Anda di halaman 1dari 17

Laporan Kasus

Ruben 19 tahun laki-laki, mengeluh lutut kanannya timbul bintil-bintil seperti kutil, 1 bulan
sebelumnya Ruben berkelahi dengan tetangga yang sebaya dan pada saat itu terjatuh luka
berdarah, kemudian darah luka di luka tersebut dihisap dengan mulut oleh Ruben. Saat ini luka
sudah tidak ada hanya ada bintil-bintil tadi, yang perlahan-lahan bertambah besar dan banyak,
tanpa disertai rasa gatal maupun nyeri saat ini ukurannya kira-kira 2x1 cm2.

Status pasien

I. Identifikasi pasien

Nama : Ruben

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 19 tahun

Pekerjaan :-

Pendidikan :-

Status Pernikahan :-

Suku/Bangsa :-

Agama :-

Alamat :-

II. Anamnesis

Keluhan Utama :
 Timbul bintil-bintil seperti kutil sejak 1 bulan yang lalu di lutut kananya tanpa disertai
gatal dan nyeri.

Keluhan Tambahan :

 Tidak diketahui.
 Anamnesis tambahan
- Apakah ada gejala-gejala lain yang memperberat keadaan penderita ?

Riwayat Penyakit Sekarang :

 Terdapat bintil-bintil seperti kutil di lutut kanannya, yang perlahan-lahan bertambah


besar dan banyak, tanpa disertai rasa gatal maupun nyeri saat ini ukurannya kira-kira 2x1
cm2.
 Anamnesis tambahan
Untuk memperkuat diagnosa tuberkulosis kutis verukosa :
- Apakah pasien mengalami demam yang tak tinggi ?
- Apakah pasien mengalami keringat malam (pada waktu subuh sekitar jam 02.30-
05.00) ?
- Apakah pasien mengalami batuk dengan atau tanpa dahak / batuk darah ?
- Apakah pasien merasa lemas, tidak napsu makan, penurunan berat badan, dan cepat
lelah ?
- Apakah sudah terjadi penjalaran kedaerah lain ?

Untuk memperkuat diagnosa tuberkulosis kutis verukosa :

- Apa warna pada kutil ?


- Jika diraba terasa kasar atau tidak ?

Riwayat Penyakit Dahulu :

 Terjatuh luka berdarah di daerah lutut akibat berkelahi.


 Anamnesis tambahan
- Apakah sebelumnya pernah mengalami hal seperti ini ?
Riwayat Penyakit Keluarga :
 Tidak diketahui.
 Anamnesis tambahan
Untuk memperkuat diagnosa tuberkulosis kutis verukosa
- Apakah ada keluarga yang mengalami batuk dengan atau tanpa dahak ?
- Apakah ada keluarga yang menderita TBC ?
Untuk memperkuat diagnosa tuberkulosis kutis dan veruka vulgaris
 Apakah ada kaluarga yang menderita penyakit seperti ini ?
Riwayat Pengobatan :
 Tidak diketahui.
 Anamnesis tambahan
 Apakah pasien sebelumnya sudah mencoba mengobati penyakit ini ?

III. Pemeriksaan fisik

Status Generalis

Keadaan Umum :-

Kesadaran Umum :-

Tanda Vital :-

Status Dematologis

Terdapat gambar : Gambar tidak terlampir

Keterangan

Lokasi : Lutut
Penyebaran : -
Bentuk : Papul
Ukuran : Lentikuler kira-kira 2x1 cm2
Batas : -
Efloresensi : -

Untuk memperkuat diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan dermatologis tambahan

 Tuberculosis kutis verukosa


- Apakah ada gambaran bulan sabit (akibat penjalaran serpiginosa) ?
- Apakah terdapat eritematosa pada ruam di kulit ?
 Veruka vulgaris
- Apakah warna kutil abu-abu atau bukan ?
- Apakah pada permukaan teraba verukosa ?
- Apakah terdapat fenomena Kobner ?

IV. Pemeriksaan Lab


 Tidak terdapat hasil pemeriksaan lab pada kasus.
 Perlu dilakukan
Jika dicurigai tuberculosis kutis verukosa
- Pemeriksaan darah tepi.
- Pemeriksaan LED untuk pengamatan hasil pengobatan.

V. Pemeriksaan Penunjang

 Tidak terdapat hasil pemeriksaan penunjang pada kasus.


