dehidrasi dari skala 2 kesadaran, status
080014 (cukup berat) menjadi elektrolit abnormal)
4 (ringan)
Dx : Nyeri Akut Tujuan: setelah dilakukan Domain 1: Fisiologi
Tanda dan Gejala Mayor: intervensi keperawatan Dasar
1. Subjektif selama 8 jam diharapkan Kelas E: Manajemen
a. Pasien masalah Nyeri Akut dapat 1400 Nyeri
mengatakan nyeri teratasi dengan kriteria Intervensi
telah ada kurang hasil sebagai berikut: Manajemen Nyeri
dari 3 bulan. Domain V: Kondisi 1. Lakukan pengkajian
2. Objektif Kesehatan yang nyeri komprehensif
a. Perilaku yang Dirasakan yang meliputi lokasi,
sangat hati-hati, Kelas V: Status Gejala karakteristik,
perlindungan. 2101 Outcome onset/durasi, frekuensi,
b. Memusatkan diri. Nyeri: Efek yang kualitas, intensitas atau
c. Mempersempit 210127 mengganggu beratnya nyeri dan
focus (perubahan 1. Ketidaknyamanan dari factor pencetus
persepsi waktu, skala 2 (banyak 2. Pastikan perawatan
gangguan proses terganggu) menjadi 4 analgesic bagi pasien
berpikir) 210129 (sedikit terganggu) dilakukan dengan
Tanda dan Gejala Minor: 2. Gangguan pada pemantauan yang ketat
1. Subjektif aktivitas hidup sehari- 3. Ajarkan metode
(tidak tersedia) hari dari skala 2 (cukup farmakologi untuk
2. Objektif 210115 berat) menjadi 4 menurunkan nyeri
a. Ketidaknyamanan (ringan).

21
b. Marah, frustasi, 3. Kehilangan nafsu 4. Kurangi atau eliminasi
depresi karena makan dari skala 2 factor-jfaktor yang
situasi. (cukup berat) menjadi dapat mencetuskan atau
c. Raut wajah 4 (ringan) meningkatkan nyeri
kesakitan.
Dx : Ketidakseimbangan Tujuan: setelah dilakukan Domain 1: Fisiologi
Nutrisi Kurang dari intervensi keperawatan Dasar
Kebutuhan Tubuh selama 1x24 jam Kelas D: Dukung Nutrisi
diharapkan masalah 1100 Intervensi
Tanda dan gejala mayor : Ketidakseimbangan Manajemen Nutrisi
1. Subjektif nutrisi dapat teratasi 1. Tentukan jumlah kalori
Tidak ada dengan kriteria hasil dan jenis nutrisi yang
2. Objektif sebagai berikut: dibutuhkan untuk
Berat badan menurun Domain II: Kesehatan memenuhi persyaratan
minimal 10% dibawah Fisiologi gizi
rentang ideal Kelas K: Pencernaan dan 2. Atur diet yang
Nutrisi diperlukan
Tanda dan gejala minor : Outcome 3. Beri obat-obatan
1. Subjektif 1014 Nafsu Makan sebelum makan
a. Cepat kenyang saat 101406 1. Intake makanan dari (misalnya, penghilang
makan skala 2 (banyak rasa sakit)
b. Kram/nyeri abdomen terganggu) menjadi 4 4. Monitor
c. Nafsu makan menurun (sedikit terganggu) kecenderungan
2. Objektif 101407 2. Intake nutrisi dari skala terjadinya penurunan
a. Bising usus hiperaktif 2 (banyak terganggu) dan kenaikan berat
b. Otot pengunyah lemah menjadi 4 (sedikit badan
c. Otot menelan lemah terganggu)
d. Membrane mukosa 101408 3. Intake cairan dari skala
pucat 2 (banyak terganggu)
menjadi 4 (sedikit
A (Anthoprometri) terganggu)
1. BB: 50 kg

22
2. TB: 160 cm
B (Biokimia)
Hasil lab:
C (Clinical)
1. Kondisi umum
2. GCS
D (Dietery)
1. Kebiasaan makan
2. Makanan kesukaan
3. Pemasukan cairan
4. Problem diet
5. Aktivitas fisik
6. Riwayat kesehatan

3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intervensi
keperawatan yang telah dibuat sebelumnya.