 Perlu dilakukan
Jika dicurigai tuberculosis kutis verukosa
- Pemeriksaan bakteriologik (untuk mengetahui etiologinya)
 Sediaan mikroskopik dari jaringan kulit yang terinfeksi.
 Kultur
- Pemeriksaan histopatologik (untuk menegakkan diagnose, hasilnya lebih cepat
daripada pemeriksaan bakteriologik)
 Biopsi jaringan kulit yang terinfeksi.
- Tes tuberculin (untuk memeriksa system hipersensitivitas tipe lambat, pada
tuberculosis kutis verukosa  hiperegik).
- Foto thorax (untuk mengetahui apakah penyebarannya dari TBC paru).
- Pemeriksaan penunjang untuk organ lainnya, jika dicurigai penyakit telah menjalar
ke organ lain.

Jika dicurigai veruka vulgaris

- Pemeriksaan histopatologik.

VI. Hipotesis

 Tuberculosis kutis verukosa, dengan alasan :


- Terjadi secara eksogen. Pada kasus, sebelumnya penderita mengalami luka berdarah.
- Tempat predileksinya tungkai bawah dan kaki, yang tersering lutut. Pada kasus
tempat predileksinya pada lutut.
- Didahului oleh trauma. Pada kasus, pasien pernah terjatuh luka berdarah 1 bulan
yang lalu.
- Kronis. Pada kasus penderita sudah mengalami penyakit ini sejak 1 bulan yang lalu.
- Gambaran klinis, ruam terdiri atas papul-papul lentikuler di atas kulit yang
erimatosa. Pada kasus pasien mengalami bintil-bintil seperti kutil ukurannya kira-
kira 2x1 cm2, bertambah lebar dan banyak.
 Veruka vulgaris, dengan alasan :
- Tempat predileksinya terutama di ekstremitas bagian ekstensor. Pada kasus tempat
predileksinya pada lutut.
- Gambaran klinis, ukurannya lentikular. Pada kasus kutil pasien ukurannya kira- kira
2x1 cm2.

VII. Penatalaksanaan

Tuberculosis kutis verukosa


 Medikamentosa

Jika dicurigai tuberkulosis kutis verukosa, keadaan umum pasien diperbaiki. Prinsip pengobatan
tuberculosis sama dengan tuberculosis paru.untuk mencapai hasil yang baik hendaknya di
perhatikan syarat berikut ini :

1. Pengobatan harus dilakukan secara teratur tanpa terputus agar tidak cepat terjadi resistensi.
2. Pengobatan harus dalam kombinasi.
 Apabila hasil foto thorax menunjukan klinis TBC paru ataup tidak menunjukan klinis TBC
paru dan terdapat papul-papul yang banyak, maka terapinya di lakukan secara sistemik
dengan pemberian kobinasi 3 macam OAT selama 6-9 bulan, yaitu :
- INH 5-10 mg/kg BB
- Rifampisin 10 mg/kg BB
- Pirazinamid 20-35 mg/kg BB
Pirazinamid dihentikan setelah pemakaian 2 bulan.

Atau

- INH 5-10 mg/kg BB


- Rifampisin 10 mg/kg BB
- Etambutol bulan I/II 25 mg/kg BB, bulan berikutnya 15 mg/kg BB
Etambutol dihentikan setelah pemakaian 2 bulan.
 Apabila hasil foto thorax menunjukan klinis TBC paru atau tidak menunjukan klinis TBC
paru dan sedikit papul, maka terapinya dilakukan pembedahan berupa eksisi.

 Evaluasi pengobatan
 Klinis
o Dilakukan pada minggu ke 2 pada bulan pertam, kemudian diulang tiap 1 bulan
o Evaluasi ini dilakukan untuk melihat keberhasilan terapi, efek samping obat dan
komplikasi penyakit yang timbul.
o Maka perlu ditanyakan keluhan tambahan selama terapi.
o Perlu dilakukan penimbangan berat badan dan pemeriksaan fisiksebelum dan
selama dan sesudah pemakaian obat.
 Bakteriologis
o Dilakukan sebelum terapi dilakukan, 2 bulan kemudian, 6/9 bulan kemudian pada
masa terapi.
o Deteksi konversi dahak
o Evaluasi pemriksaan mikroskopis
 Sebelum pengobatan
 Setelah fase intensif
 Akhir pengobatan
o Biakan dan uji resistensi (bila fasilitas ada)
 Evaluasi Radiologis paru
o Dilakukan sebelum terapi dilakukan, 2 bulan kemudian, 6/9 bulan kemudian pada
masa terapi.
o Perlu dilakukan juga pemeriksaan radiologis lutut jika dikhawatirkan kuman
tuberculosis sudah menginvasi os.patela.
 Pemeriksaan SGOT/SGPT
o Dilakukan pada minggu ke 2 bulan pertama terapi, biasanya meninggi. Di ualng
kembali 2 minggu kemudian, jika hasilnya tetap atau menurun,pengobatan
dilanjutkan. Tetapi jika meninggi, cara pengobatan dirubah.
o Efek samping INH, rifampisin dan pirazinamid  hepatotoksik.
 Pemeriksaan fungsi ginjal
 Pemeriksaan lab darah tepi
 Rujuk ke spesialis mata
o Efek samping etambutol gangguan N II dan gangguan visus.
 Rujuk ke spesialis THT
o Efek samping streptomisin  gangguan N VIII.