3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi yang diharapkan sebagai berikut :
1. Hipertermia/kenaikan suhu tubuh diatas normal dapat berkurang
2. Nyeri Akut dapat teratasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh dapat
terpenuhi

23
BAB 4

PEMBAHASAN

Tn. D (21 tahun) masuk Rumah Sakit Islam Surabaya pada tanggal 21 Maret 2019
dengan keluhan panas sudah sekitar 1 bulan, pasien mengatakan merasa panas
disertai berkeringat badan terasa lemah dan lesu, kadang-kadang panas naik turun,
kadang-kadang pusing, mual, muntah dan nafsu makan berkurang saat dikaji pasien
mengatakan BB sebelumnya 55 kg. Pasien mengatakan belum pernah mengalami
sakit sebelumnya. Kesadaran pasien kompos mentis warna kulit sawo matang
konjungtiva anemis pada abdomen terdapat hepatomegali dan splenomegali.
Dengan ttv: tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 120 x/menit, RR 27 x/menit, suhu
39,8° C, BB 45 kg, TB 160 cm. Setelah di lakukan pemeriksaan Lab di dapatkan
Trombosit 38.000 mm3, Eritrosit 3,89 jt/ mm3, Kreatinin 1,1 mg/dL, SADT (Sediaan
Apusan Darah Tepi) : Malaria Falciparum (+) & Malaria Rapid Test (-)

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama pasien : Tn. D Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 21 Tahun No RM : 831xxx
Alamat : Surabaya Tanggal Masuk : 21/03/2019
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Pasien mengeluh panas
b) Riwayat penyakit sekarang
pasien mengatakan panas sudah sekitar 1 bulan disertai berkeringat
badan terasa lemah dan lesu, kadang-kadang pusing, mual, muntah
dan nafsu makan berkurang
c) Riwayat penyakit dahulu
1) Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.
2) Riwayat penyakit ginjal di sangkal, riwayat sakit kuning di
sangkal, riwayat batuk lama/ sakit paru di sangkal, riwayat darah
tinggi di sangkal, asma di sangkal dan kencing manis di sangkal
d) Riwayat penyakit keluarga

24
1) Tidak ada yang mempunyai keluhan yang seperti ini
2) Riwayat DM (-)
3) Riwayat Hipertensi (-)
4) Riwayat Hepatitis (-)
e) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum : Pasien tampak menggigil, berkeringat, wajah
terlihat merah, kulit teraba panas.
Tanda-Tanda Vital :
1) TD : 100/60 mmHg,
2) Nadi : 120 kali per menit,
3) RR : 27 x/ menit,
4) Suhu : 39,9°C
b. Antropometri
1) BB: 45 kg
2) Tb : 160 cm
3) IMT : 50/1,602 = 17,57 kg/m2
3. Hasil Lab
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Hasil
Hb 14-18 gr/dL 10,6 g/Dl
Hematokrit 38,8-48 % 30 %
Leukosit 4.000-10.000/ mm3 5.100 mm3
Trombosit 150-440 rb/µL 38.000 mm3
Eritrosit 4,5-6,2 jt/mm3 3,89 jt/ mm3
SDOT/ <35 57
Bilirubin <1,1 mg/dL 20 mg/dL
Kreatinin 1,1 mg/dL 6,4 mg/dL
SADT (Sediaan Malaria Falciparum (+)
Apusan Darah Tepi) Malaria Rapid Test (-)

25
Analisa Data:
Data Etiologi Masalah
DS : Peningkatan suhu tubuh Hipertermia
Klien mengatakan diatas normal
merasa panas, badan
terasa lemah dan lesu, Hipertermia
kadang-kadang pusing.
Menggigil
DO:
- Pasien tampak
menggigil
- Pasien tampak
berkeringat
- Wajah terlihat merah
- Kulit teraba panas.
TTV :
a. TD:100/60 mmHg
b. Nadi: 120 kali per
c. menit,
d. RR:27 kali per
menit,
e. Suhu:39,9°C
Hasil Lab:
-SADT :
Malaria Falciparum(+)
Malaria Rapid Test(-)

DS: Proses Penyakit Nutrisi: Kurang dari


Klien mengatakan Kebutuhan
badan terasa lemah dan
lesu, kadang-kadang Mual dan Muntah
pusing, mual, muntah
dan nafsu makan
berkurang. Tidak Nafsu Makan