Veruka Vulgaris

Jika dicurigai veruka vulgarism aka dilakukan terapi topical. Macam-macam terapi topical :
 Bahan kaustik, misalnya larutan AgNO3 25%, asam triklorosetat 50% dan fenol likuifaktum.
 Bedah beku, misalnya CO2, N2, dan N2O.
 Bedah scalpel
 Bedah listrik
 Bedah laser.

VIII. Prognosis

Jika dicurigai tuberculosis kutis verukosa

Ad vitam :

Ad sanationam :

Ad fungsionam :

Ad kometikum :

Jika dicurigai veruka vulgaris

Ad vitam :

Ad sanationam :

Ad fungsionam :

Ad kometikum :
Tinjauan Pustaka

Tuberculosis Kutis

Epidemiologi
 Terutama pada negara sedang berkembang.
 Insiden menurun sejalan dengan penurunan insidens tuberkulosis paru.
 Di RSCM skrofuloderma (84%), tuberculosis kutis verukosa (13%), lain2 (3%).
 Umumnya pada anak-anak dan dewasa muda, wanita lebih sering daripada pria.

Etiologi
 Mycobacterium tuberculosis tipe human: 91,5%
 Mikobakteria atipikal : 8,5%

Bakteriologi
 Kuman berbentuk batang, dengan panjang 24μ dan lebar 0,31,5μ
 Sifat kuman : tahan asam, tidak bergerak, tidak membentuk spora, aerob, suhu optimal
37%.

Pemeriksaan bakteriologik
1. Sediaan mikroskopik
 Bahan: pus, jaringan kulit, jaringan kelenjar getah bening
 Pewarnaan : Ziehl Neelsen dan Kinyoun Gabett
 Bta (+)  kuman merah dengan dasar biru
2. Kultur
 Media Lowensteins-Jensen pada suhu 370C selama 8 minggu.
3. Binatang percobaan (marmot)
 Lama pertumbuhan : 2 bulan
4. Tes biokimia
 Tes Niasin (+)  M. tuberculosis tipe human
5. Tes resistensi

Klasifikasi
I. Tuberkulosis kutis sejati
1. Tuberculosis primer
2. Tuberculosis sekunder
a. TB Kutis miliaris
b. Skrofuloderma
c. TB kutis verukosa
d. TB kutis gumosa
e. TB kutis orifisialis
f. Lupus vulgaris
II. Tuberkulid
1. Bentuk papul
a. Lupus miliaris diseminatus fasiei
b. Tuberkulid papulonekrotika
c. Linken skofulosorum
2. Bentuk granuloma & ulseronodulus
a. Eritema nodusum
b. Eritema induratum

Patogenesis
Cara infeksi :
1. Penjalaran langsung ke kulit dan organ dibawah kulit : skrofuloderma.
2. Inokulasi langsung pada kulit sekitar orifisium alat dalam : tuberkulosis kutis orifisialis.
3. Hematogen : tuberkulosis kutis miliaris.
4. Limfogen : lupus vulgaris.
5. Penjalaran langsung dari mukosa : lupus vulgaris.
6. Langsung ke kulit : tuberkulosis kutis verukosa.
Skrofuloderma
 Penjalaran per kontinuitatum dari organ di bawah kulit : kgb, sendi, tulang.
 Seringkali dimulai sebagai limfadenitis tuberculosis.
 Port d’entrée :
- Leher : tonsil atau paru
- Aksila : apeks pleura
- Inguinal : ekstremitas bawah
 Gambaran klinis:
- Limfadenitis tanpa radang akut, kecuali tumor.
- Beberapa kelenjar berkonfluensi .
- Periadenitis  perlekatan dgn jaringan sekitar.
- Perlunakan tidak serentak.
- Abses  fistel multipel  ulkus.
- Ulkus khas : bentuk tidak teratur, sekitar livide, dinding bergaung, jaringan granulasi
tertutup pus seropurulen, krusta kuning.
- Sikatriks memanjang, tidak teratur, jembatan kulit.