DO:
Pasien tampak pucat Kurangnya asupan gizi
dan lemah.
A (Antropometri) :
Nutrisi Kurang dari
1) BB: 45 kg
Kebutuhan Tubuh
2) Tb : 160 cm
3) IMT: 50/1,602 =
17,57
B (Biokimia):

26
1. Hasil Lab:
Trombosit 38.000
mm3, Eritrosit
3,89 jt/ mm3,
Kreatinin 1,1
mg/dL, SADT
(Sediaan Apusan
Darah Tepi) :
Malaria
Falciparum (+) &
Malaria Rapid
Test (-)
C (Clinical:
1. Kondisi Umum
Sakit Sedang,
Kesadaran
Composmentis
2. GCS: 4 5 6
D (Dietery):
1. TKTP (Tinggi
Kalori Tinggi
Protein)

Diagnose keperawatan :
1. Hipertermi berhubungan dengan Peningkatan suhu tubuh diatas normal ditadai
dengan TD:100/60 mmHg, Nadi: 120 kali per menit, RR:27 kali per menit,
Suhu:39,9°C
2. Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan proses penyakit yang
menyebabkan mual dan muntah ditandai dengan BB: 45 kg, TB: 160 cm, IMT:
17,57 kg/km2.

27
Intervensi keperawatan :

NOC NIC
DX : Hipertermi Kode Hasil Kode Intervensi
Tanda dan gejala mayor Tujuan: setelah dilakukan Domain 2: Fisiologi
3. Subjektif intervensi keperawatan Kompleks
(tidak tersedia) selama 8 jam diharapkan Kelas M: Termoregulasi
4. Objektif masalah Hipertermi dapat Intervensi
Suhu diatas nilai teratasi dengan kriteria 3740 Perawatan Demam
normal hasil sebagai berikut: 1. Pantau suhu dan tanda-
Domain II: Kesehatan tanda vital lainnya.
Tanda dan gejala minor Fisiologis 2. Monitor warna kulit
3. Subjektif Kelas I: Pengaturan dan suhu
Tidak tersedia 0800 Regulasi 3. Beri obat atau cairan IV
4. Objektif 080010 Outcome (misalnya; anti piretik,
f. Kulit merah Termoregulasi agen anti bakteri, dan
g. Kejang 1. Berkeringat saat panas agen anti mengigil)
h. Takikardi dari skala 2 (banyak 4. Dorong konsumsi
i. Takipnea 080001 terganggu) menjadi 4 cairan
j. Kulit terasa (sedikit terganggu) 5. Pantau komplikasi yang
hangat 2. Peningkatan suhu berhubungan dengan
kulit dari skala 2 demam serta tanda dan
080019 (cukup berat) menjadi gejala kondisi penyebab
4 (ringan). demam (misalnya;
3. Hipertermia dari skala kejang, penurunan
080014 2 (cukup berat) tingkat kesadaran,
menjadi 4 (ringan) status elektrolit
4. Dehidrasi dari skala 2 abnormal)
(cukup berat) menjadi
4 (ringan)

28
DX : Nutrisi Tujuan: setelah dilakukan Domain 1: Fisiologi
intervensi keperawatan Dasar
Tanda dan gejala mayor : selama 1x24 jam Kelas D: Dukung Nutrisi
3. Subjektif diharapkan masalah 1100 Intervensi
Tidak ada Ketidakseimbangan Manajemen Nutrisi
4. Objektif nutrisi dapat teratasi 1. Tentukan jumlah kalori
Berat badan menurun dengan kriteria hasil dan jenis nutrisi yang
minimal 10% sebagai berikut: dibutuhkan untuk
dibawah rentang Domain II: Kesehatan memenuhi persyaratan
ideal Fisiologi gizi
Kelas K: Pencernaan 2. Atur diet yang
Tanda dan gejala minor dan Nutrisi diperlukan
3. Subjektif Outcome Beri obat-obatan
d. Cepat kenyang 1014 Nafsu Makan sebelum makan
saat makan 101406 1. Intake makanan dari (misalnya, penghilang
e. Kram/nyeri skala 2 (banyak rasa sakit)
abdomen terganggu) menjadi 4 3. Monitor
f. Nafsu makan (sedikit terganggu) kecenderungan
menurun 101407 2. Intake nutrisi dari skala terjadinya penurunan
4. Objektif 2 (banyak terganggu) dan kenaikan berat
e. Bising usus menjadi 4 (sedikit badan
hiperaktif terganggu)
f. Otot pengunyah 101408 Intake cairan dari skala
lemah 2 (banyak terganggu)
g. Otot menelan menjadi 4 (sedikit
lemah terganggu)
h. Membrane
mukosa pucat

A (Anthoprometri)
1. BB: 45 kg
2. TB: 160 cm

29
B (Biokimia)
Hasil lab:
C (Clinical)
1. Kondisi umum
2. GCS
D (Dietery)
1. Kebiasaan
makan
2. Makanan
kesukaan
3. Pemasukan
cairan
4. Problem diet
5. Aktivitas fisik
6. Riwayat
kesehatan

30
Implementasi keperawatan :

No. Dx Tanggal Jam Implementasi TTD


1. 12-03- 08.00 1. Monitor tanda-tanda
2019 vital.
12.20 2. Memonitor warna kulit
dan suhu
13.00 3. Memberikan obat atau
cairan IV berupa; anti
piretik, agen anti bakteri,
dan agen anti mengigil
4. Pastikan konsumsi
12.30 cairan
5. Memantau komplikasi
13.00 yang berhubungan
dengan demam serta
tanda dan gejala kondisi
penyebab demam
(berupa; kejang,
penurunan tingkat
kesadaran, status
elektrolit abnormal)

2 14.00 1. Mentukan jumlah kalori


dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan
gizi.
17.00 2. Atur diet yaitu diet
TKTP (Tinggi Kalori
Tinggi Protein)

31
22.00 3. Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan
dan kenaikan berat
badan

Evaluasi

Dx Tanggal/Jam Evaluasi TTD


Hipertermi 13-03-2019 S: Pasien mengatakan
merasa lemah dan lesu,
O:
a) Nadi: 120x/menit
b) Suhu: 39,8°C
c) RR: 27x/menit
d) TD:100/60 mmHg
A:Masalah belum teratasi
P:Melanjutkan intervensi 1-
4
Nutrisi Kurang 14-03-2019 S: Pasien mengatakan sudah
dari Kebutuhan mau makan dan merasa
Tubuh tenang dari sebelumnya,
tapi kadang-kadang
masih merasa mual.
O:TTV
a) Nadi: 90x/menit
b) Suhu: 38°C
c) RR: 24x/menit
d) TD:110/70 mmHg
A:Masalah teratasi sebagian
P:Melanjutkan intervensi 1-
3.
Hipertermia 15-03-2019 S: Pasien mengatakan sudah
merasa baikan dari
sebelumnya
O:
a) Nadi: 90x/menit
b) Suhu: 38°C
c) RR: 24x/menit
d) TD:100/60 mmHg
A:Masalah teratasi sebagian
P:Melanjutkan intervensi 1-
4

32
BAB 5

PENUTUP

a. Kesimpulan

Malaria adalah kata yang berasal dari bahasa Italia, yang artinya mal : buruk
dan area : udara, jadi secara harfiah berarti penyakit yang sering timbul di
daerah dengan udara buruk akibat dari lingkungan yang buruk. Diagnosa
Keperawatan: Hipertermia, Nyeri Akut, Ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh. Gejala yang ditimbulkan bila seseorang terkena malaria
adalah demam, menggigil, sakit kepala, disertai muntah-muntah.

b. Saran
Penyakit malari adalah salah satu penyakit yang sangat berbahaya, menyarang
tanpa melihat umur dan dampak terpanahnya adalah dapat menimbulkan
kematian. Dari hal inilah penyakit malaria harus dicegah, ada beberapa hal
yang harus diketahui untuk mengatasi masalah malaria. Hal tersebut adalah
pengetahuan tentang penyakit malaria contohnya cara penularan, pencegahan,
pengobatan, dan program yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatasi
malaria.

33
DAFTAR PUSTAKA

Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: CV. TRANS


INFO MEDIA.
Marnia. (2016). Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis. Jakarta:
Erlangga.
Natadisatra, D. (2010). Parasitologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: Media Action.
PPNI, t. p. (2017). Status Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat.
Setiati, S. (2014). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: InternalPublishing.
Widoyono. (2011). Penyakit Tropis Epidemologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
Wijaya, A. S. (2013). KMB2 keperawatan Medikal Bedah. Bengkulu: Medical
Book.
Wilkinson, J. M. (2013). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Zainuddin, A. A. (2014). Panduan Praktik Klinis. Jakarta: IDI.

34

Anda mungkin juga menyukai