Tuberkulosis Kutis Verukosa


 Terjadi secara eksogen inokulasi langsung pada kulit.
 Predileksi : tungkai bawah, kaki, lutut.
 Gambaran klinis:
- Lesi berbentuk bulan sabit  penjalaran serpiginosa.
- Lesi : papul lentikular, verukosa, multipel di atas kulit yg eritematosa.

Tuberkulosis kutis gumosa


 Akibat penjalaran hematogen, biasanya dari paru.
 Lesi berupa guma  melunak dan destruktif.
 Diagnosis banding : sifilis, frambusia, mikosis dalam  perlu pemeriksaan histopatologik.
Tuberkulosis kutis orifisialis
 Sinonim : tuberkulosis kutis ulserosa.
 Tuberkulosis paru  ulkus di mulut, bibir.
 Tuberkulosis saluran cerna ulkus di sekitar anus.
 Tuberkulosis saluran kemih  ulkus sekitar orifisium uretra eksternum.
 Timbul karena kekebalan sangat kurang.
 Ulkus : dinding bergaung, sekitarnya livid.

Lupus vulgaris
 Tempat predileksi : muka, badan , ekstremitas.
 Cara infeksi : endogen, eksogen.
 Lesi : kelompok nodus eritematosa  warna menjadi kuning pada penekanan ( apple jelly
color ).
 Lesi berkonfluensi menjadi plak  ulkus.
 Penyembuhan spontan perlahanlahan, penjalaran di tempat lain.

Lupus miliaris diseminatus fasei


 Mengenai muka, timbul secara bergelombang.
 Lesi : papulpapul bulat, diameter kurang lebih 5 mm, eritematosa  sikatriks.
 Diaskopi : apple jelly color.

Tuberkulosis papulonekrotika
 Tempat predileksi : muka, bagian ekstensor ekstremitas, batang tubuh.
 Lesi : papul eritematosa, timbul secara bergelombang  membesar  menjadi pustule 
pecah menjadi krusta  jaringan nekrotik.
 Menyembuh meninggalkan sikatriks.
 Timbul lesi-lesi baru
 Lama penyakit dapat bertahun-tahun

Liken skrofulosorum
 Terutama pada anak-anak.
 Tempat predileksi : dada, perut, punggung, sacrum.
 Lesi : papul miliar, warna serupa kulit atau eritematosa.
 Tersusun sendiri  berkelompok  sirsinar.
 Perjalanan penyakit berbulan-bulan, sembuh tanpa sikatriks.

Eritema nodosum
 Tempat predileksi : ekstremitas bagian ekstensor.
 Lesi : nodusnodus indolen, di atasnya terdapat eritema.
 Diagnosis banding : eritema nodosum leprosum, reaksi id karena Streptococcus β
hemolyticus, alergi obat secara sistemik, demam reumatik.

Eritema induratum Bazin


 Tempat predileksi : ekstremitas bagian fleksor.
 Lesi : eritema dan nodusnodus indolen seperti eritema nodosum.
 Terjadi supurasi  ulkusulkus.
 Kadang terjadi regresi  hipotrofi berupa lekukan-lekukan.
 Kronik residif.

Penatalaksanaan

Tuberkulosis kutis verukosa, keadaan umum pasien diperbaiki. Prinsip pengobatan tuberculosis
sama dengan tuberculosis paru.untuk mencapai hasil yang baik hendaknya di perhatikan syarat
berikut ini :

1. Pengobatan harus dilakukan secara teratur tanpa terputus agar tidak cepat terjadi resistensi.
2. Pengobatan harus dalam kombinasi.
 Apabila hasil foto thorax menunjukan klinis TBC paru ataup tidak menunjukan klinis TBC
paru dan terdapat papul-papul yang banyak, maka terapinya di lakukan secara sistemik
dengan pemberian kobinasi 3 macam OAT selama 6-9 bulan, yaitu :
- INH 5-10 mg/kg BB
- Rifampisin 10 mg/kg BB
- Pirazinamid 20-35 mg/kg BB
Pirazinamid dihentikan setelah pemakaian 2 bulan.

Atau

- INH 5-10 mg/kg BB


- Rifampisin 10 mg/kg BB
- Etambutol bulan I/II 25 mg/kg BB, bulan berikutnya 15 mg/kg BB
Etambutol dihentikan setelah pemakaian 2 bulan.
 Apabila hasil foto thorax menunjukan klinis TBC paru atau tidak menunjukan klinis TBC
paru dan sedikit papul, maka terapinya dilakukan pembedahan berupa eksisi.

Evaluasi pengobatan

 Klinis
o Dilakukan pada minggu ke 2 pada bulan pertam, kemudian diulang tiap 1 bulan
o Evaluasi ini dilakukan untuk melihat keberhasilan terapi, efek samping obat dan
komplikasi penyakit yang timbul.
o Maka perlu ditanyakan keluhan tambahan selama terapi.
o Perlu dilakukan penimbangan berat badan dan pemeriksaan fisiksebelum dan selama dan
sesudah pemakaian obat.
 Bakteriologis
o Dilakukan sebelum terapi dilakukan, 2 bulan kemudian, 6/9 bulan kemudian pada masa
terapi.
o Deteksi konversi dahak
o Evaluasi pemriksaan mikroskopis
 Sebelum pengobatan
 Setelah fase intensif
 Akhir pengobatan
o Biakan dan uji resistensi (bila fasilitas ada)
 Evaluasi Radiologis paru
o Dilakukan sebelum terapi dilakukan, 2 bulan kemudian, 6/9 bulan kemudian pada masa
terapi.
o Perlu dilakukan juga pemeriksaan radiologis lutut jika dikhawatirkan kuman tuberculosis
sudah menginvasi os.patela.
 Pemeriksaan SGOT/SGPT
o Dilakukan pada minggu ke 2 bulan pertama terapi, biasanya meninggi. Di ualng kembali
2 minggu kemudian, jika hasilnya tetap atau menurun,pengobatan dilanjutkan. Tetapi jika
meninggi, cara pengobatan dirubah.
o Efek samping INH, rifampisin dan pirazinamid  hepatotoksik.
 Pemeriksaan fungsi ginjal
 Pemeriksaan lab darah tepi
 Rujuk ke spesialis mata
o Efek samping etambutol gangguan N II dan gangguan visus.
 Rujuk ke spesialis THT
o Efek samping streptomisin  gangguan N VIII.

Prognosis

 Baik  selama pengobatan memenuhi syarat.

Veruka

Epidemiologi
 Kosmopolit.
 Transmisi : kontak kulit dan autoinfeksi.
 Terdapat pada anak dan dewasa.
Etiologi
 Virus papiloma (grup papova), virus DNA dengan karakteristik replikasi terjadi intranuklear.

Klasifikasi
1. Veruka vulgaris dengan varian veruka filiformis.
2. Veruka plana juvenilis.
3. Veruka plantaris.
4. Veruka akuiminata.

Veruka vulgaris
 Terdapat pada anak, dewasa, dan orang tua.
 Predileksinya : ekstremitas bagian ekstemnsor, mukosa mulut dan hidung.
 Lesi : bulat berwarna abu-abu, lentikuler, berkonfluens  plakat, verukosa.
 Fenomena Kobner (+).

Veruka plana juvenilis


 Lesi : miliar/lentukular, permukaan licin dan rata, berwarna sama dengan warna kulit/ agak
kecoklatan.
 Predileksi : muka, leher, dorsum anus, dorsum pedis, pergelangan tangan, dan lutut.
 Fenomena Kobner (+).
 Dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.

Veruka plantaris
 Lesi : seperti cincin yang keras, bagian tengah agak lunak, dan berwarna kekuningan.
 Predileksi : telapak kaki.

Veruka akuiminatum

Pemeriksaan histopatologik
 Biopsy kulit.
 Membedakan dengan maca,-mmacam papiloma

Penatalaksanaan
Macam-macam terapi topical :

 Bahan kaustik, misalnya larutan AgNO3 25%, asam triklorosetat 50% dan fenol likuifaktum.
 Bedah beku, misalnya CO2, N2, dan N2O.
 Bedah scalpel
 Bedah listrik
 Bedah laser.

Prognosis
 Residif walaupun diberikan pengobatan yang adekuat.

Anda mungkin juga menyukai